Share

Bab 4. Tinggal Bersama

Citra tertegun. Pria itu adalah Raka. Bukan Raka yang dilihatnya di foto beberapa hari yang lalu—kusut, tidak terurus, dan kasar. Ini adalah Raka yang sangat berbeda, Raka yang tampan, matang dan gagah, dengan aura yang membuat setiap orang di ruangan itu terpana. 

Nadya dan Anita tidak bisa berkata-kata. Mereka hanya saling pandang, bingung dan terkejut, sementara Raka berjalan mendekati Nadya dengan langkah mantap. “Apa yang kalian katakan tadi?” tanya Raka lagi, kali ini dengan nada yang lebih tenang, tetapi masih dipenuhi dengan otoritas. 

Anita berusaha mencari kata-kata, tetapi tidak ada yang keluar dari mulutnya. Nadya pun hanya bisa menggeleng, tidak mampu menghadapi tatapan tajam Raka. Kemudian keduanya pergi meninggalkan ruangan. 

Raka kemudian memalingkan wajahnya ke arah Citra dan tersenyum tipis. “Maaf, Citra. Aku sedikit terlambat,” bisiknya dengan lembut, berbeda sekali dari kesan keras yang terpancar dari penampilannya. 

“Terima kasih telah menolongku,” ucap Citra dengan suara pelan.

Raka masih menatap Citra dengan mata yang dalam dan penuh arti, “Tidak masalah, sudah kewajibanku untuk menjaga calon istriku, kan?”

Citra tidak tahu harus mengatakan apa.

“Aku tahu bahwa pernikahan ini berawal dari perjodohan yang tidak terduga. Tapi, aku akan memastikan bahwa pernikahan ini berjalan lancar dan tidak mengecewakanmu,” lanjut Raka dengan penuh ketegasan.  

Perasaan gugup dan cemas yang tadi menghantuinya mulai menghilang, digantikan oleh perasaan kagum yang aneh. Dia tidak pernah membayangkan Raka akan seperti ini. Semua anggapan buruk yang dia punya tentang Raka perlahan mulai menguap.

***

Pernikahan Citra dan Raka akhirnya resmi digelar di sebuah aula yang dihiasi dengan bunga-bunga indah. Citra dan Raka berdiri di altar, dan mengucapkan janji suci mereka.

Setelah dinyatakan ‘Sah’, suara tepuk tangan terdengar memenuhi ruangan.

Namun, suasana bahagia itu tak sepenuhnya dirasakan oleh Arga. Dari sudut ruangan, Arga mengamati setiap detail acara, mulai dari senyuman penuh kebanggaan kakeknya hingga pujian yang mengalir untuk pasangan pengantin. Di dalam hatinya, Arga merasa perasaannya semakin terancam.

Terlebih karena sebelumnya Arga sempat mencuri dengar percakapan antara kakeknya dan salah satu tamu VIP.

“Tuan Bramantyo, selamat atas pernikahan cucu Anda. Saya tidak menyangka bahwa Anda ternyata memiliki cucu lain, selain Tuan Muda Arga,” ujar pria itu sambil menjabat tangan Bramantyo.

“Ya, tidak lama lagi saya akan mengenalkannya ke publik dan memintanya untuk bekerja di perusahaan,” Bramantyo tampak tersenyum puas.

Mendengar hal itu, hati Arga kian menjadi panas. Hanya dialah yang boleh menjadi satu-satunya pewaris di perusahaan kakeknya. Kakak sepupunya, Raka seharusnya tetap hanya menjadi cucu yang selamanya terbuang.

Setelah acara selesai, Citra dan Raka menghampiri Bramantyo untuk pamit. Mereka telah memutuskan untuk tidak mengadakan bulan madu dan Citra mulai malam ini akan ikut tinggal di rumah Raka yang ada di Namba.

"Citra, Kakek tahu bahwa pernikahanmu dan Raka begitu mendadak. Kalian juga belum sempat saling mengenal, tetapi kakek yakin kamu dan Raka bisa melalui semuanya dengan baik," ujar Kakek Bramantyo dengan suara lembut dan penuh kehangatan.

Citra mengangguk, sambil memberikan senyum sopan, meskipun hatinya sedikit berat, "Baik, Kek. Citra akan berusaha sebaik mungkin."

Kakek Bramantyo kemudian meminta Raka untuk berbicara dengannya berdua.

Citra memutuskan untuk menghampiri keluarganya. Meskipun dirinya tahu bahwa ayahnya mungkin juga tak peduli jika dirinya kini tidak akan tinggal bersama lagi, namun Citra setidaknya masih ingin berpamitan dengan Ayahnya.

Melihat Citra yang menghampiri, Nadya dari jauh sudah tersenyum sinis sambil membisikan sesuatu kepada ibunya, Anita.

“Ayah, aku pamit dulu. Mulai malam ini aku akan ikut tinggal bersama Mas Raka di Namba.”

Tawa meremehkan keluar dari mulut Nadya dan Anita, “Namba? Sudah jelas sekali kamu hanya akan tinggal di rumah lapuk yang ada di perkampungan.”

Nadya kemudian melanjutkan ucapan Anita, “Tinggal di daerah seperti itu memang cocok untuk orang-orang terbuang seperti kalian. Jangan harap hidupmu akan senyaman sebelumnya."

Citra merasa geram dengan ucapan mereka, namun juga tak dapat menampik bahwa ucapan itu tak sepenuhnya salah. Ketika memutuskan untuk menerima pernikahan ini dengan Raka, Citra sudah menguatkan hatinya bahwa hidupnya akan menjadi lebih sederhana dan harus lebih berhemat, mengingat Raka yang hanya bekerja serabutan.

Citra bahkan tak berharap bahwa Raka dapat memberikannya nafkah.

Ayahnya,  Ahmad, yang mendengar percakapan itu hanya menghela napas. "Citra, karena sekarang kamu sudah menikah. Semua tanggung jawabmu sudah berpindah ke suamimu. Jadi, Ayah tidak akan membiayai kuliahmu lagi," kata Ahmad tegas.

Citra tahu bahwa keputusan ini pasti bukan ide ayahnya sendiri, melainkan hasil hasutan ibu tirinya. Namun, dia menolak untuk memohon atau menunjukkan kelemahan. "Tak masalah, Aku bisa mengurus hal itu," jawab Citra singkat.

Dirinya tak ingin berlama-lama lagi di sana, sehingga ia kemudian berbalik dan melangkah meninggalkan keluarganya. 

Namun, baru beberapa langkah, suara Nadya masih terdengar di telinganya, “Paling-paling dia tidak bisa melanjutkan kuliah dan akan ikut bekerja serabutan atau justru kembali untuk memohon pada kita.”

Citra mengepalkan tangannya merasa geram, namun tetap melanjutkan langkahnya untuk pergi dari sana.

Hingga seseorang menarik pergelangan tangannya secara tiba-tiba dan menariknya ke pojok ruangan dekat tangga darurat.

Begitu menyadari siapa yang menarik dirinya, mata Citra membulat, “Arga! Apa yang kamu lakukan?”

“Jadi bagaimana Citra, sekarang pasti kamu mulai merasa menyesal karena telah sok jual mahal denganku, kan? Apa kamu kira, Bang Raka bisa menafkahimu? Dia saja bahkan sulit untuk menghidupi dirinya sendiri. Coba jika sejak awal, kamu tetap memilihku, kamu pasti tidak akan kesulitan.”

Citra menghela nafas, baru saja dirinya pusing menghadapi Ibu dan Kakak tirinya, sekarang ia kembali harus berhadapan dengan Arga, “Kami kini sudah resmi menikah, jadi tidak ada lagi yang perlu dibahas. Lagi pula, setidaknya aku menikah bukan dengan pria yang suka berselingkuh.”

Arga mendengus mengejek, “Ya, bagaimana dia bisa berselingkuh, dia saja tidak memiliki ketertarikan seksual. Dia itu tidak normal! Bukan hanya tidak bisa menafkahimu, dia juga bahkan tidak akan bisa memuaskanmu di ranjang.”

Rasa amarah mulai membara dalam hati Citra, terlebih karena Arga kini berani menyentuh wajahnya.

Citra berniat menghempaskan tangan Arga dengan kasar, namun suara deheman berat membuatnya menoleh ke asal suara.

Mata tajam Raka bertatapan dengan mata Citra, membuatnya seakan kelihatan seperti baru saja tertangkap sedang berselingkuh.

Raka menghampiri mereka, dan menarik tangan Arga dari wajah Citra, “Aku tidak suka orang lain menyentuh istriku sembarangan,” suara Raka terdengar tegas dan berat.  

Citra dapat merasakan aura intimidasi dari Raka. Bahkan Arga saja yang tadi masih menjelek-jelekan pria itu, kini tak dapat berkata sepatah kata pun.

“Citra, ayo pulang,” Citra mengangguk dan kemudian mengikuti Raka dari belakang.

Arga mengepalkan kedua tangannya sambil mendengus kesal dan menghentakan kedua kakinya melihat kepergian mereka.

***

Di sepanjang perjalanan, Citra memilih untuk tidur. Dia perlu menenangkan dirinya setelah menghadapi orang-orang menyebalkan, selain itu dia juga masih merasa canggung berduaan saja dengan Raka.

“Citra, kita sudah sampai,” suara lembut Raka membuat Citra akhirnya tersadar. Ia mulai membuka matanya dan melihat sekeliling.

Citra tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya begitu melihat penampakan rumah di depannya ini. Rumah yang cukup besar dengan bangunan modern. Taman di depannya juga terlihat terawat dengan baik, bahkan ada garasi untuk memarkirkan mobil yang sedang mereka kendarai ini.

Citra merasa bingung, bagaimana mungkin Raka memiliki rumah seperti ini, belum lagi juga mobil yang mereka kendarai?

"Apakah Raka mendapatkan semua ini dari kakek karena pernikahan ini?" pikirnya. Namun, dia memilih untuk tidak mengungkapkan kecurigaannya.

Ketika masuk ke dalam rumah, Citra semakin terkejut. Interior rumah itu dihiasi dengan furniture mewah dan dekorasi elegan. Semua barang-barang di sana tampak baru dan mahal, jauh dari bayangan hidup sederhana dan rumah lapuk yang ada di pikiran Citra.

Raka memimpin Citra ke kamar mereka di lantai atas, "Ini kamar kita," katanya sambil membuka pintu. Kamar itu luas, dengan tempat tidur besar di tengahnya dan jendela yang menghadap ke taman belakang.

Citra masuk ke dalam kamar dengan langkah ragu-ragu. Dia duduk di tepi tempat tidur, merasa canggung dan gugup.

Raka bisa merasakan kegelisahan Citra, tetapi dia memilih untuk tidak banyak bicara. Dia tahu bahwa mereka berdua butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan baru ini.

“Beristirahatlah dulu, aku akan turun untuk menurunkan koper.”

Citra mengangguk dan seakan baru bisa bernafas lebih lega, begitu Raka meninggalkannya di kamar sendirian. Hari ini terasa begitu panjang dan melelahkan bagi Citra.

Dirinya tahu bahwa Raka memiliki penyakit aseksual, dan dirinya tak perlu khawatir tinggal berdua saja dengan Raka. Namun, entah mengapa dirinya tak bisa menampik bahwa ia masih merasa gugup jika berduaan dengan pria itu. Sepertinya ini karena pertama kalinya, ia tinggal berdua saja dengan seorang pria.

Citra kemudian memutuskan untuk mandi, berharap dapat menyegarkan pikiran dan tubuhnya. 

Malam itu, sesudah membersihkan diri. Citra mengambil napas dalam-dalam dan memutuskan mendekati Raka yang sedang duduk di ruang tengah, "Mas, aku punya sesuatu untukmu," katanya dengan suara bergetar.

Raka menoleh, menatap Citra dengan penuh perhatian. "Apa itu?"

Citra mengeluarkan sebuah amplop dari tasnya dan memberikannya kepada Raka. "Ini … perjanjian pernikahan. Aku pikir, mungkin ini bisa membantu kita memahami batasan masing-masing," ujarnya sambil menunduk, tidak berani menatap Raka.

Anggrek Bulan

Namba adalah daerah pinggiran yang dikenal karena perkampungan dan sawahnya, terletak dua jam dari Ibu kota.

| 1

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status