Share

Bab 9. Melakukan Apa?

Citra merasa bosan menunggu Raka yang masih berbincang di ruang kerja bersama Kakek Bramantyo. Selain itu, dia juga tidak ingin berdekatan dengan Arga dan Nadya, sehingga ia langsung memisahkan diri dan lebih memilih untuk duduk di pinggir kolam renang yang ada di taman belakang.

Saat sedang menikmati menonton film di layar ponselnya. Citra terkejut karena ponselnya ditarik dengan kasar dan dilempar begitu saja ke dalam kolam renang.

Citra menoleh dan mendapati Nadya, pelakunya.

“Apa yang kamu lakukan?” seru Citra merasa tak senang. Baginya Nadya semakin keterlaluan. Padahal bukankah Nadya sudah mendapatkan apa yang dia inginkan? Yaitu menikah dengan Arga. Lalu, apa lagi yang membuatnya bersikap seenaknya pada dirinya seperti ini?

Nadya teringat pernikahan Citra dengan Raka, yang diselenggarakan dengan begitu mewah. Bahkan Kakek mengundang para teman pengusaha yang lain hingga cukup mendapatkan perhatian.

Sehingga mendengar keputusan Kakek, Nadya merasa kesal, namun tak bisa berbuat apa pun. Jadi dia memutuskan untuk melampiaskannya pada Citra.

“Dasar wanita licik, pasti kamu yang sengaja memanasi Kakek, supaya pernikahanku dan Arga tidak dibuat mewah, kan?”

Licik?

Citra mendengus geli mendengar ucapan itu keluar dari mulut kakak tirinya. Bukankah yang lebih pantas dikatakan sebagai wanita licik, justru adalah dirinya sendiri?

Citra menatap Nadya tajam, merasa kesal karena selalu disalahkan tanpa alasan jelas. "Itu keputusan Kakek, bukan aku. Kalau kamu ada masalah, bicaralah langsung dengan Kakek, jangan terus-terusan menyalahkanku."

Mendengar jawaban itu, Nadya semakin geram, "Berani sekali kamu melawan!"

Citra kemudian merasakan rambutnya ditarik begitu keras oleh Nadya, sehingga ia meringis kesakitan.

“Hentikan,” Citra berusaha melepaskan dirinya dari Nadya, namun Nadya nampak semakin memperkuat tarikannya pada rambut Citra.

Tak mau tinggal diam, Citra akhirnya ikut menarik rambut Nadya. Berusaha dengan begitu, Nadya akan melepaskan jambakannya.

Dan benar saja, Nadya akhirnya melepaskan rambut Citra karena ikut mengaduh kesakitan karena rambutnya kini ditarik juga oleh Citra.

Nadya tak terbiasa menerima perlawanan dari Citra, dan hal ini semakin membuat harga dirinya tergores. Begitu Nadya merasakan rambutnya dilepas dari genggaman Citra, dengan sigap ia berusaha mendorong Citra dengan keras.

‘Byur!’

Mata Citra membulat begitu melihat Nadya terjatuh ke kolam renang, setelah ia berusaha menghindari dorongan Nadya.

“Arghh!! Tolong!” teriak Nadya sambil berusaha menggapai pinggiran kolam renang.

Citra kemudian mengulurkan tangannya dan menangkap pergelangan tangan Nadya agar bisa menarik tubuh Nadya ke atas.

Begitu berhasil menarik tubuh Nadya. Semua orang, terkecuali Raka dan Kakek Bramantyo kini mulai datang menghampiri mereka untuk melihat apa yang terjadi, lantaran kaget mendengar teriakan Nadya.

Wajah orang tua Arga nampak terkejut melihat Nadya yang terisak dengan tubuh yang basah.

“Apa yang terjadi?” suara ibu Arga terdengar tegas, dan matanya langsung melihat ke arah Citra, seakan menyalahkannya.

Nadya semakin menangis dengan tersedu-sedu, “Citra sepertinya masih tidak senang karena aku yang akan menikahi Arga, jadi dia mendorongku ke kolam.”

Apa?!

Citra sungguh tidak percaya dengan pendengarannya sendiri saat ini.

Sebelum dirinya dapat membela diri, Ibu Arga semakin menatap tak senang pada Citra.

“Kamu jahat sekali, Citra. Bagaimanapun Nadya adalah kakak tirimu dan dia sedang hamil. Apa kamu berusaha membunuh mereka?” tuduhan itu membuat hati Citra merasa sakit. Dirinya tak pernah sekalipun punya niat jahat, bahkan ketika dia sendiri dijahati oleh Nadya.

Arga menyeringai kecil, “Apa kamu mulai merasa menyesal sekarang karena telah menolak untuk menikah denganku?”

Citra mendongak menatap Arga dengan raut tak suka, “Aku-” Namun, lagi-lagi ucapannya terpotong karena Ibu Arga.

Wanita paruh baya yang masih terlihat elegan itu, bersedekap dada, “Citra, kamu itu tidak cantik dibandingkan Nadya, dan juga tidak punya apa-apa. Nadya setidaknya bekerja sebagai sekretaris di perusahaan Arga. Jadi kamu harusnya tahu diri.”

“Kamu besar kepala karena mengira aku dan ayah Arga sempat menerima perjodohan kalian? Asal kamu tahu, kami menerimanya karena paksaan saja. Seharusnya kamu bersyukur bisa dijodohkan dengan Arga, tapi kamu sok jual mahal. Sekarang jangan harap kamu bisa kembali pada Arga lagi,” lanjut ibu Arga.

Citra berusaha menahan agar air matanya tidak jatuh. Ucapan dari mantan calon mertuanya itu sungguh terasa meremehkan dan menyakitkan.

"Apa yang terjadi di sini?" Suara itu terdengar rendah dan penuh amarah.

Semua kembali menoleh dan mendapati Raka menatap mereka dengan raut wajah menakutkan.

Derap langkahnya semakin mendekat, dan dalam sekali hentakan Raka menarik tangan Citra hingga tubuhnya kini berada di balik punggung Raka.

“Kalian melakukan apa pada istriku?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status