Share

Bab 9. Melakukan Apa?

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2024-09-11 13:07:53

Citra merasa bosan menunggu Raka yang masih berbincang di ruang kerja bersama Kakek Bramantyo. Selain itu, dia juga tidak ingin berdekatan dengan Arga dan Nadya, sehingga ia langsung memisahkan diri dan lebih memilih untuk duduk di pinggir kolam renang yang ada di taman belakang.

Saat sedang menikmati menonton film di layar ponselnya. Citra terkejut karena ponselnya ditarik dengan kasar dan dilempar begitu saja ke dalam kolam renang.

Citra menoleh dan mendapati Nadya, pelakunya.

“Apa yang kamu lakukan?” seru Citra merasa tak senang. Baginya Nadya semakin keterlaluan. Padahal bukankah Nadya sudah mendapatkan apa yang dia inginkan? Yaitu menikah dengan Arga. Lalu, apa lagi yang membuatnya bersikap seenaknya pada dirinya seperti ini?

Nadya teringat pernikahan Citra dengan Raka, yang diselenggarakan dengan begitu mewah. Bahkan Kakek mengundang para teman pengusaha yang lain hingga cukup mendapatkan perhatian.

Sehingga mendengar keputusan Kakek, Nadya merasa kesal, namun tak bisa berbuat apa pun. Jadi dia memutuskan untuk melampiaskannya pada Citra.

“Dasar wanita licik, pasti kamu yang sengaja memanasi Kakek, supaya pernikahanku dan Arga tidak dibuat mewah, kan?”

Licik?

Citra mendengus geli mendengar ucapan itu keluar dari mulut kakak tirinya. Bukankah yang lebih pantas dikatakan sebagai wanita licik, justru adalah dirinya sendiri?

Citra menatap Nadya tajam, merasa kesal karena selalu disalahkan tanpa alasan jelas. "Itu keputusan Kakek, bukan aku. Kalau kamu ada masalah, bicaralah langsung dengan Kakek, jangan terus-terusan menyalahkanku."

Mendengar jawaban itu, Nadya semakin geram, "Berani sekali kamu melawan!"

Citra kemudian merasakan rambutnya ditarik begitu keras oleh Nadya, sehingga ia meringis kesakitan.

“Hentikan,” Citra berusaha melepaskan dirinya dari Nadya, namun Nadya nampak semakin memperkuat tarikannya pada rambut Citra.

Tak mau tinggal diam, Citra akhirnya ikut menarik rambut Nadya. Berusaha dengan begitu, Nadya akan melepaskan jambakannya.

Dan benar saja, Nadya akhirnya melepaskan rambut Citra karena ikut mengaduh kesakitan karena rambutnya kini ditarik juga oleh Citra.

Nadya tak terbiasa menerima perlawanan dari Citra, dan hal ini semakin membuat harga dirinya tergores. Begitu Nadya merasakan rambutnya dilepas dari genggaman Citra, dengan sigap ia berusaha mendorong Citra dengan keras.

‘Byur!’

Mata Citra membulat begitu melihat Nadya terjatuh ke kolam renang, setelah ia berusaha menghindari dorongan Nadya.

“Arghh!! Tolong!” teriak Nadya sambil berusaha menggapai pinggiran kolam renang.

Citra kemudian mengulurkan tangannya dan menangkap pergelangan tangan Nadya agar bisa menarik tubuh Nadya ke atas.

Begitu berhasil menarik tubuh Nadya. Semua orang, terkecuali Raka dan Kakek Bramantyo kini mulai datang menghampiri mereka untuk melihat apa yang terjadi, lantaran kaget mendengar teriakan Nadya.

Wajah orang tua Arga nampak terkejut melihat Nadya yang terisak dengan tubuh yang basah.

“Apa yang terjadi?” suara ibu Arga terdengar tegas, dan matanya langsung melihat ke arah Citra, seakan menyalahkannya.

Nadya semakin menangis dengan tersedu-sedu, “Citra sepertinya masih tidak senang karena aku yang akan menikahi Arga, jadi dia mendorongku ke kolam.”

Apa?!

Citra sungguh tidak percaya dengan pendengarannya sendiri saat ini.

Sebelum dirinya dapat membela diri, Ibu Arga semakin menatap tak senang pada Citra.

“Kamu jahat sekali, Citra. Bagaimanapun Nadya adalah kakak tirimu dan dia sedang hamil. Apa kamu berusaha membunuh mereka?” tuduhan itu membuat hati Citra merasa sakit. Dirinya tak pernah sekalipun punya niat jahat, bahkan ketika dia sendiri dijahati oleh Nadya.

Arga menyeringai kecil, “Apa kamu mulai merasa menyesal sekarang karena telah menolak untuk menikah denganku?”

Citra mendongak menatap Arga dengan raut tak suka, “Aku-” Namun, lagi-lagi ucapannya terpotong karena Ibu Arga.

Wanita paruh baya yang masih terlihat elegan itu, bersedekap dada, “Citra, kamu itu tidak cantik dibandingkan Nadya, dan juga tidak punya apa-apa. Nadya setidaknya bekerja sebagai sekretaris di perusahaan Arga. Jadi kamu harusnya tahu diri.”

“Kamu besar kepala karena mengira aku dan ayah Arga sempat menerima perjodohan kalian? Asal kamu tahu, kami menerimanya karena paksaan saja. Seharusnya kamu bersyukur bisa dijodohkan dengan Arga, tapi kamu sok jual mahal. Sekarang jangan harap kamu bisa kembali pada Arga lagi,” lanjut ibu Arga.

Citra berusaha menahan agar air matanya tidak jatuh. Ucapan dari mantan calon mertuanya itu sungguh terasa meremehkan dan menyakitkan.

"Apa yang terjadi di sini?" Suara itu terdengar rendah dan penuh amarah.

Semua kembali menoleh dan mendapati Raka menatap mereka dengan raut wajah menakutkan.

Derap langkahnya semakin mendekat, dan dalam sekali hentakan Raka menarik tangan Citra hingga tubuhnya kini berada di balik punggung Raka.

“Kalian melakukan apa pada istriku?”

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Neneng dian Hesti
ceritanya menarik tp syg GK bisa lanjut baca soalnya hrs bayar
goodnovel comment avatar
Hasanah Threeins
ceritanya asik ini lanjut baca
goodnovel comment avatar
Katarina Saina
bagus alurnya suka tp mau lanjut hrs nunggu besok waduh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 10. Perasaan Pada Arga

    “Tanyakan pada istrimu sendiri. Dia hampir saja mencelakai Nadya dan bayi di dalam kandungan Nadya,” nada tak senang begitu kentara dari suara Ibu Arga. Raka semakin menggenggam tangan Citra.Ada perasaan hangat yang tiba-tiba mengalir di hati Citra. Ia merasa seakan sedang dilindungi. Sebuah perasaan yang tidak pernah ia rasakan, semenjak ibunya meninggal dunia dan ayahnya menikah lagi. Raka menatap dengan dingin. "Aku tahu Citra tidak mungkin melakukan hal itu."Arga tertawa mengejek, “Tahu dari mana? Kalian saja baru saling mengenal. Citra melakukan itu karena dia masih mencintaiku, dan menyesal telah menikah denganmu.”Dalam sedetik tawa mengejek itu langsung terhenti begitu Arga menyadari Raka kini menatapnya tajam. Arga enggan mengakuinya, namun ia memang masih merasa takut dan terintimidasi oleh kakak sepupunya itu. Padahal Arga tahu, bahwa Raka kini bukanlah siapa-siapa, hanya saja dirinya tetap tak mau memancing amarah pria itu. Raka menghembuskan nafas kasar, “Minta pela

    Last Updated : 2024-09-11
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 11. Fitnah Nadya

    Pagi - pagi, Citra sudah sibuk menyiapkan sarapan seadanya sambil memikirkan jadwal kuliahnya yang padat. Saat dia memindahkan piring ke meja makan, tiba-tiba sebuah tangan diulurkan ke hadapannya. Tangan itu memegang sebuah dus berukuran sedang. Citra mendongak dan melihat ke arah Raka dengan raut wajah bingung. Sedangkan yang ditatap, masih saja menampakan wajah datar. Merasa Citra tak juga mengambil dus itu dari tangannya, Raka akhirnya berkata dengan singkat, “Ambil, ini untukmu.”Citra membulatkan mulutnya, membentuk kata ‘Ohh’ dan mengambil dus itu dari tangan Raka. Namun, ketika akhirnya tersadar, Citra membulatkan matanya, “I-ini kan handphone keluaran terbaru? Kenapa Mas memberikannya padaku?” “Bukankah ponselmu rusak?”Sejujurnya Citra tak menyangka bahwa Raka akan membelikannya ponsel baru, karena mengingat sikap pria itu semalam yang terlihat cuek begitu saja. Siapa sangka, Raka masih menaruh perhatian padanya. Namun, rasa khawatir kembali terbesit di pikirannya. Baga

    Last Updated : 2024-09-12
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 12. Karena Rasa Iri

    Sesampainya di rumah, Citra hanya bisa terduduk lesu di ruang tengah. Tak lama kemudian, pintu depan terbuka, dan Raka masuk. Ia sempat terkejut begitu melihat Citra, "Citra? Kukira kamu akan pulang larut malam?" tanyanya dengan nada heran.Citra hanya menunduk, tidak mampu menjawab.Raka mendekat, merasakan ada sesuatu yang salah, "Kamu baik-baik saja?"Citra masih enggan berbicara. Dari sudut matanya, Raka dapat melihat bekas air mata di wajah Citra. Tapi, ia juga tak dapat memaksa gadis itu untuk bercerita padanya. Sehingga dengan nada lembut, Raka kembali berkata, “Malam ini tidak perlu memasak, aku akan membeli makanan dari luar.” Citra hanya merespon ucapan Raka dengan mengangguk kecil. Kemudian membiarkan Raka pergi meninggalkannya. Di kamar, Raka segera mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang. “Bantu cari tahu apa yang terjadi di Kafe Scarlett siang tadi,” Raka segera memerintah setelah panggilan tersambung dan mematikan sambungan itu. Malam itu, Citra bahkan tak

    Last Updated : 2024-09-12
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 13. Diam-Diam Perhatian

    Sepeninggalan Nadya dan Arga, Citra akhirnya bisa menghembuskan nafas lega. Ia melirik pada Raka yang masih terdiam di sampingnya, dan kemudian memutuskan untuk bertanya darimana Raka mengetahui kejadian ini, “Mas tahu dari mana jika ponselku diambil Nadya?” “Aku menghubungi ponselmu, tapi Nadya yang menjawab. Kemudian aku memintanya untuk bertemu.” Citra mengernyitkan keningnya, masih merasa heran, “Lalu?” Bukannya Raka yang kembali menjawab, melainkan manajer Citra, “Citra maaf karena kemarin langsung memecatmu tanpa melihat bukti lebih dulu. Ini sebuah kebodohan, maafkan saya Citra.” Melihat manajernya membungkukan badan pada Citra, tentu dia merasa tak tega. Karena sejak awal dia pun juga tak menyalahkan manajernya. Di saat terdesak seperti kemarin, mereka bahkan tak memikirkan mengenai soal rekaman. “Gapapa, Pak. Saya paham,” mendengar Citra berkata begitu, Pak manajer baru mengangkat kepalanya lagi dan tersenyum lega. “Untungnya tadi malam, ada seseorang yang menghubu

    Last Updated : 2024-09-13
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 14. Kedatangan Kakek

    Citra menutup telepon dengan raut wajah bahagia. Dia tak bisa menyembunyikan rasa senangnya atas kabar baik itu. Ketika kembali duduk di meja makan, Raka sudah menunggu dengan tatapan penuh tanya. "Siapa yang telepon?" tanya Raka sambil memotong potongan daging di piringnya. Citra tersenyum lebar. "Aku baru saja diundang untuk interview di kafe. Padahal aku nggak merasa pernah melamar di sana." Raka terdiam sejenak, lalu tersenyum kecil. "Oh ya? Kafe yang mana?" "Kafe di daerah pusat kota. Kata mereka, mereka tertarik untuk menjadikanku asisten chef pastry. Bayangkan, bukan pelayan atau barista, tapi asisten chef!" Citra tertawa kecil, masih terheran-heran dengan kesempatan yang tiba-tiba ini. "Tapi ... aku heran, kok bisa ya mereka tahu nomorku?" Raka hanya mengangguk pelan. "Mungkin mereka dapat rekomendasi dari seseorang. Siapa tahu?" Citra menatapnya curiga, tapi memutuskan untuk tidak memperpanjang kecurigaan itu. Dia terlalu senang dengan kesempatan baru ini untuk memikir

    Last Updated : 2024-09-13
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 15. Kakek Menginap

    Citra menyambut Kakek Bramantyo dengan senyum ramah ketika ia masuk ke dalam rumah. Meski dalam hatinya ada kegelisahan yang tak terungkap, karena khawatir Kakek akan mengetahui bahwa selama ini dirinya dan Raka tidur pisah kamar. Namun, Citra tetap berusaha menampakkan wajah tenang di hadapan sang kakek. Raka berjalan di belakangnya dengan langkah santai, sementara Kakek Bramantyo menatap mereka berdua dengan tatapan hangat penuh kebahagiaan. "Silakan duduk, Kek," kata Citra sambil mempersilahkannya menuju sofa di ruang tamu. "Mau minum apa, Kek? Teh, kopi, atau air putih?" "Teh hangat saja, Cit," jawab Kakek Bramantyo sambil duduk dengan tenang. "Aku hanya ingin berbincang dengan kalian." Citra tersenyum kecil dan berjalan menuju dapur untuk menyiapkan teh. Di sana, ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri dari kegugupannya. Setelah menyiapkan teh, Citra kembali ke ruang tamu dengan nampan di tangannya. Ia menaruh cangkir teh di hadapan Kakek Bramantyo yang lan

    Last Updated : 2024-09-14
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 16. Memberi Cicit

    "Mengapa barang - barang Raka ada di kamar tamu?" Pertanyaan dari Kakek Bramantyo itu membuat Citra kaget. Seperti pencuri yang tertangkap basah."M-Mas Raka hanya ... Karena kamar kami terlalu sempit, akhirnya sebagian barang ditaruh disini, Kek." Dengan gugup Citra pun memberikan alasan.Kakek hanya tersenyum penuh pengertian dan tidak bertanya lebih lanjut.Citra menghela nafas lega setelah mereka selesai merapikan tempat tidur Kakek, dan kini Kakek telah tertidur pulas. Namun, kegelisahannya belum sepenuhnya hilang, karena kini, ia berada di kamar yang sama dengan Raka. Meskipun mereka sudah menikah, tidur bersama di tempat yang sama bukanlah hal biasa bagi Citra. Dari kamar mandi terdengar suara air mengalir. Raka sedang mandi, dan suara gemericik air itu membuat Citra semakin gugup. Ia mencoba untuk tetap tenang, tetapi pikirannya terus melayang pada kata-kata usil kakek tadi sore."Kakek kalau tidur nyenyak banget. Jadi kalian nggak usah khawatir, mau ngapain aja di kamar, Ka

    Last Updated : 2024-09-15
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 17. Om Mesum

    "M-Mas, kamu ngapain sih!" Citra mendorong tubuh Raka, ketika merasa bahwa jarak bibir mereka hanya tersisa beberapa centimeter saja. Matanya membelalak, tak percaya apa yang baru saja terjadi. Raka hanya tersenyum kecil, tetap berdiri di tempatnya, seolah menikmati reaksinya."Apa yang kamu lakuin barusan, itu...," Citra kehilangan kata-kata. Pikirannya campur aduk antara kesal, bingung, dan—meski tak ingin mengakuinya—sedikit panik."Om mesum!" tambahnya dengan suara setengah berteriak, mencoba melampiaskan rasa frustrasinya.Raka mengangkat alis, tampak sedikit tersinggung. "Om?""Iya, Mas itu om mesum," Citra menatapnya dengan kesal. "Umur kita berbeda 10 tahun, ingat?"Raka mendekatkan wajahnya lagi, membuat Citra dengan sigap membalikkan tubuhnya dan segera membuat garis imajiner di tengah kasur. "Ini batasnya!" serunya, menunjuk garis khayal itu. "Jangan berani-berani lewati batas ini. Mas tidur di sana, aku di sini. Paham?"Raka kembali terkekeh pelan, mengangkat kedua tangann

    Last Updated : 2024-09-17

Latest chapter

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 99: Menghadapi Kenyataan

    “Arga, aku perlu bicara sekarang. Ini penting,” kata Raka dengan nada serius saat memasuki ruang kerja Arga.Arga yang sedang membaca dokumen mendongak, memasang ekspresi sedikit terganggu. “Apa lagi kali ini, Bang? Aku lelah dengan masalah keluarga yang sepertinya terus dibesar-besarkan.”Raka mendekat, meletakkan amplop cokelat di meja. “Bukan aku yang membesar-besarkan. Ini soal Nadya. Aku rasa kamu perlu melihat ini.”Arga mengernyit, tetapi tetap membuka amplop itu. Di dalamnya ada laporan DNA, beberapa foto, dan transkrip percakapan yang telah disusun oleh Budi.“Apa ini?” tanya Arga dengan suara rendah, tetapi jelas menunjukkan ketegangan.“Laporan DNA,” jawab Raka singkat. “Lengkapnya kamu bisa membaca dokumen itu.” Raka memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya.Arga menatap laporan itu dengan ekspresi tidak percaya. “Kamu pasti bercanda. Untuk apa sampai test DNA segala?"“Arga,” Raka menahan nada suaranya agar tetap tenang. “Aku tahu ini sulit dipercaya, tapi semua bu

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 98. Obrolan yang Memanas

    “Mas, aku harus bicara sama Nadya. Ini sudah keterlaluan,” kata Citra dengan nada tegas, menatap Raka yang sedang duduk di meja kerjanya.Raka menghela napas panjang. “Sayang, aku tahu kamu marah. Tapi ini bukan cara yang tepat. Nadya bisa memutarbalikkan semua perkataanmu.”“Justru karena itu aku harus bicara langsung. Kalau aku diam terus, dia akan merasa menang dan terus menyebarkan fitnahnya. Aku nggak mau keluarga kita hancur karena dia,” jawab Citra dengan sorot mata yang tajam.Raka bangkit dari kursinya dan mendekati Citra. “Aku ngerti perasaanmu, tapi kita harus hati-hati. Jangan sampai kamu terpancing emosinya. Nadya itu licik.”“Aku nggak akan marah, Mas. Aku cuma mau dia tahu kalau aku nggak akan tinggal diam,” kata Citra sambil menggenggam tangan Raka.Raka menatap istrinya dalam-dalam, lalu mengangguk. “Baiklah, tapi aku tetap ada di dekatmu. Kalau dia mulai melampaui batas, aku akan turun tangan.”*Citra berjalan di ruang tamu, di mana Nadya sedang duduk santai sambil

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 97. Serangan Balik

    “Tante Dewi, saya benar-benar nggak tahu lagi harus bagaimana…” Nadya berkata pelan, suaranya dibuat terdengar lemah. Ia duduk di ruang tamu sambil menundukkan kepala, sesekali mengusap matanya seolah mencoba menahan tangis.Bu Dewi, salah satu anggota keluarga Bramantyo, yang duduk di depannya menghela napas. “Nadya, kamu kenapa? Kok kelihatan sedih sekali?”“Saya hanya merasa semua orang di rumah ini sudah nggak peduli sama saya, Tante. Mereka hanya pura-pura baik demi menjaga nama baik keluarga besar. Apalagi Raka dan Citra…” Nadya terdiam, seolah ragu untuk melanjutkan.Mata Bu Dewi menyipit, penasaran. “Kenapa dengan Raka dan Citra?”Nadya memainkan ujung kerudungnya, berpura-pura ragu. “Saya nggak mau menuduh, Tante, tapi saya lihat mereka itu seperti hanya berpura-pura bahagia. Semuanya terasa… palsu. Mungkin demi menyenangkan Kakek Bramantyo saja.”Bu Dewi terdiam, memikirkan kata-kata Nadya. “Maksudmu, mereka tidak benar-benar bahagia?”“Entahlah, Tante. Tapi setiap kali say

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 96. Bukti DNA

    “Pak, ada sesuatu yang penting ini,” suara Budi terdengar serius di ujung telepon. “Saya sudah dapat dokumennya. Kalau ini benar, ini bakal jadi bukti yang sangat kuat.”Raka meraih ponselnya dan mendengar dengan seksama. “Budi, kamu yakin datanya valid? Pastikan bukti itu sudah sangat matang.”“Iya, Pak, ini valid,” jawab Budi yakin.“Baik. Temui saya di rumah nanti malam,” kata Raka singkat sebelum menutup telepon.Pukul delapan malam, Budi tiba di rumah Raka dengan setumpuk dokumen di tangan. Mereka memilih berbicara di ruang kerja.“Ini dia, Pak,” Budi menyerahkan dokumen itu. “Ini adalah hasil tes DNA yang saya lakukan beberapa waktu ini antara Bu Nadya, Pak Arga dan pria lain yang Bu Nadya temui. Dan hasilnya di salah satu kamar hotel yang saya selidiki hanya ada DNA Bu Nadya dengan pria lain, bukan dengan Pak Arga.”Raka memeriksa dokumen itu dengan saksama, lalu satu sudut bibirnya terangkat. “Nadya memang gila.” Raka menatap Budi sambil memasukkan kembali dokumen ke dalam amp

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 95: Bukti Kunci di Tangan Raka

    "Pak, ini file yang saya kumpulkan," ujar Budi sambil menyerahkan sebuah amplop cokelat tebal.Raka mengambil amplop itu dengan ekspresi tenang, meskipun dalam hatinya berkecamuk berbagai emosi. "Apa saja isinya?""Foto-foto dan beberapa rekaman video. Salah satu video menunjukkan Bu Nadya dan Rama masuk ke sebuah hotel beberapa minggu sebelum pengumuman kehamilan," jelas Budi sambil menunduk hormat.Raka membuka amplop itu perlahan. Di dalamnya ada serangkaian foto yang diambil dari berbagai sudut, menunjukkan Nadya dan Rama berbicara dengan akrab di lobi hotel. Ada juga cuplikan video pendek yang merekam mereka memasuki lift bersama."Bagus," kata Raka singkat, suaranya dingin. "Simpan salinan dari semua ini. Kalau ada yang terjadi, aku nggak mau bukti ini hilang.""Siap, Pak. Semuanya sudah saya backup di tempat aman," jawab Budi dengan penuh keyakinan.Raka mengangguk, lalu menyimpan amplop itu di dalam laci meja kerjanya. "Budi, tugasmu selesai untuk sekarang. Tetap waspada, tapi

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 94: Penyelidikan Raka Berlanjut

    "Pak Raka, saya ada informasi baru," suara Budi terdengar berat di telepon.Raka mengernyit, mencondongkan tubuh di kursinya. "Apa itu, Bud? Langsung saja.""Dari beberapa kali saya mengikuti Ibu Nadya, ada satu hal yang mencurigakan," kata Budi hati-hati. "Dia sering bertemu dengan seseorang. Namanya Rama. Saya cek, dia teman lama dari lingkungan yang sama dengan Bu Nadya."Raka menghela napas panjang, mencoba mengendalikan amarahnya yang mulai memuncak. "Sering bertemu, ya? Di mana biasanya?""Beberapa kali di kafe kecil di pusat kota. Dan terakhir saya lihat mereka bicara di mobil Rama, cukup lama. Nadya tampaknya sangat nyaman bersamanya," jelas Budi.Raka mengetuk meja kerjanya dengan ujung jari, pikirannya berputar cepat. "Kamu yakin ini bukan hanya pertemuan biasa?""Pak, maaf kalau saya lancang. Tapi dari cara mereka berinteraksi, kelihatannya ini lebih dari sekadar pertemanan," Budi menjawab dengan nada tegas."Baik. Kamu teruskan penyelidikan ini. Kalau bisa, pastikan ada bu

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 93. Arga, Ayo Kita Bicara

    “Arga, aku butuh bicara,” suara Citra terdengar tegas, tetapi nadanya tetap lembut. Ia berdiri di depan pintu ruang kerja Arga, mengetuk dengan pelan.Arga yang sedang duduk termenung dengan secangkir kopi dingin di mejanya mengangkat kepala. Tatapannya kosong, mencerminkan kegelisahan yang telah ia pendam. “Masuklah, Citra,” jawabnya pelan.Citra melangkah masuk, menutup pintu dengan hati-hati. Ia menarik napas panjang sebelum duduk di kursi di depan Arga.“Arga, aku nggak akan bertele-tele. Aku mau tahu ... apa sebenarnya yang terjadi antara kamu dan Nadya?” Citra memulai tanpa basa-basi, menatap langsung ke mata Arga.Arga terdiam sejenak, memutar cangkir di tangannya. “Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu?”“Karena aku tahu ada yang nggak beres. Aku tahu hubungan kalian nggak seperti yang kalian tunjukkan di depan keluarga. Aku bisa lihat dari caramu bersikap,” ujar Citra dengan nada serius.Arga menghela napas panjang, tubuhnya tampak lebih merosot di kursi. “Aku ... aku ng

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 92: Nadya Menjatuhkan Citra

    "Jadi, menurutmu gimana, Tante Ratih? Aku harus gimana supaya Citra nggak salah paham sama aku?" Nadya memulai percakapan dengan suara lembut, seperti mencoba memancing simpati.Nadya tahu dia sudah tidak bisa mendapatkan dukungan lagi di keluarga utama Bramantyo. Namun, menurutnya itu tidak masalah. Nadya bisa mencari dukungan lain dari keluarga besar Bramantyo.Maka itu yang ia lakukan sekarang.Tante Ratih, salah satu anggota keluarga Bramantyo yang terkenal sering mendengarkan gosip, menatap Nadya dengan alis mengerut. "Salah paham gimana maksud kamu, Nadya?"Nadya menghela napas panjang, lalu menunduk, seolah mencari kekuatan untuk melanjutkan. "Aku cuma merasa akhir-akhir ini Citra ... ya, seperti nggak suka sama aku. Mungkin karena aku hamil, dia jadi merasa tersaingi."“Citra tersaingi? Ah, nggak mungkin,” balas Tante Ratih sambil melipat tangan di depan dada.“Aku juga nggak mau berpikiran jelek, Tante. Tapi, ya, aku lihat dia selalu menghindar setiap aku ajak ngobrol. Kalau

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 91: Arga Merasa Terjebak

    “Benar ini anak aku, Nadya?” Pertanyaan itu keluar dari mulut Arga begitu saja, tanpa pikir panjang. Mereka sedang duduk di ruang tamu, Nadya sibuk memeriksa ponselnya, sementara Arga hanya memandangi cangkir kopinya yang tak disentuh. Nadya mendongak perlahan, matanya menyipit penuh kecurigaan. “Apa maksud kamu ngomong kayak gitu, Arga?” “Aku cuma... merasa ada yang aneh. Kamu tahu kan hubungan kita belakangan ini nggak baik,” jawab Arga pelan, mencoba menahan emosi. “Jadi kamu nuduh aku selingkuh? Begitu maksudnya?” Nadya meletakkan ponselnya dengan keras di meja, nadanya mulai meninggi. “Nggak ada yang bilang begitu,” kata Arga, mencoba tetap tenang. “Aku cuma mau tahu. Ini anak aku, ‘kan?” “Kamu benar-benar nggak tahu malu, Arga! Kamu tega ngomong kayak gitu ke istri kamu sendiri? Aku ini hamil anak kamu, dan sekarang kamu malah nuduh aku yang aneh-aneh!” Nadya berdiri dari kursinya, wajahnya memerah karena amarah. Arga menghela napas panjang. Ia tahu percakapan ini tidak akan be

DMCA.com Protection Status