“Zavar, kamu ngikutin aku?” ucap Sarah dengan nada curiga kepada sosok pria tampan berhidung mancung yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Sarah menatap sekilas wajah Zavar yang tampan itu, kemudian membuang muka menatap ke arah yang lain.“Bagaimana bisa dia tiba-tiba berada di sini kalau tak mengikuti aku, atau seseorang menelponnya memintanya kemari!” batin Sarah.Rasa curiga terhadap Zavar semakin besar di dada Sarah. Tak mungkin semuanya terjadi kebetulan, pasti sudah direncanakan.“Nggak, aku nggak ngikutin kamu. Aku sehabis mengantar penumpang di daerah sini.” Zavar berusaha meyakinkan Sarah dengan suara tenang, meyakinkan Sarah. “Oh,” jawab Sarah dengan nada datar. Ia masih merasa aneh dengan kehadiran Zavar di tempat itu.“Lalu, kamu kenapa ada di sini? Bukankah tadi kamu mengatakan akan menemui dosen?” tanya Zavar dengan rasa ingin tahu. Ia melihat ekspresi Sarah yang gelisah dan bingung. “Nggak jadi,” jawab Sarah dengan singkat. Ia tak mau menceritakan apa sebenarnya yang
“Mama apa-apan, kenapa menampar pipiku, sakit!” teriak Selena kepada mamanya sambil memegang pipi yang terasa pedas akibat tamparan. Bahkan, terlihat dengan jelas bentuk lima jari berwarna merah menempel di pipi mulus Selena.“Kamu yang apa-apan! Bisa-bisanya kamu tidur dengan kekasihmu, berbuat asusila di parkiran kampus! Nggak ada otak kamu, hah!” omel Lena pada putrinya. Wanita 42 tahun itu sangat geram setelah tahu prilaku putrinya yang begitu liar di luar sana.“Mak-maksud Mama, a-apa?” tanya Selena gelagapan. Matanya melotot, kaget dan bingung dari mana mamanya tahu itu semua itu, apakah ada yang mengirimkan mata-mata untuk mengawasinya?“Kaget kamu, setelah mama tahu ulah liar kamu di luar sana yang tak melebihi seorang jalang! Kamu gila ya, memberikan tubuh kamu begitu saja kepada lelaki seperti Alex yang belum lama menjadi pacarmu? Bagaimana kalau kamu hamil dan dia tidak mau bertanggung jawab, hah! Lalu ayah tiri kamu tahu sikap liarmu itu. Mau kamu kita di usir dari rumah in
Zavar merasa ada yang aneh dengan tatapan Sarah. Ia menoleh ke arahnya dan melihat matanya yang memancarkan rasa penasaran. Sarah tidak berkedip, tidak bergerak, hanya menatap Zavar dengan intensitas yang membuatnya gugup. Zavar mencoba mengalihkan pandangannya, tetapi ia merasakan sesuatu yang menariknya kembali, tidak tahan lagi. Ia harus tahu apa yang ada di benak Sarah.“Kamu kenapa menatapku seperti itu?” tanya Zavar dengan nada ingin tahu. Ia penasaran kenapa Sarah menatapnya sampai seperti itu. Berharap Sarah akan menjawab dengan jujur, atau setidaknya memberikan alasan. Namun, Sarah hanya menggeleng pelan. Ia tidak mengatakan apa-apa, Sarah berdiri dari ranjang kemudian menutup pintu kamar lalu mengunci dari dalam.“Dasar, agak aneh memang! Bukannya menjawab, malah menutup pintu dengan kasar,” gumam Zavar dengan nada bingung. “Kenapa wanita itu ribet sekali sih?” lanjut Zavar mengoceh sambil melangkahkan kakinya. Kemudian ia berjalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan
“Eh, iya. Aku dengar,” jawab Sarah cepat, berusaha menyembunyikan rasa gugupnya. Ia tidak menyangka bahwa Zavar memperhatikannya. “Aku pikir kamu tadi melamun, ya. Sudah kalau begitu aku pergi dulu,” ucap Zavar dengan nada santai, seolah tidak ada yang istimewa. Ia memberitahu sekaligus berpamitan pada Sarah, yang masih terpaku di tempat. Zavar tampak bersiap-siap, mengenakan jaket hitam serta helm biru miliknya, yang membuatnya terlihat semakin gagah. Ia naik ke atas motor kesayangannya, menyalakan starter, kemudian menjauh dari rumah kontrakan yang mereka tinggali bersama. Suara knalpot motornya terdengar menggema di telinga Sarah, yang merasa ada sesuatu yang berdebar di dadanya. “Aku baru sadar, kalau Zavar ini ternyata ‘Tampan’. Aku hari ini berapa kali pangling dibuatnya,” gumam Sarah yang berdiri di ambang pintu memperhatikan Zavar yang semakin jauh. Ia merasakan ada rasa hangat yang menjalar di pipinya, yang mungkin saja adalah tanda-tanda cinta. Ia menggeleng-gelengkan kepa
“Sarah, aku mohon! jangan sebarkan videoku!” ucap Selena merengek memohon belas kasihan pada saudara tirinya. Tentu ia sangat takut jika sampai video panas itu tersebar luas.“Baiklah, aku tak akan menyebarkan video panasmu dengan satu catatan! Jangan pernah mengganggu atau mengusik hidup ku, atau aku akan membuatmu malu seumur hidupmu!” ancam Sarah pada Selena dengan tatapan nyalang, membuat Selena merasa takut dan bergidik ngeri.“Ba-baik, aku janji! Aku tak akan mengganggumu lagi!” jawab Selena dengan yakin dan memastikan pada Sarah. “Oke, jika sampai aku tahu kau menggangguku, aku tak akan segan-segan mempublikan salinan video panas mu yang tak bermoral ini, tentunya kamu akan mengalami apa yang aku rasakan.” Beruntung, Sarah tak sekejam itu. “Sudah pergi sana jauh-jauh, aku muak melihat wajahmu!” titah Sarah.Tanpa berkata-kata lagi, seperti sapi yang di colok lubang hidungnya. Selena langsung bangkit dari berlutut, menjauhi Sarah. Sejujurnya Selena merasa muak dengan sikap Sarah
Zavar menoleh ke arah Sarah dengan rasa penasaran. “Apa itu?” Zavar bertanya dengan raut wajah ingin tahu sambil duduk diatas motornya menunggu jawaban Sarah. Sarah meletakkan tasnya di atas motor dan tersenyum lebar sehingga membuat dada Zavar sedikit berdebar dibuatnya. “Aku punya dua kabar baik untukmu,” kata Sarah dengan nada gembira. Sarah terus tersenyum ke arah zavar. Zavar merasa penasaran dengan kabar baik yang akan Sarah sampaikan. “Kabar apa memangnya?” tanya pria itu dengan rasa tak sabar. Sarah pun mulai menjelaskan. “Pertama, aku sudah menyelesaikan skripsi. Kedua, aku direkomendasikan pekerjaan dari kampus,” jelasnya dengan bangga. Zavar terkejut mendengar kabar itu. Ia merasa senang dan bangga dengan pencapaian Sarah. “Wah, selamat. Aku turut senang mendengarnya,” jawabnya dengan suara riang mendengar kabar tersebut. “Iya, besok pagi aku harus ke kantor untuk bertemu dengan HRD di sana, katanya mereka perlu melihat CV milikku sebelum bergabung di perusahaan mereka,
Sarah berdiri di dekat pintu utama kantor, mata coklatnya yang indah memandang ke arah Alex yang sedang berbincang dengan seorang wanita.“Siapa yang bersama Alex?” gumam Sarah pelan, suaranya hampir tenggelam oleh desiran angin yang berhembus lembut.Sarah merasakan denyut jantungnya semakin cepat, tangannya yang halus memegang erat tiang di dekat pintu utama, mencoba mencari pegangan. Mata yang tajam terus memperhatikan Alex dari kejauhan, mencoba mencari tahu siapa wanita yang sedang bersamanya.Sarah merasakan sesuatu yang aneh ketika melihat Alex begitu mesra dengan wanita itu. Matanya menyipit, mencoba menahan rasa penasaran yang mulai menjalar di dada. “Menjijikkan,” gumamnya lagi, suaranya penuh dengan rasa ingin muntah melihat Alex yang nyosor sana sini ke gadis itu. Sarah merasa seperti ada sesuatu yang aneh.“Apakah Alex dan Selena sudah putus?” pikirnya dalam hati, mencoba mencari jawaban atas pertanyaan yang terus menghantui pikirannya sambil memperhatikan gerak gerik Al
“Jangan pura-pura lupa kamu!” omel Lena dengan mata melotot pada Selena, putri semata wayang dari pernikahan dengan suami pertama. Selena tampak menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal setelah mendengar perkataan mamanya barusan. Dia menundukkan kepalanya, berusaha menghindari tatapan tajam mamanya. Selena tahu mamanya tidak akan berhenti mengomel sampai dia menuruti keinginannya. “Sabar dulu lah, Mah. Baru juga lulus, nanti Alex pasti menikahi Selena, mamah tenang saja. Jangan hiraukan soal itu,” pinta Selena pada mamanya dengan nada lembut. Dia berharap mamanya bisa mengerti posisinya. Selena juga ingin menikah dengan Alex, tapi dia tidak mau terburu-buru. “Mau sabar sampai kapan mamamu ini, hm? Apalagi yang kamu tunggu. Jangan menunda-nunda waktu selagi ada kesempatan, Sele!” kata Lena berbicara pada putrinya dengan nada meninggi. Lena menghentakkan kakinya di lantai, menunjukkan ketidak sabarannya. Dia tidak mau putrinya kehilangan Alex, pria yang sudah menggarap putrinya. “S