Arga pergi tanpa berpamitan ke Nasya. Saat Nasya selesai mandi, dia mencari keberadaan suaminya disetiap sudut ruangan dan balkon sembari berteriak memanggil suaminya.
"Lah kok sepi. Mas, kamu dimana?""Mas""Mas""Mas""Mungkin sedang mencari makan di bawah" monolognya kemudian duduk dimeja rias untuk mengeringkan rambutnya.Berbeda dengan Arga, sekarang dia sedang diperjalanan menemui orang yang tadi menelponnya. Arga menyuruhnya untuk menunggu ditaman yang biasa mereka gunakan untuk jogging dan itu masih disekitar kawasan tempat tinggal Arga."Luna" teriak Arga pada gadis yang tadi menelponnya. "Ada apa?" imbuhnya."Aku kabur dari rumah" ucap Luna.Mendengar ucapan gadis itu membuat Arga semakin iba. Gadis itu membawa koper dan tas jinjing besar yang terlihat begitu berat."Kamu pasti lelah, sementara kamu tinggal di apartement dulu saja" ajak Arga sembari mengambil koper dan tas jinjing itu. "Kamu sudah makan?" tanya Arga yang mendapat gelengan dari Luna.Diperjalanan menuju apartemen, mereka berhenti disalah satu angkringan untuk mengisi perut. Arga yang sudah kenyang hanya memesan jahe hangat dan keripik pisang sebagai cemilan.Apartemen dan taman berjarak tidak terlalu jauh hanya dalam beberapa menit saja mereka sudah sampai. Arga kembali membawakan koper milik Luna dan menuju apartemennya."Untuk sementara kamu tinggal disini saja. Ini sudah malam berbahaya kalau kamu masih berkeliaran diluar. Disini kamu akan aman" ucap Arga seraya meletakkan barang bawaan Luna dikamar. "Aku akan pulang" imbuhnya."Kamu tidak mau tidur disini saja? Aku bisa tidur di sofa saja. Sesuai kata kamu ini sudah malam, berbahaya berkendara sendirian" tanya Luna."Tidak, aku akan Pulang. Mama pasti mencari kalau tau aku tidak ada di rumah" jawab Arga memakai sepatunya didepan pintu."Tapi tadi rumah kamu kosong, kata satpam kamu sama Mama kamu pergi" ucap Luna yang merass bingung. "Iya. Ada urusan diluar""Baiklah. Terima kasih untuk bantuannya selama ini. Hati-hati di jalan" ucap Luna yang melihat Arga keluar dari apartement terburu-buru.Arga segera kembali ke hotel tempat dia menginap. Dia tidak ingin ketahuan oleh Mamanya kalau baru saja keluar. Karena jarak apartemen ke hotel yang jauh dan sudah lewat tengah malam Arga segera memacu mobilnya, berharap sampai hotel masih belum pagi.Setelah sampai dihotel. Arga berjalan cepat menuju lift. Sampai didepan kamarnya Arga baru ingat kalau dia tidak membawa kunci. Dia mengetuk pintu beberapa kali tapi tidak mendapat jawaban. Dia pun menelpon Nasya berulang kali tapi masih tidak mendapat jawaban. Hingga saat dia benar-benar kesal, tiba-tiba pintu terbuka."Mas" ucap Nasya dengan suara serak khas bangun tidur dan menyipitkan matanya. Arga langsung menatap tajam pada Nasya. Nasya yang mendapat tatapan itu langsung menundukkan kepala, merasa bersalah."Maaf mas. aku sangat lelah" ucapnya membela diri.Arga tidak menghiraukan, dia melepas baju dan meletakkan disembarang tempat kemudian tidur diranjang, tidak lupa dia membatasi bagian tengah ranjang dengan guling dan bantal.Nasya yang melihat itu langsung mengambil baju suaminya dan meletakkan di tempatnya, tapi saat dia mengambil baju itu, dia mencium bau harum yang bukan wangi suaminya.Nasya memandang suaminya dia masih berusaha untuk percaya dengan suaminya dan tidak berpikiran macam-macam.Setelah menaruh baju suaminya, dia pun naik ke ranjang dan bersiap tidur. Dia mencoba memejamkan matanya tapi pikirannya kembali pada baju suaminya tadi.Dia bergerak merubah posisi tidurnya dengan pelan, tetapi Arga merasakan gerakan itu dan terbangun."Jangan banyak bergerak. aku tidak bisa tidur" ketusnya."Iya mas" ucap Nasya kemudian kembali pada posisi awal, telentang sambil menatap langit-langit ruangan.Arga kemudian membalikkan tubuhnya menghadap Nasya. "Jangan pernah melewati batas ini" sambil menepuk guling yang dijadikannya pembatas. "aku pun tidak akan melewatinya. Aku tidak akan pernah mau menyentuhmu, apalagi membuatmu mengandung anakku" imbuhnya kemudian berbalik badan membelakangi Nasya.Nasya yang mendengar ucapan suaminya itu hanya terdiam. Merasakan sesak didadanya. Malam pertama yang seharusnya indah, justru membuatnya merasa terbuang dan tidak diinginkan. Air mata yang dari tadi dia tahan akhirnya jatuh juga. Dia menangis tanpa suara. Hingga dia tertidur karena lelah menangis.Keesokan harinya, semua keluarga sudah berkumpul di restoran yang ada di hotel untuk sarapan."Pengantin kita kemana ini? sudah jam segini belum muncul juga" ucap Mama Arga sambil melihat ke jam tangan mahalnya."Mungkin sedang lelah, jadi hanya dikamar saja" Mereka tertawa mendengar ucapan Mamanya Nasya, karena tau apa yang dimaksud besannya itu.Sedangkan didalam kamar, Arga yang terbangun lebih dulu, memutuskan untuk kekamar mandi. Dia memutuskan untuk berendam sebentar merilekskan badannya.Nasya akhirnya terbangun karena dia merasa ingin buang air kecil. Dengan mata sembab dan rambut acak-acakan dia berjalan kekamar mandi, saat akan mengetuk pintu, Arga membuka pintu."Astaga. Bikin kaget saja" teriak Arga sembari memegang dadanya karena kaget melihat didepan pintu ada orang dengan penampilan seperti itu."Aku mau pipis" ucap Nasya yang buru-buru masuk dalam kamar mandi."Dasar aneh" gumamnya.Tak lama, ponsel Arga berdering. Telfon yang berasal dari mamanya yang memberitahukan kalau para orang tua dan kerabat yang ikut mereka menginap di hotel akan kembali lebih dulu."Siapa yang mau disini lama-lama? Aku juga akan pulang hari ini" ucap Arga kesal setelah menutup telfon. Melihat Nasya yang baru keluar dari kamar mandi dengan handuk dirambutnya."Kita pulang, cepat siap-siap. Aku ada urusan" ucap Arga seraya memasukkan ponsel ke dalam saku celana dan membereskan beberapa barang bawaannya."Iya Mas" ucap Nasya mencoba bersabar dan mengabaikan apa yang dia temukan tadi malam, walau sebenarnya sangat menggangu pikirannya, dia ingin sekali menanyakan hal itu pada Arga.Salah satu cara menjadi istri yang baik adalah selalu percaya pada suami, itu adalah salah satu nasehat Mamanya sesaat sebelum akad. Nasya akan selalu ingat itu. Dia berusaha mempercayai suaminya apapun yang terjadi.Setelah bersiap dan membereskan semua barang bawaan, mereka check out dari hotel setelah memastikan bahwa keluarga mereka sudah pergi lebih dulu dan saat ini mereka sedang menuju rumah Arga. Rumah yang sudah dibeli Arga sendiri hasil jerih payahnya. Rumah yang sejatinya dia beli untuk dihuni setelah menikah dengan seseorang yang dia cintai.Sampai dirumah yang dituju, mereka sudah ditunggu oleh beberapa pelayan yang memang sudah diberi kabar oleh Arga kalau akan tinggal di rumah itu.Nasya berkenalan dengan mereka dan bertanya beberapa hal mengenai rumah itu. Nasya merasa asing dan sepi dirumah besar itu."Mas, mau kemana?" tanya Nasya yang melihat Arga sudah akan pergi lagi, padahal baru beberapa menit yang lalu mereka sampai."Bukan urusan kamu" jawab Arga ketus. Nasya menghembuskan nafas kasar.Bibi hanya diam, menunduk tidak berani ikut campur. Bibi memang sudah hafal sikap Arga yang ketus dan dingin. Walau begitu dia tetap memperlakukan orang-orang yang bekerja dengannya dengan sangat baik."Yang sabar ya Non" ucap Bibi menenangkan."Iya Bi, sudah di restock sabarnya tadi. hahahah" mereka tertawa bersama mendengar ucapan Nasya. Tapi walaupun mulutnya tertawa, pikirannya sedang berkelana memikirkan apa yang dilakukan suaminya diluar sana padahal hari ini masih cuti."Semoga dengan adanya Non di rumah ini, rumah ini menjadi lebih berwarna. Dan Tuan Arga bisa kembali seperti dulu" ucap Bibi penuh harap."Maksudnya seperti dulu yang bagimana?" ucap Nasya bertanya-tanya."Ehhh""Tidak usah didengarkan omongan bibi tadi Non, Bibj hanya bicara asal saja" ucap Bibi mengelak.Nasya mencoba tidak memikirkan apa yang dikatakan Bibi tadi. Dia fokus pada apa yang dilakukan saat ini, beberes kamar dan menata pakaiannya. Tidak terlalu banyak, hanya saja dia ingin semuanya terlihat rapi sesuai yang dia mau. Setelah selesai beberes dia membersihkan diri dan berendam serta menghirup aromaterapi untuk membuat pikirannya tenang. Sedangkan Arga saat ini sedang bersama Aluna di apartemen milik Arga itu. Sesaat setelah sampai di rumahnya tadi, Arga mendapat telfon dari Aluna yang menyuruhnya datang ke apartemen karena dia ketakutan. "Ada apa?" tanya Arga setelah Luna mulai tenang. "Papa mencariku, dia menyuruh beberapa bodyguardnya untuk menyisir kawasan disekitar sini, bagaimana ini? ucapnya gelisah. "Tenanglah, disini kamu akan aman" ucap Arga menenangkan. Aluna beberapa kali mengatur pernapasannya agar lebih rileks. "Itu cincin baru?" tanya saat melihat cincin dijari
"Siapa Aluna mas?" "Bukan urusan kamu" jawab Arga cepat kemudian segera mengambil ponselnya. Nasya yang melihat itu hanya bisa menghembukan nafas dan memejamkan matanya. Arga berjalan menuju balkon kemudian menelfon balik nomor Aluna. "Ya, ada apa?" katanya dengan lembut.Nasya yang mendengar ucapan Arga segera keluar kamar untuk menenangkan diri. Mengambil minuman soda dingin dan menenggaknya. "Sabar Nasya. Ini ujian rumah tangga. Pernikahanmu baru seumur jagung, bahkan tunas jagungpun belum tumbuh" monolog Nasya pada dirinya sendiri. "Kamu harus bertahan. Buat suami kamu bertekuk lutut padamu" imbuhnya meyakinkan diri. "Kalau memang sudah saatnya pergi, baru boleh pergi. Untuk saat ini kamu harus berjuang. Walau sementara ini harus berjuang sendiri" monolognya lagi, kemudian meminum sodanya lagi. Nasya memutuskan untuk menonton tv, daripada harus mendengar suaminya yang sedang telfon dengan entah siapa itu. Hingga tak terasa sudah tengah malam, Nasya kemudian bangkit dan menuju
Driver ojol yang dinanti akhirnya datang, Nasya berpamitan pada Wiliam dan pergi dengan ojolnya.Seseorang dalam mobil itupun mengikuti Nasya dari belakang, sedikit menjauh agar tidak ketahuan. Setelah memberitahu lagi letak rumahnya, Nasya kembali melihat ponselnya, berharap mendapat balasan dari Arga, tapi ponselnya masih tetap sama, sepi tidak ada pesan yang berarti, hanya sederet pesan dari grup teman-teman kelasnya. Tapi Nasya cukup puas, paling tidak pesannya sudah terbaca oleh Arga. Sampai di depan rumah, Nasya turun dan memberikan helm milik ojol itu. "Jangan lupa bintang limanya kak" ucap driver ojol. Nasya hanya tersenyum dan masuk ke dalam rumah.Sesaat setelah driver ojol pergi, mobil yang tadi mengikuti mereka pun segera meninggalkan kawasan rumah itu. Nasya melenggang masuk kedalam kamar, membersihkan diri dan brrganti pakaian. Setelah selesai melakukan ritual dikamar mandi dan walk in closed, dia turun ke lantai bawah untuk mengambil cemilan dan menonton serial netf
Arga berusaha tidak berpikiram negatif. Hingga tak lama Deni mengetuk pintu untum memberitahu bahwa meeting akan segera dimulai. Arga mengajak Rafa berjalan menuju ruangan meeting. Sementara Nasya yang sudah sampai dirumah, meletakkan kembali bekal yang tadi dan menuju kamarnya. "Semoga Mas Arga tidak marah" harapnya kemudian berjalan menuju kamar mandi. Selama tidak ada jadwal kuliah, dia aka mengantarkan makan siang sendiri ke kantor suaminya. Berharap dapat sedikit meluluhkan hati suaminya yang sekeras batu karang. Sore harinya, Mama Arga datang membawakan beberapa makanan. "Mama" ucap Nasya yang langsung memeluk Mama mertuanya itu. "Sayang, kamu apa kabar? Arga perlakukan kamu dengan baik kan?" tanyanya. Nasya hanya mengangguk. "Mama khawatir Arga memperlakukan kamu dengan tidak baik, karena dia sudah tidak seperti dulu" Mendengar ucapan Mama mertuanya, Nasya segera melepaskan pelukan dan berkata, "Maksudnya gimana Ma?" "Ehh.. Tidak. Jangan di dengarkan omongan Mama, sudah
Pagi harinya, Nasya terbangun dan mendapati suaminya tidak ada sisinya. Dia segera memakai kimono mandinya dan mencari diseluruh kamar tapi tidak menemukannya. Kemudian dia mencarinya di ruang kerja. Lama dia mengetuk tapi tidak ada jawaban, akhirnya memutuskan membuka pintu perlahan. Nampak suaminya itu sedang tertidur dimeja kerja. Nasya mendekat, dia kaget karena melihat banyaknya tisu dibawah meja. Seketika dia mengerutkan dahi, dia tahu apa yang tadi malam baru saja suaminya lakukan. Dia kecewa tapi kemudian tetap membangunkan Suaminya. "Mas, Bangun" "Hmm" bukannya bangun Arga malah hanya berpindah posisi. Kemudian Nasya mendekatkan wajahnya dan meniup wajah Arga. Arga yang merasa terganggu akhirnya terbangun. "Sedang apa kamu disini? Tidak ada yang boleh masuk tanpa ijin dari saya" ucapnya dengan intonasi meninggi. "Tadi aku sudah mengetuk pintu beberapa kali, tapi tidak ada jawab..." belum selesai Nasya bicara, sudah dibalas oleh Arga. "Kalau begitu jangan masuk" bentakny
Saat ini pikiran Nasya sedang kalut. Terdapat pergulatan batin dalam hatinya. Bertahan menambah luka atau pergi memberikan luka. Terlalu banyak hal yang sudah Nasya tahan selama ini demi orang tuanya dan hatinya. Dia sudah terlanjur jatuh hati pada suaminya. Bagaimana dengan Arga? Apa dia juga merasakan hal yang sama? Atau justru dia menutupi hal itu dengan egonya? Terlalu sulit bagi Nasya untuk meruntuhkan tingginya ego Arga. Sejak awal Arga sudah membangun tembok yang sangat tinggi diantara keduanya. Tembok yang sejak awal dia coba runtuhkan tapi selalu saja gagal. Saat dia merasa ingin mundur dan lelah, sesuatu dalam hatinya yang seolah sebuah magnet justru terus menariknya kearah berlawanan. Mengesampingkan pergulatan batinnya, Nasya tetap pada tugasnya sebagai seorang istri. Menyiapkan seluruh keperluan suaminya, walau dia tidak banyak bicara seperti sebelumnya. Saat ini Nasya sedang mengerjakan tugas kuliahnya. Banyak tugas individu maupun kelompok yang tanggal deadlinenya s
Setelah lelah beberes, Nasya keluar untuk membeli nasi goreng yang kebetulan abang-abangnya lewat depan kostnya. Beberapa penghuni kost yang sudah lebih dulu sampai, melihat kedatangan Nasya dan tersenyum menyapa. "Bang, nasi gorengnya satu bungkus, yang pedes ya Bang" pesannya yang mendapat anggukan dari abang penjualnya.Dia duduk bersama dengan penghuni kost yang lain. Agar tidak terlalu canggung, Nasya lebih dulu mengajak berkenalan, hingga akhirnya mereka mengobrol sembari menunggu pesanan. "Kamu anak kuliahan atau pekerja?" tanya Lisa penghuni kamar paling depan. "Sedang cuti kuliah, mau cari kerja" jawab Nasya. "Sama. Sebagian besar yang kost disini memang pekerja, jadi kamu jangan kaget kalau ada yang akan pulang malem banget bahkan dini hari" jelas Lisa yang mendapat anggukan dari teman yang lainnya. "Iya. Terima kasih infonya" ucap Nasya.Setelah abangnya memberikan pesanan, mereka berpencar masuk kedalam kamar masing-masing. Nasya memakan makanannya sambil melihat-liha
Arga yang emosi sekaligus antusias masih celingukan mencari keberadaan Nasya ditempat yang ditunjuk oleh Saka. Tapi tidak menemukan apa-apa kemudian dia memukul ringan bagian belakang kepala Saka."Mana? Tidak ada" ucapnya emosi. "Tadi ada Bos" Saka memegang belakang kepalanya. Mereka akhirnya memutuskan kembali kekantor karena ada klien yang sudah menunggu. Sementara Nasya yang sudah ada didalam angkutan kota, bernafas lega karena Saka dan suaminya sudah pergi. Dia mengambil ponsel yang ada didalam tasnya untuk memberi kabar pada Lisa. Saat akan berkirim pesan, dia mendapat pesan masuk yang berisikan bahwa dia diterima bekerja dan besok adalah hari pertamanya. Dia tersenyum dan memutuskan untuk mampir ke mall membeli beberapa pasang baju kerja. Uang dalam rekeningnya sudah lebih dari cukup untuk biaya hidupnya sehari-hari selama beberapa bulan tapi dia tidak ingin bergantung pada itu sehingga memutuskan untuk bekerja dan tidak lagi memakai uang yang diberikan Arga selama beberapa