Share

Suami Penggantiku Ternyata Pewaris
Suami Penggantiku Ternyata Pewaris
Penulis: Anggrek Bulan

Bab 1 . Pengkhianatan

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-04 16:33:21

“Oh, Arga … kamu hebat sekali.”

Citra tercengang manakala ia mendengar suara seorang wanita mendesahkan nama tunangannya dari dalam kamar hotel. 

“Ya, Sayang! Seperti itu … ah!”

Suara pergumulan itu semakin keras begitu pintu hotel Citra buka tanpa dua orang di dalam sadari.

Selagi memberanikan diri, Citra mengintip dari celah pintu untuk memastikan apa yang terjadi di dalam sana. 

Dan seketika, dia pun membeku dengan tangan menutup mulut.

Di dalam ruangan, Citra mendapati Arga, tunangannya, tengah bergumul dengan seorang wanita yang tidak lain adalah kakak tiri Citra sendiri, Nadya!

Oh, Tuhan!’ batin Citra dengan tubuh bergetar dan mata berkaca-kaca.

Hari itu, Citra diminta Wedding Organizer untuk memeriksa sejumlah hal, termasuk kamar hotel yang akan menjadi tempat dirinya dan sang calon suami menghabiskan malam pertama mereka beberapa hari lagi. 

Akan tetapi, siapa yang menyangka dirinya malah berakhir menangkap perselingkuhan pria itu dengan kakak tirinya sendiri?!

Dengan tangan terkepal menahan rasa kecewa dan sedih, Citra meraih ponselnya dari dalam saku dan mulai mengambil beberapa bukti foto dan video kedua pengkhianat bejat di dalam sana. 

Selesai melakukan semuanya, tanpa pikir panjang Citra bergegas meninggalkan hotel itu. 

Langkahnya tergesa-gesa, namun hatinya terasa berat. 

Tangannya gemetar ketika dia mencoba menelepon sopir keluarga Arga, yang dengan cepat menjemputnya di lobi.

“Ke rumah Kakek sekarang,” perintah Citra kepada sang sopir. 

Tanpa bertanya lebih lanjut, sopir memacu mobil ke arah kediaman kakek Arga, sosok yang selama ini sangat disegani dalam keluarga mereka.

“Teganya kalian melakukan ini …” ucap Citra dengan suara bergetar. Matanya yang berkaca-kaca masih terus menatap layar ponselnya dengan penuh kekecewaan.

Walau pernikahannya dengan Arga terjadi hanya karena perjanjian antara dua keluarga, tapi perlakuan Arga yang hangat dan lembut padanya selama ini membuat Citra juga membalasnya dengan tulus.

Demikian, menyaksikan pengkhianatan pria tersebut secara langsung seperti ini tentu membuat Citra merasa kecewa!

Dan lagi, dari semua wanita yang bisa Arga pilih di dunia ini, kenapa harus kakak tirinya!?

Tak peduli alasannya, Citra bersyukur bisa mengetahui kejadian ini sebelum keduanya menikah. Karena dengan begitu, Citra masih punya kesempatan untuk membatalkan pernikahannya! 

Dengan penuh tekad, Citra bersumpah dalam hati, “Berakhir … pernikahan ini harus berakhir …!”

Sesampainya di kediaman kakek Arga, Citra langsung disambut oleh pelayan rumah yang mengenalinya dan diantar ke ruang tamu tempat kakek Arga biasanya duduk dengan tenang. 

“Kakek ...” panggil Citra pelan saat memasuki ruangan. Wajahnya pucat, namun matanya menyiratkan tekad yang kuat.

Bramantyo Wiratama, Kakek Arga, seorang pria tua yang berwibawa dengan rambut putih yang disisir rapi, menatap Citra dengan sorot mata penuh perhatian. 

“Ada apa, Citra? Kenapa kamu terlihat begitu tegang?” tanyanya dengan nada yang tenang, namun penuh kewaspadaan.

Citra menelan ludah sebelum menjawab. “Aku harus memberitahumu sesuatu, Kek. Ini soal pernikahanku dan Arga ...”

Bramantyo mengerutkan keningnya, “Apa yang terjadi?”

Tanpa berkata apa-apa lagi, Citra mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto serta video yang diambilnya di hotel tadi. 

Bramantyo melihat layar ponsel, wajahnya berubah muram, lalu merah padam menahan amarah.

“Panggil semua orang kemari!” perintahnya pada pelayan yang setia berdiri di dekat pintu. “Sekarang juga!”

Tak butuh waktu lama bagi seluruh keluarga untuk berkumpul di ruang tamu, termasuk Arga dan Nadya yang datang dengan wajah bingung, tidak tahu apa yang terjadi. 

Orang tua Arga dan Citra, yang ikut datang setelah mendengar panggilan mendesak, juga tampak cemas.

“Apa yang terjadi, Pa?” tanya, Andi Bramantyo, Ayah Arga dengan hati-hati.

Bramantyo tak menghiraukan pertanyaan putranya, tapi saat melihat sosok sang cucu yang tiba dengan Nadya, dia langsung berdiri, berjalan menghampiri, dan–

PLAK!

“Dasar cucu kurang ajar!” bentak Bramantyo penuh amarah, membuat semua orang terkejut.

“Kek! Aku salah apa!? Kenapa Kakek memukulku?!” seru Arga dengan kaget, tak menyangka sang kakek akan melayangkan tamparan keras kepada dirinya di depan semua orang.

Di sisi lain, Andi juga tampak sedikit tidak terima, tapi dia tahu sifat sang ayah. Demikian, dia berucap dengan waspada, “Pa, pun Arga punya salah, bukankah bisa dibicarakan dengan baik-baik?”

“Baik-baik?” ulang Bramantyo, terdengar mencemooh kalimat putranya. Dia pun menyodorkan video di layar ponsel. “Lihat sendiri kelakuan anak kebanggaanmu itu dan katakan padaku apakah bisa kamu bicara baik-baik padanya setelah itu!?”

Andi menerima ponsel tersebut, lalu membeku. “I-ini ….”

Arga yang sempat ingin membela diri seketika memucat saat melihat rekaman video itu.

Tak hanya Arga, Nadya juga begitu terkejut dan wajahnya menjadi merah karena merasa malu kegiatan intimnya ditonton oleh keluarganya dan keluarga Arga. 

“Ka-Kakek, A-ayah, aku bisa jelaskan ….” Nada suara Arga terdengar cemas. 

“Jelaskan apa!? Kamu berselingkuh dengan kakak tiri Citra sendiri, di hotel yang sama di mana kamu seharusnya mempersiapkan pernikahanmu dengan Citra!?” Suara Bramantyo meninggi, membuat semua orang di ruangan itu terdiam.

“Pa, tenang dulu. Mungkin Arga hanya khilaf.” Andi mencoba membela Arga, namun kembali terdiam begitu melihat raut wajah Bramantyo yang kian menggelap. 

Usai seisi ruangan terdiam, Bramantyo kini kembali menatap Citra dengan sorot mata teduh, “Citra, Kakek mengerti perasaanmu saat ini. Dan atas nama keluarga Bramantyo, Kakek minta maaf sama Citra.” 

Citra yang sebelumnya hanya bisa menunduk, kini mendongak dan mengangguk lemah. Menurutnya, tidak seharusnya Kakek yang meminta maaf padanya, melainkan Arga dan Nadya. 

Namun, dari yang Citra lihat, keduanya hanya merasa malu dan kesal kepada Citra yang mengadukan kebejatan mereka, bukan bersalah. 

Menghela napas berat, Citra pun akhirnya berkata, “Oleh karena itu Kek, Citra harap pernikahan kami dapat dibatalkan.”

Mendengar hal tersebut, semua orang terkejut, terutama Bramantyo. 

Citra tahu, pernikahan ini adalah harapan pria tua itu dengan tetua keluarganya. Akan tetapi, dirinya tidak sudi melanjutkan pernikahan dengan laki-laki yang mudah tidur dengan sembarang wanita tanpa ikatan yang sah. 

Bagi Citra itu sungguh menjijikan, terlebih karena hal tersebut mengingatkan dirinya akan perselingkuhan sang ayah yang mengakibatkan perceraian orang tuanya.

“Maaf Citra, tapi untuk permintaan itu, Kakek tidak bisa mengabulkannya.”

Mata Citra membesar. “Apa?”

“Undangan telah tersebar, bagaimana dengan pandangan orang lain nanti jika mengetahui hal ini?” ujar Bramantyo lemah.

Citra terkejut, tidak menyangka bahwa Kakek Bramantyo akan tetap bersikeras melanjutkan pernikahan ini. Padahal tadi dirinya mengatakan mengerti perasaan Citra. 

Apakah pandangan orang lain jauh lebih penting dibandingkan perasaan Citra sendiri? 

Mata Citra kini menatap pada sang Ayah yang sejak tadi hanya terdiam. Berharap bisa mendapatkan pembelaan dari ayahnya.

Namun, Citra kembali merasa kecewa begitu mendengar ucapan ayahnya, “Betul, Citra jangan gegabah. Semua orang pernah berbuat salah, anggap saja Arga bersalah kali ini, namun nanti setelah kalian menikah Arga pasti tak akan melakukannya lagi.” 

Citra melihat Arga menyeringai penuh kemenangan karena merasa dibela. Di sampingnya, orang tua Arga juga ikut memasang wajah berharap.

Remasan tangan Citra semakin mengencang, dirinya bisa merasakan air mata telah menggenang di pelupuk matanya. Meski demikian, ia berusaha agar tidak menjatuhkan air mata itu.

Citra lupa bahwa perusahaan ayahnya membutuhkan bantuan dana dari perusahaan keluarga Arga. Hanya saja Citra tak menyangka ayahnya akan lebih mengutamakan hal itu dibandingkan anaknya sendiri yang jelas-jelas telah dikhianati. 

Bagaimana ini?

Apa yang harus Citra lakukan untuk mengakhiri pernikahan ini?

Di saat Citra terpojok, seseorang mendadak angkat bicara. “Lalu, bagaimana denganku?” 

Semua orang kini menoleh kepada Nadya yang menampakan raut wajah bersedih.

“Apa maksudmu?” Bramantyo berkata dengan tegas sambil menatap wajah Nadya dengan raut tak suka. 

Baginya bukan hanya Arga yang bersalah, namun Nadya juga. Karena perselingkuhan tak mungkin terjadi hanya dari satu pihak saja. 

Tiba-tiba Nadya menangis dan duduk bersimpuh di bawah kaki Bramantyo. Sontak kembali membuat semua orang menatap bingung dengan sikapnya itu. 

“Huhuhu.. Kakek maafkan aku karena telah bodoh dan berselingkuh dengan Arga. Tapi, ini semua karena kami saling mencintai,” Nadya kini menatap Citra sebelum lanjut berkata, “Citra juga mengatakan ingin membatalkan pernikahannya, jadi bagaimana jika aku saja yang menggantikan Citra?”

Bagi Citra ide itu tidak buruk juga, dirinya bahkan tidak perduli lagi jika Arga dan Nadya yang akan berakhir menikah.

Namun, Bramantyo justru merasa geram mendengar perkataan Nadya dan memukul keras meja di sampingnya.

Brak!

“Beraninya! Kamu bukan keturunan sah dari ibu almarhum Citra, hanya seorang anak tiri yang berselingkuh dengan calon suami adik tirimu sendiri. Kamu tidak berhak menggantikan posisinya.” 

“Akan tetapi, aku sedang hamil anak Arga. Kalau Arga menikah dengan Citra, apa itu berarti anakku harus hadir di dunia ini tanpa seorang ayah?”

Seisi ruangan pun menjadi hening.

Bab terkait

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 2. Keputusan Kakek

    Ucapan Nadya membuat seisi ruangan menegang. Bukan hanya Bramantyo yang tampak terkejut dengan pernyataan Nadya, tapi ayah Citra sendiri juga. Karena satu pernyataan putri tirinya itu, terbukti bahwa pernyataannya mengenai Arga tidak akan berselingkuh lagi setelah menikah dengan Citra sama saja dengan omong kosong belaka! Buktinya, mereka sudah melakukannya berulang kali!Bramantyo menatap cucunya dengan tatapan dingin, penuh kekecewaan. “Memalukan! Kamu telah mempermalukan keluarga kita dan mengkhianati Citra yang tulus!”“Ini salah kalian karena terlalu memanjakannya,” seru Bramantyo yang kini menatap kedua orang tua Arga yang juga hanya dapat menundukan kepala mereka. “Kamu benar-benar adalah aib bagi keluarga Bramantyo!” Bramantyo menunjuk-nunjuk wajah Arga dengan penuh emosi, sehingga membuat nafasnya menjadi tersengal-sengal. “Kakek,” Citra kemudian memegang lengan Bramantyo dan menopang tubuhnya agar tidak terjatuh. Bramantyo memejamkan matanya berusaha menahan rasa amarah

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 3. Menikah Dengan Cucu Terbuang

    Citra menelan ludah seraya menatap wajah Arga. Dirinya tidak mau menikah dengan Raka, tapi dia lebih tidak mau menikah dengan pria brengsek di depannya ini, “Keputusanku tak akan pernah berubah sampai kapan pun, Arga.”Arga menggigit bibir bawahnya, tahu jika wanita di hadapannya tak gampang berpindah haluan. Sesaat kemudian dia pun tersenyum licik.“Citra, kamu benar-benar tidak tahu apa yang sedang kamu hadapi,” Arga berkata dengan nada mengejek, matanya menyala dengan amarah yang bercampur frustasi. “Kamu pikir Bang Raka adalah solusi? Dia punya penyakit aseksual! Kamu akan terjebak dalam pernikahan tanpa cinta, tanpa kebahagiaan. Hidupmu hanya akan menjadi neraka, Citra.”Citra menatap Arga dengan tatapan tajam, “Arga, aku tidak akan kembali padamu. Bahkan jika aku harus menikahi Mas Raka, setidaknya aku tidak akan menjadi istri dari pria yang mengkhianati kepercayaannya sendiri.”Arga terdiam, tidak menyangka Citra akan memberikan jawaban tegas. “Citra, aku serius. Kamu harus tah

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 4. Tinggal Bersama

    Citra tertegun. Pria itu adalah Raka. Bukan Raka yang dilihatnya di foto beberapa hari yang lalu—kusut, tidak terurus, dan kasar. Ini adalah Raka yang sangat berbeda, Raka yang tampan, matang dan gagah, dengan aura yang membuat setiap orang di ruangan itu terpana. Nadya dan Anita tidak bisa berkata-kata. Mereka hanya saling pandang, bingung dan terkejut, sementara Raka berjalan mendekati Nadya dengan langkah mantap. “Apa yang kalian katakan tadi?” tanya Raka lagi, kali ini dengan nada yang lebih tenang, tetapi masih dipenuhi dengan otoritas. Anita berusaha mencari kata-kata, tetapi tidak ada yang keluar dari mulutnya. Nadya pun hanya bisa menggeleng, tidak mampu menghadapi tatapan tajam Raka. Kemudian keduanya pergi meninggalkan ruangan. Raka kemudian memalingkan wajahnya ke arah Citra dan tersenyum tipis. “Maaf, Citra. Aku sedikit terlambat,” bisiknya dengan lembut, berbeda sekali dari kesan keras yang terpancar dari penampilannya. “Terima kasih telah menolongku,” ucap Citra deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 5. Perjanjian

    Raka menerima amplop dari tangan Citra dengan alis terangkat. Dia membuka amplop dan membaca isinya. Citra mencoba memperhatikan raut wajah Raka ketika membaca surat kontrak tersebut. “Kalau Mas mau menambahkan poin lainnya atau ada keberatan, kita bisa diskusikan kembali,” suara Citra terdengar lemah. Dalam benaknya, ia merasa khawatir apabila Raka menolak perjanjian itu. “Apa ada alasan kenapa kamu mengajukan ini?” Citra ragu untuk mengatakan alasan sebenarnya. Setelah menimbang beberapa saat, Citra akhirnya berkata, “Uhmm, aku hanya merasa ini akan menguntungkan kita berdua. Kita sama-sama terpaksa menerima pernikahan ini. Dan, aku juga tahu bahwa Mas Raka memiliki aseksual, jadi…” Ucapan Citra terhenti begitu melihat wajah Raka yang kelihatan tidak senang setelah mendengar aib-nya dibuka begitu saja. Citra menggigit bibirnya, merasa telah salah berbicara dan takut menyinggung Raka. “Aseksual?” Raka mendengus geli. Ia kemudian kembali menatap Citra, “Baiklah kal

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 6. Kecurigaan

    Citra terbangun begitu sinar matahari masuk melalui celah jendela seakan mengingatkannya bahwa sudah saatnya memulai hari. Citra melihat jam dinding dan melangkah ke dapur untuk mulai menyiapkan sarapan. Raka ikut terbangun begitu mendengar suara dari arah dapur. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, sebelum akhirnya tersadar bahwa kini dia tidak lagi tinggal sendirian di rumahnya. Raka kemudian keluar masih mengenakan piyama, dan berjalan menuju dapur. Ketika melihat Citra yang sibuk di dapur, entah mengapa hatinya menjadi hangat. Seakan mengingatkannya pada sosok almarhum ibunya yang selalu menyiapkan sarapan. Citra yang menyadari kehadiran Raka menoleh dan tersenyum, “Selamat pagi, Mas. Tunggu sebentar ya, aku sedang menyiapkan sarapan.” Raka mengangguk dan berjalan menuju meja makan dan duduk di kursi yang sudah ditata dengan rapi. Raka mengangkat alis sedikit begitu melihat piring yang dibawa oleh Citra kehadapannya, "Nasi goreng?" Citra mengangguk sambil tersenyu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 7. Raka Yang Misterius

    Citra baru saja memasuki rumah larut malam, mendapati suasana yang sunyi dan lampu ruang tamu yang redup. Hari ini terasa cukup panjang baginya, selain karena suasana kafe yang sibuk, dia juga masih harus meladeni Nadya yang menyebalkan. Untungnya tak lama setelah itu, Nadya kembali ke perusahaan karena jam makan siang hampir berakhir. Membuat Citra akhirnya bisa kembali fokus bekerja. Merasa haus karena cukup lama di perjalanan, Citra melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil segelas air. Namun, baru saja ia masuk ke dapur. Matanya langsung bertatapan dengan mata Raka. “Loh, Mas belum tidur?” Citra mencoba memecah kecanggungan yang ada di antara mereka. Bukannya menjawab pertanyaan Citra, Raka justru balik bertanya dengan nada tegas, “Kenapa pulang larut malam dan tidak ada kabar sama sekali?” Citra menelan ludahnya gugup, mengakui bahwa dirinya memang salah karena lupa memberi kabar. Mungkin karena dirinya juga lupa jika sekarang telah memiliki seorang suami. Karena du

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 8. Pertemuan Keluarga

    Jam sudah menunjukan pukul dua siang lewat lima belas menit. Citra berjalan dengan cepat menyusuri lorong kampusnya dan menuju ke arah parkiran mobil. Dia tidak enak karena telah membuat Raka menunggu cukup lama. Seharusnya jadwal kuliahnya sudah selesai satu jam yang lalu, namun tiba-tiba ia dipanggil oleh dosen pembimbing skripsi untuk membahas sejauh mana proses skripsinya telah berlangsung. Dan karena itu pula, Citra juga tidak bisa mengabari Raka karena tidak bisa membuka ponselnya di depan dosen. Pikirannya jadi kembali teringat betapa Raka semalam terlihat tidak suka, saat tidak diberi kabar. Mata Citra langsung melihat pada sedan hitam yang terparkir dan segera menghampirinya. Citra mengintip sedikit melalui kaca dan mendapati Raka berada di dalam mobil. Tangannya mengetuk pelan, membuat Raka akhirnya menoleh kepadanya dan membuka kunci mobil. “Maaf, aku terlambat, Mas, tadi ada bimbingan skripsi mendadak,” Citra mengucapkannya sesaat ketika membuka pintu mobil dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 9. Melakukan Apa?

    Citra merasa bosan menunggu Raka yang masih berbincang di ruang kerja bersama Kakek Bramantyo. Selain itu, dia juga tidak ingin berdekatan dengan Arga dan Nadya, sehingga ia langsung memisahkan diri dan lebih memilih untuk duduk di pinggir kolam renang yang ada di taman belakang. Saat sedang menikmati menonton film di layar ponselnya. Citra terkejut karena ponselnya ditarik dengan kasar dan dilempar begitu saja ke dalam kolam renang. Citra menoleh dan mendapati Nadya, pelakunya. “Apa yang kamu lakukan?” seru Citra merasa tak senang. Baginya Nadya semakin keterlaluan. Padahal bukankah Nadya sudah mendapatkan apa yang dia inginkan? Yaitu menikah dengan Arga. Lalu, apa lagi yang membuatnya bersikap seenaknya pada dirinya seperti ini? Nadya teringat pernikahan Citra dengan Raka, yang diselenggarakan dengan begitu mewah. Bahkan Kakek mengundang para teman pengusaha yang lain hingga cukup mendapatkan perhatian. Sehingga mendengar keputusan Kakek, Nadya merasa kesal, namun tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-11

Bab terbaru

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 105: Harapan untuk Masa Depan

    “Mas, tadi Kakek sempat bilang sesuatu yang membuatku berpikir,” ujar Citra sambil duduk di sofa, menarik selimut ke tubuhnya. Malam itu udara terasa dingin, tetapi hangatnya percakapan mereka mencairkan suasana.“Apa yang Kakek bilang?” Raka bertanya, mendekat sambil membawa dua cangkir teh hangat. Ia menyerahkan satu kepada Citra sebelum duduk di sampingnya.Citra memegang cangkir itu dengan kedua tangan, meniup uap yang mengepul. “Dia bilang menjadi orang tua itu tidak mudah. Kita harus saling mendukung, dan aku setuju dengan itu. Aku tahu kita masih belajar, tapi aku berharap kita bisa menjadi tim yang baik.”Raka tersenyum, menatap istrinya penuh kasih. “Aku setuju, Cit. Aku tahu aku belum sempurna, tapi aku berjanji akan belajar. Aku akan menjadi suami dan ayah yang lebih baik. Aku tidak akan membiarkan apa pun mengganggu keluarga kecil kita.”Citra menatap Raka dengan mata lembut. “Aku percaya padamu, Mas. Tapi aku juga berharap kita selalu saling mendukung, apa pun yang terjad

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 104: Acara Syukuran

    “Citra, mana aku taruh kue lapis legit tadi? Rasanya tadi aku letakkan di meja dapur!” Suara Raka terdengar sedikit panik dari arah dapur.Citra yang sedang mengatur hiasan bunga di ruang tamu, menoleh sambil tersenyum. “Itu sudah aku pindahkan ke meja buffet, Mas. Nanti kalau taruh di dapur, lupa dihidangkan.”Raka mengangguk cepat, keluar dari dapur sambil membawa nampan berisi minuman. “Wah, bagus sekali susunan bunganya. Kamu memang selalu bisa membuat semuanya terlihat lebih indah.”“Memuji terus dari tadi. Apa kamu takut aku stress menghadapi acara ini?” goda Citra sambil tertawa kecil.Raka meletakkan nampan di meja, kemudian mendekat dan meraih tangan Citra. “Aku memujimu karena kamu pantas dipuji, Cit. Lagi pula, acara ini kan untuk kebahagiaan kita.”Citra tersenyum, sedikit terharu dengan ucapan suaminya. “Terima kasih, Mas. Aku tahu kamu sudah berusaha keras untuk membantu.”Belum sempat Raka menjawab, bel pintu berbunyi. “Itu pasti tamu pertama kita,” kata Raka bersemanga

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 103: Malam Romantis di Taman

    “Kamu memang tidak pandai menyimpan rahasia, ya,” ujar Citra dengan nada menggoda, sambil menatap Raka yang sedang sibuk menata lilin di atas meja taman kecil itu.Angin malam yang lembut meniup rambutnya, sementara wangi bunga lavender di sekeliling taman membuat suasana semakin hangat.Raka, yang sedang menyalakan lilin terakhir, menoleh sambil tersenyum. “Mungkin aku memang tidak pandai menyimpan rahasia,” balasnya santai, “tapi aku pandai membuatmu tersenyum, ‘kan?”Citra tertawa kecil, melipat tangannya di dada. “Yah, setidaknya itu benar. Tapi serius, Mas. Apa ini semua untukku?”Raka berjalan mendekat, menarik kursi untuk Citra agar duduk. “Menurutmu?” tanyanya balik sambil memasang senyum jahil.“Hmm, kalau bukan untukku, untuk siapa lagi?” jawab Citra sambil duduk. Ia memandangi meja kecil itu, dihiasi taplak sederhana berwarna putih dengan beberapa tangkai bunga mawar merah. Di tengah meja, lilin-lilin kecil menyala, memberikan cahaya hangat yang memantul di matanya.Raka du

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 102: Persiapan Acara Syukuran Kehamilan

    “Mas, aku ingin mengadakan syukuran kecil,” ujar Citra tiba-tiba di ruang makan saat mereka sedang sarapan. Ia menatap suaminya yang tengah sibuk dengan layar ponselnya. “Kita bisa undang keluarga dan teman-teman dekat. Hanya acara sederhana untuk merayakan kehamilan ini.”Raka mendongak, alisnya terangkat. “Syukuran? Apa tidak terlalu merepotkan? Bukankah kita bisa merayakannya berdua saja?”Citra tertawa kecil. “Mas, ini bukan soal merepotkan atau tidak. Aku hanya ingin berbagi kebahagiaan ini. Lagipula, sudah lama kita tidak berkumpul dengan orang-orang terdekat sejak kejadian itu.”“Tapi, Cit…” Raka mencoba membantah, namun pandangan penuh harap dari istrinya membuatnya menahan diri. “Apa tidak lebih baik kalau kita fokus saja pada persiapan nanti setelah bayi lahir?”Citra menggeleng. “Bayi ini belum lahir, tapi aku ingin semua orang tahu betapa bersyukurnya kita. Acara ini tidak harus besar, hanya sekadar makan bersama dan doa sederhana.”Raka menghela napas, mencoba mencari ala

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 101: Rasa Terima Kasih Raka

    “Citra, aku tidak tahu bagaimana jadinya hidupku tanpa kamu,” suara Raka terdengar pelan, namun ada kejujuran mendalam di dalamnya. Ia menatap Citra yang sedang duduk di sofa ruang tamu, memandanginya dengan penuh perhatian. “Kamu begitu sabar menghadapi semua kekacauan ini.”Citra menghentikan tangannya yang sedang memegang cangkir teh, lalu mengalihkan pandangannya ke arah suaminya. Ada sedikit keheranan di wajahnya. “Kenapa tiba-tiba bicara begitu, Mas? Aku hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang istri.”“Tidak, ini lebih dari itu,” jawab Raka, menghela napas panjang sebelum melanjutkan. “Aku sadar selama ini aku terlalu sibuk dengan masalahku sendiri. Aku seringkali lupa bahwa kamu juga ikut menanggung semua beban ini, bahkan ketika itu bukan kesalahanmu.”Citra tersenyum kecil, mencoba mencairkan suasana. “Kamu membuatku terdengar seperti pahlawan, padahal aku cuma ingin kita melewati semuanya bersama. Bagaimanapun juga, keluarga ini adalah bagian dari hidupku.”Rak

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 100. Kebohongan yang Terbongkar

    “Baik, semua sudah berkumpul?” Raka membuka suara dengan tenang tetapi tegas, berdiri di tengah ruang keluarga besar Bramantyo.Anggota keluarga yang hadir saling pandang, bertanya-tanya apa yang akan dibahas. Kakek Bramantyo duduk di samping Arga, terlihat waspada. Nadya duduk di sudut ruangan dengan ekspresi datar, meskipun jari-jarinya saling menggenggam erat.“Ada sesuatu yang perlu saya sampaikan kepada keluarga ini,” lanjut Raka. “Ini menyangkut kejujuran, kehormatan, dan kepercayaan dalam keluarga besar kita.”Citra yang duduk di dekatnya menatap Raka dengan dukungan penuh. Ia tahu betapa pentingnya momen ini untuk membongkar semua kebohongan yang telah merusak kedamaian keluarga mereka.“Raka, langsung saja ke intinya,” suara dingin Kakek Bramantyo terdengar. “Apa yang sebenarnya ingin kamu sampaikan?”Raka menarik napas panjang. “Saya memiliki bukti bahwa Nadya selama ini telah membohongi kita semua.”“Raka!” Nadya langsung berdiri, suaranya meninggi. “Apa maksudmu? Jangan bi

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 99: Menghadapi Kenyataan

    “Arga, aku perlu bicara sekarang. Ini penting,” kata Raka dengan nada serius saat memasuki ruang kerja Arga.Arga yang sedang membaca dokumen mendongak, memasang ekspresi sedikit terganggu. “Apa lagi kali ini, Bang? Aku lelah dengan masalah keluarga yang sepertinya terus dibesar-besarkan.”Raka mendekat, meletakkan amplop cokelat di meja. “Bukan aku yang membesar-besarkan. Ini soal Nadya. Aku rasa kamu perlu melihat ini.”Arga mengernyit, tetapi tetap membuka amplop itu. Di dalamnya ada laporan DNA, beberapa foto, dan transkrip percakapan yang telah disusun oleh Budi.“Apa ini?” tanya Arga dengan suara rendah, tetapi jelas menunjukkan ketegangan.“Laporan DNA,” jawab Raka singkat. “Lengkapnya kamu bisa membaca dokumen itu.” Raka memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya.Arga menatap laporan itu dengan ekspresi tidak percaya. “Kamu pasti bercanda. Untuk apa sampai test DNA segala?"“Arga,” Raka menahan nada suaranya agar tetap tenang. “Aku tahu ini sulit dipercaya, tapi semua bu

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 98. Obrolan yang Memanas

    “Mas, aku harus bicara sama Nadya. Ini sudah keterlaluan,” kata Citra dengan nada tegas, menatap Raka yang sedang duduk di meja kerjanya.Raka menghela napas panjang. “Sayang, aku tahu kamu marah. Tapi ini bukan cara yang tepat. Nadya bisa memutarbalikkan semua perkataanmu.”“Justru karena itu aku harus bicara langsung. Kalau aku diam terus, dia akan merasa menang dan terus menyebarkan fitnahnya. Aku nggak mau keluarga kita hancur karena dia,” jawab Citra dengan sorot mata yang tajam.Raka bangkit dari kursinya dan mendekati Citra. “Aku ngerti perasaanmu, tapi kita harus hati-hati. Jangan sampai kamu terpancing emosinya. Nadya itu licik.”“Aku nggak akan marah, Mas. Aku cuma mau dia tahu kalau aku nggak akan tinggal diam,” kata Citra sambil menggenggam tangan Raka.Raka menatap istrinya dalam-dalam, lalu mengangguk. “Baiklah, tapi aku tetap ada di dekatmu. Kalau dia mulai melampaui batas, aku akan turun tangan.”*Citra berjalan di ruang tamu, di mana Nadya sedang duduk santai sambil

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 97. Serangan Balik

    “Tante Dewi, saya benar-benar nggak tahu lagi harus bagaimana…” Nadya berkata pelan, suaranya dibuat terdengar lemah. Ia duduk di ruang tamu sambil menundukkan kepala, sesekali mengusap matanya seolah mencoba menahan tangis.Bu Dewi, salah satu anggota keluarga Bramantyo, yang duduk di depannya menghela napas. “Nadya, kamu kenapa? Kok kelihatan sedih sekali?”“Saya hanya merasa semua orang di rumah ini sudah nggak peduli sama saya, Tante. Mereka hanya pura-pura baik demi menjaga nama baik keluarga besar. Apalagi Raka dan Citra…” Nadya terdiam, seolah ragu untuk melanjutkan.Mata Bu Dewi menyipit, penasaran. “Kenapa dengan Raka dan Citra?”Nadya memainkan ujung kerudungnya, berpura-pura ragu. “Saya nggak mau menuduh, Tante, tapi saya lihat mereka itu seperti hanya berpura-pura bahagia. Semuanya terasa… palsu. Mungkin demi menyenangkan Kakek Bramantyo saja.”Bu Dewi terdiam, memikirkan kata-kata Nadya. “Maksudmu, mereka tidak benar-benar bahagia?”“Entahlah, Tante. Tapi setiap kali say

DMCA.com Protection Status