Setelah api pada mobil itu berhasil dipadamkan, polisi dan tim inafis segera melakukan pengecekan secara menyeluruh. Tapi mereka tercengang karena tidak mendapati satupun korban jiwa yang ada disana. Salah satu polisi itu kemudian memberi kabar pada Saka seraya terus melakukan pemeriksaan cctv juga saksi yang kebetulan berada disekitar kejadian. Saka selalu mengupdate semua informasi yang dia dapat ke keluarga besar Arga dan Nasya. Dia yang pada awalnya mengantuk justru semakin merasa kantuknya hilang padahal dia sama sekali tidak tidur hampir dua hari ini. Saka menyuruh salah satu informannya untuk melacak keberadaan Arga dan Nasya. Sekarang dia hanya bisa berharap bahwa mereka dalam keadaan baik-baik saja. Sembari menunggu kabar, dia berusaha menghubungi pengacara dan pihak terkait perihal pengunduran jadwal konferensi pers. Hingga tak lama dia mendapat info dari informannya bahwa ditemukan jejak telapak kaki yang mengarah ke hutan. Saka menyuruh mereka untuk menyusuri seluruh hut
Saka yang sudah sampai dilokasi segera mendapat hasil pantauan orang suruhannya. Sedangkan tim medis stand by didalam mobil yang diparkir lumayan jauh dari tempat mereka berada. Setelah mendapat hasil pantauan, Saka segera memberikan instruksi pada orang-orangnya menenai strategi untuk mendekat gubuk itu. Saat Saka sedang memberikan instruksi tiba-tiba muncul mobil jeep hitam mendekat kearah gubuk dan seorang pria dengan topi, kacamata hitam dan masker turun dari mobil itu. Dia disambut oleh penjaga yang ada disana kemudian dipersilahkan masuk. "Sepertinya dia bosnya" ucap salah satu orang suruhannya."Iya sedari tadi tidak ada yang diperlakukan berbeda seperti itu" imbuh yang lainnya dengan suara lirih tapi masih bisa terdengar oleh yang lain. Dari postur tubuhnya, Saka mengenalnya dengan sangat baik. Orang yang sama dengan yang menyebarkan berita hoax mengenai Arga. Semua itu tidak luput dari bidikan kamera Saka sebagai salah satu bukti untuk menguatkan di pengadilan. Bahkan kaca
Dua jari berselang, Arga baru mendapat kabar dari pengacaranya bahwa berkas dinyatakan lengkap dan akan bergulir dipengadilan. "Selangkah lagi, tunggu kehancuranmu" ucapnya pada diri sendiri dengan mengembangkan senyum lebarnya. "Ada apa sayang?" tanya Nasya pada suaminya yang terlihat sumringah. Tanpa menjawab Arga langsung memeluk Nasya dari belakang dan menghirup aroma sabun yang menguar dari kulit halus istrinya yanf baru selesai mandi. "Kamu kenapa? Tiba-tiba senyum-senyum sendiri" tanya Nasya yang masih membiarkan suaminya terus menempel padanya bahkan setelah dia sampai dimeja rias. Arga menceritakan pada Nasya mengenai apa yang terjadi dengan berkas-berkas yang dia bawa dua hari yang lalu ke kantor polisi dan juga kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi saat di persidangan. Nasya hanya mengangguk dan berharap semua yang dilakukan oleh suami beserta timnya tidak sia-sia dan hasilnya sesuai dengan yang mereka harapkan. Saat ini Arga dan Saka masih mendiskusikan hal-hal ya
Pagi harinya, dokter Philip datang dengan didampingi seorang dokter wanita membawa hasil lab darah Nasya. Setelah Nasya selesai diperiksa oleh Dokter Philip, dia diperkenalkan dengan dokter wanita yang ada disamping dokter Philip. "Perkenalkan, saya dokter Anita. Saya yang mulai sekarang akan memantau kesehatan Nyonya. Saya yang akan membacakan hasil lab darah Nyonya yang sudah dilakukan kemarin" ucapnya sambil membuka map. "Hasilnya adalah Selamat Nyonya anda sedang mengandung dengan usia kehamilan yang masih 2minggu" imbuhnya. Arga yang sedang memegang tangan Nasya langsung memeluk istrinya yang tidak bisa berkata-kata dan hanya menangis dipelukan suaminya. "Kamu hamil sayang. Kita berhasil" ucap Arga dengan sangat bahagia. Nasya hanya menangis, dia tidak menyangka akan hamil secepat ini ditengah masalah yang menimpa mereka. "Tolong dijaga ya Nyonya. Sementara ini, Nyonya jangan beraktifitas dulu, bedrest dulu, makan makanan yang sehat, sayuran hijau dan buah jangan lupa" dokte
"Bagaimana perasaan istri Bapak setelah mengetahui berita tentang mantan kekasih yang Bapak tinggalkan?" "Apakah Bapak berniat menikahinya segera dan menceraikan istri Bapak? atau Bapak mau menjadikannya istri kedua?" "Bukankah dulu Bapak pernah berjuang dihadapan keluarga memperjuangkan cinta kalian kenapa Bapak menyerah?" "Apakah istri Bapak adalah orang ketiga dalam hubungan Bapak dan mantan kekasih?" "Saat berada ditaman, bukankah Bapak dulu pernah meyakinkan mantan kekasih Bapak dengan berlutut bahwa akan menikahinya walau sudah tau dia hamil. Kenapa Bapak justru menelantarkannya?" Saka yang sudah geram berdiri kemudian berjalan kearah podium dan mengambil microphone dari depan Arga. "Sudah cukup. Sekarang saatnya mendengar penjelasan dari Bapak Arga. Terima kasih" ucapnya kemudian kembali kekursinya. Walau orang berpikir tidak sopan, dia tidak peduli. Dia sudah cukup geram dengan para wartawan ini karena mengajukan pertanyaan yang tidak sesuai dengan tema konferensi pers.
"Kurang ajar kamu Arga. Kamu sudah membuatku bangkrut dan sekarang kehilangan anakku Wiliam. KAMU SEMBUNYIKAN DIMANA DIA?" ucap Tuan Smith sesaat setelab telfonnya dijawab oleh Arga. "Bukan saya yang membuat anda bangkrut tapi anda sendirilah yang berulah dan untuk masalah Wiliam, tenang saja dia berada di tempat yang aman dan dalam keadaan sehat" ucap Arga kemudian menutup panggilan itu. "Bre***** kamu Arga" umpat Tuan Smith sambil memecahkan vas bunga yang ada dimeja kerjanya."ARGG" teriaknya nafasnyapun memburu. Dia tidak habis pikir, kenapa Wiliam nekat menyerang Arga tanpa persiapan apapun, entah apa yang sedang terjadi padanya. "BODOH" teriaknya lagi. Sementara Arga menghubungi Saka dan menanyakan keadaan Wiliam. Walau dalam penyekapan, Arga masih sedikit berbaik hati memberinya pengobatan juga makanan yang bisa dibilang sangat layak untuk seorang sandra. Pada jamuan makan malam bersama pengacara dan yang lainnya, Arga datang bersama Saka. Setelah memberi sambutan juga ucap
"Bos, bagaimana dengan Wiliam? Dia sudah sembuh dan beberapa kali mencoba untuk kabur" tanya Saka pada Arga yang sedang mengecek laporan dari bagian marketing. Arga meletakkan berkas dan kacamata yang bertengger dihidungnya kemudian berkata, "Ok. Nanti kita kesana. Kosongkan jadwalku setelah makan siang". "Siap. Aku akan menghubungi Max untuk mempersiapkan semuanya" ucap Saka kemudian meninggalkan ruangan Arga. Arga segera membereskan pekerjaannya hari itu agar bisa mengajak makan siang istrinya. "Baru dua jam kenapa aku sudah rindu pada istriku? Apa ini bawaan bayi?" gumamnya sambil mengutak-atik ponselnya untuk melakukan video call dengan istrinya. "Halo,sayang" ucapnya setelah panggilannya dijawab. "Ada apa sayang? Tumben jam segini udah telfon? Video call lagi" tanya Nasya yang sedang sibuk memakai skincare karena baru saja mandi. Entah kenapa semenjak hamil dia jadi merasa gampang berkeringat. "Pengen deket kamu terus" ucap Arga dengan nada mendayu yang dibuat-buat. "Hala
Setelah kepergian Arga dan Saka dari tempat persembunyian, anak buah keluarga Smith menyerbu tempat itu dan melumpuhkan Max juga seluruh anak buahnya. Mereka berhasil membawa Wiliam pergi dan menghancurkan tempat itu. Beruntung Max dan beberapa anak buahnya berhasil menyelamatkan diri walau mengalami cidera diseluruh tubuhnya. Mereka berjalan tertatih menuju tempat persembunyian lain yang tidak jauh dari tempat penyekapan Wiliam. Arga memang menyiapkan tempat itu apabila terjadi hal seperti saat ini. Dia tidak ingin ambil resiko, semakin banyak korban dari anak buahnya. Juga tempat itu sebagai tempat istirahatnya dan Saka jika sedang tidak ingin diganggu. Sepanjang perjalanan, Saka bercerita kronologis yang terjadi sesuai dengan yang dia dapat dari Max. Arga hanya mengangguk dan merasa kesal karena dia kecolongan dan masuk kedalam taktik keluarga Smith yang memprovokasinya melalui Wiliam. Sebelum kecolongan untuk kedua kalinya, Arga menyuruh anak buahnya untuk mengecek bandara, sta
"Hati-hati ya kalian. Kabari Mama kalau sudah sampai" ucap Mama Mala dan kedua besannya yang mengantar Arga dan Nasya ke bandara. "Iya Ma, Bu. Nanti Nasya kabarin kalau sudah sampai" jawab Nasya sambil memeluk mereka satu per satu. Sementara Arga masih memberikan brifing singkat pada Saka untuk mengingatkannya lagi apa yang harus dikerjakan duluan. Setelah selesai, dia dan Saka segera bergabung bersama Nasya dan berpamitan dengan para orang tua. "Titip Mama. Awas kalau kenapa-kenapa" bisik Arga pada Saka yang hanya melengos tanpa peduli. Dia sudah paham bahkan tanpa diberitahukan lagi apa saja tugasnya, semuanya sudah diluar kepala. Toh, selama ini dia sudah sering kali ditinggal-tinggal oleh Arga setelah dia menikah. Setelah selesai berpamitan, Arga dan Nasya segera berangkat walau dengan perasaan yang entah kenapa terasa berat meninggalkan mereka. Tidak seperti biasanya, mereka justru cenderung merasa gelisah. "Tidak akan ada apa-apa kan ya Sayang?" tanya Nasya pada sang suami
Dengan segala lika-liku yang menemani kehidupan rumah tangga mereka, juga kejadian yang membuat keduanya apalagi Nasya yang hampir kehilangan kewarasan karena kehilangan calon anak mereka, akhirnya pelangi dirasakan oleh keduanya. "Kalian pergilah honeymoon" suruh Mama Mala pada keduanya saat sedang makan malam. "Tidak. Nanti Mama sendirian disini" jawab Arga sambil terus mengunyah makanannya. "Halah. Disinikan ada Saka, Mbak Yu juga ada. Apa yang keperlu dikhawatirkan?" "Iya sana pergi kemana gitu. Tidak perlu keluar negeri, ke bali atau lombok saja. Lumayankan bisa sekalian refreshing" timpal Ibunya Nasya. "Nanti deh. Coba aku lihat jadwal dulu, sekalian aku selesaikan dulu pekerjaan yang tertunda" jawab Arga. "Mama yang akan minta Saka kosongkan semua jadwal kamu selama beberapa hari dan Mama juga akan minta supaya dia sementara yang menghandle semua pekerjaan kamu. Apa kamu masih tidak percaya dengan cara kerja Saka? Isshh, Keterlaluan" cecar Mama Mala yang kesal karena anak
"Arga" "Nak, bangun" "Arga. Bangun Nak" Beberapa kali sudah Ayah mertuanya membangunkan Arga tapi tidak mendapat respon apa-apa hingga akhirnya Ayah mertuanya itu menepuk pipi Arga sedikit lebih keras. Arga yang kaget langsung bangkit dan melihat sekeliling."Istriku mana? Nasya mana Yah?" teriaknya yang dengan cepat dia turun dari ranjang kemudian berlari menuju brangkar yang tadi ditempati istrinya dan ternyata ranjangnya sudah kosong. Diapun jongkok dan menangis tersedu bahkan beberapa kali berteriak memanggik nama istrinya. "Arga, Sadar Nak. Kamu ini sebenarnya kenapa? Istri kamu cuma ke ruangan psikolog. Dan kamu sudah mencarinya sampai seperti ini?" ucap Ayah mertuanya sambil menepuk bahu kemudian mengusap punggung Arga. "Bukankah kamu yang mendaftar Nasya untuk konsultasi dengan Psikolog sesuai dengan anjuran dokter kandungan?" imbuhnya. Mendengar ucapan Ayah mertuanya, tangis Arga seketika berhenti. Dia diam sambil mencerna kembali apa yang dikatakan oleh Ayah mertuanya
"Sayang, kamu sudah dapat nama buat anak kita?" tanya Nasya setelah terbangun sambil terus mengusap perutnya. Arga tidak menjawab, dia hanya melipat bibirnya kedalam. Kesedihan tiba-tiba membebat dalam hatinya. Sekuat tenaga dia menahan air matanya. Melihat istrinya seperti ini sungguh membuatnya semakin merasa bersalah. "Sayang. Kenapa diam?" tanya Nasya sekali lagi. "Sayang, sudah. Mungkin suami kamu sedang lelah. Dia dari kemarin menunggu kamu disini bahkan tidak tidur" ucap Ibunya Nasya mencoba mengalihkan perhatian anaknya. "Benar Kamu tidak tidur?" tanya Nasya khawatir. Arga hanya tersenyum kecut. "Pantas saja, kamu punya mata panda. Kamu istirahat dulu saja, biar aku sama Ayah sama Ibu" sambungnya. Ibu Mertuanya memberi kode agar Arga pergi keruangan yang memang sudah disiapkan untuk istirahat yang menjaga pasien. Disana sudah ada ranjang beserta perlengkapannya, tv, lemari pendingin juga lemari pakaian. Setelah Arga berbaring, dia memejam matanya. Walau sulit sekali untu
Demi keselamatan istrinya, Arga menyetujui proses kuret itu. Dia setia menunggu istrinya selama menjalanu proses kuret didepan ruang operasi. Disana dia bersama dengan orang tua Nasya yang tadi dijemput menggunakan helikopter oleh anak buah Saka. Sementara Saka diberi tugas oleh Arga untuk menjaga dan memantau Mamanya juga mencari siapa dalang dari kecelakaan itu. Bodyguard dan sopirnya juga ditangani di rumah sakit yang sama. Mereka juga sedang melakukan operasi karena ada beberapa tulang yang patah dan ada luka tembak dilengannya. "Mama sudah sadar, dia terus mencari Nasya, bagaimana?" Aku harus jawab apa?" tanya Saka pada Arga melalui sambungan telfon. "Ceritakan saja apa yang terjadi" jawab Arga dengan pikiran yang masih kalut kemudian menutup ponselnya, bukan dia tidak peduli dengan keadaan Mamanya, hanya saja saat ini pikirannya masih tertuju pada Nasya. Setelah menunggu hampir satu jam, akhirnya dokter keluar dan mempersilahkan Arga untuk masuk sedangkan perawat memberikan
"Kamu bau. Sana jauh-jauh" usir Nasya yang masih membungkuk didepan wastafel sambil mengibaskan tangannya. "Bukannya kamu suka bau aku kalau tidak mandi?" tanya Arga yang keheranan. Bagaimana bisa sekarang Nasya justru menyuruhnya menjauh karena tidak mandi. Karena ucapan Nasya tadi, akhirnya Arga hanya melihat istrinya yang masih muntah dari kejauhan. Setelah dirasa Istrinya sudah membaik, dia pun mendekat dan menyuruh istrinya menutup hidung, sementara dia berlari dengan cepat menuju bathup dan menenggelamkan diri disana. Nasya pun tertawa melihat kelakuan suaminya itu. Dia juga heran dengan dirinya sendiri karena selalu berubah-ubah. Dia hanya berharap agar suaminya mengerti bahwa semua ini karena hormon kehamilannya. Bukannya pergi, Nasya justru berdiri bersandar didekat wastafel sambil memperhatikan suaminya yang masih menggosok dada dan lengannya. "Sayang, butuh bantuan?" tanya Nasya yang langsung membuat Arga menoleh dan mengangguk. Bagaimana tidak, ini bagaikan kesempatan
Nasya akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar, dan betapa kagetnya dia ternyata suaminya juga sedang berdiri didepan pintu kamarnya. Setelah saling menatap sejenak, akhirnya Nasya langsung memeluk suaminya itu dan benar-benar membenamkan wajahnya didada suaminya. Bau keringat Arga membuatnya candu. "Sayang. I Love You" ucap Arga sambil mengecup kepala istrinya. Nasya hanya diam tapi mengangguk dan tersenyum. Argapun kemudian menggendong Nasya ala bridal style dan dibawanya ke kamar. Beruntunglah Arga rajin olahraga jadi menggendong Istrinya yang sedang hamil seperti sekarang ini bukan masalah baginya. Disepanjang jalan menuju kamar, mereka saling berpagutan. Mentransfer kerinduan yang menyesakkan dada keduanya. Arga sangat hati-hati dalam melangkah dan meletakkan Nasya di ranjang. "Hai sayang. Kangen sama Papa ya?" ucapnya didepam perut Nasya setelah sebelumnya mengucapkan hal yang sama pada sang istri. "Mau ketemu Papa sekarang?" sambungnya dengan melihat kearah Nasya dan t
Belum juga Mama Mala memulai ceritanya, tiba-tiba Arga datang dan langsung memeluk istrinya. Nasya yang semula masih tertawa terbahak-bahak, langsung diam. "Sayang, rindu" bisik Arga. Seketika bulu kuduk Nasya berdiri, dia mencoba menyentuh tangan Arga untuk memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi. "Apa-apaan kamu? Lepaskan" teriak Mama Mala sambil menarik tangan Arga. "Mama apa-apaan sih? Nasya istri aku" ucap Arga yang kesal sambil berusaha melepas tangan Mamanya. Nasya yang melihat kejadian itu segera melerai dan membawa Arga masuk ke dalam kamar. 'Dia langsung mengajakku kedalam kamar. Tenang Sayang, selama diperjalanan aku sudah charge tenaga' batinnya sambil menggerakkan bahunya agar lebih rileks dan tentu saja senyum yang tak pernah surut. Setelah menutup pintu kamar, Nasya berbalik kemudian melipat kedua tangannya didepan dada dengan mata menyipit dan bibir yang dibuat sedikit maju, dia menatap Arga kemudian berjalan mengelilinginya perlahan. Arga yang masih belum pa
"Maaf aku tidak bisa menemani kamu sampai david sadar. Istriku sedang menungguku dirumah. Kalau butuh bantuan kamu bisa langsung menghubungiku melalui Saka. Aku pergi dulu" ucap Arga setelah kembali dari toilet dan menghampiri Sophia yang masih setia menunggu David. Arga bahkan langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Sophia. "Sepertinya memanh sudah saatnya aku benar-benar melepasmu dari hatiku. Semoga kamu selalu bahagia walai kenyataannya bukan aku lagi yang ada disisi dan hatimu" gumam Sophia melihat kelorong yang tadi dilewati Arga. Tanpa terasa air matanya kembali tumpah bersamaan dengan perasaannya yang mulai runtuh. Arga yang kelimpungan sendiri dengan cepat menuju hotel untuk mengambil barang-barangnya dan oleh-oleh yang sudah dia beli untuk sang istri. Setelah selesai dia segera menuju bandara dengan masih mencoba menghubungi nomor istrinya. Sementara itu, di Indonesia. Nasya sedang berbincang bersama Mama mertuanya di gazebo dekat kolam renang. Mereka awalnya berencana