"Saya kemari berniat ingin melamar anak Om" ucap Arga. "Kenapa mendadak begini? Apa Orang tua kamu tau niat kamu datang kemari?" tanya Papa Nasya pada Arga yang sedikit ragu setelah mendengar niat Arga datang kesana. "Mama malah yang terus menyuruh Arga kemari Om. Mama sudah tidak sabar katanya" ucap Arga kemudian tersenyum, mengingat kembali bagaimana gigih Mamanya selalu menyuruh Arga. "Mama kamu itu benar-benar keras kepala. kalau sudah punya keinginkan harus segera tercapai" ucap Papa Nasya yang membuat Arga tertawa dan mengangguk."Ada apa ini? Serius sekali?" ucap Mama Nasya yang baru kembali dari dapur membawa minuman dan beberapa cemilan. Setelah mempersilahkan Arga untuk minum dan memakan cemilan, kemudian sang suami menjelaskan maksud dan tujuan Arga datang ke kediaman mereka. Mama Nasya tampak terkejut mendengarnya. "Sebentar Nak Arga, apa tidak terlalu cepat? Nasya masih kuliah, bahkan baru berjalan kurang lebih satu tahun" ucap Mama Nasya kaget. "Iya saya mengerti T
"Kenapa dia tersenyum seperti itu, apa tujuan dia sebenarnya?" batin Nasya seraya mengerutkan dahi dan bibir yang menahan kesal. Setelah perdebatan itu berakhir, Arga segera memohon ijin untuk pulang dan memberitahukan kepada keluarga, terutama Mamanya. Dia mengemudi dengan perasaan senang karena misinya berhasil. Berbeda dengan Nasya yang saat ini benar-benar sedang kesal sekaligus kecewa pada orang tuanya. Bisa-bisanya menjodohkan Nasya pada pria yang bahkan lebih tua darinya. Tidak pernah terfikir olehnya bahwa dia akan menikah secepat ini. Dia masih ingin mengejar gelar dan karirnya. Tapi nasi sudah menjadi bubur, dia tidak bisa mencabut apa yang tadi sudah dia ucapkan. Akan PAMALI kalau kata orang. Mau tidak mau dia harus menerima keputusannya, pasrah dan berserah hanya itu yang sedang dia usahakan. Keesokan harinya, dirumah Nasya sedang ramai orang mempersiapkan acara lamarannya. Acaranya hanya akan dihadiri oleh keluarga saja, memang tidak mengundang banyak orang, bahkan ke
Arga pergi tanpa berpamitan ke Nasya. Saat Nasya selesai mandi, dia mencari keberadaan suaminya disetiap sudut ruangan dan balkon sembari berteriak memanggil suaminya. "Lah kok sepi. Mas, kamu dimana?""Mas""Mas" "Mas" "Mungkin sedang mencari makan di bawah" monolognya kemudian duduk dimeja rias untuk mengeringkan rambutnya. Berbeda dengan Arga, sekarang dia sedang diperjalanan menemui orang yang tadi menelponnya. Arga menyuruhnya untuk menunggu ditaman yang biasa mereka gunakan untuk jogging dan itu masih disekitar kawasan tempat tinggal Arga. "Luna" teriak Arga pada gadis yang tadi menelponnya. "Ada apa?" imbuhnya. "Aku kabur dari rumah" ucap Luna. Mendengar ucapan gadis itu membuat Arga semakin iba. Gadis itu membawa koper dan tas jinjing besar yang terlihat begitu berat. "Kamu pasti lelah, sementara kamu tinggal di apartement dulu saja" ajak Arga sembari mengambil koper dan tas jinjing itu. "Kamu sudah makan?" tanya Arga yang mendapat gelengan dari Luna.Diperjalanan menu
"Tidak usah didengarkan omongan bibi tadi Non, Bibj hanya bicara asal saja" ucap Bibi mengelak.Nasya mencoba tidak memikirkan apa yang dikatakan Bibi tadi. Dia fokus pada apa yang dilakukan saat ini, beberes kamar dan menata pakaiannya. Tidak terlalu banyak, hanya saja dia ingin semuanya terlihat rapi sesuai yang dia mau. Setelah selesai beberes dia membersihkan diri dan berendam serta menghirup aromaterapi untuk membuat pikirannya tenang. Sedangkan Arga saat ini sedang bersama Aluna di apartemen milik Arga itu. Sesaat setelah sampai di rumahnya tadi, Arga mendapat telfon dari Aluna yang menyuruhnya datang ke apartemen karena dia ketakutan. "Ada apa?" tanya Arga setelah Luna mulai tenang. "Papa mencariku, dia menyuruh beberapa bodyguardnya untuk menyisir kawasan disekitar sini, bagaimana ini? ucapnya gelisah. "Tenanglah, disini kamu akan aman" ucap Arga menenangkan. Aluna beberapa kali mengatur pernapasannya agar lebih rileks. "Itu cincin baru?" tanya saat melihat cincin dijari
"Siapa Aluna mas?" "Bukan urusan kamu" jawab Arga cepat kemudian segera mengambil ponselnya. Nasya yang melihat itu hanya bisa menghembukan nafas dan memejamkan matanya. Arga berjalan menuju balkon kemudian menelfon balik nomor Aluna. "Ya, ada apa?" katanya dengan lembut.Nasya yang mendengar ucapan Arga segera keluar kamar untuk menenangkan diri. Mengambil minuman soda dingin dan menenggaknya. "Sabar Nasya. Ini ujian rumah tangga. Pernikahanmu baru seumur jagung, bahkan tunas jagungpun belum tumbuh" monolog Nasya pada dirinya sendiri. "Kamu harus bertahan. Buat suami kamu bertekuk lutut padamu" imbuhnya meyakinkan diri. "Kalau memang sudah saatnya pergi, baru boleh pergi. Untuk saat ini kamu harus berjuang. Walau sementara ini harus berjuang sendiri" monolognya lagi, kemudian meminum sodanya lagi. Nasya memutuskan untuk menonton tv, daripada harus mendengar suaminya yang sedang telfon dengan entah siapa itu. Hingga tak terasa sudah tengah malam, Nasya kemudian bangkit dan menuju
Driver ojol yang dinanti akhirnya datang, Nasya berpamitan pada Wiliam dan pergi dengan ojolnya.Seseorang dalam mobil itupun mengikuti Nasya dari belakang, sedikit menjauh agar tidak ketahuan. Setelah memberitahu lagi letak rumahnya, Nasya kembali melihat ponselnya, berharap mendapat balasan dari Arga, tapi ponselnya masih tetap sama, sepi tidak ada pesan yang berarti, hanya sederet pesan dari grup teman-teman kelasnya. Tapi Nasya cukup puas, paling tidak pesannya sudah terbaca oleh Arga. Sampai di depan rumah, Nasya turun dan memberikan helm milik ojol itu. "Jangan lupa bintang limanya kak" ucap driver ojol. Nasya hanya tersenyum dan masuk ke dalam rumah.Sesaat setelah driver ojol pergi, mobil yang tadi mengikuti mereka pun segera meninggalkan kawasan rumah itu. Nasya melenggang masuk kedalam kamar, membersihkan diri dan brrganti pakaian. Setelah selesai melakukan ritual dikamar mandi dan walk in closed, dia turun ke lantai bawah untuk mengambil cemilan dan menonton serial netf
Arga berusaha tidak berpikiram negatif. Hingga tak lama Deni mengetuk pintu untum memberitahu bahwa meeting akan segera dimulai. Arga mengajak Rafa berjalan menuju ruangan meeting. Sementara Nasya yang sudah sampai dirumah, meletakkan kembali bekal yang tadi dan menuju kamarnya. "Semoga Mas Arga tidak marah" harapnya kemudian berjalan menuju kamar mandi. Selama tidak ada jadwal kuliah, dia aka mengantarkan makan siang sendiri ke kantor suaminya. Berharap dapat sedikit meluluhkan hati suaminya yang sekeras batu karang. Sore harinya, Mama Arga datang membawakan beberapa makanan. "Mama" ucap Nasya yang langsung memeluk Mama mertuanya itu. "Sayang, kamu apa kabar? Arga perlakukan kamu dengan baik kan?" tanyanya. Nasya hanya mengangguk. "Mama khawatir Arga memperlakukan kamu dengan tidak baik, karena dia sudah tidak seperti dulu" Mendengar ucapan Mama mertuanya, Nasya segera melepaskan pelukan dan berkata, "Maksudnya gimana Ma?" "Ehh.. Tidak. Jangan di dengarkan omongan Mama, sudah
Pagi harinya, Nasya terbangun dan mendapati suaminya tidak ada sisinya. Dia segera memakai kimono mandinya dan mencari diseluruh kamar tapi tidak menemukannya. Kemudian dia mencarinya di ruang kerja. Lama dia mengetuk tapi tidak ada jawaban, akhirnya memutuskan membuka pintu perlahan. Nampak suaminya itu sedang tertidur dimeja kerja. Nasya mendekat, dia kaget karena melihat banyaknya tisu dibawah meja. Seketika dia mengerutkan dahi, dia tahu apa yang tadi malam baru saja suaminya lakukan. Dia kecewa tapi kemudian tetap membangunkan Suaminya. "Mas, Bangun" "Hmm" bukannya bangun Arga malah hanya berpindah posisi. Kemudian Nasya mendekatkan wajahnya dan meniup wajah Arga. Arga yang merasa terganggu akhirnya terbangun. "Sedang apa kamu disini? Tidak ada yang boleh masuk tanpa ijin dari saya" ucapnya dengan intonasi meninggi. "Tadi aku sudah mengetuk pintu beberapa kali, tapi tidak ada jawab..." belum selesai Nasya bicara, sudah dibalas oleh Arga. "Kalau begitu jangan masuk" bentakny