Share

5. Dia Suamiku

***

“Ya Tuhan! Kamu... apakah kamu sudah makan?” tanya Anastasia. Ia menatap pria asing itu sejenak, lalu tanpa menunggu jawaban dari pria itu, wanita itu langsung bergegas ke dapur.

Maximilian tertegun melihat wanita itu yang tampak panik, apakah wajahnya terlihat pucat sampai wanita itu panik? Padahal ia sudah makan dan pergi ke luar bersama Bryan sebentar.

Tak lama Anastasia muncul dan ia meletekkan omelette dan juga juice jeruk di atas meja.

“Kamu, makanlah! Aku minta maaf karena seharian ini ada hal yang harus aku selesaikan,” ucap Anastasia, ia tersenyum, namun senyum itu menyiratkan kelelahan luar biasa.

Maximilian sebenarnya sudah kenyang, namun ia tidak mau wanita itu curiga, ia langsung duduk dan mulai menyantap makanan yang sudah disediakan di atas meja.

“Kamu sudah menghubungi keluargamu?” tanya Anastasia.

Maximilian menggelengkan kepalanya.

“Kenapa? Apa keluargamu tidak mau menjemputmu?” tanya Anastasia terkejut.

“Aku tidak punya keluarga,” balas Maximilian terdengar dingin.

Anastasia tertegun dan ia pun tersenyum, “Apakah preman-preman kemarin itu adalah musuhmu?”

“Sepertinya begitu karena aku tidak mau membayar bunga dari pinjamanku pada mereka,” balas Maximilian.

Situasi hening sejenak, lalu Anastasia menepuk jidatnya, “Aku sampai lupa menanyakan namamu. Siapa namamu? Aku... Anastasia Noire. Aku mengenalkan diri lagi karena takut kamu melupakan namaku.”

“Max.. Max Stone,” balas Maximilan berbohong.

“Salam kenal, Max. Nanti kalau kamu sudah baik-baik saja, aku akan memberimu ongkos.”

“Ongkos untuk apa?”

“Kamu tidak akan selamanya di sini, kan? Kamu memang tidak tahu siapa aku?” Anastasia menatap pria itu dengan heran.

“Anastasia Noire.”

“Kamu tahu siapa aku dan bahaya kalau ada yang tahu kamu ada di apartemenku dan nanti akan membuat publik memandangku buruk.”

“Kamu memang siapa?”

“Lah, tadi kamu bilang tahu siapa aku, kenapa malah bertanya?” tanya Anastasia menatapnya dengan heran.

“Karena kamu memperkenalkan namamu padaku, jadi aku tahu.”

“Astaga! Kamu tidak tahu kalau aku adalah seorang penyanyi?” tanya Anastasia.

Maximilian menggelengkan kepalanya, “Aku hidup di jalanan, mana mungkin aku tahu publik figur.”

Anastasia menghela napas pendek dan bergumam, “Ternyata aku tidak populer.” Lalu, ia beranjak dari duduknya, “Aku mau ke kamar dulu, habiskan makananmu. Besok pagi, aku akan mengantarmu pergi.”

Maximillian tertegun, ia menggelengkan kepalanya, “Dia kenapa terlalu percaya pada orang asing.”

***

Anastasia terbangun dengan tiba-tiba ketika suara gaduh dari ruang tamu menghentak kesadarannya. Jantungnya berdebar kencang, dan insting pertamanya adalah bahwa sesuatu yang buruk sedang terjadi. Ketika ia mendengar suara orang-orang berbicara dengan nada tinggi, ia segera bangkit dari tempat tidurnya, merasa resah dan khawatir.

Sambil mengenakan jubah tidurnya dengan cepat, Anastasia keluar dari kamarnya. Langkah kakinya terhenti di depan tangga ketika matanya menangkap pemandangan yang mengejutkan di ruang tamu. Ruangan itu penuh sesak dengan orang-orang, kebanyakan dari mereka adalah anggota keluarganya. Mereka semua memandang ke arah satu titik di tengah ruangan, dan ketika Anastasia mengikuti arah pandangan mereka, ia melihat sesuatu yang membuat darahnya mendidih.

Maximilian, pria yang telah ia selamatkan dan yang kini tinggal bersamanya, berdiri di tengah kerumunan dengan wajah memar. Luka-luka di wajahnya tampak jelas, dan Anastasia bisa melihat ada darah mengalir dari sudut bibirnya. Tanpa berpikir panjang, ia langsung berlari menuruni tangga, melewati orang-orang yang memandangnya dengan tatapan mencemooh.

“Max!” Anastasia berteriak panik, menghampiri pria itu dan memegang lengannya dengan erat. “Apa yang terjadi? Siapa yang melakukan ini padamu?”

Maximilian hanya menatapnya dengan tenang, meski rasa sakit terlihat jelas di wajahnya. Ia menelan ludah, mencoba berbicara, tetapi sebelum ia sempat menjawab, suara dingin memotong percakapan mereka.

“Lihatlah siapa yang akhirnya muncul,” suara Elara Viviana, kakak tirinya, terdengar sinis di ruangan itu. Elara melangkah maju, wajahnya dipenuhi kebencian yang dingin. “Anastasia Noire, si bintang besar yang ternyata tidak lebih dari wanita murahan yang suka kumpul kebo dengan pria asing di belakang keluarganya.”

Kata-kata itu menusuk hati Anastasia seperti pisau. Ia menoleh dengan tajam ke arah Elara, tetapi sebelum ia bisa membalas, Elara melanjutkan dengan nada yang lebih dingin. “Aku sudah menyelidiki pria ini,” Elara menunjuk Maximilian dengan acuh, “dan ternyata dia bukan siapa-siapa. Dia hanyalah seorang pria miskin, seorang berandal yang bahkan tidak pantas untuk berdiri di ruangan ini, apalagi tinggal di apartemen mewah ini.”

Anastasia merasa kemarahan membakar dalam dirinya, tetapi sebelum ia sempat berbicara, suara lain bergabung dalam serangan verbal itu. Leon Hale, mantan tunangannya, berdiri di dekat Elara dengan senyum sinis di wajahnya. “Anastasia,” Leon mulai dengan nada mengejek, “aku benar-benar beruntung bisa berpisah dari wanita murahan sepertimu. Aku tidak menyangka, bahkan setelah semua ini, kamu akan jatuh serendah ini.”

Setiap kata dari Leon menambah beban di hati Anastasia. Ia menoleh ke arah ayahnya, Rhett Noire, mencari secercah pembelaan atau setidaknya penjelasan. Tapi yang ia temui adalah tatapan dingin dan penuh kekecewaan dari pria yang telah membesarkannya. Dengan suara yang bergetar, ia bertanya, “Ayah… Apakah ayah percaya dengan apa yang mereka katakan?”

Namun, sebelum Rhett sempat menjawab, Aria, ibu tirinya, berbicara lebih dulu. “Anastasia,” katanya dengan nada penuh kepura-puraan, “bagaimana kamu bisa begitu tega? Ayahmu sudah bekerja keras selama ini, dan sekarang, dengan perilakumu yang memalukan ini, kamu memberikan citra buruk padanya, terutama ketika ia sedang dalam perjalanan untuk menduduki kursi parlemen.”

Anastasia memutar matanya, merasa muak dengan kepalsuan yang begitu kental dalam suara Aria. Ia sudah tahu bahwa Aria tidak pernah benar-benar peduli padanya, dan sekarang, semua kepalsuan itu hanya membuatnya semakin marah. “Aria, jangan berpura-pura peduli padaku,” Anastasia membalas dengan nada tajam. “Kamu tidak pernah peduli padaku atau ayah. Semua yang kamu pedulikan hanyalah status dan bagaimana kamu terlihat di mata orang lain.”

Rhett, yang sejak tadi diam, tiba-tiba maju ke depan, wajahnya merah padam karena marah. “Cukup, Anastasia!” suaranya menggelegar di seluruh ruangan. “Jangan bicara begitu pada Aria! Dia ibumu juga dan istri sahku! Kamu tidak punya hak untuk menuduhnya.”

Anastasia menatap ayahnya dengan mata terbelalak, tidak percaya bahwa pria yang selama ini ia harap akan memperhatikannya bisa bersikap seperti itu. Tapi sebelum ia sempat merespons, Rhett mengangkat tangannya dan menampar wajah Anastasia dengan keras. Suara tamparan itu menggema di seluruh ruangan, membuat semua orang terdiam dalam keterkejutan.

Anastasia memegang pipinya yang sakit, air mata mengalir tanpa ia sadari. Ia tidak pernah menyangka ayahnya akan menyakitinya seperti ini. Dengan air mata menggenang di mata, ia menatap Maximilian yang berdiri di sampingnya, dan tiba-tiba, keputusan yang mendadak dan impulsif keluar dari mulutnya.

“Aku dan Max adalah suami istri!” katanya dengan suara tegas, meski ada getaran yang tak bisa ia sembunyikan.

Keheningan melanda ruangan itu. Semua orang memandang Anastasia dengan tatapan tidak percaya. Bahkan Maximilian sendiri tertegun, menatap Anastasia dengan mata membelalak. Tidak ada yang menyangka bahwa Anastasia akan mengatakan hal seperti itu, apalagi dengan keyakinan seperti itu.

“Anastasia, apa yang kamu katakan?” suara Rhett bergetar, jelas terkejut dengan pengakuan putrinya.

Anastasia menatap ayahnya dengan tatapan penuh determinasi. “Kami menikah secara diam-diam kemarin,” katanya, meski hatinya berdebar kencang. “Kami menikah karena cinta, dan aku tidak merasa perlu memberitahu kalian karena aku tahu kalian tidak akan mengerti.”

Elara tertawa sinis, memecah keheningan. “Kamu benar-benar putus asa, Anastasia. Berbohong seperti ini hanya untuk menyelamatkan reputasimu? Luar biasa. Kamu baru saja putus dan kamu mendadak menikah? Apa kamu melakukan kebohongan itu untuk menyelamatkan reputasimu yang sudah hancur?”

“Aku akan menunjukkannya, besok aku akan menunjukkan bahwa kami sudah sah sebagai suami istri!” balas Anastasia.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status