Selamat membaca.... Semoga suka...
“Sarah, aku mohon! jangan sebarkan videoku!” ucap Selena merengek memohon belas kasihan pada saudara tirinya. Tentu ia sangat takut jika sampai video panas itu tersebar luas.“Baiklah, aku tak akan menyebarkan video panasmu dengan satu catatan! Jangan pernah mengganggu atau mengusik hidup ku, atau aku akan membuatmu malu seumur hidupmu!” ancam Sarah pada Selena dengan tatapan nyalang, membuat Selena merasa takut dan bergidik ngeri.“Ba-baik, aku janji! Aku tak akan mengganggumu lagi!” jawab Selena dengan yakin dan memastikan pada Sarah. “Oke, jika sampai aku tahu kau menggangguku, aku tak akan segan-segan mempublikan salinan video panas mu yang tak bermoral ini, tentunya kamu akan mengalami apa yang aku rasakan.” Beruntung, Sarah tak sekejam itu. “Sudah pergi sana jauh-jauh, aku muak melihat wajahmu!” titah Sarah.Tanpa berkata-kata lagi, seperti sapi yang di colok lubang hidungnya. Selena langsung bangkit dari berlutut, menjauhi Sarah. Sejujurnya Selena merasa muak dengan sikap Sarah
Zavar menoleh ke arah Sarah dengan rasa penasaran. “Apa itu?” Zavar bertanya dengan raut wajah ingin tahu sambil duduk diatas motornya menunggu jawaban Sarah. Sarah meletakkan tasnya di atas motor dan tersenyum lebar sehingga membuat dada Zavar sedikit berdebar dibuatnya. “Aku punya dua kabar baik untukmu,” kata Sarah dengan nada gembira. Sarah terus tersenyum ke arah zavar. Zavar merasa penasaran dengan kabar baik yang akan Sarah sampaikan. “Kabar apa memangnya?” tanya pria itu dengan rasa tak sabar. Sarah pun mulai menjelaskan. “Pertama, aku sudah menyelesaikan skripsi. Kedua, aku direkomendasikan pekerjaan dari kampus,” jelasnya dengan bangga. Zavar terkejut mendengar kabar itu. Ia merasa senang dan bangga dengan pencapaian Sarah. “Wah, selamat. Aku turut senang mendengarnya,” jawabnya dengan suara riang mendengar kabar tersebut. “Iya, besok pagi aku harus ke kantor untuk bertemu dengan HRD di sana, katanya mereka perlu melihat CV milikku sebelum bergabung di perusahaan mereka,
Sarah berdiri di dekat pintu utama kantor, mata coklatnya yang indah memandang ke arah Alex yang sedang berbincang dengan seorang wanita.“Siapa yang bersama Alex?” gumam Sarah pelan, suaranya hampir tenggelam oleh desiran angin yang berhembus lembut.Sarah merasakan denyut jantungnya semakin cepat, tangannya yang halus memegang erat tiang di dekat pintu utama, mencoba mencari pegangan. Mata yang tajam terus memperhatikan Alex dari kejauhan, mencoba mencari tahu siapa wanita yang sedang bersamanya.Sarah merasakan sesuatu yang aneh ketika melihat Alex begitu mesra dengan wanita itu. Matanya menyipit, mencoba menahan rasa penasaran yang mulai menjalar di dada. “Menjijikkan,” gumamnya lagi, suaranya penuh dengan rasa ingin muntah melihat Alex yang nyosor sana sini ke gadis itu. Sarah merasa seperti ada sesuatu yang aneh.“Apakah Alex dan Selena sudah putus?” pikirnya dalam hati, mencoba mencari jawaban atas pertanyaan yang terus menghantui pikirannya sambil memperhatikan gerak gerik Al
“Jangan pura-pura lupa kamu!” omel Lena dengan mata melotot pada Selena, putri semata wayang dari pernikahan dengan suami pertama. Selena tampak menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal setelah mendengar perkataan mamanya barusan. Dia menundukkan kepalanya, berusaha menghindari tatapan tajam mamanya. Selena tahu mamanya tidak akan berhenti mengomel sampai dia menuruti keinginannya. “Sabar dulu lah, Mah. Baru juga lulus, nanti Alex pasti menikahi Selena, mamah tenang saja. Jangan hiraukan soal itu,” pinta Selena pada mamanya dengan nada lembut. Dia berharap mamanya bisa mengerti posisinya. Selena juga ingin menikah dengan Alex, tapi dia tidak mau terburu-buru. “Mau sabar sampai kapan mamamu ini, hm? Apalagi yang kamu tunggu. Jangan menunda-nunda waktu selagi ada kesempatan, Sele!” kata Lena berbicara pada putrinya dengan nada meninggi. Lena menghentakkan kakinya di lantai, menunjukkan ketidak sabarannya. Dia tidak mau putrinya kehilangan Alex, pria yang sudah menggarap putrinya. “S
Sarah baru saja pulang dari berbelanja di pusat perbelanjaan terdekat. Ia membeli beberapa helai pakaian kerja baru untuk hari pertama kerjanya besok. Dengan semangat, ia mencoba satu per satu pakaian tersebut di depan cermin besar yang ada di kamar tidur. Sarah berputar-putar, memperhatikan setiap detail pakaian tersebut dan bagaimana ia tampak saat mengenakan pakaian tersebut.“Cantik,” ucap suara yang tiba-tiba muncul dari arah ruang tamu. Sarah terkejut dan berbalik, menemukan Zavar, sedang duduk di kursi ruang tamu dengan senyum lebar di wajahnya memperhatikan sarah. Menyadari dirinya sedang di perhatikan seketika wajah Sarah langsung memerah, merasa malu dan terkejut dengan kehadiran Zavar yang tiba-tiba.“Bisa aja kamu,” jawab Sarah dengan nada malu-malu. Kehadiran Zavar yang tiba-tiba mengagetkannya. “Kapan kamu pulang? Aku nggak sadar,” tanya Sarah, masih merasa terkejut dengan kehadiran Zavar.“Barusan, kamu sedang asik berkaca mematut diri di depan cermin, sehingga tidak me
“Kami telah sepakat berencana ingin bertunangan dulu, sebab saya masih fokus mengelola perusahaan, Tante,” jelas Alex pada Lena. Alex berbicara dengan nada sopan dan tegas, menunjukkan keputusan yang sudah matang. Ia melihat wajah Lena yang tampak tidak senang, tetapi ia berharap Lena bisa mengerti alasan mereka.Sejujurnya, Alex juga belum siap untuk menikah. Sebab saat ini ia sangat menikmati hidup dengan bergonta ganti pasangan. “Selagi muda, nikmati hidupmu,” ucap Alex membatin. Sengaja dia menakut-nakuti Selena setelah menikah nanti, dengan alasan gemuk dan tak punya waktu lagi. “Apakah pernikahan akan mengganggu karirmu?” tanya Lena pada Alex. Tak mengerti kenapa malah menunda-nunda waktu. Lena berbicara dengan nada dingin dan sinis, menunjukkan ketidaksetujuannya. Ia merasa Alex dan Selena sudah cukup dewasa dan siap untuk menikah, dan tidak mau menunggu lebih lama lagi.“Iya, Tante. Saya saat ini masih sangat sibuk keluar kota, kasihan nanti jika meninggalkan Selena terus. La
Sarah semakin mendekatkan telinganya di dinding kamar, berharap bisa mendengar obrolan Zavar yang sedang berbicara di telepon. Sarah merasa sangat penasaran dengan apa yang dibicarakan oleh Zavar di tengah malam. “Apa yang sebenarnya dia bicarakan, apakah soal pekerjaan hingga harus menelpon jam segini? Apa tidak ada besok-besok?” batin Sarah.“Bagus, beri mereka hukuman!” ucap Zavar dengan nada tegas. Meski suaranya samar, tetapi Sarah dapat menangkap setiap katanya.“Hukum? Siapa yang dihukum, dan apa salahnya?” batin Sarah dengan rasa penasaran. Dia tidak mengerti apa maksud Zavar. Anehnya lagi, Sarah mendengar ucapan Zavar barusan terdengar sangat berwibawa. Seperti seorang bos yang memberikan perintah kepada anak buahnya.Ingin mendengar lebih jelas, Sarah mencoba mendekatkan telinganya lebih lagi. Namun, sayangnya Zavar sudah mengakhiri sambungan teleponnya dengan cepat. Dia hanya mendengar bunyi klik dan kemudian kesunyian.Semua yang Sarah dengar barusan kembali membuatnya cu
“Maaf, saya tidak sengaja,” ucap Sarah dengan suara yang penuh penyesalan. Sarah merasa perlu minta maaf meski tak sepenuhnya dia yang salah. Setelah mengatakan maaf Ia berjongkok di lantai, mencoba memunguti berkas-berkas yang tercecer di lantai. Tangannya bergerak cepat, mencoba mengumpulkan kembali berkas-berkas itu sebelum orang lain melihatnya. “Makanya, lain kali kerja yang bener. Jangan cuma santai-santai di lobby!” hardik sosok itu dengan nada tinggi. Kata-katanya terdengar keras, membuat semua orang di lobby menoleh ke arah mereka. Sarah merasa malu. Ia menjadi pusat perhatian di lobby, dan semua orang tampak menatapnya dengan tatapan penasaran. “Iya, tapi tidak sepenuhnya saya yang salah. Anda juga bersalah, karena anda juga bersalah, tidak melihat saya yang sebesar ini, lalu menyenggol hingga saya terjatuh,” balas Sarah dengan nada yang tetap tenang. Ia merasa kesal, sudah minta maaf, masih saja disalahkan oleh sosok itu. “Oh, ternyata gadis kemarin yang bersama Alex,”