"Kenapa dia tersenyum seperti itu, apa tujuan dia sebenarnya?" batin Nasya seraya mengerutkan dahi dan bibir yang menahan kesal.
Setelah perdebatan itu berakhir, Arga segera memohon ijin untuk pulang dan memberitahukan kepada keluarga, terutama Mamanya. Dia mengemudi dengan perasaan senang karena misinya berhasil.Berbeda dengan Nasya yang saat ini benar-benar sedang kesal sekaligus kecewa pada orang tuanya. Bisa-bisanya menjodohkan Nasya pada pria yang bahkan lebih tua darinya. Tidak pernah terfikir olehnya bahwa dia akan menikah secepat ini. Dia masih ingin mengejar gelar dan karirnya.Tapi nasi sudah menjadi bubur, dia tidak bisa mencabut apa yang tadi sudah dia ucapkan. Akan PAMALI kalau kata orang. Mau tidak mau dia harus menerima keputusannya, pasrah dan berserah hanya itu yang sedang dia usahakan.Keesokan harinya, dirumah Nasya sedang ramai orang mempersiapkan acara lamarannya. Acaranya hanya akan dihadiri oleh keluarga saja, memang tidak mengundang banyak orang, bahkan keluarga yang rumahnya tergolong jauh hanya diberi tahu lewat pesan chat saja. Nasya pun tidak berniat memberitahu teman-temannya.Selama dua hari Nasya absen dari kuliahnya. Dia hanya berdiam diri didalam kamar, sesekali keluar kamar untuk mengambil cemilan dan masuk lagi. Dia sama sekali tidak berminat untuk ikut campur perihal lamaran ini.Hari H lamaran.Arga beserta rombongan sampai dikediaman Nasya membawa beberapa barang seserahan. Acara berlangsung lancar. Mama Arga membawa cincin yang akan disematkan pada jari manis Nasya. Cincin itu adalah cincin turun temurun dari keluarga Wijaya. Setelah pemasangan cincin acarapun selesai, untuk penetapan tanggal pernikahan akan dikabari lagi setelah acara lamaran ini."Kamu makan sama calon suami kamu sana" ucap Mama Nasya."Malas Ma, biarin dia makan sendiri" jawab Nasya malas."Tidak boleh begitu sayang, kamu harus berbakti. dia calon suami kamu. udah sana" Mamanya mengusir Nasya untuk mendekat ke Arga. Nasya pun menghampiri Arga yang sedang sibuk dengan ponselnya."Mas, sibuk banget. Kamu mau makan apa? aku ambilkan" tanya Nasya sedikit ketus."Terserah. Aku bisa makan semua jenis makanan" ucap Arga tanpa memandang Nasya."Baiklah. minumnya mau dingin atau yang hangat?" tanyanya sekali lagi."Terserah"Nasya meletakkan beberapa makanan di piring Arga dan mengambilkan minuman dingin."Ini mas. silahkan dimakan" ucap Nasya seraya meletakkan makanan Arga. Nasya menunggu selama beberapa saat tapi Arga belum menyentuh makanan itu."Sepertinya sibuk sekali ya mas, sampai makanannya tidak disentuh sama sekali" sindir Nasya."sudah tau sibuk. masih tanya" jawab Arga ketus kemudian meletakkan ponselnya disaku celananya.Arga mulai memakan makanannya, sedangkan Nasya yang tidak berselera makan berat hanya memakan beberapa potong cookies.Setelah menyantap hidangan, mereka berfoto-foto sejenak, kemudian rombongan Arga berpamtian."Jeng, kabari secepatnya ya. Kalau bisa pernikahannya dipercepat saja" Ucap Mama Arga pada calon besannya. Dan mendapat anggukan dari calon besannya.Papa dan Mama Nasya menanyakan pada tetua perihal tanggal pernikahan anak mereka karena mereka orang jawa, ada kepercayaan untuk mencari tanggal baik yang dilihat dari weton calon pengantin. Setelah bernegosiasi dengan keluarga, akhirnya ditetapkanlah tanggal pernikahannya yaitu satu bulan dari sekarang.Arga yang menerima kabar mengenai tanggal pernikahan meminta asistennya untuk mengosongkan jadwal disekitar tanggal pernikahannya, agar terlihat jika dia benar-benar mengharapkan pernikahan ini.Saat sedang fokus mengerjakan berkas-berkas dari asistennya, ponsel Arga berbunyi. Setelah melirik nama siapa yanh tertera, dia segera mengangkat telpon itu.".......""Maaf, aku tidak bisa kesana, saat ini pekerjaanku sedang menumpuk harus segera diselesaikan" ucap Arga.".........""Iya akan aku usahakan. Jaga dirimu baik-baik" Arga menutup telpon dan kembali fokus pada berkas menumpuk yang ada dimejanya.Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Hingga hari pernikahannya akan berlangsung esok hari. Pernikahan akan dilangsungkan di kediaman Nasya. Saat ini Arga dan rombongan sudah berada di hotel yang tidak jauh dari rumah Nasya.Mamanya Arga bolak balik mengecek persiapan dirumah Nasya bersama dengan calon besannya. Walaupun sudah memakai jasa WO tapi mereka mau acara berlangsung sesuai dengan yang diinginkan dan berjalan lancarNasya saat ini sedang dimanjakan dengan berbagai perawatan baik wajah maupun badan.Sedangkan Arga saat ini sedang menikmati waktu santainya dengan berenang. Semua gaya dia coba. Arga memang menyukai segala macam olahraga, itu yang membuat badannya benar-benar terbentuk, perut kotak-kotak, otot lengan yang tidak terlalu besar tapi juga tidak kecil. semua pas berada pada tubuhnya yang tinggi, kulit putih dan rambut hitamnya.Keesokan harinya, beberapa jam menuju proses akad. Arga sedang bersiap memakai tuxedo ditemani Bayu, asisten sekaligus sahabatnya sejak dibangku sekolah."Kamu benar ingin melanjutkan pernikahan ini?" tanya Bayu."Iya. Sebagai tanda bakti pada Papa. Ini kan permintaannya yang terakhir sebelum meninggal""Jadi orang kaya memang susah, jodoh saja sudah ditentukan dari sejak dalam kandungan" ucap Bayu kemudian tertawa, Arga yang mendengar tawa mengejek dari Bayu segera melotot kearahnya."Iya maaf. Tapi bagaimana dengan Luna? Apa dia tau?" Tanya Bayu dengan serius."Tidak" jawab Arga singkat, dia mengibaskan tangan tertanda kalau tidak ingin pembicaraan itu dilanjutkan. Kemudian men-silent ponselnya agar tidak mengganggu selama proses akad.Saat ini Arga sedang duduk didepan penghulu, dan calon mertuanya. Arga tidak merasa tegang sama sekali karena memang ini bukan pernikahan yang dia harapkan. Setelah mengucap akad dan dinyatakan Sah. Nasya keluar mengenakan kebaya putih yang tampak anggun dan cantik dengan segala pernak perniknya. kalau kata orang jawa manglingi.Arga menerima uluran tangan Nasya dan mereka memakaikan cincin pernikahan satu sama lain. Dilanjutkan dengan prosesi-prosesi yang lain. Prosesnya memakan waktu yang lama, merekapun sudah berganti baju sebanyak 3x.Malamnya dilanjutkan dengan pesta kecil-kecilan di hotel tempat Arga dan rombongan menginap yang hanya dihadiri oleh keluarga inti dan beberapa kerabat."Alhamdulillah semua berjalan lancar, semoga pernikahan kalian langgeng, segera diberikan momongan. Mama sudah tidak sabar menimang cucu. Iya kan jeng" ucap Mamanya Arga sambil mengedipkan mata meminta persetujuan besannya."Iya Jeng" goda Mama Nasya pada pengantin baru itu."Jangan terlalu memaksa mereka, sedikasihnya saja, jangan terlalu menekan mereka. Biarkan mengalir seperti apa adanya" ucap Pak Budi menengahi.Mendengar pembicaraan itu membuat Nasya salah tingkah membayangkan apa yang akan mereka lalukan setelah acara ini selesai.Menjelang tengah malam, pesta selesai. Arga dan Nasya memasuki kamar yang sudah dipesan oleh Mala.Nasya terpesona kala melihat kedalam kamar president room yang sudah dihias dengan bunga mawar dan handuk yang dibentuk angsa sedang berciuman. Di dalam kamar mandi pun ada banyak bunga mawar. Kalau dari balkon terlihat pemandangan kota dengan lampu kerlap-kerlipnya.Arga yang melihat kamar itu, merasa malas dan langsung membersihkan diri dikamar mandi karena badannya terasa lelah dan pegal.Setelahnya baru Nasya yang masuk kekamar mandi. Lama dia dikamar mandi mencoba membuka resleting gaunnya tapi tidak bisa, mau tidak mau dia harus meminta bantuan.Dia keluar lagi dari kamar mandi masih dengan pakaian lengkapnya."Mas..." panggil Nasya pada Arga yang asyik bermain ponsel."Mas..""Apa?""Bisa minta tolong bukain gaunnya? Ini susah sekali" pinta Nasya."Bilang dari tadi" jawab Arga kesal.Tanpa pikir panjang dia mendekati Nasya dan membuka resleting gaun itu. Saat membuka gaun itu tanpa sengaja kulitnya bersentuhan dengan kulit punggung Nasya yang putih dan terasa lembut."Oh God" gumamnya lirih."Ada apa mas?" tanya Nasya penasaran."Tidak" jawab Arga ketus."Iya mas. terima kasih" buru-buru Nasya masuk lagi kekamar mandi.Arga pun kembali duduk bersandar diatas ranjang. "kenapa denganku? hanya bersentuhan sedikit saja sudah membuatku turn on begini" mengusap kasar wajahnya.Tak lama ponsel Arga mendering,"Ya" ucap Arga."..............""Apa? Kamu sedang apa disana?" Arga sedikit berteriak."...............""Gawat" ucapnya setelah menutup telpon dan menyambar kunci mobil atas nakas.Arga pergi tanpa berpamitan ke Nasya. Saat Nasya selesai mandi, dia mencari keberadaan suaminya disetiap sudut ruangan dan balkon sembari berteriak memanggil suaminya. "Lah kok sepi. Mas, kamu dimana?""Mas""Mas" "Mas" "Mungkin sedang mencari makan di bawah" monolognya kemudian duduk dimeja rias untuk mengeringkan rambutnya. Berbeda dengan Arga, sekarang dia sedang diperjalanan menemui orang yang tadi menelponnya. Arga menyuruhnya untuk menunggu ditaman yang biasa mereka gunakan untuk jogging dan itu masih disekitar kawasan tempat tinggal Arga. "Luna" teriak Arga pada gadis yang tadi menelponnya. "Ada apa?" imbuhnya. "Aku kabur dari rumah" ucap Luna. Mendengar ucapan gadis itu membuat Arga semakin iba. Gadis itu membawa koper dan tas jinjing besar yang terlihat begitu berat. "Kamu pasti lelah, sementara kamu tinggal di apartement dulu saja" ajak Arga sembari mengambil koper dan tas jinjing itu. "Kamu sudah makan?" tanya Arga yang mendapat gelengan dari Luna.Diperjalanan menu
"Tidak usah didengarkan omongan bibi tadi Non, Bibj hanya bicara asal saja" ucap Bibi mengelak.Nasya mencoba tidak memikirkan apa yang dikatakan Bibi tadi. Dia fokus pada apa yang dilakukan saat ini, beberes kamar dan menata pakaiannya. Tidak terlalu banyak, hanya saja dia ingin semuanya terlihat rapi sesuai yang dia mau. Setelah selesai beberes dia membersihkan diri dan berendam serta menghirup aromaterapi untuk membuat pikirannya tenang. Sedangkan Arga saat ini sedang bersama Aluna di apartemen milik Arga itu. Sesaat setelah sampai di rumahnya tadi, Arga mendapat telfon dari Aluna yang menyuruhnya datang ke apartemen karena dia ketakutan. "Ada apa?" tanya Arga setelah Luna mulai tenang. "Papa mencariku, dia menyuruh beberapa bodyguardnya untuk menyisir kawasan disekitar sini, bagaimana ini? ucapnya gelisah. "Tenanglah, disini kamu akan aman" ucap Arga menenangkan. Aluna beberapa kali mengatur pernapasannya agar lebih rileks. "Itu cincin baru?" tanya saat melihat cincin dijari
"Siapa Aluna mas?" "Bukan urusan kamu" jawab Arga cepat kemudian segera mengambil ponselnya. Nasya yang melihat itu hanya bisa menghembukan nafas dan memejamkan matanya. Arga berjalan menuju balkon kemudian menelfon balik nomor Aluna. "Ya, ada apa?" katanya dengan lembut.Nasya yang mendengar ucapan Arga segera keluar kamar untuk menenangkan diri. Mengambil minuman soda dingin dan menenggaknya. "Sabar Nasya. Ini ujian rumah tangga. Pernikahanmu baru seumur jagung, bahkan tunas jagungpun belum tumbuh" monolog Nasya pada dirinya sendiri. "Kamu harus bertahan. Buat suami kamu bertekuk lutut padamu" imbuhnya meyakinkan diri. "Kalau memang sudah saatnya pergi, baru boleh pergi. Untuk saat ini kamu harus berjuang. Walau sementara ini harus berjuang sendiri" monolognya lagi, kemudian meminum sodanya lagi. Nasya memutuskan untuk menonton tv, daripada harus mendengar suaminya yang sedang telfon dengan entah siapa itu. Hingga tak terasa sudah tengah malam, Nasya kemudian bangkit dan menuju
Driver ojol yang dinanti akhirnya datang, Nasya berpamitan pada Wiliam dan pergi dengan ojolnya.Seseorang dalam mobil itupun mengikuti Nasya dari belakang, sedikit menjauh agar tidak ketahuan. Setelah memberitahu lagi letak rumahnya, Nasya kembali melihat ponselnya, berharap mendapat balasan dari Arga, tapi ponselnya masih tetap sama, sepi tidak ada pesan yang berarti, hanya sederet pesan dari grup teman-teman kelasnya. Tapi Nasya cukup puas, paling tidak pesannya sudah terbaca oleh Arga. Sampai di depan rumah, Nasya turun dan memberikan helm milik ojol itu. "Jangan lupa bintang limanya kak" ucap driver ojol. Nasya hanya tersenyum dan masuk ke dalam rumah.Sesaat setelah driver ojol pergi, mobil yang tadi mengikuti mereka pun segera meninggalkan kawasan rumah itu. Nasya melenggang masuk kedalam kamar, membersihkan diri dan brrganti pakaian. Setelah selesai melakukan ritual dikamar mandi dan walk in closed, dia turun ke lantai bawah untuk mengambil cemilan dan menonton serial netf
Arga berusaha tidak berpikiram negatif. Hingga tak lama Deni mengetuk pintu untum memberitahu bahwa meeting akan segera dimulai. Arga mengajak Rafa berjalan menuju ruangan meeting. Sementara Nasya yang sudah sampai dirumah, meletakkan kembali bekal yang tadi dan menuju kamarnya. "Semoga Mas Arga tidak marah" harapnya kemudian berjalan menuju kamar mandi. Selama tidak ada jadwal kuliah, dia aka mengantarkan makan siang sendiri ke kantor suaminya. Berharap dapat sedikit meluluhkan hati suaminya yang sekeras batu karang. Sore harinya, Mama Arga datang membawakan beberapa makanan. "Mama" ucap Nasya yang langsung memeluk Mama mertuanya itu. "Sayang, kamu apa kabar? Arga perlakukan kamu dengan baik kan?" tanyanya. Nasya hanya mengangguk. "Mama khawatir Arga memperlakukan kamu dengan tidak baik, karena dia sudah tidak seperti dulu" Mendengar ucapan Mama mertuanya, Nasya segera melepaskan pelukan dan berkata, "Maksudnya gimana Ma?" "Ehh.. Tidak. Jangan di dengarkan omongan Mama, sudah
Pagi harinya, Nasya terbangun dan mendapati suaminya tidak ada sisinya. Dia segera memakai kimono mandinya dan mencari diseluruh kamar tapi tidak menemukannya. Kemudian dia mencarinya di ruang kerja. Lama dia mengetuk tapi tidak ada jawaban, akhirnya memutuskan membuka pintu perlahan. Nampak suaminya itu sedang tertidur dimeja kerja. Nasya mendekat, dia kaget karena melihat banyaknya tisu dibawah meja. Seketika dia mengerutkan dahi, dia tahu apa yang tadi malam baru saja suaminya lakukan. Dia kecewa tapi kemudian tetap membangunkan Suaminya. "Mas, Bangun" "Hmm" bukannya bangun Arga malah hanya berpindah posisi. Kemudian Nasya mendekatkan wajahnya dan meniup wajah Arga. Arga yang merasa terganggu akhirnya terbangun. "Sedang apa kamu disini? Tidak ada yang boleh masuk tanpa ijin dari saya" ucapnya dengan intonasi meninggi. "Tadi aku sudah mengetuk pintu beberapa kali, tapi tidak ada jawab..." belum selesai Nasya bicara, sudah dibalas oleh Arga. "Kalau begitu jangan masuk" bentakny
Saat ini pikiran Nasya sedang kalut. Terdapat pergulatan batin dalam hatinya. Bertahan menambah luka atau pergi memberikan luka. Terlalu banyak hal yang sudah Nasya tahan selama ini demi orang tuanya dan hatinya. Dia sudah terlanjur jatuh hati pada suaminya. Bagaimana dengan Arga? Apa dia juga merasakan hal yang sama? Atau justru dia menutupi hal itu dengan egonya? Terlalu sulit bagi Nasya untuk meruntuhkan tingginya ego Arga. Sejak awal Arga sudah membangun tembok yang sangat tinggi diantara keduanya. Tembok yang sejak awal dia coba runtuhkan tapi selalu saja gagal. Saat dia merasa ingin mundur dan lelah, sesuatu dalam hatinya yang seolah sebuah magnet justru terus menariknya kearah berlawanan. Mengesampingkan pergulatan batinnya, Nasya tetap pada tugasnya sebagai seorang istri. Menyiapkan seluruh keperluan suaminya, walau dia tidak banyak bicara seperti sebelumnya. Saat ini Nasya sedang mengerjakan tugas kuliahnya. Banyak tugas individu maupun kelompok yang tanggal deadlinenya s
Setelah lelah beberes, Nasya keluar untuk membeli nasi goreng yang kebetulan abang-abangnya lewat depan kostnya. Beberapa penghuni kost yang sudah lebih dulu sampai, melihat kedatangan Nasya dan tersenyum menyapa. "Bang, nasi gorengnya satu bungkus, yang pedes ya Bang" pesannya yang mendapat anggukan dari abang penjualnya.Dia duduk bersama dengan penghuni kost yang lain. Agar tidak terlalu canggung, Nasya lebih dulu mengajak berkenalan, hingga akhirnya mereka mengobrol sembari menunggu pesanan. "Kamu anak kuliahan atau pekerja?" tanya Lisa penghuni kamar paling depan. "Sedang cuti kuliah, mau cari kerja" jawab Nasya. "Sama. Sebagian besar yang kost disini memang pekerja, jadi kamu jangan kaget kalau ada yang akan pulang malem banget bahkan dini hari" jelas Lisa yang mendapat anggukan dari teman yang lainnya. "Iya. Terima kasih infonya" ucap Nasya.Setelah abangnya memberikan pesanan, mereka berpencar masuk kedalam kamar masing-masing. Nasya memakan makanannya sambil melihat-liha