"Siapa Aluna mas?"
"Bukan urusan kamu" jawab Arga cepat kemudian segera mengambil ponselnya. Nasya yang melihat itu hanya bisa menghembukan nafas dan memejamkan matanya. Arga berjalan menuju balkon kemudian menelfon balik nomor Aluna."Ya, ada apa?" katanya dengan lembut.Nasya yang mendengar ucapan Arga segera keluar kamar untuk menenangkan diri. Mengambil minuman soda dingin dan menenggaknya."Sabar Nasya. Ini ujian rumah tangga. Pernikahanmu baru seumur jagung, bahkan tunas jagungpun belum tumbuh" monolog Nasya pada dirinya sendiri. "Kamu harus bertahan. Buat suami kamu bertekuk lutut padamu" imbuhnya meyakinkan diri."Kalau memang sudah saatnya pergi, baru boleh pergi. Untuk saat ini kamu harus berjuang. Walau sementara ini harus berjuang sendiri" monolognya lagi, kemudian meminum sodanya lagi.Nasya memutuskan untuk menonton tv, daripada harus mendengar suaminya yang sedang telfon dengan entah siapa itu. Hingga tak terasa sudah tengah malam, Nasya kemudian bangkit dan menuju kamar tidurnya. Saat ini kamar dalam keadaan gelap dan Arga sudah tertidur pulas, diapun menyusul Arga ke alam mimpi.Keesokan harinya, Arga dan Nasya sudah selesai cuti jadi mereka akan kembali ke aktifitas rutinnya, seperti sebelum menikah. Arga kekantor dan Nasya kuliah.Nasya segera menyiapkan pakaian kerja suaminya. Sepatu, jam tangan serta tasnya pun tidak luput disiapkannya. Setelahnya dia baru menyiapkan keperluannya sendiri untuk kuliah. Setelah semua selesai, dia ke dapur untuk membuat sarapan dan bekal.Nasya yang melihat bibi sedang sibuk memasak, menghampirinya dan membantu menyiapkan sarapan dan bekal untuk suaminya.Setelah menunggu beberapa lama, Arga tidak muncul juga, akhirnya Nasya kembali ke kamar untuk melihat Arga. Ternyata Arga masih di walk in closed untuk berganti pakaian. Saat Arga akan memasangkan dasi, segera Nasya menghampiri dan memakaikan dasi Arga. Nasya sudah belajar membuat simpul dasi sejak dari sebelum menikah dan sekarang dia sudah hafal step by step nya."Perfect" Ucap Nasya tersenyum sambil menepuk ringan simpul dasi buatannya.Tanpa Nasya sadari Arga sedari tadi memperhatikan dari dekat wajahnya selama memakaikan dasi. Wajah cantik, manis tanpa polesan make up itu justru membuat jantung Arga berdetak cepat. Entah apa yang dia rasakan saat ini, diapun bingung. Bisa-bisanya dia merasa kagum pada Nasya."Mas, ayo sarapan" ajak Nasya."Hmm" jawab Arga yang mengikuti Nasya ke lantai bawah. Setelah mereka sarapan Arga bangkit mengambil tas kerjanya dan akan berangkat."Mas" panggil Nasya sembari membawa bekal suaminya. Tidak menjawab tapi Arga menoleh menatap istrinya itu."Ini bekalnya. dan nanti setelah selesai kelas, aku mau jalan-jalan ke mall sama teman-teman boleh?" tanya Nasya meminta ijin."Iya. Terserah" ucap Arga singkat sambil menerima bekalnya."Terima kasih mas" ucap Nasya kemudian mengantar suaminya keluar.DiKantor Arga."Bos, sudah masuk saja. Apa tidak kurang lama cutinya?" goda Saka. Sahabat yang merangkap jadi asisten pribadi. Dikantor ini yang mengetahui pernikahan Arga hanya sahabatnya ini saja, yang lain tidak ada yang tau."Diam kau" bentak Arga.Arga yang mulai kesal segera mengusir Saka dari ruangannya hanya dengan menatap. Saka yang tau arti dari tatapan itu segera pergi dari ruangan Arga sebelum membangunkan macan yang sedang tertidur."Kenapa ini banyak sekali? Apa saja yang dilakukan bocah itu hingga banyak sekali dokumen menumpuk disini" Arga melonggarkan simpul dasinya.Hingga jam makan siang berkas-berkas itu masih belum selesai. Saka yang merasa Arga tidak keluar ruangan untuk makan siangpun masuk ke ruangan Arga."Bos, tidak makan siang? Ini bahkan sudah hampir lewat jam makan siang" tanyanya sambil melihat pada jam tangannya."Nanti" jawab Arga singkat.Saka kemudian duduk di sofa dan melihat kotak bekal disana."Ternyata dibawakan bekal oleh istri tercinta, makanya tidak keluar ruangan" ejek Saka."Kalau kau mau, ambil saja. kau bisa memakannya" kata Arga."Benarkah? kebetulan sekali aku belum makan siang" Saka yang tampak senang segera membuka kotak bekal itu. "Kau benar tidak mau memakannya?""Tidak""Baiklah. Ini ayam Pop kesukaanmu. Sepetinya enak" Saka memasukkan makanan itu ke mulutnya. "Hmm... Enak sekali masakan istrimu" imbuhnya dengan mulut penuh makanan."Tidak mungkin, paling juga masakan bibi""Terserahlah yang penting ini sangat enak" ucap Saka lagi dan memakan bekal itu dengan lahap hingga tak bersisa.Sedangkan Nasya, saat ini bersama teman-temannya pergi ke sebuah mall. Hanya hang out biasa dan menonton film. Kebetulan ada sekuel film yang mereka suka sedang diputar di bioskop.Saat menunggu jam tayang filmnya, Nasya berjalan menuju toliet, tidak sengaja dia menabrak seseorang karena terlalu fokus pada ponselnya.BukkkPlakk"Maaf" ucap Nasya sembari mengambil ponselnya yang tadi jatuh."Kau tidak apa-apa?" ucap pria itu."Aku tidak... Ehh..." ucap Nasya sambil melihat kearah pria itu. "Kak Wiliam" imbuhnya."Nasya? Kamu tidak apa?" ucap Wiliam."Tidak apa Kak, aku yang harusnya tanya, kan aku yang menabrak kakak" Nasya tersenyum."Cantik" ucap wiliam tanpa mengeluarkan suara yang sedari tadi menatap kagum pada Nasya."Kak... Kak Wiliam" panggil Nasya."Eh. iya. Kamu mau ke toilet?""Iya kak. aku duluan. Takutnya nanti teman yang lain lama menunggu" ucap Nasya. Dan Wiliam hanya menganggukkan kepala.Nasya pun segera pergi kekamar mandi dan memberi kabar pada Arga kalau akan pulang terlambat. Walau dia tau tidak akan ada balasan dari Arga, Nasya tetap memberi kabar pada suaminya.Setelah film selesai, mereka berhamburan keluar, teman-teman Nasya sudah pulang lebih dulu. Sebenarnya mereka sudah menawari Nasya agar mau pulang bersama mereka tapi Nasya tidak mau merepotkan. Dan sekarang dia masih menunggu driver ojol yang tadi dipesannya.Saat sedang menunggu di titik yang sudah di tentukan, tiba-tiba ada sepeda motor berhenti didepannya, Nasya tidak tau siapa karena dia memakai helm dan jaket kulit persis seperti geng motor, yang sering dia lihat di media sosial. Tak lama orang itu membuka helmnya."Kak Wiliam" ucap Nasya yang tampak kaget."Emang kamu kira siapa?" Wiliam tertawa melihat ekspresi Nasya."Aku kira copet" ucap Nasya."Enak saja. Tampang begini dibilang copet""Ya maaf kak. habisnya kakak tiba-tiba berhenti disini" ucap Nasya kemudian tersenyum."Kamu menunggu siapa? Bareng sama aku gimana? Aku antar sampai depan rumah dengan selamat, sehat sentosa" ucap Wiliam dengan penuh semangat."Tidak perlu kak. Aku sudah pesan ojol. Ini sebentar lagi sampai" Nasya memperlihatkan aplikasi ojolnya."Ya sudah aku temani sampai ojolnya datang. Bahaya kalau disini sendirian" ucap Wiliam. Mereka pun berbincang, sesekali tertawa melempar candaan. Mereka terlihat begitu akrab.Tapi tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang terus menatap kearah mereka dari dalam mobil. Sepasang mata yang menatap hingga memicingkan matanya.Driver ojol yang dinanti akhirnya datang, Nasya berpamitan pada Wiliam dan pergi dengan ojolnya.Seseorang dalam mobil itupun mengikuti Nasya dari belakang, sedikit menjauh agar tidak ketahuan. Setelah memberitahu lagi letak rumahnya, Nasya kembali melihat ponselnya, berharap mendapat balasan dari Arga, tapi ponselnya masih tetap sama, sepi tidak ada pesan yang berarti, hanya sederet pesan dari grup teman-teman kelasnya. Tapi Nasya cukup puas, paling tidak pesannya sudah terbaca oleh Arga. Sampai di depan rumah, Nasya turun dan memberikan helm milik ojol itu. "Jangan lupa bintang limanya kak" ucap driver ojol. Nasya hanya tersenyum dan masuk ke dalam rumah.Sesaat setelah driver ojol pergi, mobil yang tadi mengikuti mereka pun segera meninggalkan kawasan rumah itu. Nasya melenggang masuk kedalam kamar, membersihkan diri dan brrganti pakaian. Setelah selesai melakukan ritual dikamar mandi dan walk in closed, dia turun ke lantai bawah untuk mengambil cemilan dan menonton serial netf
Arga berusaha tidak berpikiram negatif. Hingga tak lama Deni mengetuk pintu untum memberitahu bahwa meeting akan segera dimulai. Arga mengajak Rafa berjalan menuju ruangan meeting. Sementara Nasya yang sudah sampai dirumah, meletakkan kembali bekal yang tadi dan menuju kamarnya. "Semoga Mas Arga tidak marah" harapnya kemudian berjalan menuju kamar mandi. Selama tidak ada jadwal kuliah, dia aka mengantarkan makan siang sendiri ke kantor suaminya. Berharap dapat sedikit meluluhkan hati suaminya yang sekeras batu karang. Sore harinya, Mama Arga datang membawakan beberapa makanan. "Mama" ucap Nasya yang langsung memeluk Mama mertuanya itu. "Sayang, kamu apa kabar? Arga perlakukan kamu dengan baik kan?" tanyanya. Nasya hanya mengangguk. "Mama khawatir Arga memperlakukan kamu dengan tidak baik, karena dia sudah tidak seperti dulu" Mendengar ucapan Mama mertuanya, Nasya segera melepaskan pelukan dan berkata, "Maksudnya gimana Ma?" "Ehh.. Tidak. Jangan di dengarkan omongan Mama, sudah
Pagi harinya, Nasya terbangun dan mendapati suaminya tidak ada sisinya. Dia segera memakai kimono mandinya dan mencari diseluruh kamar tapi tidak menemukannya. Kemudian dia mencarinya di ruang kerja. Lama dia mengetuk tapi tidak ada jawaban, akhirnya memutuskan membuka pintu perlahan. Nampak suaminya itu sedang tertidur dimeja kerja. Nasya mendekat, dia kaget karena melihat banyaknya tisu dibawah meja. Seketika dia mengerutkan dahi, dia tahu apa yang tadi malam baru saja suaminya lakukan. Dia kecewa tapi kemudian tetap membangunkan Suaminya. "Mas, Bangun" "Hmm" bukannya bangun Arga malah hanya berpindah posisi. Kemudian Nasya mendekatkan wajahnya dan meniup wajah Arga. Arga yang merasa terganggu akhirnya terbangun. "Sedang apa kamu disini? Tidak ada yang boleh masuk tanpa ijin dari saya" ucapnya dengan intonasi meninggi. "Tadi aku sudah mengetuk pintu beberapa kali, tapi tidak ada jawab..." belum selesai Nasya bicara, sudah dibalas oleh Arga. "Kalau begitu jangan masuk" bentakny
Saat ini pikiran Nasya sedang kalut. Terdapat pergulatan batin dalam hatinya. Bertahan menambah luka atau pergi memberikan luka. Terlalu banyak hal yang sudah Nasya tahan selama ini demi orang tuanya dan hatinya. Dia sudah terlanjur jatuh hati pada suaminya. Bagaimana dengan Arga? Apa dia juga merasakan hal yang sama? Atau justru dia menutupi hal itu dengan egonya? Terlalu sulit bagi Nasya untuk meruntuhkan tingginya ego Arga. Sejak awal Arga sudah membangun tembok yang sangat tinggi diantara keduanya. Tembok yang sejak awal dia coba runtuhkan tapi selalu saja gagal. Saat dia merasa ingin mundur dan lelah, sesuatu dalam hatinya yang seolah sebuah magnet justru terus menariknya kearah berlawanan. Mengesampingkan pergulatan batinnya, Nasya tetap pada tugasnya sebagai seorang istri. Menyiapkan seluruh keperluan suaminya, walau dia tidak banyak bicara seperti sebelumnya. Saat ini Nasya sedang mengerjakan tugas kuliahnya. Banyak tugas individu maupun kelompok yang tanggal deadlinenya s
Setelah lelah beberes, Nasya keluar untuk membeli nasi goreng yang kebetulan abang-abangnya lewat depan kostnya. Beberapa penghuni kost yang sudah lebih dulu sampai, melihat kedatangan Nasya dan tersenyum menyapa. "Bang, nasi gorengnya satu bungkus, yang pedes ya Bang" pesannya yang mendapat anggukan dari abang penjualnya.Dia duduk bersama dengan penghuni kost yang lain. Agar tidak terlalu canggung, Nasya lebih dulu mengajak berkenalan, hingga akhirnya mereka mengobrol sembari menunggu pesanan. "Kamu anak kuliahan atau pekerja?" tanya Lisa penghuni kamar paling depan. "Sedang cuti kuliah, mau cari kerja" jawab Nasya. "Sama. Sebagian besar yang kost disini memang pekerja, jadi kamu jangan kaget kalau ada yang akan pulang malem banget bahkan dini hari" jelas Lisa yang mendapat anggukan dari teman yang lainnya. "Iya. Terima kasih infonya" ucap Nasya.Setelah abangnya memberikan pesanan, mereka berpencar masuk kedalam kamar masing-masing. Nasya memakan makanannya sambil melihat-liha
Arga yang emosi sekaligus antusias masih celingukan mencari keberadaan Nasya ditempat yang ditunjuk oleh Saka. Tapi tidak menemukan apa-apa kemudian dia memukul ringan bagian belakang kepala Saka."Mana? Tidak ada" ucapnya emosi. "Tadi ada Bos" Saka memegang belakang kepalanya. Mereka akhirnya memutuskan kembali kekantor karena ada klien yang sudah menunggu. Sementara Nasya yang sudah ada didalam angkutan kota, bernafas lega karena Saka dan suaminya sudah pergi. Dia mengambil ponsel yang ada didalam tasnya untuk memberi kabar pada Lisa. Saat akan berkirim pesan, dia mendapat pesan masuk yang berisikan bahwa dia diterima bekerja dan besok adalah hari pertamanya. Dia tersenyum dan memutuskan untuk mampir ke mall membeli beberapa pasang baju kerja. Uang dalam rekeningnya sudah lebih dari cukup untuk biaya hidupnya sehari-hari selama beberapa bulan tapi dia tidak ingin bergantung pada itu sehingga memutuskan untuk bekerja dan tidak lagi memakai uang yang diberikan Arga selama beberapa
Nasya yang merasa aneh dengan sikap Arga hanya diam. Dia suka dengan perubahan sikap itu. Tapi dia bingung harus menanggapinya bagaimana, karena baginya terlalu mendadak. "Jadi bagaimana? Kamu memaafkan saya?" ucap Arga yang memang sudah tidak sabar. Dia merasa tertekan karena harus menekan dalam egonya. Tapi demi istrinya dia rela melakukannya. "Aku masih mau menenangkan diri dulu" ucap Nasya. "Saya harus bagaimana biar kamu percaya?" ucap Arga lemah. Mendengar pertanyaan Arga, Nasya hanya menggeleng. Dia tidak yakin Arga akan menurutinya. "Sudahlah mas, kamu pulang saja. Saya masih mau sendiri dulu" ucap Nasya kemudian meninggalkan ruangan vip yang sudah dipesan oleh mertuanya. Arga yang merasa semakin bersalah hanya menunduk, kemudian berdiri dan segera mengejar Nasya. Dia yang melihat Nasya sedang menunggu taksi tiba-tiba menarik tangannya dan memeluknya erat. "Tolong... Tolong... Jangan tinggalkan saya. Saya tidak bisa hidup tanpa kamu" ucapnya yang semakin mengeratkan pel
Didalam mobil, Arga hanya diam bahkan tidak melirik kearah Nasya yang masih terus memegang punggung tangan Arga. Walau dia bahagia karena Nasya memegangnya tapi hatinya masih terasa panas melihat Nasya bersama pria lain. Nasya hanya tersenyum geli karena sikap Arga saat cemburu yang baginya sangat lucu. Sampai dirumah, Arga membukakan pintu dan menggandeng tangan Nasya untuk masuk kedalam rumah. "Nyonya" bibi yang membukakan pintu kaget dengan kedatangannya. "Nyonya baik- baik saja?" ucapnya sambil memeriksa badannya Nasya. "Lihatkan. Banyak yang nunggu kamu disini" bisik Arga. Nasya hanya tersenyum mendengarnya. "Aku tidak apa-apa Bi. Bibi apa kabar? Maaf Nasya pergi diam-diam" ucap Nasya. "Tidak apa Nyonya. Kalau Bibi jadi Nyonya juga bakal melakukan hal yang sama" jawab Bibi menyindir Arga. Arga yang merasa tersindir hanya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Bi, tolong jangan ganggu kami ya. Kalau ada yang cari bilang saja sedang ada acara penting tidak bisa diga
"Hati-hati ya kalian. Kabari Mama kalau sudah sampai" ucap Mama Mala dan kedua besannya yang mengantar Arga dan Nasya ke bandara. "Iya Ma, Bu. Nanti Nasya kabarin kalau sudah sampai" jawab Nasya sambil memeluk mereka satu per satu. Sementara Arga masih memberikan brifing singkat pada Saka untuk mengingatkannya lagi apa yang harus dikerjakan duluan. Setelah selesai, dia dan Saka segera bergabung bersama Nasya dan berpamitan dengan para orang tua. "Titip Mama. Awas kalau kenapa-kenapa" bisik Arga pada Saka yang hanya melengos tanpa peduli. Dia sudah paham bahkan tanpa diberitahukan lagi apa saja tugasnya, semuanya sudah diluar kepala. Toh, selama ini dia sudah sering kali ditinggal-tinggal oleh Arga setelah dia menikah. Setelah selesai berpamitan, Arga dan Nasya segera berangkat walau dengan perasaan yang entah kenapa terasa berat meninggalkan mereka. Tidak seperti biasanya, mereka justru cenderung merasa gelisah. "Tidak akan ada apa-apa kan ya Sayang?" tanya Nasya pada sang suami
Dengan segala lika-liku yang menemani kehidupan rumah tangga mereka, juga kejadian yang membuat keduanya apalagi Nasya yang hampir kehilangan kewarasan karena kehilangan calon anak mereka, akhirnya pelangi dirasakan oleh keduanya. "Kalian pergilah honeymoon" suruh Mama Mala pada keduanya saat sedang makan malam. "Tidak. Nanti Mama sendirian disini" jawab Arga sambil terus mengunyah makanannya. "Halah. Disinikan ada Saka, Mbak Yu juga ada. Apa yang keperlu dikhawatirkan?" "Iya sana pergi kemana gitu. Tidak perlu keluar negeri, ke bali atau lombok saja. Lumayankan bisa sekalian refreshing" timpal Ibunya Nasya. "Nanti deh. Coba aku lihat jadwal dulu, sekalian aku selesaikan dulu pekerjaan yang tertunda" jawab Arga. "Mama yang akan minta Saka kosongkan semua jadwal kamu selama beberapa hari dan Mama juga akan minta supaya dia sementara yang menghandle semua pekerjaan kamu. Apa kamu masih tidak percaya dengan cara kerja Saka? Isshh, Keterlaluan" cecar Mama Mala yang kesal karena anak
"Arga" "Nak, bangun" "Arga. Bangun Nak" Beberapa kali sudah Ayah mertuanya membangunkan Arga tapi tidak mendapat respon apa-apa hingga akhirnya Ayah mertuanya itu menepuk pipi Arga sedikit lebih keras. Arga yang kaget langsung bangkit dan melihat sekeliling."Istriku mana? Nasya mana Yah?" teriaknya yang dengan cepat dia turun dari ranjang kemudian berlari menuju brangkar yang tadi ditempati istrinya dan ternyata ranjangnya sudah kosong. Diapun jongkok dan menangis tersedu bahkan beberapa kali berteriak memanggik nama istrinya. "Arga, Sadar Nak. Kamu ini sebenarnya kenapa? Istri kamu cuma ke ruangan psikolog. Dan kamu sudah mencarinya sampai seperti ini?" ucap Ayah mertuanya sambil menepuk bahu kemudian mengusap punggung Arga. "Bukankah kamu yang mendaftar Nasya untuk konsultasi dengan Psikolog sesuai dengan anjuran dokter kandungan?" imbuhnya. Mendengar ucapan Ayah mertuanya, tangis Arga seketika berhenti. Dia diam sambil mencerna kembali apa yang dikatakan oleh Ayah mertuanya
"Sayang, kamu sudah dapat nama buat anak kita?" tanya Nasya setelah terbangun sambil terus mengusap perutnya. Arga tidak menjawab, dia hanya melipat bibirnya kedalam. Kesedihan tiba-tiba membebat dalam hatinya. Sekuat tenaga dia menahan air matanya. Melihat istrinya seperti ini sungguh membuatnya semakin merasa bersalah. "Sayang. Kenapa diam?" tanya Nasya sekali lagi. "Sayang, sudah. Mungkin suami kamu sedang lelah. Dia dari kemarin menunggu kamu disini bahkan tidak tidur" ucap Ibunya Nasya mencoba mengalihkan perhatian anaknya. "Benar Kamu tidak tidur?" tanya Nasya khawatir. Arga hanya tersenyum kecut. "Pantas saja, kamu punya mata panda. Kamu istirahat dulu saja, biar aku sama Ayah sama Ibu" sambungnya. Ibu Mertuanya memberi kode agar Arga pergi keruangan yang memang sudah disiapkan untuk istirahat yang menjaga pasien. Disana sudah ada ranjang beserta perlengkapannya, tv, lemari pendingin juga lemari pakaian. Setelah Arga berbaring, dia memejam matanya. Walau sulit sekali untu
Demi keselamatan istrinya, Arga menyetujui proses kuret itu. Dia setia menunggu istrinya selama menjalanu proses kuret didepan ruang operasi. Disana dia bersama dengan orang tua Nasya yang tadi dijemput menggunakan helikopter oleh anak buah Saka. Sementara Saka diberi tugas oleh Arga untuk menjaga dan memantau Mamanya juga mencari siapa dalang dari kecelakaan itu. Bodyguard dan sopirnya juga ditangani di rumah sakit yang sama. Mereka juga sedang melakukan operasi karena ada beberapa tulang yang patah dan ada luka tembak dilengannya. "Mama sudah sadar, dia terus mencari Nasya, bagaimana?" Aku harus jawab apa?" tanya Saka pada Arga melalui sambungan telfon. "Ceritakan saja apa yang terjadi" jawab Arga dengan pikiran yang masih kalut kemudian menutup ponselnya, bukan dia tidak peduli dengan keadaan Mamanya, hanya saja saat ini pikirannya masih tertuju pada Nasya. Setelah menunggu hampir satu jam, akhirnya dokter keluar dan mempersilahkan Arga untuk masuk sedangkan perawat memberikan
"Kamu bau. Sana jauh-jauh" usir Nasya yang masih membungkuk didepan wastafel sambil mengibaskan tangannya. "Bukannya kamu suka bau aku kalau tidak mandi?" tanya Arga yang keheranan. Bagaimana bisa sekarang Nasya justru menyuruhnya menjauh karena tidak mandi. Karena ucapan Nasya tadi, akhirnya Arga hanya melihat istrinya yang masih muntah dari kejauhan. Setelah dirasa Istrinya sudah membaik, dia pun mendekat dan menyuruh istrinya menutup hidung, sementara dia berlari dengan cepat menuju bathup dan menenggelamkan diri disana. Nasya pun tertawa melihat kelakuan suaminya itu. Dia juga heran dengan dirinya sendiri karena selalu berubah-ubah. Dia hanya berharap agar suaminya mengerti bahwa semua ini karena hormon kehamilannya. Bukannya pergi, Nasya justru berdiri bersandar didekat wastafel sambil memperhatikan suaminya yang masih menggosok dada dan lengannya. "Sayang, butuh bantuan?" tanya Nasya yang langsung membuat Arga menoleh dan mengangguk. Bagaimana tidak, ini bagaikan kesempatan
Nasya akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar, dan betapa kagetnya dia ternyata suaminya juga sedang berdiri didepan pintu kamarnya. Setelah saling menatap sejenak, akhirnya Nasya langsung memeluk suaminya itu dan benar-benar membenamkan wajahnya didada suaminya. Bau keringat Arga membuatnya candu. "Sayang. I Love You" ucap Arga sambil mengecup kepala istrinya. Nasya hanya diam tapi mengangguk dan tersenyum. Argapun kemudian menggendong Nasya ala bridal style dan dibawanya ke kamar. Beruntunglah Arga rajin olahraga jadi menggendong Istrinya yang sedang hamil seperti sekarang ini bukan masalah baginya. Disepanjang jalan menuju kamar, mereka saling berpagutan. Mentransfer kerinduan yang menyesakkan dada keduanya. Arga sangat hati-hati dalam melangkah dan meletakkan Nasya di ranjang. "Hai sayang. Kangen sama Papa ya?" ucapnya didepam perut Nasya setelah sebelumnya mengucapkan hal yang sama pada sang istri. "Mau ketemu Papa sekarang?" sambungnya dengan melihat kearah Nasya dan t
Belum juga Mama Mala memulai ceritanya, tiba-tiba Arga datang dan langsung memeluk istrinya. Nasya yang semula masih tertawa terbahak-bahak, langsung diam. "Sayang, rindu" bisik Arga. Seketika bulu kuduk Nasya berdiri, dia mencoba menyentuh tangan Arga untuk memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi. "Apa-apaan kamu? Lepaskan" teriak Mama Mala sambil menarik tangan Arga. "Mama apa-apaan sih? Nasya istri aku" ucap Arga yang kesal sambil berusaha melepas tangan Mamanya. Nasya yang melihat kejadian itu segera melerai dan membawa Arga masuk ke dalam kamar. 'Dia langsung mengajakku kedalam kamar. Tenang Sayang, selama diperjalanan aku sudah charge tenaga' batinnya sambil menggerakkan bahunya agar lebih rileks dan tentu saja senyum yang tak pernah surut. Setelah menutup pintu kamar, Nasya berbalik kemudian melipat kedua tangannya didepan dada dengan mata menyipit dan bibir yang dibuat sedikit maju, dia menatap Arga kemudian berjalan mengelilinginya perlahan. Arga yang masih belum pa
"Maaf aku tidak bisa menemani kamu sampai david sadar. Istriku sedang menungguku dirumah. Kalau butuh bantuan kamu bisa langsung menghubungiku melalui Saka. Aku pergi dulu" ucap Arga setelah kembali dari toilet dan menghampiri Sophia yang masih setia menunggu David. Arga bahkan langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Sophia. "Sepertinya memanh sudah saatnya aku benar-benar melepasmu dari hatiku. Semoga kamu selalu bahagia walai kenyataannya bukan aku lagi yang ada disisi dan hatimu" gumam Sophia melihat kelorong yang tadi dilewati Arga. Tanpa terasa air matanya kembali tumpah bersamaan dengan perasaannya yang mulai runtuh. Arga yang kelimpungan sendiri dengan cepat menuju hotel untuk mengambil barang-barangnya dan oleh-oleh yang sudah dia beli untuk sang istri. Setelah selesai dia segera menuju bandara dengan masih mencoba menghubungi nomor istrinya. Sementara itu, di Indonesia. Nasya sedang berbincang bersama Mama mertuanya di gazebo dekat kolam renang. Mereka awalnya berencana