Share

Bab 6 : Saingan Baru

Driver ojol yang dinanti akhirnya datang, Nasya berpamitan pada Wiliam dan pergi dengan ojolnya.

Seseorang dalam mobil itupun mengikuti Nasya dari belakang, sedikit menjauh agar tidak ketahuan.

Setelah memberitahu lagi letak rumahnya, Nasya kembali melihat ponselnya, berharap mendapat balasan dari Arga, tapi ponselnya masih tetap sama, sepi tidak ada pesan yang berarti, hanya sederet pesan dari grup teman-teman kelasnya. Tapi Nasya cukup puas, paling tidak pesannya sudah terbaca oleh Arga.

Sampai di depan rumah, Nasya turun dan memberikan helm milik ojol itu.

"Jangan lupa bintang limanya kak" ucap driver ojol. Nasya hanya tersenyum dan masuk ke dalam rumah.

Sesaat setelah driver ojol pergi, mobil yang tadi mengikuti mereka pun segera meninggalkan kawasan rumah itu.

Nasya melenggang masuk kedalam kamar, membersihkan diri dan brrganti pakaian. Setelah selesai melakukan ritual dikamar mandi dan walk in closed, dia turun ke lantai bawah untuk mengambil cemilan dan menonton serial n*****x kesukaannya.

Saat sedang menikmati nonton serial favoritnya, terdengar suara mobil suaminya terparkir di garasi. Tidak lama, Arga datang bersama Saka sang asisten yang setia mengantar kemanapun Arga pergi.

Nasya yang mendengar suara mobil Arga, segera bangkit dan ingin menghampiri suaminya. Tapi di urungkannya karena melihat Arga datang bersama dengan asistennya.

"Wahhh" kata itu spontan keluar dari mulut Saka yang dengan sengaja terus memandang istri dari bosnya itu. Nasya saat ini sedang memakai daster rumahan tanpa lengan yang panjangnya diatas lutut dengan rambut yang dicepol asal serta tanpa polesan make up, terlihat cantik natural sekaligus seksi.

Arga yang menyadari arti kata Saka, segera melotot tajam padanya. Seketika itu pula Saka langsung memejamkan mata. Takut matanya akan benar-benar dicongkel oleh Arga.

"Jaga matamu atau aku congkel matamu itu" ucap Arga ketus dan terus melotot pada Saka. Saka hanya mengangguk dengan menutup matanya rapat-rapat, ucapan Arga sesuai seperti apa yang ada di bayangannya.

Arga segera mendekati Nasya sambil melepas jas kerjanya dan memakaikan jas itu ke badan Nasya. Nasya yang mendapat perlakuan seperti itu hanya diam merasakan jantungnya yang tiba-tiba berdetak cepat kemudian menatap ke arah Arga yang berjalan menjauh menuju ke ruang kerjanya.

"Sakaaaaa" teriak Arga di depan pintu ruang kerja. Dengan segera Saka membuka mata dan berjalan cepat menuju ruang kerja bosnya. Saat melewati Nasya, Saka hanya menundukkan kepala tanda hormat.

Nasya yang tadinya hanya diam, kemudian mengaitkan jas itu untuk menutup bagian dadanya, dan diam-diam tersenyum. Perhatian kecil yang dilakukan Arga ini membuat hatinya merasa bahagia.

Setelah Arga dan Saka masuk ke ruang kerja, Nasya mengembalikan cemilan ke dapur dan kembali ke kamarnya. Meletakkan jas Arga ke keranjang kotor dan duduk bersandar di ranjang menghirup aroma parfum Arga yang masih menempel di tubuhnya sembari mengotak atik ponsel yang tadi dia tinggalkan diatas nakas.

"Kak Wiliam" ucapnya dan melihat pesan yang dikirim oleh Wiliam. Saat akan membalas pesan itu, ternyata Wiliam menelfon Nasya. Telfon itupun diangkat olehnya.

Dia berjalan ke balkon untuk menerima telfon itu. Mengobrol dan saling melempar candaan yang membuat Nasya tertawa dan terlihat sangat menikmati obrolan itu.

Tanpa Nasya sadari Arga masuk ke dalam kamar untuk mengambil flashdisk. Arga yang mendengar suara tertawa Nasya mendekat ke arah sumber suara, saat mendengar Nasya menyebutkan nama Wiliam membuat Arga geram, dia mengepalkan tangan dan mengencangkan rahangnya mencoba meredam emosi. Dia memutuskan untuk kembali ke ruangan kerjanya.

Arga pun melanjutkan diskusi dengan Saka perihal masalah yang ada di kantor cabang. Dia mencoba untuk fokus dalam diskusi itu tapi pikirannya terpecah memikirkan Nasya. Tiba-tiba ponselnya bergetar. Arga melirik sekilas ponselnya, dan saat mengetahui bahwa itu adalah informan suruhannya, dia segera meraih ponselnya. Informan itu melaporkan semua yang dia lihat.

"Cari tau semuanya tanpa terlewat" ucap Arga dengan rahang mengencang menahan emosi.

Sedangkan Nasya yang saat ini sedang mengobrol via telfon dengan Wiliam merasa senang dengan jokes-jokes yang dilempar Wiliam. Dia tertawa tanpa henti. Hingga akhirnya...

"Hmm" Arga berdeham guna memberitahu Nasya bahwa dia ada disana. Nasya menengok kemudian mematikan ponselnya.

"Mas, sudah selesai meetingnya?" ucap Nasya yang kemudian meletakkan ponsel diatas nakas dan mengambil baju Arga yang berserakan. Nasya juga menyiapkan baju ganti untuk Arga yang saat ini sedang mandi.

Nasya yang tengah menunggu Arga mandi dengan berbaring di ranjang akhirnya tertidur dengan sebuah buku yang masih dia pegang. Setelah Arga selesai memakai piyama, dia ikut berbaring di samping Nasya dengan hati-hati kemudian memandang istrinya.

"Apa yang sedang coba kamu rahasiakan?" gumamnya.

Keesokan paginya, seperti biasa Nasya akan bangun lebih dahulu. Menyiapkan keperluan suaminya dan membuat sarapan.

Saat sedang menyiapkan makanan di meja, Arga turun dari lantai dua dengan wajah datarnya.

"Pagi Mas" sapa Nasya yang tidak mendapat balasan dari Arga. Dengan sigap Nasya segera mengambilkan makanan untuk suamimya. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari belah bibir mereka. Hanya suara sendok dan garpu yang saling beradu. Selesai sarapan Arga segera bangkit dan berangkat ke kantor.

Nasya yang memang tidak ada jadwal kuliah, hari ini berencana membawakan makan siang untuk Arga. Saat hari sudah mulai siang, dia segera menyiapkan makanan favorit Arga dan memasukkan semua kedalam kotak makan.

Dengan di antar sopir, Nasya berangkat ke kantor Arga. Setelah bertanya kepada resepsionis dia segera naik lift menuju lantai ruangan Arga.

"Tunggu" teriak seorang pria yang berlari menuju lift untuk masuk. Nasya dengan cepat menahan pintu lift agar tetap terbuka.

"Terima kasih" ucap pria itu, sedangkan Nasya hanya tersenyum membalas ucapannya.

Tiiinng

Sampai di lantai tempat ruangan Arga, pria yang tadi di tolong Nasya tiba-tiba sedikit mendorong Nasya kedepan seperti sedang buru-buru hingga membuat tas kotak makan yang dibawa Nasya jatuh dan karena pengaitnya hanya sebuah kancing isinya jadi berhamburan.

"Owh. Maaf" pria itu segera berbalik arah dan membantu Nasya merapikan makanannya.

"Tidak apa-apa" ucap Nasya santai padahal dihatinya merasa kesal.

"Saya minta maaf sekali lagi" ucap pria itu sekali lagi dengan sedikit membungkuk. Dan hanya di respon dengan senyuman oleh Nasya. Senyuman yang membuat pria itu terpesona padanya.

"Cantik" gumamnya saat Nasya sudah kembali masuk lift untuk turun.

"Makanannya Mas Arga sudah jadi seperti ini. Lebih baik pulang saja" Nasya yang merasa kecewa akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah. Didalam mobil dia menghubungi Arga melalui chat bahwa dia baru saja berada di kantornya untuk mengantarkan makan siang tapi kembali pulang karena makanannya terjatuh.

Sementara Arga saat ini sedang menemui sahabat lama yang sudah lama tidak bertemu hingga tidak membaca pesan dari istrinya.

"Arga" teriak Rafa setelah membuka pintu.

Arga yang mengenali suara itu segera bangkit dan memeluk sahabat lamanya itu.

"Sahabat datang harusnya disambut dengam senyum bukannya wajah jutek kamu itu" ucap Rafa kesal. Arga hanya diam mendapat protes dari sahabatnya itu.

"Tadi aku bertemu sama salah satu karyawan kamu walau pakaiannya sederhana tapi dia terlihat sangat cantik" ucap Rafa penuh antusias.

"Hmm" jawab Arga dengan malas dan tangannya mengutak atik ponsel melihat beberapa pesan yang masuk.

"Tapi sayang tadi aku menjatuhkan kotak makan siangnya" oceh Rafa.

Arga mengerutkan dahi setelah membaca pecan Nasya dan mendengar sedikit ocehan Rafa.

"Apa mungkin?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status