Tamparan keras mendarat di pipi mulus gadis cantik yang berusia 21 tahun. Dia adalah Sarah Marcelina, putri tunggal pengusaha sawit ternama yang masih berstatus mahasiswa disalah satu universitas terbaik di kotanya.
Tamparan itu mengayun dengan keras menghantam pipi Sarah dengan kuat, sehingga membuat gadis cantik berhidung mancung bak boneka barbie itupun terperanjat lalu terbangun, seketika membuatnya merasakan nyeri yang begitu menyakitkan.“Ayah, kenapa memukulku?” tanya Sarah kepada pria yang menatapnya dengan tatapan tajam dan penuh amarah. Lelaki itu terlihat sangat murka.“Masih berani kamu bertanya? Lihat dirimu! Dasar anak tidak tahu diuntung, beraninya kamu membuat malu keluarga dengan membawa lelaki tukang ojol ini kedalam kamar!” ucap Bagas dengan penuh amarah.Bagas menunjuk ke arah lelaki 30 tahun itu yang merupakan langganan ojek sarah ke kampus. Pria itu bernama Zavar. Ia tertidur dengan pulas, menampakkan wajahnya yang kelelahan seakan habis melakukan pertarungan sengit di ranjang. Terlebih-lebih Zavar tak mengenakan apapun. Hanya selimut yang menutupi tubuh bugil keduanya. Pakaian mereka berdua tercecer di ruangan bernuansa pink tersebut.“Apa?”Kata-kata itu keluar dari bibir seksi Sarah dengan perasaan yang sangat mengejutkan dirinya sendiri. Ia memalingkan kepala, melihat ke arah samping dimana Ayahnya menunjuk.Seketika mata Sarah membulat sempurna setelah melihat Zavar yang berada satu selimut dengannya. Sarah baru sadar kalau dirinya dan Zavar tak mengenakan pakaian.“Apa yang terjadi?” ucap Sarah setengah berteriak. Tentunya hal tersebut membuatnya sangat terkejut.“Tanyakan pada dirimu, Sarah, tentunya kamu lebih tahu!” jawab Bagas dengan nada yang sangat tinggi, menggema di dalam ruangan tersebut. Bagas sangat emosi, bahkan darahnya mendidih sampai ke ubun-ubun! Ayah mana yang tak marah melihat anak gadisnya berbuat tak senonoh.Sarah mengingat-ingat, apa yang terjadi kemarin malam. Ia ingat dirinya baru saja pulang sehabis membeli alat-alat untuk praktek kuliah, selesai berbelanja ia ingat tak memiliki uang yang cukup untuk membayar, kemudian Sarah masuk ke dalam rumah untuk mengambil uangnya di dalam kamar. Setelah itu Sarah tak ingat apa-apa lagi.“Dasar gadis murahan! Beraninya kamu membawa tukang ojol ini tidur di kamar saat kami tidak di rumah. Kamu sengaja ingin mencoreng wajah ayahmu, Sengaja kamu hah! Ayahmu ini pengusaha ternama, Sarah! Ya Tuhan, hukum hambamu yang terlalu memanjakan anak tiriku, memberikannya kasih sayang melebihi putri kandungku sendiri, sehingga ia menjadi liar begini!”Lena sang ibu tiri ikut berteriak histeris, mengusap kepalanya yang seakan terasa pusing dan shock.“Tega kamu, sarah. Aku tak menyangka kamu bisa melakukan hal tak bermoral seperti ini, berzinah dengan lelaki yang … hanya tukang ojol? Kamu keterlaluan, Sarah. Membuat Mama dan Ayah kecewa!” Selena, saudara tiri Sarah yang seusia dengannya pun ikut-ikut bicara, membuat situasi semakin memanas.“Tidak, aku tidak sehina itu. Kalian salah paham, ini tidak sama seperti yang kalian lihat.”Sarah mencoba membela diri. Namun, saat Sarah mencoba menjelaskan, Bagas sudah lebih dahulu keluar dari kamar. Ia tak kuasa melihat pemandangan tersebut. Hatinya yang bagaikan kaca telah hancur berkeping-keping setelah melihat perbuatan putri kesayangannya, putri yang selama ini selalu ia bangga-banggakan.
“Mas, Tunggu!” teriak Lena melihat Bagas yang keluar dari kamar. “Lihat ulahmu, Sarah! Jika terjadi sesuatu terhadap Ayahmu, Mama tak akan pernah memaafkan kamu!” ancam Lena kepada Sarah. Ia menatap Sarah dengan pandangan yang menjijikkan, setelah itu Lena pun berlari keluar mengejar suaminya.“Puas kamu menghancurkan keluarga ini!” ucap Selena, ia pun keluar meninggalkan Sarah yang masih mematung dengan selimutnya.Melihat semuanya telah pergi, dengan cepat Sarah memungut pakaiannya yang tercecer, di lantai kemudian memakainya dengan Segera. Sarah menatap pria yang masih terlelap itu dengan tatapan penuh kebencian. Sarah merasa bahwa semua ini adalah rencana Zavar yang licik!Setelah berpakaian, Sarah berlari keluar mencari sang Ayah untuk menjelaskan kesalahpahaman saat ini. Terlihat Bagas sedang memijat kepalanya yang terasa mau pecah di ruang tamu.Sarah menghampiri sang Ayah, untuk menjelaskan. “Ayah. Ini hanya salah paham, tidak seperti yang Ayah lihat! Kami tidak berzina, Ayah!” ucap Sarah menimpali, tentunya gadis itu membela diri.“Bagaimana Ayah bisa percaya, lihat diri kamu yang tak lebih seorang jalang! Kamu sama saja seperti ibu kamu!” Bagas menghardik Sarah penuh emosi.Ayah mana yang tak sakit hati mendapati putrinya seperti itu. Bayangan kelam mendapati ibunya Sarah seranjang dengan lelaki lain kembali terlintas di benak Bagas. Sama seperti yang Sarah lakukan.“Ada CCTV, Ayah bisa lihat kalau kami difitnah,” ucap Sarah membela diri.“Buah memang jatuh tidak jauh dari pohonnya, Mas. Percuma melihat CCTV, kamu mau menunjukkan pada kami aksi liarmu dengan pemuda miskin itu? Membayangkan saja membuat kami semakin muak pada mu. Jangan-jangan kamu sudah sering melakukannya!" Cecar Lena dengan bengis."Mas, daripada melihat CCTV lebih baik Sarah segera kita bawa ke KUA, aku takut kalau Sarah sudah hamil mau ditaruh dimana wajah kita Mas. Sebaiknya kita nikahkan mereka dengan segera, sebelum perut Sarah membesar Mas, mereka sudah terlanjur membuat malu keluarga ini! Di Rumah ini saja Sarah berani melakukan hal tak senonoh begini, apalagi diluar sana!” ucap Lena memanas-manasi Bagas.
“Tidak, Mah. Sarah tidak seperti itu. Sarah tidak pernah berzinah. Ayo Ayah, lihat CCTV-nya. Kita lihat kalau Sarah memang tidak bersalah,” ucap Sarah sekali lagi.“Alah, mana ada pencuri yang mengaku, Sarah. Sudahlah, kamu tidak mengelak lagi, bukti sudah sangat jelas, Mama tidak menyangka telah salah mendidik kamu, padahal selama ini Mama selalu berikan kasih sayang yang tulus sama kamu, kenapa kamu tega Sarah.”“Mah, Pah, please dengerin penjelasan Sarah!” Mata Sarah berkaca-kaca memandang ke arah Lena serta ayahnya secara bergantian.Semua mata memandang ke arah Bagas menunggu jawaban yang keluar dari bibirnya.“Sudahlah, Sarah. Tak ada yang perlu dijelaskan lagi, benar kata Ibu tirimu. Sebaiknya kalian dinikahkan saja daripada terus berbuat dosa, kalian sudah terlanjur mencoreng kotoran di wajah Ayah!” jawab Bagas.“Ayah! Tolong dengar penjelasan Sarah sekali ini saja!” pekik gadis itu.“Tidak, Ayah. Sarah belum siap menikah, Sarah ingin menyelesaikan kuliah terlebih dahulu!”Namun Bagas tak mau mendengar penjelasan putrinya lagi, mata dan kepalanya sudah sangat jelas menjelaskan apa yang terjadi.Disaat bersamaan Zavar yang tampak kaget pun baru saja keluar dari kamar, telah mengenakan pakaiannya, menghampiri keluarga Sarah yang tampak membahas sesuatu yang penting.“Nah, itu dia Yah, calon pengantin Sarah sudah bangun,” celetuk Selena menatap nanar dan hina pemuda yang bernama Zavar tersebut.“Calon pengantin? Apa maksudnya?” tanya Zavar yang merasa bingung, apakah saat ini dia sedang bermimpi?Selamat membaca, semoga suka dengan ceritaku.
“Jangan berpura-pura bodoh kamu, Zavar! Bukankah ini yang kamu mau?” ucap Sarah dengan geram. Ia merasa Zavar lah yang sengaja menjebaknya, menggunakan kesempatan disaat kesempitan. “Kamu sengajakan membuat drama bahwa aku tidur denganmu, agar kamu bisa menikah denganku dan menjadi menantu di rumah ini, tanpa harus lelah menjadi tukang ojol?” tuduh Sarah dengan tatapan yang tajam setajam belati. “Apa maksudmu? Aku sama sekali tidak mengerti,” Zavar mencoba menjelaskan. “Stop! Jangan menyalahkan orang lain, Sarah. Disini kamu dan Zavar sama-sama bersalah. Ayah sudah memutuskan akan menikahkan kalian hari ini juga! dan Papa tidak mau mendengarkan penjelasan apun lagi,” papar Bagas. “Tapi, Ayah. Bagaimana mungkin Sarah menikah dengan lelaki yang tidak sarah cintai? sarah ingin menyelesaikan kuliah terlebih dahulu.” Sarah berusaha menjelaskan kepada Ayahnya. Dia bersikeras tak mau dipaksa dinikahkan dengan Zavar.“Keputusan sudah bulat, Ayah tak mau kamu dan Zavar terus berbuat dosa,"
“Ayo kita pulang,” ajak Zavar pada Sarah yang tampaknya shock menerima kenyataan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Zavar mengulurkan tangannya untuk membantu Sarah berdiri dari kursinya. “Kemana?” tanya Sarah menatap lelaki berkulit kuning langsat di hadapannya. Sarah merasa asing dengan lelaki itu. Ia tidak tahu apa-apa tentang lelaki di hadapannya, selain nama dan pekerjaan Zavar. “Ke rumah, tepatnya kontrakanku,” jawab Zavar. “Kamu saat ini adalah istriku dan hidupmu saat ini sudah menjadi tanggung jawabku sebagai suamimu,” lanjut Zavar menjelaskan kepada Sarah. Zavar berusaha bersikap ramah dan sabar dengan Sarah. Ia tahu Sarah pasti bingung dan takut, tapi ia berjanji pada dirinya sendiri akan menjadi suami yang bertanggung jawab.Sarah menjawab dengan anggukan kepala. Tak ada pilihan lain selain ikut bersama Zavar, sebab Ia telah terusir dari rumahnya. Ayahnya saja tak mau lagi menerima dan telah menganggapnya mati, karena merasa malu dengan apa yang dia lihat tadi pagi
“Su-suara apa itu? Apakah ada orang lain dirumah ini?” sarah bermonolog didalam hati. Dengan langkah hati-hati ia melangkahkan kaki dengan pelan menuju ke asal suara, yaitu di dapur. Pelan-pelan, Sarah mengintip. Ternyata tidak ada apa-apa di sana. Ia hanya mendapati ruangan kosong. Namun beberapa saat kemudian, Sarah berteriak kencang. Ia sangat terkejut mendapati seekor tikus yang besar mengintip di dekat tong sampah. Sarah berlari menjauh dari arah dapur. “Oh tuhan, sepertinya aku tidak akan kuat hidup di rumah ini,” ucap Sarah. Ia duduk diatas kursi memeluk kedua kaki untuk meredam rasa di hatinya yang bercampur aduk, pikiran Sarah sangat kacau menerima kenyataan pahit yang tak pernah ia bayangkan. Sarah terisak menundukkan kepalanya hingga tanpa sadar Sarah terlelap di kursi yang telah usang itu. Sejenak melupakan masalah yang bertubi-tubu menimpanya hari ini. Beberapa jam kemudian, Sarah terbangun dari tidur. Perlahan ia melirik jam di ponselnya, waktu menunjukkan pukul 09.1
“Rajam? Apa salah kami?” Tanya Zavar kepada warga dengan tatapan tajam. “Kalian telah Berzinah!” pekik mereka kompak. “Tak ada yang berzinah, kami suami istri,” ucap Zavar mencoba menjelaskan. “Kalian percaya?” ucap si provokator. “Tidak!" seru yang lainnya. “Kenapa kami harus dihukum? Kami tidak bersalah!” papar Zavar menjelaskan dengan tegas. “Kalian harus dihukum! Sebab kalian sudah merusak nama baik tempat ini!” teriak seorang pria paruh baya dengan suara yang garang. Zavar berusaha menjelaskan dengan tegas. “Saya sudah katakan, Sarah adalah istri saya. Kami sudah menikah,” ujar Zavar mencoa menenangkan kerumunan yang marah. Namun, amarah warga tampaknya sudah membutakan mereka. Mereka tidak mau mendengarkan penjelasan Zavar, bahkan beberapa dari mereka mulai merangsek masuk ke dalam rumah. Melihat situasi yang semakin memanas, Zavar memegang tangan Sarah. “Jangan takut Sarah, ada aku yang menjagamu. Kita harus tetap tenang. Aku akan mengurus ini,” bisiknya pada Sarah, men
“Hanya apa?” tanya Zavar dengan nada penasaran. Dia melihat ada sesuatu yang berbeda dari ekspresi wajah Sarah.“Ah tidak. Bukan apa-apa,” jawab Sarah dengan cepat. Dia berusaha tersenyum, tapi senyumnya terlihat hambar dan dipaksakan. Dia menunduk, seolah menyembunyikan sesuatu di benaknya.“Aku siap-siap dulu,” ucap Sarah lagi, beranjak dari kursi yang di duduki olehnya. Dia berjalan menuju kamar untuk bersiap-siap. “Oke,” jawab Zavar, menunggu Sarah berkemas. Dia merasa ada yang aneh dengan Sarah, tapi dia tidak ingin mengganggunya. Mungkin Sarah sedang mengalami masalah yang tidak bisa dia ceritakan kepada Zavar. Tak menunggu waktu lama, Sarah telah siap dengan pakaian sederhana yang dibelikan oleh Zavar kemarin. Terpaksa, karena tak ada pakaian lagi. Sarah berencana akan membeli pakaian terlebih dahulu sebelum ke kampus dengan uang di ATM miliknya.Sarah sudah mengenakan jaket dan helm. Dia melihat Zavar masih asyik bermain ponsel di kursi.“Ayo,” ajak Sarah yang telah siap. Dia
Sarah merasakan denyut nadi yang semakin kencang ketika mendengar suara yang menyapa dirinya dari belakang. Suara itu begitu familiar, namun juga begitu menyakitkan di telinga yang mendengar. Suara yang kini menghujat dan menghina dirinya tanpa ampun yang berasal dari Selena, saudara tirinya. Sarah menarik napas dalam-dalam, lalu memutar tubuhnya perlahan-lahan menghadap ke arah suara itu. Matanya menatap tajam ke wajah Selena yang tersenyum sinis. Sarah merasakan amarah yang membara di dadanya, tetapi ia berusaha menahan diri mengontrol emosi yang siap meledak kapan saja. “Selena,” ucap Sarah dengan suara lirih yang hampir tak terdengar. Ia berharap Selena hanya lewat dan tidak mengganggunya kali ini. Namun harapan itu sia-sia. Selena malah mendekat ke arah Sarah, berjalan dengan langkah angkuh dan sombong. Rambut pirangnya tergerai indah di bahunya, menunjukkan betapa ia merasa cantik dan superior. Selena memang selalu merasa iri dengan Sarah, karena ibunya sendiri lebih perhatia
“Astaga, Selena. Menjijikan sekali!” gumam Sarah yang berada tak jauh dari mobil Ferrary yang berwarna merah, tak sengaja Sarah melihat saudara tirinya melakukan hal tak senonoh bersama kekasihnya, Alex. Di dalam mobil di area kampus pula.Bola mata Sarah membulat sempurna melihat aksi liar adik tirinya. Bukan hal tabu di zaman sekarang melakukan hal tersebut, tetapi apakah harus di tempat umum seperti ini? Ingin rasanya Sarah melaporkan aksi bejat Selena dan kekasihnya kepada petugas keamanan kampus, tetapi ia urung.Mengingat nama keluarganya di pertaruhkan. Setelah berpikir sejenak, akhirnya Sarah diam-diam serta berhati-hati merekam kelakuan Selena yang sudah lepas kendali menari-nari naik turun diatas tubuh Alex. Saking asyiknya, sampai-sampai mereka tak menyadari bahwa ada yang sedang merekam kelakuan mereka.Sarah merasa puas ketika ia berhasil merekam video pendek yang berdurasi 18 detik tersebut menunjukkan adegan tak pantas Selena dengan pacarnya di dalam mobil. Sarah membay
“Ma-ma Lena!”Sarah berucap dengan suara serak dan ketakutan setelah menyadari sosok yang membayangi pintu menghampiri nya adalah ibu tirinya. Ia merasa darahnya membeku dan jantungnya berdebar kencang.“Apa yang kamu lakukan disini, bagaimana kamu bisa masuk ke dalam rumah ini? Bukankah ayahmu sudah mengusir kamu?” Lena menyerbu dengan nada sinis dan marah. Matanya menyala-nyala menatap Sarah dengan penuh kebencian.“Saya menemukannya di ruangan monitor, nyonya!” Penjaga yang mengawal Sarah segera melapor dengan suara gemetar. Ia takut akan mendapat hukuman dari Lena jika ia tidak memberi tahu kebenaran.“Untuk apa kamu ke ruang monitor, Sarah?” Lena mendekatkan wajahnya ke Sarah dengan tatapan curiga. Wajahnya yang cantik tampak berkerut-kerut karena kekesalan.“Kenapa kamu diam? Jawab, Sarah!” lanjut Lena lagi dengan nada meninggi karena tak mendapatkan jawaban dari Sarah. Dia menatap Sarah dengan tajam dan memaksanya untuk menjelaskan. “Aku ingin mencari bukti bahwa diriku tak be