Share

Suami Penggantiku Ternyata Pewaris
Suami Penggantiku Ternyata Pewaris
Author: Anggrek Bulan

Bab 1 . Pengkhianatan

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2024-09-04 16:33:21

“Oh, Arga … kamu hebat sekali.”

Citra tercengang manakala ia mendengar suara seorang wanita mendesahkan nama tunangannya dari dalam kamar hotel. 

“Ya, Sayang! Seperti itu … ah!”

Suara pergumulan itu semakin keras begitu pintu hotel Citra buka tanpa dua orang di dalam sadari.

Selagi memberanikan diri, Citra mengintip dari celah pintu untuk memastikan apa yang terjadi di dalam sana. 

Dan seketika, dia pun membeku dengan tangan menutup mulut.

Di dalam ruangan, Citra mendapati Arga, tunangannya, tengah bergumul dengan seorang wanita yang tidak lain adalah kakak tiri Citra sendiri, Nadya!

Oh, Tuhan!’ batin Citra dengan tubuh bergetar dan mata berkaca-kaca.

Hari itu, Citra diminta Wedding Organizer untuk memeriksa sejumlah hal, termasuk kamar hotel yang akan menjadi tempat dirinya dan sang calon suami menghabiskan malam pertama mereka beberapa hari lagi. 

Akan tetapi, siapa yang menyangka dirinya malah berakhir menangkap perselingkuhan pria itu dengan kakak tirinya sendiri?!

Dengan tangan terkepal menahan rasa kecewa dan sedih, Citra meraih ponselnya dari dalam saku dan mulai mengambil beberapa bukti foto dan video kedua pengkhianat bejat di dalam sana. 

Selesai melakukan semuanya, tanpa pikir panjang Citra bergegas meninggalkan hotel itu. 

Langkahnya tergesa-gesa, namun hatinya terasa berat. 

Tangannya gemetar ketika dia mencoba menelepon sopir keluarga Arga, yang dengan cepat menjemputnya di lobi.

“Ke rumah Kakek sekarang,” perintah Citra kepada sang sopir. 

Tanpa bertanya lebih lanjut, sopir memacu mobil ke arah kediaman kakek Arga, sosok yang selama ini sangat disegani dalam keluarga mereka.

“Teganya kalian melakukan ini …” ucap Citra dengan suara bergetar. Matanya yang berkaca-kaca masih terus menatap layar ponselnya dengan penuh kekecewaan.

Walau pernikahannya dengan Arga terjadi hanya karena perjanjian antara dua keluarga, tapi perlakuan Arga yang hangat dan lembut padanya selama ini membuat Citra juga membalasnya dengan tulus.

Demikian, menyaksikan pengkhianatan pria tersebut secara langsung seperti ini tentu membuat Citra merasa kecewa!

Dan lagi, dari semua wanita yang bisa Arga pilih di dunia ini, kenapa harus kakak tirinya!?

Tak peduli alasannya, Citra bersyukur bisa mengetahui kejadian ini sebelum keduanya menikah. Karena dengan begitu, Citra masih punya kesempatan untuk membatalkan pernikahannya! 

Dengan penuh tekad, Citra bersumpah dalam hati, “Berakhir … pernikahan ini harus berakhir …!”

Sesampainya di kediaman kakek Arga, Citra langsung disambut oleh pelayan rumah yang mengenalinya dan diantar ke ruang tamu tempat kakek Arga biasanya duduk dengan tenang. 

“Kakek ...” panggil Citra pelan saat memasuki ruangan. Wajahnya pucat, namun matanya menyiratkan tekad yang kuat.

Bramantyo Wiratama, Kakek Arga, seorang pria tua yang berwibawa dengan rambut putih yang disisir rapi, menatap Citra dengan sorot mata penuh perhatian. 

“Ada apa, Citra? Kenapa kamu terlihat begitu tegang?” tanyanya dengan nada yang tenang, namun penuh kewaspadaan.

Citra menelan ludah sebelum menjawab. “Aku harus memberitahumu sesuatu, Kek. Ini soal pernikahanku dan Arga ...”

Bramantyo mengerutkan keningnya, “Apa yang terjadi?”

Tanpa berkata apa-apa lagi, Citra mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto serta video yang diambilnya di hotel tadi. 

Bramantyo melihat layar ponsel, wajahnya berubah muram, lalu merah padam menahan amarah.

“Panggil semua orang kemari!” perintahnya pada pelayan yang setia berdiri di dekat pintu. “Sekarang juga!”

Tak butuh waktu lama bagi seluruh keluarga untuk berkumpul di ruang tamu, termasuk Arga dan Nadya yang datang dengan wajah bingung, tidak tahu apa yang terjadi. 

Orang tua Arga dan Citra, yang ikut datang setelah mendengar panggilan mendesak, juga tampak cemas.

“Apa yang terjadi, Pa?” tanya, Andi Bramantyo, Ayah Arga dengan hati-hati.

Bramantyo tak menghiraukan pertanyaan putranya, tapi saat melihat sosok sang cucu yang tiba dengan Nadya, dia langsung berdiri, berjalan menghampiri, dan–

PLAK!

“Dasar cucu kurang ajar!” bentak Bramantyo penuh amarah, membuat semua orang terkejut.

“Kek! Aku salah apa!? Kenapa Kakek memukulku?!” seru Arga dengan kaget, tak menyangka sang kakek akan melayangkan tamparan keras kepada dirinya di depan semua orang.

Di sisi lain, Andi juga tampak sedikit tidak terima, tapi dia tahu sifat sang ayah. Demikian, dia berucap dengan waspada, “Pa, pun Arga punya salah, bukankah bisa dibicarakan dengan baik-baik?”

“Baik-baik?” ulang Bramantyo, terdengar mencemooh kalimat putranya. Dia pun menyodorkan video di layar ponsel. “Lihat sendiri kelakuan anak kebanggaanmu itu dan katakan padaku apakah bisa kamu bicara baik-baik padanya setelah itu!?”

Andi menerima ponsel tersebut, lalu membeku. “I-ini ….”

Arga yang sempat ingin membela diri seketika memucat saat melihat rekaman video itu.

Tak hanya Arga, Nadya juga begitu terkejut dan wajahnya menjadi merah karena merasa malu kegiatan intimnya ditonton oleh keluarganya dan keluarga Arga. 

“Ka-Kakek, A-ayah, aku bisa jelaskan ….” Nada suara Arga terdengar cemas. 

“Jelaskan apa!? Kamu berselingkuh dengan kakak tiri Citra sendiri, di hotel yang sama di mana kamu seharusnya mempersiapkan pernikahanmu dengan Citra!?” Suara Bramantyo meninggi, membuat semua orang di ruangan itu terdiam.

“Pa, tenang dulu. Mungkin Arga hanya khilaf.” Andi mencoba membela Arga, namun kembali terdiam begitu melihat raut wajah Bramantyo yang kian menggelap. 

Usai seisi ruangan terdiam, Bramantyo kini kembali menatap Citra dengan sorot mata teduh, “Citra, Kakek mengerti perasaanmu saat ini. Dan atas nama keluarga Bramantyo, Kakek minta maaf sama Citra.” 

Citra yang sebelumnya hanya bisa menunduk, kini mendongak dan mengangguk lemah. Menurutnya, tidak seharusnya Kakek yang meminta maaf padanya, melainkan Arga dan Nadya. 

Namun, dari yang Citra lihat, keduanya hanya merasa malu dan kesal kepada Citra yang mengadukan kebejatan mereka, bukan bersalah. 

Menghela napas berat, Citra pun akhirnya berkata, “Oleh karena itu Kek, Citra harap pernikahan kami dapat dibatalkan.”

Mendengar hal tersebut, semua orang terkejut, terutama Bramantyo. 

Citra tahu, pernikahan ini adalah harapan pria tua itu dengan tetua keluarganya. Akan tetapi, dirinya tidak sudi melanjutkan pernikahan dengan laki-laki yang mudah tidur dengan sembarang wanita tanpa ikatan yang sah. 

Bagi Citra itu sungguh menjijikan, terlebih karena hal tersebut mengingatkan dirinya akan perselingkuhan sang ayah yang mengakibatkan perceraian orang tuanya.

“Maaf Citra, tapi untuk permintaan itu, Kakek tidak bisa mengabulkannya.”

Mata Citra membesar. “Apa?”

“Undangan telah tersebar, bagaimana dengan pandangan orang lain nanti jika mengetahui hal ini?” ujar Bramantyo lemah.

Citra terkejut, tidak menyangka bahwa Kakek Bramantyo akan tetap bersikeras melanjutkan pernikahan ini. Padahal tadi dirinya mengatakan mengerti perasaan Citra. 

Apakah pandangan orang lain jauh lebih penting dibandingkan perasaan Citra sendiri? 

Mata Citra kini menatap pada sang Ayah yang sejak tadi hanya terdiam. Berharap bisa mendapatkan pembelaan dari ayahnya.

Namun, Citra kembali merasa kecewa begitu mendengar ucapan ayahnya, “Betul, Citra jangan gegabah. Semua orang pernah berbuat salah, anggap saja Arga bersalah kali ini, namun nanti setelah kalian menikah Arga pasti tak akan melakukannya lagi.” 

Citra melihat Arga menyeringai penuh kemenangan karena merasa dibela. Di sampingnya, orang tua Arga juga ikut memasang wajah berharap.

Remasan tangan Citra semakin mengencang, dirinya bisa merasakan air mata telah menggenang di pelupuk matanya. Meski demikian, ia berusaha agar tidak menjatuhkan air mata itu.

Citra lupa bahwa perusahaan ayahnya membutuhkan bantuan dana dari perusahaan keluarga Arga. Hanya saja Citra tak menyangka ayahnya akan lebih mengutamakan hal itu dibandingkan anaknya sendiri yang jelas-jelas telah dikhianati. 

Bagaimana ini?

Apa yang harus Citra lakukan untuk mengakhiri pernikahan ini?

Di saat Citra terpojok, seseorang mendadak angkat bicara. “Lalu, bagaimana denganku?” 

Semua orang kini menoleh kepada Nadya yang menampakan raut wajah bersedih.

“Apa maksudmu?” Bramantyo berkata dengan tegas sambil menatap wajah Nadya dengan raut tak suka. 

Baginya bukan hanya Arga yang bersalah, namun Nadya juga. Karena perselingkuhan tak mungkin terjadi hanya dari satu pihak saja. 

Tiba-tiba Nadya menangis dan duduk bersimpuh di bawah kaki Bramantyo. Sontak kembali membuat semua orang menatap bingung dengan sikapnya itu. 

“Huhuhu.. Kakek maafkan aku karena telah bodoh dan berselingkuh dengan Arga. Tapi, ini semua karena kami saling mencintai,” Nadya kini menatap Citra sebelum lanjut berkata, “Citra juga mengatakan ingin membatalkan pernikahannya, jadi bagaimana jika aku saja yang menggantikan Citra?”

Bagi Citra ide itu tidak buruk juga, dirinya bahkan tidak perduli lagi jika Arga dan Nadya yang akan berakhir menikah.

Namun, Bramantyo justru merasa geram mendengar perkataan Nadya dan memukul keras meja di sampingnya.

Brak!

“Beraninya! Kamu bukan keturunan sah dari ibu almarhum Citra, hanya seorang anak tiri yang berselingkuh dengan calon suami adik tirimu sendiri. Kamu tidak berhak menggantikan posisinya.” 

“Akan tetapi, aku sedang hamil anak Arga. Kalau Arga menikah dengan Citra, apa itu berarti anakku harus hadir di dunia ini tanpa seorang ayah?”

Seisi ruangan pun menjadi hening.

Related chapters

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 2. Keputusan Kakek

    Ucapan Nadya membuat seisi ruangan menegang. Bukan hanya Bramantyo yang tampak terkejut dengan pernyataan Nadya, tapi ayah Citra sendiri juga. Karena satu pernyataan putri tirinya itu, terbukti bahwa pernyataannya mengenai Arga tidak akan berselingkuh lagi setelah menikah dengan Citra sama saja dengan omong kosong belaka! Buktinya, mereka sudah melakukannya berulang kali!Bramantyo menatap cucunya dengan tatapan dingin, penuh kekecewaan. “Memalukan! Kamu telah mempermalukan keluarga kita dan mengkhianati Citra yang tulus!”“Ini salah kalian karena terlalu memanjakannya,” seru Bramantyo yang kini menatap kedua orang tua Arga yang juga hanya dapat menundukan kepala mereka. “Kamu benar-benar adalah aib bagi keluarga Bramantyo!” Bramantyo menunjuk-nunjuk wajah Arga dengan penuh emosi, sehingga membuat nafasnya menjadi tersengal-sengal. “Kakek,” Citra kemudian memegang lengan Bramantyo dan menopang tubuhnya agar tidak terjatuh. Bramantyo memejamkan matanya berusaha menahan rasa amarah

    Last Updated : 2024-09-04
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 3. Menikah Dengan Cucu Terbuang

    Citra menelan ludah seraya menatap wajah Arga. Dirinya tidak mau menikah dengan Raka, tapi dia lebih tidak mau menikah dengan pria brengsek di depannya ini, “Keputusanku tak akan pernah berubah sampai kapan pun, Arga.”Arga menggigit bibir bawahnya, tahu jika wanita di hadapannya tak gampang berpindah haluan. Sesaat kemudian dia pun tersenyum licik.“Citra, kamu benar-benar tidak tahu apa yang sedang kamu hadapi,” Arga berkata dengan nada mengejek, matanya menyala dengan amarah yang bercampur frustasi. “Kamu pikir Bang Raka adalah solusi? Dia punya penyakit aseksual! Kamu akan terjebak dalam pernikahan tanpa cinta, tanpa kebahagiaan. Hidupmu hanya akan menjadi neraka, Citra.”Citra menatap Arga dengan tatapan tajam, “Arga, aku tidak akan kembali padamu. Bahkan jika aku harus menikahi Mas Raka, setidaknya aku tidak akan menjadi istri dari pria yang mengkhianati kepercayaannya sendiri.”Arga terdiam, tidak menyangka Citra akan memberikan jawaban tegas. “Citra, aku serius. Kamu harus tah

    Last Updated : 2024-09-04
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 4. Tinggal Bersama

    Citra tertegun. Pria itu adalah Raka. Bukan Raka yang dilihatnya di foto beberapa hari yang lalu—kusut, tidak terurus, dan kasar. Ini adalah Raka yang sangat berbeda, Raka yang tampan, matang dan gagah, dengan aura yang membuat setiap orang di ruangan itu terpana. Nadya dan Anita tidak bisa berkata-kata. Mereka hanya saling pandang, bingung dan terkejut, sementara Raka berjalan mendekati Nadya dengan langkah mantap. “Apa yang kalian katakan tadi?” tanya Raka lagi, kali ini dengan nada yang lebih tenang, tetapi masih dipenuhi dengan otoritas. Anita berusaha mencari kata-kata, tetapi tidak ada yang keluar dari mulutnya. Nadya pun hanya bisa menggeleng, tidak mampu menghadapi tatapan tajam Raka. Kemudian keduanya pergi meninggalkan ruangan. Raka kemudian memalingkan wajahnya ke arah Citra dan tersenyum tipis. “Maaf, Citra. Aku sedikit terlambat,” bisiknya dengan lembut, berbeda sekali dari kesan keras yang terpancar dari penampilannya. “Terima kasih telah menolongku,” ucap Citra deng

    Last Updated : 2024-09-05
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 5. Perjanjian

    Raka menerima amplop dari tangan Citra dengan alis terangkat. Dia membuka amplop dan membaca isinya. Citra mencoba memperhatikan raut wajah Raka ketika membaca surat kontrak tersebut. “Kalau Mas mau menambahkan poin lainnya atau ada keberatan, kita bisa diskusikan kembali,” suara Citra terdengar lemah. Dalam benaknya, ia merasa khawatir apabila Raka menolak perjanjian itu. “Apa ada alasan kenapa kamu mengajukan ini?” Citra ragu untuk mengatakan alasan sebenarnya. Setelah menimbang beberapa saat, Citra akhirnya berkata, “Uhmm, aku hanya merasa ini akan menguntungkan kita berdua. Kita sama-sama terpaksa menerima pernikahan ini. Dan, aku juga tahu bahwa Mas Raka memiliki aseksual, jadi…” Ucapan Citra terhenti begitu melihat wajah Raka yang kelihatan tidak senang setelah mendengar aib-nya dibuka begitu saja. Citra menggigit bibirnya, merasa telah salah berbicara dan takut menyinggung Raka. “Aseksual?” Raka mendengus geli. Ia kemudian kembali menatap Citra, “Baiklah kal

    Last Updated : 2024-09-06
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 6. Kecurigaan

    Citra terbangun begitu sinar matahari masuk melalui celah jendela seakan mengingatkannya bahwa sudah saatnya memulai hari. Citra melihat jam dinding dan melangkah ke dapur untuk mulai menyiapkan sarapan. Raka ikut terbangun begitu mendengar suara dari arah dapur. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, sebelum akhirnya tersadar bahwa kini dia tidak lagi tinggal sendirian di rumahnya. Raka kemudian keluar masih mengenakan piyama, dan berjalan menuju dapur. Ketika melihat Citra yang sibuk di dapur, entah mengapa hatinya menjadi hangat. Seakan mengingatkannya pada sosok almarhum ibunya yang selalu menyiapkan sarapan. Citra yang menyadari kehadiran Raka menoleh dan tersenyum, “Selamat pagi, Mas. Tunggu sebentar ya, aku sedang menyiapkan sarapan.” Raka mengangguk dan berjalan menuju meja makan dan duduk di kursi yang sudah ditata dengan rapi. Raka mengangkat alis sedikit begitu melihat piring yang dibawa oleh Citra kehadapannya, "Nasi goreng?" Citra mengangguk sambil tersenyu

    Last Updated : 2024-09-06
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 7. Raka Yang Misterius

    Citra baru saja memasuki rumah larut malam, mendapati suasana yang sunyi dan lampu ruang tamu yang redup. Hari ini terasa cukup panjang baginya, selain karena suasana kafe yang sibuk, dia juga masih harus meladeni Nadya yang menyebalkan. Untungnya tak lama setelah itu, Nadya kembali ke perusahaan karena jam makan siang hampir berakhir. Membuat Citra akhirnya bisa kembali fokus bekerja. Merasa haus karena cukup lama di perjalanan, Citra melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil segelas air. Namun, baru saja ia masuk ke dapur. Matanya langsung bertatapan dengan mata Raka. “Loh, Mas belum tidur?” Citra mencoba memecah kecanggungan yang ada di antara mereka. Bukannya menjawab pertanyaan Citra, Raka justru balik bertanya dengan nada tegas, “Kenapa pulang larut malam dan tidak ada kabar sama sekali?” Citra menelan ludahnya gugup, mengakui bahwa dirinya memang salah karena lupa memberi kabar. Mungkin karena dirinya juga lupa jika sekarang telah memiliki seorang suami. Karena du

    Last Updated : 2024-09-10
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 8. Pertemuan Keluarga

    Jam sudah menunjukan pukul dua siang lewat lima belas menit. Citra berjalan dengan cepat menyusuri lorong kampusnya dan menuju ke arah parkiran mobil. Dia tidak enak karena telah membuat Raka menunggu cukup lama. Seharusnya jadwal kuliahnya sudah selesai satu jam yang lalu, namun tiba-tiba ia dipanggil oleh dosen pembimbing skripsi untuk membahas sejauh mana proses skripsinya telah berlangsung. Dan karena itu pula, Citra juga tidak bisa mengabari Raka karena tidak bisa membuka ponselnya di depan dosen. Pikirannya jadi kembali teringat betapa Raka semalam terlihat tidak suka, saat tidak diberi kabar. Mata Citra langsung melihat pada sedan hitam yang terparkir dan segera menghampirinya. Citra mengintip sedikit melalui kaca dan mendapati Raka berada di dalam mobil. Tangannya mengetuk pelan, membuat Raka akhirnya menoleh kepadanya dan membuka kunci mobil. “Maaf, aku terlambat, Mas, tadi ada bimbingan skripsi mendadak,” Citra mengucapkannya sesaat ketika membuka pintu mobil dan

    Last Updated : 2024-09-10
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 9. Melakukan Apa?

    Citra merasa bosan menunggu Raka yang masih berbincang di ruang kerja bersama Kakek Bramantyo. Selain itu, dia juga tidak ingin berdekatan dengan Arga dan Nadya, sehingga ia langsung memisahkan diri dan lebih memilih untuk duduk di pinggir kolam renang yang ada di taman belakang. Saat sedang menikmati menonton film di layar ponselnya. Citra terkejut karena ponselnya ditarik dengan kasar dan dilempar begitu saja ke dalam kolam renang. Citra menoleh dan mendapati Nadya, pelakunya. “Apa yang kamu lakukan?” seru Citra merasa tak senang. Baginya Nadya semakin keterlaluan. Padahal bukankah Nadya sudah mendapatkan apa yang dia inginkan? Yaitu menikah dengan Arga. Lalu, apa lagi yang membuatnya bersikap seenaknya pada dirinya seperti ini? Nadya teringat pernikahan Citra dengan Raka, yang diselenggarakan dengan begitu mewah. Bahkan Kakek mengundang para teman pengusaha yang lain hingga cukup mendapatkan perhatian. Sehingga mendengar keputusan Kakek, Nadya merasa kesal, namun tak

    Last Updated : 2024-09-11

Latest chapter

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 127. Misi Penyelamatan

    Bab 127: Misi Penyelamatan"Mas, aku harus ikut," tegas Citra sambil menatap suaminya. Ia berdiri dengan tangan terlipat, menunjukkan bahwa ia tidak akan menyerah begitu saja.Raka menghela napas panjang, meletakkan ponselnya di meja. "Citra, ini bukan ide yang bagus. Tempat itu berbahaya, dan kamu sedang hamil. Aku nggak akan ambil risiko.""Bahaya atau tidak, Nadya tetap keluargaku!" balas Citra dengan nada penuh emosi. "Aku nggak bisa duduk diam di rumah sementara kalian di luar sana mencarinya."Raka mendekat, menggenggam kedua tangan Citra. "Aku mengerti perasaanmu, tapi pikirkan bayi kita. Kamu sendiri bilang dia adalah prioritas utama. Kalau sesuatu terjadi padamu, aku nggak akan pernah bisa memaafkan diriku."Citra menggeleng, air mata mulai menggenang di matanya. "Tapi Mas ... aku nggak bisa tenang. Aku nggak tahu apa yang akan dilakukan Fajar pada Nadya. Aku takut dia dalam bahaya.""Itulah kenapa aku harus pergi. Bukan kamu," ujar Raka dengan lembut, mencoba menenangkan ist

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 126. Makin Memanas

    "Bu, aku ingin bicara!" suara Citra terdengar lantang dari ruang tamu, memecah keheningan malam itu.Anita, yang tengah duduk santai di sofa sambil menonton televisi, menoleh dengan ekspresi datar. "Oh, kamu akhirnya punya nyali, Citra?" balasnya sinis.Citra melangkah masuk, wajahnya tegang. Raka berdiri di belakangnya, mencoba memberi dukungan meskipun ia tahu ini bukan posisinya untuk ikut campur."Aku nggak tahan lagi dengan semua omonganmu tentang ibuku," Citra langsung memulai, tanpa basa-basi. "Kalau kamu punya sesuatu untuk disampaikan, katakan sekarang, di depanku."Anita menatap Citra dengan tatapan dingin. Ia mematikan televisi dan meletakkan remote di meja. "Baiklah," katanya sambil menyilangkan tangan di dada. "Kamu mau tahu kebenaran, kan? Kebenaran yang selalu kamu anggap sebagai kebohongan karena kamu nggak bisa terima kenyataan?""Kebenaran apa? Bahwa kamu yang menghancurkan keluarga kami?" sergah Citra dengan nada tajam.Anita tertawa kecil, getir. "Lucu sekali. Kamu

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   125: Perangkap yang Membelenggu

    "Fajar, aku nggak mau ikut campur urusan ini lagi," suara Nadya terdengar putus asa. Ia berdiri di sudut ruangan sempit yang mereka sewa, memeluk tubuhnya sendiri.Fajar, seorang pria bertubuh tegap dengan tatapan tajam, hanya mendengus sambil menyandarkan tubuhnya di kursi kayu. "Kamu pikir kamu punya pilihan, Nadya?" tanyanya dengan nada dingin.Nadya menggigit bibir, menahan air mata yang hampir jatuh. "Aku cuma mau hidup tenang, Fajar. Aku nggak pernah setuju untuk jadi bagian dari ini."Fajar mendekat, langkahnya pelan tapi penuh tekanan. "Dengar, Nadya. Kamu pikir aku juga mau hidup seperti ini? Kita sama-sama nggak punya pilihan. Uang dari pekerjaan ini yang bikin kita bisa bertahan. Kalau kamu nggak mau ikut, ya sudah. Tapi jangan salahkan aku kalau kamu nanti kelaparan."Nadya memalingkan wajahnya. "Aku lebih baik pergi daripada terus terlibat dalam ini.""Pergi ke mana? Ke adikmu, Citra?" tanya Fajar sambil terkekeh. "Kamu pikir dia bisa terima kamu begitu saja setelah semua

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 124: Ancaman yang Mengintai

    "Mas, ini tidak mungkin terjadi... Kenapa ada foto kita di rumah sakit?" Citra memandang ponselnya dengan tangan gemetar.Raka yang sedang duduk di sebelahnya segera menoleh. "Tunjukkan padaku," katanya tegas. Citra menyerahkan ponselnya, dan Raka segera membaca pesan itu.Di layar, sebuah pesan teks anonim berbunyi:"Berhenti mencari, atau kalian akan menyesal."Di bawah pesan itu ada foto Citra dan Raka di depan rumah sakit tadi siang, jelas diambil dari jarak dekat."Sialan," gumam Raka, wajahnya langsung tegang. "Ini bukan ancaman biasa. Seseorang mengikuti kita.""Apa maksudnya berhenti mencari? Apakah ini ada hubungannya dengan Nadya?" tanya Citra, suaranya terdengar cemas.Raka menatapnya tajam. "Tentu saja ini tentang Nadya. Orang yang mengancam kita pasti tahu kita sedang mencoba menemukannya.""Tapi kenapa mereka mengincar kita? Apa salah kita, Mas?" Citra mulai terisak.Raka menarik napas panjang dan meraih tangan Citra. "Dengar, ini bukan salahmu. Kita cuma mencoba membant

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 123: Jejak di Rumah Sakit

    "Apa benar ini rumah sakitnya, Mas?" Citra bertanya dengan nada tak sabar. Mereka berdiri di depan sebuah bangunan tua yang sederhana, dindingnya memudar dimakan waktu.Raka mengangguk sambil memeriksa alamat di ponselnya. "Iya, ini alamat yang dikasih Pak Budi. Kita langsung masuk saja."Mereka berdua melangkah ke dalam rumah sakit kecil itu. Suasana sepi menyelimuti ruangan, hanya terdengar suara langkah kaki mereka di lantai ubin yang sedikit retak. Di meja resepsionis, seorang wanita paruh baya dengan seragam perawat sedang membaca buku."Selamat siang, Bu," Raka membuka percakapan dengan sopan. "Kami sedang mencari informasi tentang seseorang yang pernah dirawat di sini."Wanita itu mengangkat kepalanya, menatap mereka dengan penuh selidik. "Siapa namanya?" tanyanya."Nadya," jawab Citra cepat. "Dia mungkin dirawat di sini beberapa minggu lalu. Apa Ibu mengenalnya?"Perawat itu mengernyit, lalu tampak berpikir sejenak. "Nadya... ya, saya ingat. Perempuan muda itu. Dia memang pern

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 122: Mencari Jejak Nadya

    "Mas, aku nggak bisa diam saja," Citra memulai, suaranya penuh kegelisahan. Mereka duduk di ruang tamu rumah, dengan suasana yang berat menggantung di antara mereka. "Sudah terlalu lama Nadya nggak ada kabar. Aku nggak tenang kalau dia terus menghilang begini."Raka memijat pelipisnya, mencoba menahan rasa frustrasi yang sudah mulai muncul. "Citra, kamu sedang hamil besar. Kamu nggak bisa terlalu memaksakan diri. Lagipula, siapa tahu Nadya memang ingin menjauh untuk sementara waktu.""Jadi menurutmu aku harus diam saja? Aku harus pura-pura nggak peduli?" Citra menatap Raka dengan penuh rasa putus asa. "Nadya itu kakakku, Mas. Aku tahu kita punya masalah, tapi dia tetap keluarga."Raka menghela napas panjang, menatap istrinya yang terlihat begitu serius. "Aku nggak bilang kamu harus pura-pura nggak peduli. Tapi kamu harus berpikir realistis. Kalau kita mencari dia sekarang, apa itu nggak malah bikin masalah baru? Apalagi kalau benar dia pergi karena ingin menghindar."Citra menggenggam

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 121: Klarifikasi yang Menyayat Hati

    "Ayah, aku butuh penjelasan," suara Citra terdengar tegas, memecah keheningan pagi itu. Mereka duduk di ruang tamu kecil rumah Ahmad, suasananya penuh ketegangan.Ahmad menghela napas panjang, tangannya yang keriput menggenggam cangkir kopi hangat yang sejak tadi tidak disentuh. "Citra, Ayah tahu kamu pasti terluka dengan apa yang dikatakan Anita semalam. Tapi percayalah, Ayah nggak pernah berniat menyakiti keluarga kita. Ayah hanya...""Hanya apa, Ayah?" Citra memotong, nadanya tajam. Matanya berkaca-kaca. "Benarkah Ayah lebih memprioritaskan orang lain daripada Ibu? Itu yang Ibu rasakan sampai akhirnya dia sakit, sampai semuanya berantakan?"Raka, yang duduk di samping Citra, menepuk punggungnya pelan, mencoba menenangkan. Namun, Citra tidak memperhatikan, pandangannya tetap terfokus pada Ahmad.Ahmad meletakkan cangkirnya di meja. Wajahnya terlihat semakin lelah. "Ibu kamu adalah wanita yang kuat, Citra. Tapi dia punya sisi rapuh yang kadang Ayah nggak pahami. Saat Anita datang, Ay

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 120: Pengakuan Mengejutkan Anita

    "Ibu!" suara Citra menggema di ruang tamu yang sudah tegang sejak mereka tiba. "Aku nggak bisa diam begitu saja setelah apa yang Ibu katakan tadi. Jelaskan sekarang! Apa maksud Ibu dengan semua tuduhan itu tentang ibu kandungku?"Anita, yang sedang menuang teh ke cangkir, berhenti sejenak. Ia menatap Citra dengan tatapan dingin, lalu meletakkan teko perlahan. "Kamu benar-benar ingin tahu, Citra? Aku rasa kamu nggak akan suka jawabannya.""Aku nggak peduli! Aku berhak tahu!" Citra membalas dengan nada penuh emosi.Ahmad, yang duduk di kursi seberang, mencoba meredakan suasana. "Sudahlah, Anita. Ini bukan waktunya membahas hal-hal seperti ini."Namun Anita hanya mendengus kesal. "Diam, Mas. Ini saatnya kebenaran keluar. Selama ini kamu selalu berlindung di balik kesopananmu, tapi semua ini terjadi karena keputusan bodohmu sendiri."Ahmad menghela napas panjang, wajahnya terlihat penuh penyesalan. Sementara itu, Citra menatap mereka bergantian, hatinya terasa berat."Dulu, aku nggak puny

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 119: Membujuk Raka

    "Mas, aku nggak tenang," suara Citra terdengar lirih saat ia duduk di sofa, tangannya memegang perutnya yang semakin membesar. "Nadya nggak kasih kabar sama sekali. Aku nggak tahu dia di mana atau gimana keadaannya."Raka meletakkan koran yang sejak tadi ia baca, menatap istrinya dengan penuh perhatian. "Citra, kamu harus fokus sama kesehatanmu dan bayi kita. Jangan terlalu stres.""Aku nggak bisa," Citra membalas cepat. "Dia saudara aku, Mas. Kalau aku diam saja, aku nggak tahu apa yang mungkin terjadi padanya. Aku harus cari dia."Raka menghela napas panjang, mengusap wajahnya. "Kamu ini keras kepala, ya. Kamu tahu nggak kalau sekarang prioritas kamu itu diri kamu sendiri dan bayi ini? Nadya itu sudah dewasa, dia tahu apa yang dia lakukan.""Itu masalahnya, Mas!" Citra menaikkan nada suaranya sedikit. "Nadya bukan tipe orang yang diam saja kalau ada masalah. Dia pasti sedang dalam kondisi buruk kalau sampai menghilang seperti ini. Aku mohon, temani aku cari dia."Raka terdiam, melih

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status