***“Kamu pikir aku sudi memberi nama belakang keluarga yang terhormat pada seseorang yang membuat malu citra keluarga?” tanya Rhett.Anastasia tersenyum, “Baik, Tuan Rhett. Mulai detik ini, namaku bukan lagi Anastasia Noire!”Rhett terdiam, ia menatap datar putrinya dan ia pergi tanpa banyak bicara.Anastasia menatap kepergian ayahnya dengan perasaan campu aduk. Rhett lebih menyayangi Aria dan juga Elora, bahkan semua prioritas utama Rhett hanya mereka berdua. Sedangkan dirinya hanya dianggap sebagai pajangan saja di rumah itu.“Ana, kamu... “Anastasia tersenyum, “Aku tidak apa-apa, Lyra. Malah aku lega karena jika ada masalah, aku tak perlu memikirkan nama besar itu. Aku bebas saat ini dan aku akan memulai namaku dengan nama Anastasia saja.”“Aku tahu kalau kamu tidak akan pernah lemah, Ana. Untuk itu aku akan selalu mendukungmu, kamu juga tahu kalau aku ini menganggumi suara dan bakatmu itu,” kata Lyra memberi semangat.“Aku sudah tahu dan aku akan membuktikan kalau aku ini layak
***"Jangan pergi..." suara Anastasia terdengar serak, seperti orang yang baru saja terbangun dari mimpi panjang. "Aku... sendirian."Maximilian menghela napas pelan, menekan rasa berdesir yang muncul di dadanya. "Aku nggak akan pergi jauh," jawabnya lembut, meski hatinya berdebar hebat. "Aku hanya akan keluar sebentar. Kamu butuh istirahat."Anastasia, yang masih setengah sadar, tidak memperhatikan kata-kata Maximilian. Ia malah menarik tangannya lebih erat, memaksanya untuk kembali duduk di pinggir tempat tidur. Dengan mata yang hampir tertutup, ia berbisik, "Kenapa kamu harus begitu tampan?"Kalimat itu membuat Maximilian tersentak. Dadanya bergemuruh hebat. Ia menelan ludah, merasakan panas yang tiba-tiba menyergap wajahnya. "A-Apa?" Maximilian merasa aneh mendengar pujian seperti itu, terutama dari Anastasia, dan apalagi dalam situasi seperti ini.Anastasia tidak merespons pertanyaan Maximilian. Matanya kembali menutup, tetapi senyum tipis menghiasi wajahnya. "Kamu tahu," gumamny
***Anastasia keluar dari kamar mandi, ia menatap cermin di depannya. Bayangan wajahnya yang pucat dan tampak lelah, seolah mencerminkan perasaan kacau di dalam dirinya. Ia memejamkan mata, mencoba menghilangkan rasa gugup yang menyelimuti tubuhnya sejak pagi.Ia melirik ke arah pintu kamarnya. Setelah memastikan bahwa tidak ada tanda-tanda kehidupan dari luar, ia perlahan membuka pintu dengan waspada. Rasanya seperti melakukan operasi rahasia; setiap gerakan dihitung dengan hati-hati, agar tidak menimbulkan suara. Ia tidak ingin bertemu dengan Maximilian pagi ini, tidak setelah apa yang terjadi semalam.Saat pintu terbuka sedikit lebih lebar, Anastasia menahan napas dan mengintip keluar. Koridor apartemen tampak sepi. Ia mendengar suara langkah kaki dari luar yang makin menjauh—Maximilian sudah pergi. Perasaan lega langsung membanjiri dirinya, dan tanpa sadar ia menarik napas dalam-dalam."Syukurlah..." gumamnya pelan, lalu menutup pintu dengan hati-hati.Anastasia berjalan menuju da
***Anya... “Anya terkejut dengan kedatangan Anastasia, ia berdiri menatap Anastasia dengan kikuk. “Anastasia, k-kamu kenapa datang ke sini?”Anastasia tersenyum datar, “Aku sudah mengirim pesan padamu dan kamu tidak membalasnya. Aku berpikir kamu sedang sakit, aku khawatir dan mampir ke sini untuk melihat keadaanmu.”Dan mendadak pandangannya langsung tertuju pada Elora yang duduk dengan angkuh di seberang meja, menatapnya dengan senyum kemenangan yang selalu membuat darah Anastasia mendidih. Di sebelah Elora, Anya, sahabat yang telah ia anggap seperti saudara sendiri, duduk dengan ekspresi datar, menghindari tatapan Anastasia.“Elora, kamu ternyata ada di sini,” Anastasia menyapa dengan nada tegas. “Anya, apakah aku mengganggu waktu kalian.?”Elora langsung menjawab, tanpa memberi kesempatan pada Anya untuk bicara. “Oh, Anastasia, kau datang di waktu yang tepat. Aku dan Anya sedang berdiskusi tentang duet kami yang minggu depan akan segera dirilis. Dia akan berpartisipasi dalam al
***“Kamu sudah siap?” tanya MaximilianAnastasia mengangguk pelan, seakan terhipnotis oleh pesona Maximilian. Mata pria itu begitu tenang, namun mengandung sesuatu yang membuat Anastasia sulit untuk menolak.Maximilian mengambil helm di tangannya, lalu dengan lembut memakaikannya di kepala Anastasia. Sentuhannya hati-hati, memperlakukan Anastasia seolah-olah dia adalah sesuatu yang berharga dan rapuh. Anastasia merasa canggung, namun dia tidak berkata apa-apa. Hanya anggukan kecil sebagai balasan atas perlakuan manis dari Maximilian."Kau siap?" Maximilian bertanya sambil memastikan tali helm terikat dengan baik di bawah dagunya.Anastasia mengangguk lagi, mencoba menutupi kegugupannya. "Ya," jawabnya singkat.Mereka berjalan menuju motor besar milik Maximilian, motor sport hitam yang berkilau di bawah lampu jalan. Maximilian naik lebih dulu, lalu memberi isyarat pada Anastasia untuk duduk di belakangnya. Anastasia sempat ragu sejenak, tetapi akhirnya ia menaiki motor dengan hati-ha
***“Maksudnya?” tanya Anastasia dengan bingung.“Kita bisa saling mengenal satu sama lainnya karena kita kemungkinan akan bertemu setiap waktu,” balas Maximilian.“Kamu benar. Kita ini sudah menikah, rasanya aneh kalau kita tidak saling mengenal dengan baik,” kata Anastasia.“Kamu tidak masalah mempunyai suami sepertiku?”“Kamu manusia, kan?”Maximilian mengangguk. “Berapa usiamu?” tanyanya.“Dua puluh tahun,” balas Anastasia dengan polosnya.“Kamu masih sangat muda, tapi kamu sangat populer. Bagaimana rasanya di usia dua puluh kamu bisa sangat populer?”Anastasia terdiam sejenak, mencoba meresapi pertanyaan itu. Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sangat sederhana, tetapi membawa banyak kenangan dan emosi yang terpendam. Ia menghela napas, mengalihkan pandangannya ke arah Maximilian."Rasanya... sepi," jawabnya dengan suara pelan namun tegas. "Semua orang mencintaimu, tapi bukan karena dirimu. Mereka mencintaimu karena kamu seorang penyanyi top, seorang bintang di puncak karier. Setia
***“Anastasia…” suara Maximilian terdengar serak, nyaris berbisik, sebelum bibirnya akhirnya menyentuh bibir Anastasia.Ciuman itu lembut, namun penuh kehangatan. Seperti waktu berhenti sesaat, hanya ada mereka berdua dalam malam yang sunyi. Anastasia tidak bisa berpikir. Tangannya terangkat, menyentuh dada Maximilian yang kini begitu dekat. Ia bisa merasakan detak jantung pria itu, sama cepatnya seperti miliknya.Maximilian memperdalam ciumannya, memegang wajah Anastasia dengan kedua tangannya, memastikan bahwa dia tidak akan pergi ke mana pun. Ciuman itu lambat namun intens, seakan-akan dia ingin menyampaikan semua perasaan yang selama ini tersembunyi.Anastasia akhirnya menutup matanya, membiarkan dirinya tenggelam dalam momen itu. Ia tidak mengerti kenapa akal sehatnya tidak bekerja dengan baik kali ini. Pria itu mampu menghipnotisnya.Maximilian menatap Anastasia yang masih terpaku setelah ciuman panjang mereka. Wajahnya terlihat memerah, dan bibirnya sedikit terbuka, seolah-ol
***Maximilian melaju di atas motornya dengan kecepatan sedang, menikmati dinginnya angin malam yang menghembus wajahnya. Anastasia sudah diturunkannya di apartemennya beberapa menit yang lalu. Kini, ia sendirian di jalan, tetapi perasaan waspada mulai merayapi pikirannya.“Sepertinya ada yang mengikutiku…” batinnya, sambil melirik kaca spion. Di belakang, sebuah motor lain tampak membuntutinya dengan jarak yang cukup jauh. Helm hitam pengendara itu menyembunyikan identitasnya, tapi Maximilian sudah bisa menebak siapa dia."Wartawan, ya?" Maximilian menyeringai di balik helmnya. “Rasanya menarik mempermainkan dia.”Dengan gerakan cepat, Maximilian menambah kecepatan. Jalanan yang semula sepi kini menjadi arena permainan bagi pria itu. Wartawan yang membuntutinya mulai berusaha mengejar, tapi Maximilian sudah memperhitungkan semua kemungkinan. Ia tahu jalan-jalan ini dengan baik—setiap tikungan, setiap belokan, semuanya sudah dihafalnya di luar kepala.Wartawan di belakangnya mulai tam
***Langit cerah menaungi villa pribadi keluarga Kingsley, dihiasi dengan alunan lembut musik klasik yang mengiringi para tamu undangan menuju taman yang telah disulap menjadi tempat upacara pernikahan megah. Anastasia berdiri di balik tirai putih, mengenakan gaun pernikahan yang memukau. Gaun itu dirancang khusus oleh Celine Idzes, penuh detail renda yang elegan, dengan ekor panjang yang membuatnya tampak seperti seorang ratu.Rhett berdiri di sampingnya, mengenakan setelan jas hitam yang rapi. Tangannya menggenggam lengan Anastasia dengan lembut, matanya berkaca-kaca."Papa tidak pernah menyangka akan memiliki kesempatan ini," ucap Rhett pelan, suaranya bergetar.Anastasia menatap ayahnya dengan senyuman hangat. "Aku bahagia Papa di sini. Aku tidak bisa membayangkan orang lain yang mendampingiku selain Papa."Rhett mengangguk, menahan air mata yang hampir jatuh. Ia menatap Anastasia dengan bangga. "Kamu sangat cantik hari ini, Nak. Maximilian adalah pria paling beruntung di dunia."
***Di ruang rapat eksekutif Kingsley Group, suasana mencekam. Robert Brown, pria paruh baya dengan jasnya yang kini tampak kusut, berlutut di lantai marmer hitam yang dingin. Wajahnya penuh dengan keringat dingin, sementara tangannya gemetar menahan rasa takut."Maximilian... Aku memohon padamu," ucap Robert, suaranya bergetar. "Lepaskan kami. Aku berjanji tidak akan mengusik keluarga Kingsley lagi. Aku... Aku bersumpah."Di kursi utama, Maximilian duduk dengan tenang. Sosoknya yang tegap dan aura dinginnya membuat semua yang berada di ruangan itu enggan bernapas terlalu keras. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi kulit hitam, kedua tangan saling bertaut di depan dada. Senyum kecil muncul di bibirnya, senyum yang penuh arti dan tak memberi celah untuk harapan."Berjanji, ya?" Maximilian akhirnya berbicara, suaranya rendah namun tajam. "Paman akan bersembunyi ke luar negeri, kan? Dan itu di Sydney. Apa aku salah menebak?"Mata Robert membelalak, bibirnya terbuka tanpa suara. Tubuhnya ter
***Di kamar utama kediaman keluarga Kingsley, suasana yang awalnya tenang berubah menjadi percakapan hangat. Anastasia duduk di atas ranjang dengan wajah sedikit pucat, namun senyumnya tetap menghiasi wajahnya. Di sisinya, Maximilian terus memegang tangannya, memberikan kehangatan dan perhatian penuh.Steven sedang memeriksa kondisi Anastasia dengan stetoskop di tangannya. Wajahnya serius, namun ada senyum kecil yang tersembunyi di sana. Setelah selesai, dia berdiri dan melipat tangannya di dada sambil menatap Selene dan Shayne, kedua orang tua Maximilian."Paman, Bibi..." Steven memulai, senyumnya semakin lebar. "Sebentar lagi kalian akan menjadi grandma dan grandpa. Kediaman ini pasti akan jauh lebih ramai."Kalimat itu langsung membuat ruangan menjadi hening. Selene membuka mulutnya, nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Shayne, yang tadinya hanya duduk diam, langsung menegakkan tubuhnya. Namun, reaksi yang paling mencolok datang dari Maximilian."Apa yang kau
***Malam itu, berita tentang Anastasia yang secara resmi diakui sebagai menantu keluarga Kingsley mengguncang dunia. Para undangan di acara resmi keluarga Kingsley tercengang. Kilatan kamera memenuhi ruangan saat Maximilian dengan tenang berdiri di samping Anastasia, memperkenalkannya sebagai istri dan menantu keluarga Kingsley.Di berbagai media sosial, foto-foto mesra keduanya mulai beredar luas. Foto-foto itu menangkap momen romantis Maximilian dan Anastasia, memperlihatkan bagaimana pria itu menggenggam erat tangan istrinya, seolah tak ingin ada yang mengganggunya. Ada foto ketika Maximilian menatap Anastasia penuh kelembutan, sebuah pemandangan yang membuat publik terkagum-kagum.Di sebuah akun penggemar, seorang netizen menulis, “Siapa yang sangka Anastasia menikah dengan Maximilian Kingsley? Mereka terlihat sempurna bersama!”Komentar-komentar positif membanjiri setiap unggahan tentang mereka, memuji betapa serasi pasangan ini. Netizen tak henti-hentinya membicarakan betapa be
***Wajah Renata terlihat pucat dengan air mata yang mengalir di pipinya. Di tengah pesta ulang tahun Kingsley Group yang mewah, kegaduhan ini menarik perhatian para tamu. Robert, ayahnya, menghampiri Renata dengan wajah penuh kekhawatiran. Dia menunduk, membangunkan putrinya dengan lembut."Sayang, apa kamu baik-baik saja?" tanya Robert dengan suara cemas.Renata mengangguk lemah, terisak dengan air mata yang mengalir semakin deras. Pemandangan putrinya yang terlihat tersakiti itu membuat Robert memalingkan tatapan marah ke arah Anastasia, yang berdiri tidak jauh dari mereka. Semua tamu mulai berbisik-bisik, seolah mereka setuju dengan kebencian yang tampak di mata Robert.Dengan nada dingin dan tajam, Robert menatap Anastasia penuh hinaan. "Kenapa ada wanita rendahan sepertimu di sini?" katanya, suaranya dipenuhi kemarahan yang tak tersembunyi. "Bagaimana kau bisa datang ke pesta ini? Apa kau merayu seseorang dengan tubuhmu agar bisa datang ke acara sebesar ini?"Tawa merendahkan lan
***Lampu-lampu kristal di ballroom megah Kingsley Tower berpendar, menciptakan kilauan indah di setiap sudut ruangan. Para tamu undangan yang mengenakan busana glamor berkumpul, menikmati pesta ulang tahun perusahaan Kingsley Group yang ke-75. Namun, malam ini, bukan hanya perayaan yang menjadi pusat perhatian—rumor tentang penerus Kingsley Group yang akan diumumkan secara resmi malam ini telah menjadi buah bibir semua orang. Apalagi sang penerus itu selalu menjadi rahasia karena keberadaannya sangat misterius, bahkan tidak ada media satupun yang mengetahui dimana keberadaan sang pewaris ituDi tengah dentingan gelas-gelas wine dan alunan musik jazz, suara pembawa acara menggema, memecah keheningan ballroom."Ladies and gentlemen, mari kita sambut penerus Kingsley Group, Maximilian Kingsley!"Begitu nama itu disebutkan, sorak-sorai kecil terdengar dari para tamu, dan kamera-kamera media langsung diarahkan ke panggung. Seorang pria berpostur tinggi, berbalut setelan jas hitam sempurna
***Suara benda-benda pecah bergema di dalam kamar Renata. Vas, cermin kecil, bahkan bingkai foto dilempar begitu saja hingga hancur berserakan di lantai. Wajah Renata memerah penuh amarah, napasnya memburu, dan matanya penuh kebencian. Kegagalan rencananya untuk menculik Anastasia benar-benar membuatnya berang."Mereka tak becus!" teriak Renata sambil menendang sisa-sisa kaca di lantai. "Sialan! Orang rendah macam itu berani menolak uangku?" Suaranya menggema dengan kemarahan yang seolah tak kunjung reda.Di tengah-tengah kekesalannya, ia meraih laci meja riasnya dengan kasar, membuka sebuah kotak kecil dan mengeluarkan sebuah botol kecil berisi pil berwarna putih. Renata menatap obat itu dengan tatapan yang penuh tekad."Kalau aku tidak bisa menculiknya, maka aku akan melakukan cara lain," gumamnya sambil menyeringai tipis. "Aku akan tidur dengan Max... dan dengan ini," ia mengangkat pil itu, "aku akan menjadi istrinya."Namun, sebelum Renata bisa melanjutkan monolognya, pintu kamar
***Rhett duduk di sebuah kafe mewah di sudut kota, menatap kosong ke arah cangkir kopi yang ada di depannya. Hatinya bergejolak, tak tenang, seakan ada beban yang tak bisa ia lepaskan dari pundaknya. Hari ini, ia akan bertemu dengan pria yang berhasil merebut hati putrinya—Maximilian Kingsley, seorang pria yang terkenal dingin namun disegani banyak orang.Suara langkah tegas terdengar mendekat, dan Rhett mendongak. Di depannya berdiri seorang pria tinggi dengan tatapan tenang namun tajam. Itu Maximilian, pria yang telah menjadi suami Anastasia. Rhett berdiri, menyambut Maximilian dengan anggukan kepala yang sopan.“Tuan Rhett,” Maximilian memulai, suaranya rendah namun penuh wibawa. Ia mengulurkan tangan. “Senang akhirnya bisa bertemu dengan Anda.”Rhett menyambut uluran tangan itu. “Begitu juga dengan saya, Tuan muda Kingsley.” Ia mencoba tersenyum, walau hatinya diliputi perasaan campur aduk.Maximilian duduk di hadapannya, matanya lurus menatap Rhett. Meskipun banyak yang mengenal
***Anastasia menggenggam dokumen yang diberikan Maximilian dengan tangan gemetar. Hatinya terasa berat, bercampur amarah dan rasa sakit. Mata Anastasia memburam, air mata perlahan mengalir tanpa bisa ia bendung lagi."Kakek dan nenekku sendiri… Mereka yang menyebabkan kecelakaan itu? Kenapa… kenapa mereka tega?" ucapnya terisak, suaranya pecah di tengah kalimat. "Pantas saja… Saat aku datang ke keluarga Noire, mereka semua membenciku. Apalagi Kakek dan Nenek… Sejak awal, keadaanku dianggap tak terlihat. Bahkan aku selalu dikucilkan.”Maximilian hanya bisa menghela napas panjang, tatapannya penuh keprihatinan. "Ana… Semua ini karena ayahmu. Ayahmu memutuskan menikah dengan Aria dengan syarat bahwa kamu bisa diterima dalam keluarga Noire," jawabnya pelan.Anastasia mengernyitkan kening, seolah tak percaya pada apa yang ia dengar. "Papa? Tapi kenapa Papa begitu ingin aku masuk ke dalam keluarga Noire? Bukankah dia selalu menunjukkan kalau dia membenciku? Selalu dingin dan acuh bahkan di