Arga yang emosi sekaligus antusias masih celingukan mencari keberadaan Nasya ditempat yang ditunjuk oleh Saka. Tapi tidak menemukan apa-apa kemudian dia memukul ringan bagian belakang kepala Saka."Mana? Tidak ada" ucapnya emosi. "Tadi ada Bos" Saka memegang belakang kepalanya. Mereka akhirnya memutuskan kembali kekantor karena ada klien yang sudah menunggu. Sementara Nasya yang sudah ada didalam angkutan kota, bernafas lega karena Saka dan suaminya sudah pergi. Dia mengambil ponsel yang ada didalam tasnya untuk memberi kabar pada Lisa. Saat akan berkirim pesan, dia mendapat pesan masuk yang berisikan bahwa dia diterima bekerja dan besok adalah hari pertamanya. Dia tersenyum dan memutuskan untuk mampir ke mall membeli beberapa pasang baju kerja. Uang dalam rekeningnya sudah lebih dari cukup untuk biaya hidupnya sehari-hari selama beberapa bulan tapi dia tidak ingin bergantung pada itu sehingga memutuskan untuk bekerja dan tidak lagi memakai uang yang diberikan Arga selama beberapa
Nasya yang merasa aneh dengan sikap Arga hanya diam. Dia suka dengan perubahan sikap itu. Tapi dia bingung harus menanggapinya bagaimana, karena baginya terlalu mendadak. "Jadi bagaimana? Kamu memaafkan saya?" ucap Arga yang memang sudah tidak sabar. Dia merasa tertekan karena harus menekan dalam egonya. Tapi demi istrinya dia rela melakukannya. "Aku masih mau menenangkan diri dulu" ucap Nasya. "Saya harus bagaimana biar kamu percaya?" ucap Arga lemah. Mendengar pertanyaan Arga, Nasya hanya menggeleng. Dia tidak yakin Arga akan menurutinya. "Sudahlah mas, kamu pulang saja. Saya masih mau sendiri dulu" ucap Nasya kemudian meninggalkan ruangan vip yang sudah dipesan oleh mertuanya. Arga yang merasa semakin bersalah hanya menunduk, kemudian berdiri dan segera mengejar Nasya. Dia yang melihat Nasya sedang menunggu taksi tiba-tiba menarik tangannya dan memeluknya erat. "Tolong... Tolong... Jangan tinggalkan saya. Saya tidak bisa hidup tanpa kamu" ucapnya yang semakin mengeratkan pel
Didalam mobil, Arga hanya diam bahkan tidak melirik kearah Nasya yang masih terus memegang punggung tangan Arga. Walau dia bahagia karena Nasya memegangnya tapi hatinya masih terasa panas melihat Nasya bersama pria lain. Nasya hanya tersenyum geli karena sikap Arga saat cemburu yang baginya sangat lucu. Sampai dirumah, Arga membukakan pintu dan menggandeng tangan Nasya untuk masuk kedalam rumah. "Nyonya" bibi yang membukakan pintu kaget dengan kedatangannya. "Nyonya baik- baik saja?" ucapnya sambil memeriksa badannya Nasya. "Lihatkan. Banyak yang nunggu kamu disini" bisik Arga. Nasya hanya tersenyum mendengarnya. "Aku tidak apa-apa Bi. Bibi apa kabar? Maaf Nasya pergi diam-diam" ucap Nasya. "Tidak apa Nyonya. Kalau Bibi jadi Nyonya juga bakal melakukan hal yang sama" jawab Bibi menyindir Arga. Arga yang merasa tersindir hanya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Bi, tolong jangan ganggu kami ya. Kalau ada yang cari bilang saja sedang ada acara penting tidak bisa diga
Kata Orang jangan terlalu bahagia karena kita tidak akan pernah tau badai apa yang akan datang. Tidak selamanya matahari akan bersinar cerah, ada kalanya badai akan menerpa. Malam yang panjang sudah mereka lewati. Atau mungkin yang merasakannya hanya Arga saja? Karena malam itu tidak terjadi apa-apa antara mereka berdua. Nasya menjelaskan bahwa dia masih 'berhalangan' sehingga mereka harus menunda malam pertama yang sebenarnya bukan malam pertama. Pagi-pagi sekali Nasya terbangun karena merasa pegal pada pinggangnya. Setelah sadar bahwa Arga masih memeluknya, dia bergerak pelan menghadap kesuaminya. Mengagumi indahnya ciptaan Tuhan yang tengah berada didepan matanya. Jemarinya menyentuh mata, hidung mancung dan berakhir pada bibir yang sejak kemarin sudah menjadi favoritnya. Tidak tebal juga tidak tipis. Sebuah senyum terbit dari bilah bibir Nasya. Dia bersyukur doanya selama ini didengar oleh Tuhan. Suami yang selama ini dingin, cuek, galak dan arogansinya tinggi bagaikan langit
BREAKING NEWSArga Juna Wijaya seorang pengusaha muda menghamili dan menelantarkan kekasih yang sudah bersamanya selama lebih dari 6 tahun. Dia menelantarkannya dalam keadaan hamil hingga kekasihnya memutuskan pergi keluar negeri membesarkan sendiri anak mereka karena tidak mendapat restu dari keluarga Wijaya. Saat ini Arga Juna Wijaya yang diketaui sudah menikah kembali menjalin hubungan terlarang dengan kekasihnya itu. Apa yang akan terjadi dengan kelanjutan nasib pernikahannya? Nantikan kelanjutan kisahnya.Kabar yang justru telah sampai lebih dulu ditelinga mertuanya. Membuat mertuanya geram dan tidak terima, mereka merasa telah dibohongi oleh Arga. Mereka takut nasib Nasya akan sama dengan mantan kekasih Arga, yang habis manis sepah dibuang. Mereka terus mencoba menghubungi Nasya, tapi belum mendapat respon dari Nasya karena memang Nasya masih berada dikamar mandi. Dia menurut apa kata suaminya yang tidak menyalakan tv atau membuka sosial media, hingga dia memutuskan untuk bere
Beberapa kali Arga mencoba menghubungi Papa mertuanya tapi tidak direspon, nomor Ibu mertuanya juga tidak bisa dihubungi. Sembari menunggu kabar dari Saka yang juga berusaha mencari keberadaan Istrinya, dia terus melajukan mobilnya hingga sampai di rest area. Dia kembali berusaha menghubungi Iistri dan mertuanya. Kepalanya terasa pening karena dia sama sekali tidak tidur sejak kemarin. Tidak lama Saka memberikan lokasi istrinya berada, pening yang dirasakannya tiba-tiba menghilang dan dengan cepat dia segera menuju lokasi yang ternyata masih jauh dari lokasinya saat ini.Sementara Nasya saat ini sedang mencari ponselnya. Dia mencari keseluruh bagian kamarnya, juga mengeluarkan semua isi dalam tasnya tapi tetap tidak menemukan ponselya. "Papa lihat ponselku? Seingatku disini" sembari menunjukkan tasnya yang sudah kosong. "Ada di Papa" "Bisa minta tolong Pa, Nasya mau kasih kabar ke Mas Arga. Dia pasti khawatir" ucapnya. "Setelah apa yang dia lakukan kamu masih bisa bicara seperti
Sesaat sebelum Arga mulai berbicara, dari arah pintu terdengar ketukan. Nasya segera mengusap jejak air mata diwajahnya dan berjalan menuju pintu. "Permisi" teriak orang dari arah luar. "Iya. Ada yang bisa dibantu?" ucap Nasya. "Rizwan?" imbuhnya. Arga mengerutkan dahi saat Nasya mengucapkan nama seseorang. "Nasya. Kamu juga ikut kesini?" ucapnya sembari menyodorkan tangan untuk bersalaman. "Iya. Silahkan duduk. Ada perlu apa?" ucap Nasya dengan senyum mencoba menutupi kesedihannya."Bapaknya ada?" "Tunggu dulu sebentar" Nasya segera kebelakang memanggil Papanya. Arga yang sedari tadi duduk disana, memperhatikan Rizwan dengan tatapan aneh. Dia merasa tatapan Rizwan pada istrinya bukan tatapan biasa. Rizwan memulai pembicaraan dengan memperkenalkan diri, begitu juga Arga yang dengan tegas memperkenalkan diri sebagai suami Nasya. Tak lama Papa dan Nasya datang membawa dua gelas minuman. Papa memberi kode pada Nasya untuk mengajak Arga kekamarnya. Nasya mengerti dan langsung meraih
Nasya terbangun setelah dua jam dia tidur disamping suaminya, bahkan dia lupa untuk menyiapkan makan malam. Dia bangun secara perlahan agar tidak membangunkan suaminya. Setelah merapikan pakaian dan rambutnya dia segera menyiapkan air untuk suaminya mandi dan segera menyusul Mamanya kedapur. "Suami kamu mana?" tanya sang Mama. "Masih tidur Ma, sepertinya dia kelelahan" jawab Nasya. Mamanya hanya mengangguk, sementara Papanya masih diruang keluarga memeriksa beberapa berkas laporan keuangan kebun teh. Biasanya dia hanya menerima email dari pengelola dan hanya sesekali berkunjung untuk mengecek semuanya. Setelah semua makanan siap diatas meja makan. Nasya memanggil Papanya untuk ikut bergabung. Selama dimeja makan tidak ada perbincangan yang berarti. Papanya yang sudah mendengar cerita sesungguhnya memberi Nasya nasehat yang sama dengan Mamanya. Semua tergantung dari keputusannya. Bertahan atau Pergi. Selesai makan malam, Nasya kembali kedalam kamar untuk melihat suaminya. Dia khaw