Share

Bab 18. Demam

"Jadi... kamu mau datang ke pernikahan Arga dan Nadya?" tanya Raka sambil memandang Citra dari ujung meja makan. Mereka berdua baru saja mengantar Kakek Bramantyo yang baru saja dijemput supir.

Citra mendongak, pandangannya bertemu dengan Raka. "Aku... belum tahu," jawabnya pelan. Jujur saja, dia tidak terlalu ingin hadir, tapi juga tahu bahwa posisinya sebagai istri Raka menuntut kehadirannya di acara itu. Lagi pula Nadya adalah kakak tirinya.

Raka menatap Citra dengan raut wajah serius, seolah sedang mencerna kata-katanya. "Apa karena kamu masih berat melihat Arga menikah dengan orang lain?" tanyanya tiba-tiba.

Citra menatap Raka dengan tatapan terkejut. "Apa maksudmu? Bukan begitu!" jawab Citra tegas, suaranya naik sedikit. Dia merasa kesal bahwa Raka berpikir demikian.

"Lalu kenapa?" desak Raka, alisnya berkerut.

Citra menggeleng, masih kesal dengan dugaan Raka. "Aku cuma... merasa aneh saja."

Raka memperhatikan ekspresi wajah Citra, lalu menghela napas. "Baiklah," katanya sambi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status