Nasya yang merasa aneh dengan sikap Arga hanya diam. Dia suka dengan perubahan sikap itu. Tapi dia bingung harus menanggapinya bagaimana, karena baginya terlalu mendadak. "Jadi bagaimana? Kamu memaafkan saya?" ucap Arga yang memang sudah tidak sabar. Dia merasa tertekan karena harus menekan dalam egonya. Tapi demi istrinya dia rela melakukannya. "Aku masih mau menenangkan diri dulu" ucap Nasya. "Saya harus bagaimana biar kamu percaya?" ucap Arga lemah. Mendengar pertanyaan Arga, Nasya hanya menggeleng. Dia tidak yakin Arga akan menurutinya. "Sudahlah mas, kamu pulang saja. Saya masih mau sendiri dulu" ucap Nasya kemudian meninggalkan ruangan vip yang sudah dipesan oleh mertuanya. Arga yang merasa semakin bersalah hanya menunduk, kemudian berdiri dan segera mengejar Nasya. Dia yang melihat Nasya sedang menunggu taksi tiba-tiba menarik tangannya dan memeluknya erat. "Tolong... Tolong... Jangan tinggalkan saya. Saya tidak bisa hidup tanpa kamu" ucapnya yang semakin mengeratkan pel
Didalam mobil, Arga hanya diam bahkan tidak melirik kearah Nasya yang masih terus memegang punggung tangan Arga. Walau dia bahagia karena Nasya memegangnya tapi hatinya masih terasa panas melihat Nasya bersama pria lain. Nasya hanya tersenyum geli karena sikap Arga saat cemburu yang baginya sangat lucu. Sampai dirumah, Arga membukakan pintu dan menggandeng tangan Nasya untuk masuk kedalam rumah. "Nyonya" bibi yang membukakan pintu kaget dengan kedatangannya. "Nyonya baik- baik saja?" ucapnya sambil memeriksa badannya Nasya. "Lihatkan. Banyak yang nunggu kamu disini" bisik Arga. Nasya hanya tersenyum mendengarnya. "Aku tidak apa-apa Bi. Bibi apa kabar? Maaf Nasya pergi diam-diam" ucap Nasya. "Tidak apa Nyonya. Kalau Bibi jadi Nyonya juga bakal melakukan hal yang sama" jawab Bibi menyindir Arga. Arga yang merasa tersindir hanya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Bi, tolong jangan ganggu kami ya. Kalau ada yang cari bilang saja sedang ada acara penting tidak bisa diga
Kata Orang jangan terlalu bahagia karena kita tidak akan pernah tau badai apa yang akan datang. Tidak selamanya matahari akan bersinar cerah, ada kalanya badai akan menerpa. Malam yang panjang sudah mereka lewati. Atau mungkin yang merasakannya hanya Arga saja? Karena malam itu tidak terjadi apa-apa antara mereka berdua. Nasya menjelaskan bahwa dia masih 'berhalangan' sehingga mereka harus menunda malam pertama yang sebenarnya bukan malam pertama. Pagi-pagi sekali Nasya terbangun karena merasa pegal pada pinggangnya. Setelah sadar bahwa Arga masih memeluknya, dia bergerak pelan menghadap kesuaminya. Mengagumi indahnya ciptaan Tuhan yang tengah berada didepan matanya. Jemarinya menyentuh mata, hidung mancung dan berakhir pada bibir yang sejak kemarin sudah menjadi favoritnya. Tidak tebal juga tidak tipis. Sebuah senyum terbit dari bilah bibir Nasya. Dia bersyukur doanya selama ini didengar oleh Tuhan. Suami yang selama ini dingin, cuek, galak dan arogansinya tinggi bagaikan langit
BREAKING NEWSArga Juna Wijaya seorang pengusaha muda menghamili dan menelantarkan kekasih yang sudah bersamanya selama lebih dari 6 tahun. Dia menelantarkannya dalam keadaan hamil hingga kekasihnya memutuskan pergi keluar negeri membesarkan sendiri anak mereka karena tidak mendapat restu dari keluarga Wijaya. Saat ini Arga Juna Wijaya yang diketaui sudah menikah kembali menjalin hubungan terlarang dengan kekasihnya itu. Apa yang akan terjadi dengan kelanjutan nasib pernikahannya? Nantikan kelanjutan kisahnya.Kabar yang justru telah sampai lebih dulu ditelinga mertuanya. Membuat mertuanya geram dan tidak terima, mereka merasa telah dibohongi oleh Arga. Mereka takut nasib Nasya akan sama dengan mantan kekasih Arga, yang habis manis sepah dibuang. Mereka terus mencoba menghubungi Nasya, tapi belum mendapat respon dari Nasya karena memang Nasya masih berada dikamar mandi. Dia menurut apa kata suaminya yang tidak menyalakan tv atau membuka sosial media, hingga dia memutuskan untuk bere
Beberapa kali Arga mencoba menghubungi Papa mertuanya tapi tidak direspon, nomor Ibu mertuanya juga tidak bisa dihubungi. Sembari menunggu kabar dari Saka yang juga berusaha mencari keberadaan Istrinya, dia terus melajukan mobilnya hingga sampai di rest area. Dia kembali berusaha menghubungi Iistri dan mertuanya. Kepalanya terasa pening karena dia sama sekali tidak tidur sejak kemarin. Tidak lama Saka memberikan lokasi istrinya berada, pening yang dirasakannya tiba-tiba menghilang dan dengan cepat dia segera menuju lokasi yang ternyata masih jauh dari lokasinya saat ini.Sementara Nasya saat ini sedang mencari ponselnya. Dia mencari keseluruh bagian kamarnya, juga mengeluarkan semua isi dalam tasnya tapi tetap tidak menemukan ponselya. "Papa lihat ponselku? Seingatku disini" sembari menunjukkan tasnya yang sudah kosong. "Ada di Papa" "Bisa minta tolong Pa, Nasya mau kasih kabar ke Mas Arga. Dia pasti khawatir" ucapnya. "Setelah apa yang dia lakukan kamu masih bisa bicara seperti
Sesaat sebelum Arga mulai berbicara, dari arah pintu terdengar ketukan. Nasya segera mengusap jejak air mata diwajahnya dan berjalan menuju pintu. "Permisi" teriak orang dari arah luar. "Iya. Ada yang bisa dibantu?" ucap Nasya. "Rizwan?" imbuhnya. Arga mengerutkan dahi saat Nasya mengucapkan nama seseorang. "Nasya. Kamu juga ikut kesini?" ucapnya sembari menyodorkan tangan untuk bersalaman. "Iya. Silahkan duduk. Ada perlu apa?" ucap Nasya dengan senyum mencoba menutupi kesedihannya."Bapaknya ada?" "Tunggu dulu sebentar" Nasya segera kebelakang memanggil Papanya. Arga yang sedari tadi duduk disana, memperhatikan Rizwan dengan tatapan aneh. Dia merasa tatapan Rizwan pada istrinya bukan tatapan biasa. Rizwan memulai pembicaraan dengan memperkenalkan diri, begitu juga Arga yang dengan tegas memperkenalkan diri sebagai suami Nasya. Tak lama Papa dan Nasya datang membawa dua gelas minuman. Papa memberi kode pada Nasya untuk mengajak Arga kekamarnya. Nasya mengerti dan langsung meraih
Nasya terbangun setelah dua jam dia tidur disamping suaminya, bahkan dia lupa untuk menyiapkan makan malam. Dia bangun secara perlahan agar tidak membangunkan suaminya. Setelah merapikan pakaian dan rambutnya dia segera menyiapkan air untuk suaminya mandi dan segera menyusul Mamanya kedapur. "Suami kamu mana?" tanya sang Mama. "Masih tidur Ma, sepertinya dia kelelahan" jawab Nasya. Mamanya hanya mengangguk, sementara Papanya masih diruang keluarga memeriksa beberapa berkas laporan keuangan kebun teh. Biasanya dia hanya menerima email dari pengelola dan hanya sesekali berkunjung untuk mengecek semuanya. Setelah semua makanan siap diatas meja makan. Nasya memanggil Papanya untuk ikut bergabung. Selama dimeja makan tidak ada perbincangan yang berarti. Papanya yang sudah mendengar cerita sesungguhnya memberi Nasya nasehat yang sama dengan Mamanya. Semua tergantung dari keputusannya. Bertahan atau Pergi. Selesai makan malam, Nasya kembali kedalam kamar untuk melihat suaminya. Dia khaw
Persis seperti apa yang sudah diduga oleh Nasya, didalam kamar mandi mereka menghabiskan waktu hingga kurang lebih satu jam. Arga seperti tidak merasa puas jika berurusan dengan istrinya itu. Arga keluar kamar dengan senyum sumringah dan badan yang terasa lebih segar. Berbeda dengan Nasya yang merasa badannya seperti diremukkan hingga rasanya hanya ingin berbaring diatas ranjang saja. Tapi sebagai seorang istri dia tetap melakukan kewajibannya melayani suami dan mempersiapkan semua keperluannya. Saat ini mereka sedang menikmati sarapan yang bisa juga disebut dengan makan siang. "Sayang, nanti main kekebun teh ya" ajak Arga. "Iya nanti kesana. Sepertinya papa sama mama juga kesana" jawab Nasya yang mendapat anggukan dari Arga. Arga menjelaskan apa yang dia dapat setelah melihat data yang diberikan oleh pengelola kebun teh, Nasya menyimak dengan seksama penjelasan dari suaminya dan tidak menyangka bahwa pengelola yang notabene keluarga sendiri bisa melakukan hal seperti itu. Apalagi
"Hati-hati ya kalian. Kabari Mama kalau sudah sampai" ucap Mama Mala dan kedua besannya yang mengantar Arga dan Nasya ke bandara. "Iya Ma, Bu. Nanti Nasya kabarin kalau sudah sampai" jawab Nasya sambil memeluk mereka satu per satu. Sementara Arga masih memberikan brifing singkat pada Saka untuk mengingatkannya lagi apa yang harus dikerjakan duluan. Setelah selesai, dia dan Saka segera bergabung bersama Nasya dan berpamitan dengan para orang tua. "Titip Mama. Awas kalau kenapa-kenapa" bisik Arga pada Saka yang hanya melengos tanpa peduli. Dia sudah paham bahkan tanpa diberitahukan lagi apa saja tugasnya, semuanya sudah diluar kepala. Toh, selama ini dia sudah sering kali ditinggal-tinggal oleh Arga setelah dia menikah. Setelah selesai berpamitan, Arga dan Nasya segera berangkat walau dengan perasaan yang entah kenapa terasa berat meninggalkan mereka. Tidak seperti biasanya, mereka justru cenderung merasa gelisah. "Tidak akan ada apa-apa kan ya Sayang?" tanya Nasya pada sang suami
Dengan segala lika-liku yang menemani kehidupan rumah tangga mereka, juga kejadian yang membuat keduanya apalagi Nasya yang hampir kehilangan kewarasan karena kehilangan calon anak mereka, akhirnya pelangi dirasakan oleh keduanya. "Kalian pergilah honeymoon" suruh Mama Mala pada keduanya saat sedang makan malam. "Tidak. Nanti Mama sendirian disini" jawab Arga sambil terus mengunyah makanannya. "Halah. Disinikan ada Saka, Mbak Yu juga ada. Apa yang keperlu dikhawatirkan?" "Iya sana pergi kemana gitu. Tidak perlu keluar negeri, ke bali atau lombok saja. Lumayankan bisa sekalian refreshing" timpal Ibunya Nasya. "Nanti deh. Coba aku lihat jadwal dulu, sekalian aku selesaikan dulu pekerjaan yang tertunda" jawab Arga. "Mama yang akan minta Saka kosongkan semua jadwal kamu selama beberapa hari dan Mama juga akan minta supaya dia sementara yang menghandle semua pekerjaan kamu. Apa kamu masih tidak percaya dengan cara kerja Saka? Isshh, Keterlaluan" cecar Mama Mala yang kesal karena anak
"Arga" "Nak, bangun" "Arga. Bangun Nak" Beberapa kali sudah Ayah mertuanya membangunkan Arga tapi tidak mendapat respon apa-apa hingga akhirnya Ayah mertuanya itu menepuk pipi Arga sedikit lebih keras. Arga yang kaget langsung bangkit dan melihat sekeliling."Istriku mana? Nasya mana Yah?" teriaknya yang dengan cepat dia turun dari ranjang kemudian berlari menuju brangkar yang tadi ditempati istrinya dan ternyata ranjangnya sudah kosong. Diapun jongkok dan menangis tersedu bahkan beberapa kali berteriak memanggik nama istrinya. "Arga, Sadar Nak. Kamu ini sebenarnya kenapa? Istri kamu cuma ke ruangan psikolog. Dan kamu sudah mencarinya sampai seperti ini?" ucap Ayah mertuanya sambil menepuk bahu kemudian mengusap punggung Arga. "Bukankah kamu yang mendaftar Nasya untuk konsultasi dengan Psikolog sesuai dengan anjuran dokter kandungan?" imbuhnya. Mendengar ucapan Ayah mertuanya, tangis Arga seketika berhenti. Dia diam sambil mencerna kembali apa yang dikatakan oleh Ayah mertuanya
"Sayang, kamu sudah dapat nama buat anak kita?" tanya Nasya setelah terbangun sambil terus mengusap perutnya. Arga tidak menjawab, dia hanya melipat bibirnya kedalam. Kesedihan tiba-tiba membebat dalam hatinya. Sekuat tenaga dia menahan air matanya. Melihat istrinya seperti ini sungguh membuatnya semakin merasa bersalah. "Sayang. Kenapa diam?" tanya Nasya sekali lagi. "Sayang, sudah. Mungkin suami kamu sedang lelah. Dia dari kemarin menunggu kamu disini bahkan tidak tidur" ucap Ibunya Nasya mencoba mengalihkan perhatian anaknya. "Benar Kamu tidak tidur?" tanya Nasya khawatir. Arga hanya tersenyum kecut. "Pantas saja, kamu punya mata panda. Kamu istirahat dulu saja, biar aku sama Ayah sama Ibu" sambungnya. Ibu Mertuanya memberi kode agar Arga pergi keruangan yang memang sudah disiapkan untuk istirahat yang menjaga pasien. Disana sudah ada ranjang beserta perlengkapannya, tv, lemari pendingin juga lemari pakaian. Setelah Arga berbaring, dia memejam matanya. Walau sulit sekali untu
Demi keselamatan istrinya, Arga menyetujui proses kuret itu. Dia setia menunggu istrinya selama menjalanu proses kuret didepan ruang operasi. Disana dia bersama dengan orang tua Nasya yang tadi dijemput menggunakan helikopter oleh anak buah Saka. Sementara Saka diberi tugas oleh Arga untuk menjaga dan memantau Mamanya juga mencari siapa dalang dari kecelakaan itu. Bodyguard dan sopirnya juga ditangani di rumah sakit yang sama. Mereka juga sedang melakukan operasi karena ada beberapa tulang yang patah dan ada luka tembak dilengannya. "Mama sudah sadar, dia terus mencari Nasya, bagaimana?" Aku harus jawab apa?" tanya Saka pada Arga melalui sambungan telfon. "Ceritakan saja apa yang terjadi" jawab Arga dengan pikiran yang masih kalut kemudian menutup ponselnya, bukan dia tidak peduli dengan keadaan Mamanya, hanya saja saat ini pikirannya masih tertuju pada Nasya. Setelah menunggu hampir satu jam, akhirnya dokter keluar dan mempersilahkan Arga untuk masuk sedangkan perawat memberikan
"Kamu bau. Sana jauh-jauh" usir Nasya yang masih membungkuk didepan wastafel sambil mengibaskan tangannya. "Bukannya kamu suka bau aku kalau tidak mandi?" tanya Arga yang keheranan. Bagaimana bisa sekarang Nasya justru menyuruhnya menjauh karena tidak mandi. Karena ucapan Nasya tadi, akhirnya Arga hanya melihat istrinya yang masih muntah dari kejauhan. Setelah dirasa Istrinya sudah membaik, dia pun mendekat dan menyuruh istrinya menutup hidung, sementara dia berlari dengan cepat menuju bathup dan menenggelamkan diri disana. Nasya pun tertawa melihat kelakuan suaminya itu. Dia juga heran dengan dirinya sendiri karena selalu berubah-ubah. Dia hanya berharap agar suaminya mengerti bahwa semua ini karena hormon kehamilannya. Bukannya pergi, Nasya justru berdiri bersandar didekat wastafel sambil memperhatikan suaminya yang masih menggosok dada dan lengannya. "Sayang, butuh bantuan?" tanya Nasya yang langsung membuat Arga menoleh dan mengangguk. Bagaimana tidak, ini bagaikan kesempatan
Nasya akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar, dan betapa kagetnya dia ternyata suaminya juga sedang berdiri didepan pintu kamarnya. Setelah saling menatap sejenak, akhirnya Nasya langsung memeluk suaminya itu dan benar-benar membenamkan wajahnya didada suaminya. Bau keringat Arga membuatnya candu. "Sayang. I Love You" ucap Arga sambil mengecup kepala istrinya. Nasya hanya diam tapi mengangguk dan tersenyum. Argapun kemudian menggendong Nasya ala bridal style dan dibawanya ke kamar. Beruntunglah Arga rajin olahraga jadi menggendong Istrinya yang sedang hamil seperti sekarang ini bukan masalah baginya. Disepanjang jalan menuju kamar, mereka saling berpagutan. Mentransfer kerinduan yang menyesakkan dada keduanya. Arga sangat hati-hati dalam melangkah dan meletakkan Nasya di ranjang. "Hai sayang. Kangen sama Papa ya?" ucapnya didepam perut Nasya setelah sebelumnya mengucapkan hal yang sama pada sang istri. "Mau ketemu Papa sekarang?" sambungnya dengan melihat kearah Nasya dan t
Belum juga Mama Mala memulai ceritanya, tiba-tiba Arga datang dan langsung memeluk istrinya. Nasya yang semula masih tertawa terbahak-bahak, langsung diam. "Sayang, rindu" bisik Arga. Seketika bulu kuduk Nasya berdiri, dia mencoba menyentuh tangan Arga untuk memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi. "Apa-apaan kamu? Lepaskan" teriak Mama Mala sambil menarik tangan Arga. "Mama apa-apaan sih? Nasya istri aku" ucap Arga yang kesal sambil berusaha melepas tangan Mamanya. Nasya yang melihat kejadian itu segera melerai dan membawa Arga masuk ke dalam kamar. 'Dia langsung mengajakku kedalam kamar. Tenang Sayang, selama diperjalanan aku sudah charge tenaga' batinnya sambil menggerakkan bahunya agar lebih rileks dan tentu saja senyum yang tak pernah surut. Setelah menutup pintu kamar, Nasya berbalik kemudian melipat kedua tangannya didepan dada dengan mata menyipit dan bibir yang dibuat sedikit maju, dia menatap Arga kemudian berjalan mengelilinginya perlahan. Arga yang masih belum pa
"Maaf aku tidak bisa menemani kamu sampai david sadar. Istriku sedang menungguku dirumah. Kalau butuh bantuan kamu bisa langsung menghubungiku melalui Saka. Aku pergi dulu" ucap Arga setelah kembali dari toilet dan menghampiri Sophia yang masih setia menunggu David. Arga bahkan langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Sophia. "Sepertinya memanh sudah saatnya aku benar-benar melepasmu dari hatiku. Semoga kamu selalu bahagia walai kenyataannya bukan aku lagi yang ada disisi dan hatimu" gumam Sophia melihat kelorong yang tadi dilewati Arga. Tanpa terasa air matanya kembali tumpah bersamaan dengan perasaannya yang mulai runtuh. Arga yang kelimpungan sendiri dengan cepat menuju hotel untuk mengambil barang-barangnya dan oleh-oleh yang sudah dia beli untuk sang istri. Setelah selesai dia segera menuju bandara dengan masih mencoba menghubungi nomor istrinya. Sementara itu, di Indonesia. Nasya sedang berbincang bersama Mama mertuanya di gazebo dekat kolam renang. Mereka awalnya berencana