Driver ojol yang dinanti akhirnya datang, Nasya berpamitan pada Wiliam dan pergi dengan ojolnya.
Seseorang dalam mobil itupun mengikuti Nasya dari belakang, sedikit menjauh agar tidak ketahuan.Setelah memberitahu lagi letak rumahnya, Nasya kembali melihat ponselnya, berharap mendapat balasan dari Arga, tapi ponselnya masih tetap sama, sepi tidak ada pesan yang berarti, hanya sederet pesan dari grup teman-teman kelasnya. Tapi Nasya cukup puas, paling tidak pesannya sudah terbaca oleh Arga.Sampai di depan rumah, Nasya turun dan memberikan helm milik ojol itu."Jangan lupa bintang limanya kak" ucap driver ojol. Nasya hanya tersenyum dan masuk ke dalam rumah.Sesaat setelah driver ojol pergi, mobil yang tadi mengikuti mereka pun segera meninggalkan kawasan rumah itu.Nasya melenggang masuk kedalam kamar, membersihkan diri dan brrganti pakaian. Setelah selesai melakukan ritual dikamar mandi dan walk in closed, dia turun ke lantai bawah untuk mengambil cemilan dan menonton serial n*****x kesukaannya.Saat sedang menikmati nonton serial favoritnya, terdengar suara mobil suaminya terparkir di garasi. Tidak lama, Arga datang bersama Saka sang asisten yang setia mengantar kemanapun Arga pergi.Nasya yang mendengar suara mobil Arga, segera bangkit dan ingin menghampiri suaminya. Tapi di urungkannya karena melihat Arga datang bersama dengan asistennya."Wahhh" kata itu spontan keluar dari mulut Saka yang dengan sengaja terus memandang istri dari bosnya itu. Nasya saat ini sedang memakai daster rumahan tanpa lengan yang panjangnya diatas lutut dengan rambut yang dicepol asal serta tanpa polesan make up, terlihat cantik natural sekaligus seksi.Arga yang menyadari arti kata Saka, segera melotot tajam padanya. Seketika itu pula Saka langsung memejamkan mata. Takut matanya akan benar-benar dicongkel oleh Arga."Jaga matamu atau aku congkel matamu itu" ucap Arga ketus dan terus melotot pada Saka. Saka hanya mengangguk dengan menutup matanya rapat-rapat, ucapan Arga sesuai seperti apa yang ada di bayangannya.Arga segera mendekati Nasya sambil melepas jas kerjanya dan memakaikan jas itu ke badan Nasya. Nasya yang mendapat perlakuan seperti itu hanya diam merasakan jantungnya yang tiba-tiba berdetak cepat kemudian menatap ke arah Arga yang berjalan menjauh menuju ke ruang kerjanya."Sakaaaaa" teriak Arga di depan pintu ruang kerja. Dengan segera Saka membuka mata dan berjalan cepat menuju ruang kerja bosnya. Saat melewati Nasya, Saka hanya menundukkan kepala tanda hormat.Nasya yang tadinya hanya diam, kemudian mengaitkan jas itu untuk menutup bagian dadanya, dan diam-diam tersenyum. Perhatian kecil yang dilakukan Arga ini membuat hatinya merasa bahagia.Setelah Arga dan Saka masuk ke ruang kerja, Nasya mengembalikan cemilan ke dapur dan kembali ke kamarnya. Meletakkan jas Arga ke keranjang kotor dan duduk bersandar di ranjang menghirup aroma parfum Arga yang masih menempel di tubuhnya sembari mengotak atik ponsel yang tadi dia tinggalkan diatas nakas."Kak Wiliam" ucapnya dan melihat pesan yang dikirim oleh Wiliam. Saat akan membalas pesan itu, ternyata Wiliam menelfon Nasya. Telfon itupun diangkat olehnya.Dia berjalan ke balkon untuk menerima telfon itu. Mengobrol dan saling melempar candaan yang membuat Nasya tertawa dan terlihat sangat menikmati obrolan itu.Tanpa Nasya sadari Arga masuk ke dalam kamar untuk mengambil flashdisk. Arga yang mendengar suara tertawa Nasya mendekat ke arah sumber suara, saat mendengar Nasya menyebutkan nama Wiliam membuat Arga geram, dia mengepalkan tangan dan mengencangkan rahangnya mencoba meredam emosi. Dia memutuskan untuk kembali ke ruangan kerjanya.Arga pun melanjutkan diskusi dengan Saka perihal masalah yang ada di kantor cabang. Dia mencoba untuk fokus dalam diskusi itu tapi pikirannya terpecah memikirkan Nasya. Tiba-tiba ponselnya bergetar. Arga melirik sekilas ponselnya, dan saat mengetahui bahwa itu adalah informan suruhannya, dia segera meraih ponselnya. Informan itu melaporkan semua yang dia lihat."Cari tau semuanya tanpa terlewat" ucap Arga dengan rahang mengencang menahan emosi.Sedangkan Nasya yang saat ini sedang mengobrol via telfon dengan Wiliam merasa senang dengan jokes-jokes yang dilempar Wiliam. Dia tertawa tanpa henti. Hingga akhirnya..."Hmm" Arga berdeham guna memberitahu Nasya bahwa dia ada disana. Nasya menengok kemudian mematikan ponselnya."Mas, sudah selesai meetingnya?" ucap Nasya yang kemudian meletakkan ponsel diatas nakas dan mengambil baju Arga yang berserakan. Nasya juga menyiapkan baju ganti untuk Arga yang saat ini sedang mandi.Nasya yang tengah menunggu Arga mandi dengan berbaring di ranjang akhirnya tertidur dengan sebuah buku yang masih dia pegang. Setelah Arga selesai memakai piyama, dia ikut berbaring di samping Nasya dengan hati-hati kemudian memandang istrinya."Apa yang sedang coba kamu rahasiakan?" gumamnya.Keesokan paginya, seperti biasa Nasya akan bangun lebih dahulu. Menyiapkan keperluan suaminya dan membuat sarapan.Saat sedang menyiapkan makanan di meja, Arga turun dari lantai dua dengan wajah datarnya."Pagi Mas" sapa Nasya yang tidak mendapat balasan dari Arga. Dengan sigap Nasya segera mengambilkan makanan untuk suamimya. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari belah bibir mereka. Hanya suara sendok dan garpu yang saling beradu. Selesai sarapan Arga segera bangkit dan berangkat ke kantor.Nasya yang memang tidak ada jadwal kuliah, hari ini berencana membawakan makan siang untuk Arga. Saat hari sudah mulai siang, dia segera menyiapkan makanan favorit Arga dan memasukkan semua kedalam kotak makan.Dengan di antar sopir, Nasya berangkat ke kantor Arga. Setelah bertanya kepada resepsionis dia segera naik lift menuju lantai ruangan Arga."Tunggu" teriak seorang pria yang berlari menuju lift untuk masuk. Nasya dengan cepat menahan pintu lift agar tetap terbuka."Terima kasih" ucap pria itu, sedangkan Nasya hanya tersenyum membalas ucapannya.TiiinngSampai di lantai tempat ruangan Arga, pria yang tadi di tolong Nasya tiba-tiba sedikit mendorong Nasya kedepan seperti sedang buru-buru hingga membuat tas kotak makan yang dibawa Nasya jatuh dan karena pengaitnya hanya sebuah kancing isinya jadi berhamburan."Owh. Maaf" pria itu segera berbalik arah dan membantu Nasya merapikan makanannya."Tidak apa-apa" ucap Nasya santai padahal dihatinya merasa kesal."Saya minta maaf sekali lagi" ucap pria itu sekali lagi dengan sedikit membungkuk. Dan hanya di respon dengan senyuman oleh Nasya. Senyuman yang membuat pria itu terpesona padanya."Cantik" gumamnya saat Nasya sudah kembali masuk lift untuk turun."Makanannya Mas Arga sudah jadi seperti ini. Lebih baik pulang saja" Nasya yang merasa kecewa akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah. Didalam mobil dia menghubungi Arga melalui chat bahwa dia baru saja berada di kantornya untuk mengantarkan makan siang tapi kembali pulang karena makanannya terjatuh.Sementara Arga saat ini sedang menemui sahabat lama yang sudah lama tidak bertemu hingga tidak membaca pesan dari istrinya."Arga" teriak Rafa setelah membuka pintu.Arga yang mengenali suara itu segera bangkit dan memeluk sahabat lamanya itu."Sahabat datang harusnya disambut dengam senyum bukannya wajah jutek kamu itu" ucap Rafa kesal. Arga hanya diam mendapat protes dari sahabatnya itu."Tadi aku bertemu sama salah satu karyawan kamu walau pakaiannya sederhana tapi dia terlihat sangat cantik" ucap Rafa penuh antusias."Hmm" jawab Arga dengan malas dan tangannya mengutak atik ponsel melihat beberapa pesan yang masuk."Tapi sayang tadi aku menjatuhkan kotak makan siangnya" oceh Rafa.Arga mengerutkan dahi setelah membaca pecan Nasya dan mendengar sedikit ocehan Rafa."Apa mungkin?"Arga berusaha tidak berpikiram negatif. Hingga tak lama Deni mengetuk pintu untum memberitahu bahwa meeting akan segera dimulai. Arga mengajak Rafa berjalan menuju ruangan meeting. Sementara Nasya yang sudah sampai dirumah, meletakkan kembali bekal yang tadi dan menuju kamarnya. "Semoga Mas Arga tidak marah" harapnya kemudian berjalan menuju kamar mandi. Selama tidak ada jadwal kuliah, dia aka mengantarkan makan siang sendiri ke kantor suaminya. Berharap dapat sedikit meluluhkan hati suaminya yang sekeras batu karang. Sore harinya, Mama Arga datang membawakan beberapa makanan. "Mama" ucap Nasya yang langsung memeluk Mama mertuanya itu. "Sayang, kamu apa kabar? Arga perlakukan kamu dengan baik kan?" tanyanya. Nasya hanya mengangguk. "Mama khawatir Arga memperlakukan kamu dengan tidak baik, karena dia sudah tidak seperti dulu" Mendengar ucapan Mama mertuanya, Nasya segera melepaskan pelukan dan berkata, "Maksudnya gimana Ma?" "Ehh.. Tidak. Jangan di dengarkan omongan Mama, sudah
Pagi harinya, Nasya terbangun dan mendapati suaminya tidak ada sisinya. Dia segera memakai kimono mandinya dan mencari diseluruh kamar tapi tidak menemukannya. Kemudian dia mencarinya di ruang kerja. Lama dia mengetuk tapi tidak ada jawaban, akhirnya memutuskan membuka pintu perlahan. Nampak suaminya itu sedang tertidur dimeja kerja. Nasya mendekat, dia kaget karena melihat banyaknya tisu dibawah meja. Seketika dia mengerutkan dahi, dia tahu apa yang tadi malam baru saja suaminya lakukan. Dia kecewa tapi kemudian tetap membangunkan Suaminya. "Mas, Bangun" "Hmm" bukannya bangun Arga malah hanya berpindah posisi. Kemudian Nasya mendekatkan wajahnya dan meniup wajah Arga. Arga yang merasa terganggu akhirnya terbangun. "Sedang apa kamu disini? Tidak ada yang boleh masuk tanpa ijin dari saya" ucapnya dengan intonasi meninggi. "Tadi aku sudah mengetuk pintu beberapa kali, tapi tidak ada jawab..." belum selesai Nasya bicara, sudah dibalas oleh Arga. "Kalau begitu jangan masuk" bentakny
Saat ini pikiran Nasya sedang kalut. Terdapat pergulatan batin dalam hatinya. Bertahan menambah luka atau pergi memberikan luka. Terlalu banyak hal yang sudah Nasya tahan selama ini demi orang tuanya dan hatinya. Dia sudah terlanjur jatuh hati pada suaminya. Bagaimana dengan Arga? Apa dia juga merasakan hal yang sama? Atau justru dia menutupi hal itu dengan egonya? Terlalu sulit bagi Nasya untuk meruntuhkan tingginya ego Arga. Sejak awal Arga sudah membangun tembok yang sangat tinggi diantara keduanya. Tembok yang sejak awal dia coba runtuhkan tapi selalu saja gagal. Saat dia merasa ingin mundur dan lelah, sesuatu dalam hatinya yang seolah sebuah magnet justru terus menariknya kearah berlawanan. Mengesampingkan pergulatan batinnya, Nasya tetap pada tugasnya sebagai seorang istri. Menyiapkan seluruh keperluan suaminya, walau dia tidak banyak bicara seperti sebelumnya. Saat ini Nasya sedang mengerjakan tugas kuliahnya. Banyak tugas individu maupun kelompok yang tanggal deadlinenya s
Setelah lelah beberes, Nasya keluar untuk membeli nasi goreng yang kebetulan abang-abangnya lewat depan kostnya. Beberapa penghuni kost yang sudah lebih dulu sampai, melihat kedatangan Nasya dan tersenyum menyapa. "Bang, nasi gorengnya satu bungkus, yang pedes ya Bang" pesannya yang mendapat anggukan dari abang penjualnya.Dia duduk bersama dengan penghuni kost yang lain. Agar tidak terlalu canggung, Nasya lebih dulu mengajak berkenalan, hingga akhirnya mereka mengobrol sembari menunggu pesanan. "Kamu anak kuliahan atau pekerja?" tanya Lisa penghuni kamar paling depan. "Sedang cuti kuliah, mau cari kerja" jawab Nasya. "Sama. Sebagian besar yang kost disini memang pekerja, jadi kamu jangan kaget kalau ada yang akan pulang malem banget bahkan dini hari" jelas Lisa yang mendapat anggukan dari teman yang lainnya. "Iya. Terima kasih infonya" ucap Nasya.Setelah abangnya memberikan pesanan, mereka berpencar masuk kedalam kamar masing-masing. Nasya memakan makanannya sambil melihat-liha
Arga yang emosi sekaligus antusias masih celingukan mencari keberadaan Nasya ditempat yang ditunjuk oleh Saka. Tapi tidak menemukan apa-apa kemudian dia memukul ringan bagian belakang kepala Saka."Mana? Tidak ada" ucapnya emosi. "Tadi ada Bos" Saka memegang belakang kepalanya. Mereka akhirnya memutuskan kembali kekantor karena ada klien yang sudah menunggu. Sementara Nasya yang sudah ada didalam angkutan kota, bernafas lega karena Saka dan suaminya sudah pergi. Dia mengambil ponsel yang ada didalam tasnya untuk memberi kabar pada Lisa. Saat akan berkirim pesan, dia mendapat pesan masuk yang berisikan bahwa dia diterima bekerja dan besok adalah hari pertamanya. Dia tersenyum dan memutuskan untuk mampir ke mall membeli beberapa pasang baju kerja. Uang dalam rekeningnya sudah lebih dari cukup untuk biaya hidupnya sehari-hari selama beberapa bulan tapi dia tidak ingin bergantung pada itu sehingga memutuskan untuk bekerja dan tidak lagi memakai uang yang diberikan Arga selama beberapa
Nasya yang merasa aneh dengan sikap Arga hanya diam. Dia suka dengan perubahan sikap itu. Tapi dia bingung harus menanggapinya bagaimana, karena baginya terlalu mendadak. "Jadi bagaimana? Kamu memaafkan saya?" ucap Arga yang memang sudah tidak sabar. Dia merasa tertekan karena harus menekan dalam egonya. Tapi demi istrinya dia rela melakukannya. "Aku masih mau menenangkan diri dulu" ucap Nasya. "Saya harus bagaimana biar kamu percaya?" ucap Arga lemah. Mendengar pertanyaan Arga, Nasya hanya menggeleng. Dia tidak yakin Arga akan menurutinya. "Sudahlah mas, kamu pulang saja. Saya masih mau sendiri dulu" ucap Nasya kemudian meninggalkan ruangan vip yang sudah dipesan oleh mertuanya. Arga yang merasa semakin bersalah hanya menunduk, kemudian berdiri dan segera mengejar Nasya. Dia yang melihat Nasya sedang menunggu taksi tiba-tiba menarik tangannya dan memeluknya erat. "Tolong... Tolong... Jangan tinggalkan saya. Saya tidak bisa hidup tanpa kamu" ucapnya yang semakin mengeratkan pel
Didalam mobil, Arga hanya diam bahkan tidak melirik kearah Nasya yang masih terus memegang punggung tangan Arga. Walau dia bahagia karena Nasya memegangnya tapi hatinya masih terasa panas melihat Nasya bersama pria lain. Nasya hanya tersenyum geli karena sikap Arga saat cemburu yang baginya sangat lucu. Sampai dirumah, Arga membukakan pintu dan menggandeng tangan Nasya untuk masuk kedalam rumah. "Nyonya" bibi yang membukakan pintu kaget dengan kedatangannya. "Nyonya baik- baik saja?" ucapnya sambil memeriksa badannya Nasya. "Lihatkan. Banyak yang nunggu kamu disini" bisik Arga. Nasya hanya tersenyum mendengarnya. "Aku tidak apa-apa Bi. Bibi apa kabar? Maaf Nasya pergi diam-diam" ucap Nasya. "Tidak apa Nyonya. Kalau Bibi jadi Nyonya juga bakal melakukan hal yang sama" jawab Bibi menyindir Arga. Arga yang merasa tersindir hanya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Bi, tolong jangan ganggu kami ya. Kalau ada yang cari bilang saja sedang ada acara penting tidak bisa diga
Kata Orang jangan terlalu bahagia karena kita tidak akan pernah tau badai apa yang akan datang. Tidak selamanya matahari akan bersinar cerah, ada kalanya badai akan menerpa. Malam yang panjang sudah mereka lewati. Atau mungkin yang merasakannya hanya Arga saja? Karena malam itu tidak terjadi apa-apa antara mereka berdua. Nasya menjelaskan bahwa dia masih 'berhalangan' sehingga mereka harus menunda malam pertama yang sebenarnya bukan malam pertama. Pagi-pagi sekali Nasya terbangun karena merasa pegal pada pinggangnya. Setelah sadar bahwa Arga masih memeluknya, dia bergerak pelan menghadap kesuaminya. Mengagumi indahnya ciptaan Tuhan yang tengah berada didepan matanya. Jemarinya menyentuh mata, hidung mancung dan berakhir pada bibir yang sejak kemarin sudah menjadi favoritnya. Tidak tebal juga tidak tipis. Sebuah senyum terbit dari bilah bibir Nasya. Dia bersyukur doanya selama ini didengar oleh Tuhan. Suami yang selama ini dingin, cuek, galak dan arogansinya tinggi bagaikan langit