***
Anastasia berdiri di balik tirai tebal, mengamati deretan kursi yang dipenuhi oleh para wartawan di hadapannya. Cahaya lampu kilat dari kamera berkedip-kedip, seolah menyoroti setiap detik yang berlalu sebelum ia melangkah ke depan. Hari ini, ia akan mengungkapkan sesuatu yang telah lama jadi isu panas, tentangnya yang satu atap dengan pria asing dan beberapa terakhir ini selalu banyak berita buruk tentangnya.
Lyra menepuk bahunya dengan lembut. "Sudah waktunya, Anastasia."
Anastasia mengangguk, menarik napas dalam-dalam sebelum menghembuskannya perlahan. "Baiklah, mari kita lakukan ini."
Langkahnya mantap saat ia melangkah ke depan, menuju podium yang telah disiapkan di tengah panggung. Sorotan kamera langsung menyorotnya, dan suara gemuruh bisikan para wartawan bergema di ruangan itu. Dengan kepala tegak, Anastasia berdiri di hadapan mereka, sorot matanya tajam dan penuh keyakinan.
Setelah memastikan semua orang memperhatikannya, Anastasia memulai, "Terima kasih sudah hadir di sini hari ini. Ada sesuatu yang ingin saya bagikan kepada kalian semua, sesuatu yang sudah lama publik ingin ketahui dan saya akan menjelaskannya saat ini.”
Para wartawan terlihat saling bertukar pandang, penasaran dengan apa yang akan diungkapkan oleh penyanyi yang dulunya begitu bersinar di panggung musik internasional ini.
Anastasia melanjutkan dengan nada suara yang tenang, "Saya ingin mengumumkan bahwa saya telah menikah. Suami saya bernama Max Stone."
Ruang konferensi pers itu langsung dipenuhi suara gemuruh dari para wartawan yang berbisik dan menulis cepat di buku catatan mereka. Beberapa kamera langsung mengarah padanya, mencoba menangkap setiap detail dari ekspresi wajahnya.
Salah seorang wartawan langsung mengacungkan tangannya dan bertanya dengan nada mendesak, "Nona Anastasia, kenapa Anda baru mengungkapkan hal ini sekarang? Dan siapa sebenarnya Max Stone? Mengapa dia tidak pernah muncul di hadapan publik? Dan anda menikah dengannya secepat itu setelah hubungan anda putus dengan Leon Hale?"
Anastasia tersenyum tipis, mengantisipasi pertanyaan itu. "Iya. Memang ada aturan tertulis di negara ini yang mengharuskan warga negaranya menikah dalamwaktu yang ditentukan?”
“Tidak ada aturannya, tapi saya rasa pernikahan anda terlalu mendadak dan tidak masuk akal karena anda dan Leon Hale baru saja putus, terlebih saat ini Anda berdiri sendiri di depan kami tanpa melibatkan suami Anda. Bukankah itu aneh?”
“Max Stone adalah suami saya, tapi dia bukan bagian dari industri ini. Dia bukan seseorang yang ingin terlibat dalam sorotan publik, dan itulah alasannya mengapa saya menjaga identitasnya tetap rahasia. Kehidupan pribadi kami adalah sesuatu yang sangat kami hargai, dan saya berharap kalian semua bisa menghormati keputusan ini dan jangan melibatkan kami dengan masa lalu yang sudah berakhir,” balas Anastasia.
Seorang wartawan lain, yang suaranya lebih tajam dan sinis, menyela, "Apakah ini berarti Anda akan berhenti dari dunia hiburan? Bagaimana dengan karir Anda sebagai penyanyi, terutama sekarang ketika Anda tidak lagi terikat dengan label manapun?"
Pertanyaan itu membuat suasana ruangan menjadi semakin tegang. Semua mata tertuju pada Anastasia, menunggu jawaban dari bibirnya. Namun, tanpa kehilangan ketenangannya, Anastasia menjawab dengan senyum elegan, "Menyanyi adalah bagian dari jiwa saya. Meskipun saat ini saya tidak terikat dengan label manapun, saya akan terus berkarya untuk semua orang yang mencintai musik saya. Karir saya belum berakhir, dan saya masih memiliki banyak hal yang ingin saya bagikan kepada dunia."
Namun, belum sempat Anastasia melanjutkan, seorang wartawan lain dengan nada menyindir bertanya, "Nona Anastasia, bagaimana Anda menanggapi rumor yang mengatakan bahwa Anda selalu iri pada kakak tiri Anda? Banyak yang mengatakan Anda tidak bisa menerima kenyataan bahwa karir Anda menurun, sementara dia justru semakin bersinar."
Tawa kecil terdengar dari beberapa wartawan, seolah mereka menikmati momen di mana Anastasia mungkin akan kehilangan kendali atas situasi. Anastasia merasakan detak jantungnya meningkat, namun ia tetap berusaha tenang di hadapan provokasi tersebut.
Wartawan itu terus berbicara, nadanya semakin memojokkan, "Banyak yang mengatakan bahwa Anda telah mencoba menjatuhkan karir Elora Viviana berkali-kali. Apa yang Anda katakan mengenai tuduhan ini? Apakah Anda mencoba untuk menggunakan pernikahan Anda sebagai cara untuk mendapatkan simpati publik?"
Anastasia menatap wartawan itu dengan sorot mata tajam. Ia tahu bahwa semua ini adalah bagian dari permainan media, tapi itu tidak membuatnya merasa lebih baik. Sebaliknya, ia merasa marah dan kecewa bahwa mereka tidak menghormati apa yang baru saja ia bagikan.
Namun, sebelum ia bisa menjawab, tawa kecil dari sudut ruangan membuatnya menoleh. Beberapa wartawan terlihat tertawa dan berbisik-bisik, seolah menganggap semua ini sebagai lelucon.
Anastasia menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara lagi, kali ini suaranya lebih tegas, "Saya sadar bahwa banyak dari kalian mungkin tidak percaya atau bahkan meremehkan apa yang saya katakan hari ini. Tapi saya ingin mengingatkan kalian semua bahwa saya tetap Anastasia Noire. Terlepas dari semua rumor dan fitnah yang beredar, saya tetap berdiri di sini, sebagai diri saya sendiri. Pernikahan saya bukanlah upaya untuk mencari simpati, melainkan sebuah keputusan pribadi yang saya buat dengan penuh kesadaran."
Tiba-tiba, seorang wartawan lain menyela dengan nada sinis, "Tapi apakah Anda pikir publik masih peduli? Bukankah sekarang Anda hanyalah bayangan dari masa lalu, seseorang yang mencoba mencari tempat di industri yang sudah tidak lagi membutuhkan Anda? Seorang bermuka dua yang selama ini ternyata neraka bagi wanita sebaik dan setulus Elora Viviana. Anda mendapat karmanya saat ini!"
Kata-kata itu menusuk tajam ke hati Anastasia, tapi ia tidak membiarkan dirinya terlihat terguncang. Sebaliknya, ia menatap langsung ke arah wartawan itu, lalu berbicara dengan suara yang tegas dan penuh keyakinan, "Waktu akan membuktikan segalanya. Saya tidak peduli tentang rumor itu, saya hanya percaya bahwa musik saya akan selalu menemukan jalan untuk sampai ke hati orang-orang yang mencintainya. Dan itu sudah cukup bagi saya."
Dengan anggukan singkat, Anastasia mengakhiri jumpa pers itu. Ia melangkah keluar dari ruangan dengan kepala tegak, meninggalkan para wartawan yang masih terdiam,
***
“Anastasia Noire,” gumam Maximilian pelan, seolah mengecap nama itu di lidahnya. Nama itu kini tak lagi sekadar nama. Di baliknya, tersimpan banyak hal yang belum ia ketahui, namun kini semakin terungkap melalui dokumen-dokumen ini.
Maximilian mulai membaca. Di halaman pertama, ada daftar riwayat hidup singkat. Anastasia Noire. Laporan itu juga menyertakan informasi pribadi tentang Anastasia. Ia membaca dengan teliti tentang keluarganya—ayahnya Rhett, seorang politisi berpengaruh, dan ibu tirinya Aria, yang ternyata tidak terlalu bersahabat dengan Anastasia. Hubungan keluarga yang rumit ini sedikit demi sedikit membuka tabir kehidupan Anastasia yang penuh tekanan.
Maximilian terus membaca, semakin terpesona oleh cerita-cerita kecil tentang Anastasia yang tersembunyi di antara baris-baris laporan. Ada sesuatu yang membara dalam diri wanita itu, sesuatu yang membuatnya berbeda dari yang lain. Sesuatu yang membuat Maximilian ingin tahu lebih banyak, ingin mengenal Anastasia lebih dalam. Lalu, pikirannya melayang kembali ke malam itu, malam di mana Anastasia membawanya kabur dari ancaman preman-preman tersebut. Ia masih bisa merasakan adrenalin yang mengalir saat mobil mereka melaju dengan kecepatan tinggi, mengecoh para pengejar mereka. Bagaimana seorang wanita seperti Anastasia, yang terlihat begitu anggun dan elegan, memiliki keberanian yang luar biasa? Bagaimana ia bisa begitu tenang di bawah tekanan
“Anastasia Noire,” bisiknya pelan, seolah berbicara dengan dirinya sendiri. “Kamu lebih dari apa yang terlihat, dan suami rahasiamu ini akan menjagamu.”
***
***“Sayang, kamu sudah melihat konferensi pers Anastasia?” tanya Elora.Leon menggelengkan kepalanya, “Aku belum sempat karena kemarin seharian ada syuting, tapi semua kru maupun staff membicarakannya dan mengatakan kalau Anastasia melakukannya seorang diri, tanpa suaminya”Elora tertawa pelan, dan hatinya merasa puas. “Dan kamu tahu, Sayang. Kalau para wartawan tidak ada yang percaya padanya dan menganggap konferensi pers yang dilakukannya hanya upaya dia menarik simpati publik, tapi nyatanya semua orang menganggapnya sebagai wanita yang suka playing victim dan karier-nya tidak bisa diselamatkan.”“Dia memang pantas mendapatkannya, karma buruk sudah berlaku untuknya,” balas Leon.Elora tertawa dan ia memeluk Leon, “Akhirnya rencana lima tahun lalu bisa terwujud. Kita bisa mencapai puncak karier kita. Semua orang mendukung kita!”“Iya, aku juga tidak menyangka kalau saat ini popularitasku sangat naik dan bayarannya pun naik berkali-kali lipat. Kalau dulu aku tidak mengikuti saranmu,
***“Lepaskan!”Leon hanya tersenyum penuh kemenangan, menatap Anatasia dari bawah ke atas.“Leon,” ucap Anastasia dengan dingin, menatap pria itu tanpa menunjukkan sedikit pun emosi. “Lepaskan tanganku.”Namun, Leon tidak segera menuruti perintahnya. Sebaliknya, ia justru mempererat genggamannya, seolah menikmati perasaan menguasai Anastasia, meski hanya sebentar. Tatapannya meluncur lagi dari wajah Anastasia ke seluruh tubuhnya, dan ia menelan ludah, seolah sedang menahan diri.“Anastasia,” katanya pelan, tapi suaranya sarat dengan nada mengejek. “Aku tidak bisa tidak memperhatikan betapa cantiknya kau hari ini. Kau memang selalu mempesona.”Anastasia hanya menatapnya dengan tatapan dingin yang menusuk, tanpa sedikit pun tersenyum. “Lepaskan tanganku, Leon,” ulangnya dengan nada lebih tegas.Leon terdiam sejenak, lalu tertawa kecil sebelum mendekatkan wajahnya ke telinga Anastasia, membuat wanita itu merasakan napas hangatnya di kulitnya. “Aku bisa menyelamatkan kariermu, Anastasia.
***“Max, kamu sudah makan?” tanya Anastasia, ia tersenyum hambar. Masalah yang ia hadapi membuatnya tidak bisa berkonsentrasi, apalagi semua lagu yang ia ciptakan dari hati mendadak hilang. Hati siapa yang tidak patah?“Aku sudah makan tadi saat bersama kenalanku,” balas Maximilan. “Apakah kamu sudah makan?”“Hmm... bahkan aku melewati sarapan pagiku. Hari ini banyak hal yang aku selesaikan,” balas Anastasia. Ia langsung berbaring di atas sofa dan tak lama ia pun memejamkan matanya.Maximilian tertegun, ia melihat Anastasia dan tersenyum menatap wanita itu sembarangan tidur saja.“Apakah kamu selalu begini? Bahkan kamu terlalu percaya pada orang sampai semuanya begitu mudah mengkhianatimu, Anastasia,” gumam Maximilian.Maximilian duduk di kursi yang berada di sudut ruangan, memandang Anastasia yang tertidur lelap di sofa. Wajahnya yang biasanya penuh dengan semangat dan energi kini
“Anastasia...,” Maximilian berbisik.Anastasia terdiam, ia langsung tersenyum dengan kikuk, “A-aku mau tidur ke kamarku. Aku masih ngantuk, semalam malam,” ucapnya sambil berlari menuju ke kamarnya.Maximilian tersenyum, “Jika sedang malu, wajahnya seperti tomat,” gumamnya.Dan Anastasia melangkah ke dalam kamar dengan langkah yang terasa ringan, tetapi pikirannya justru dipenuhi oleh bayangan pria itu. Kejadian tadi berputar di kepalanya, terutama tatapan tajam Max yang begitu mendalam dan bagaimana sentuhan lembutnya ketika mencium jarinya yang terluka. Pikirannya terus berkecamuk, tidak bisa mengabaikan perasaan yang tiba-tiba muncul entah dari mana.Setelah menutup pintu kamar, Anastasia bersandar pada pintu dengan mata terpejam. Ia menarik napas panjang, mencoba mengumpulkan pikirannya yang tersebar. Namun, bayangan Max terus menghantuinya, menolak untuk pergi. “Dia sangat tampan,” gumamnya pelan, seolah-olah kata-kata itu terlepas begitu saja tanpa bisa ia kendalikan.Anastasia
***“Kenapa mama sampai tahu kalau aku sudah kembali?” tanya Maximilian.“Saya juga terkejut saat Nyonya Selene meminta saya untuk jujur dan Nyonya Selene menunjukkan bukti yang akurat, sebuah foto Anda dan juga rekan Anda, Tuan,” balas Bryan.Maximilian menghela napas pendek, ia tidak mau kalau mamanya sampai tahu rencananya, apalagi jika mamanya tahu ia adalah suami dari Anastasia Noire. Jika Selene tahu pasti tambah runyam.“Kamu tidak mengatakan apapun tentang aku dan Anastasia, kan?” tanya Maximilian.“Tidak, Tuan. Saya hanya mengatakan kalau Anda sengaja memberi kejutan,” balas Bryan.“Jangan sampai mama dan papa tahu masalah penyamaranku ini,” ucap Maximilan. “Esok pagi aku akan pulang ke rumah, jika aku tidak di sana pasti mama akan melakukan hal yang aneh lagi, jiwa detektifnya di luar nalar dan aku tidak ingin rencanaku ini gagal. Kamu atur waktuku, Bryan. Aku ingin saat matahari terbenam sudah ada di apartemen Anastasia.”“Baik, Tuan. Saya akan mengatur semuanya,” balas Bry
***“Cukup, Ma. Aku baru datang dan Mama memintaku untuk berkenalan dengan seorang wanita? Mama tidak merindukanku?” tanya Maximilian.“Mama sangat rindu kamu, sayang. Mama hanya kesepian di sini. Mama hana bicara sama papamu dan tanaman Mama saja. Kamu anak nakal! Sepuluh tahun pergi, tidak pernah mau kembali. Sekalinya datang ke negara ini, kamu pun tidak memberitahukan Mama. Jadi, ya... Mama berpikir pasti karena seorang wanita. Pria kalau sedang jatuh cinta pasti bisa hilang kendali,” balas Selene.“Aku kembali karena masalah perusahaan, itu saja. Bukankah Papa yang memintaku datang karena Papa ingin pensiun dan menikmati masa tuanya bersama Mama?”Selene mengangguk, “Dan masa tua kami akan ditemani dengan cucu-cucu luar biasa menggemaskan dari anak-anakmu nanti. Apakah kamu tidak ingin kamu memberi Mama hadiah itu?”“Aku baru pulang, Ma. Bisakah Mama tidak membicarakan masalah apapun? Aku sangat lapar,” kata Maximilian.Selene menganguk, dan ia tersenyum menatap anak laki-laki sa
***“Kamu pikir aku sudi memberi nama belakang keluarga yang terhormat pada seseorang yang membuat malu citra keluarga?” tanya Rhett.Anastasia tersenyum, “Baik, Tuan Rhett. Mulai detik ini, namaku bukan lagi Anastasia Noire!”Rhett terdiam, ia menatap datar putrinya dan ia pergi tanpa banyak bicara.Anastasia menatap kepergian ayahnya dengan perasaan campu aduk. Rhett lebih menyayangi Aria dan juga Elora, bahkan semua prioritas utama Rhett hanya mereka berdua. Sedangkan dirinya hanya dianggap sebagai pajangan saja di rumah itu.“Ana, kamu... “Anastasia tersenyum, “Aku tidak apa-apa, Lyra. Malah aku lega karena jika ada masalah, aku tak perlu memikirkan nama besar itu. Aku bebas saat ini dan aku akan memulai namaku dengan nama Anastasia saja.”“Aku tahu kalau kamu tidak akan pernah lemah, Ana. Untuk itu aku akan selalu mendukungmu, kamu juga tahu kalau aku ini menganggumi suara dan bakatmu itu,” kata Lyra memberi semangat.“Aku sudah tahu dan aku akan membuktikan kalau aku ini layak
***"Jangan pergi..." suara Anastasia terdengar serak, seperti orang yang baru saja terbangun dari mimpi panjang. "Aku... sendirian."Maximilian menghela napas pelan, menekan rasa berdesir yang muncul di dadanya. "Aku nggak akan pergi jauh," jawabnya lembut, meski hatinya berdebar hebat. "Aku hanya akan keluar sebentar. Kamu butuh istirahat."Anastasia, yang masih setengah sadar, tidak memperhatikan kata-kata Maximilian. Ia malah menarik tangannya lebih erat, memaksanya untuk kembali duduk di pinggir tempat tidur. Dengan mata yang hampir tertutup, ia berbisik, "Kenapa kamu harus begitu tampan?"Kalimat itu membuat Maximilian tersentak. Dadanya bergemuruh hebat. Ia menelan ludah, merasakan panas yang tiba-tiba menyergap wajahnya. "A-Apa?" Maximilian merasa aneh mendengar pujian seperti itu, terutama dari Anastasia, dan apalagi dalam situasi seperti ini.Anastasia tidak merespons pertanyaan Maximilian. Matanya kembali menutup, tetapi senyum tipis menghiasi wajahnya. "Kamu tahu," gumamny