Share

Si Brengsek dari Masa Lalu
Si Brengsek dari Masa Lalu
Penulis: SageGreen_

Tiba-Tiba Pindah

Penulis: SageGreen_
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-11 07:36:16

Sandra menangis sesenggukan di sebuah kamar mandi berukuran 2x2 meter. Wanita itu menahan sakit yang amat dalam di dalam dada, dan juga perut bagian bawahnya yang mengalami kontraksi hebat. Cairan berwarna merah menyala itu mengalir sangat deras keluar dari bagian bawah tubuhnya. Beberapa saat kemudian, bongkahan berukuran agak besar dan kecil keluar bersamaan di bawah lantai kamar mandi.

“M-maaf, maafkan mama, Nak." Sandra terisak sambil terduduk di bawah lantai kamar mandi. Tak peduli lagi dengan air shower yang dingin mengucur deras di atas kepala dan tubuhnya yang tak berbusana.

Sandra melirik bongkahan-bongkahan itu, lalu dengan sisa tenaga yang ada pada tubuhnya, dia berjongkok memungutinya dengan menggunakan sarung tangan yang sudah ia pakai sejak sebelum dia melakukan aksinya. Bongkahan berwarna merah merekah itu ia masukkan ke dalam kantong berwarna hitam dan ia masukkan ke dalam kotak plastik bening. Setelah berhasil ia masukkan, dia melepas sarung tangannya lalu meraih ponsel yang sudah ada di atas wastafel.

Sandra meringis sambil menangis kemudian mengarahkan gawainya ke kotak plastik tersebut. “Ini akan mama tunjukkan pada badjingan itu,” serunya seraya tersenyum pilu.

Sementara di tempat lain, Tyo mondar-mandir gelisah karena sebelumnya sudah mendengar kabar jika Sandra akan melakukan aksinya tengah malam ini. Hatinya diliputi perasaan sangat bersalah, marah, dan sedih. Bodohnya, dia tak bisa mempertanggung jawabkan perbuatannya itu, hal yang sangat mustahil dia lakukan. Setelah terasa pegal mondar-mandir, dia lalu duduk di kursi yang ada di balkon apartementnya.

Sandra calling...

Buru-buru Tyo menjawab panggilan telponnya. “Sayang... Bagai—”

“Dia sudah mati! Apa kamu sudah puas, atau sekarang sudah tertawa bahagia?!” gertak Sandra di seberang sana.

Tyo menghela napas berat lalu mengusap keringat dingin yang tiba-tiba keluar dari pelipisnya. “Tidak... Aku tidak berpikiran seperti itu, Sandra. Mana mungkin aku bisa bahagia?” belanya seolah tidak ikhlas.

Sandra tertawa miris di seberang sana sembari berkata kasar. “Bajingan! Kamu adalah seorang bajingan! Kamu hanya mementingkan dirimu sendiri, dan tidak pernah mengerti perasaanku! Apa kamu tidak penasaran bagaimana keadaanku sekarang. Jika aku tidak mati, itu juga sudah sebuah keberuntungan,” racau Sandra seraya menangis semakin keras.

Lag-lagi Tyo menghela napas berat. Kemana dirinya pergi setelah berhasil menghamili Sandra? Bukannya bertanggung-jawab dirinya malah terang-terangan menyuruh wanita itu menggugurkan kandungannya dan membelikannya sebuah obat khusus untuk Sandra. Akibat dari pikiran piciknya itu, Sandra lah yang akhirnya memikul beban itu sendiri.

“Pengecut! Bajingan! Bangsaatt!” umpat Sandra kembali.

Tyo membeku di tempatnya. Tanpa basa-basi dia segera menutup panggilannya lalu bergegas masuk ke dalam kamar. Tak lupa ia menutup pintu balkon, kemudian meraih kunci mobilnya. Malam itu, Tyo segera melajukan mobil bmw-nya menuju kota tempat kelahiran Sandra. Jarak kota S ke kota Y membutuhkan waktu tempuh sekitar empat jam. Malam itu Tyo memang sengaja tak membawa supir pribadi bersamanya, karena akan menyelesaikan masalah pribadinya tanpa bayang-bayang dari orang lain.

Sementara di tempat lain, Sandra buru-buru berdiri dan segera membersihkan tubuhnya yang bersimbah darah. Hujan deras malam itu menambah kengerian dan kesedihan yang mendalam bagi Sandra. Dia menangis di bawah guyuran shower, kedua tangannya berpijak pada dinding kamar mandi sambil sesekali dia menertawai betapa kejamnya dirinya malam ini.

Setelah cukup lama berada di dalam kamar mandi, membersihkan seluruh tubuh dan semua pakaian yang menempel. Sandra akhirnya keluar, dengan langkah tertatih, kemudian meraih obat-obatan yang ada di atas nakas, buru-buru dia minum. Selain itu, tubuhnya terasa sedikit sempoyongan, tetapi lebih hebatn lagi, fisik Sandra ternyata jauh lebih kuat. Ia kemudian menyandarkan kepalanya di sandaran ranjang, lalu mulai membaca pesan-pesan yang dikirim Tyo.

“Lihat! Bahkan dia hanya mengirimkan pesan tidak berguna seperti ini, dasar bajingan tengik!” umpat Sandra.

Dari pada lelah menanggapi ocehan Tyo di dalam aplikasi berwarna hijau. Sandra kemudian memejamkan mata sambil sesekali meringis merasakan perutnya yang masih sangat nyeri. Hingga akhirnya dia terlelap menyambut mimpi.

Keesokan paginya, rumah Sandra sudah heboh karena ada tamu yang memencet bel berkali-kali. Padahal jam masih menunjukkan pukul 06.00 pagi tetapi, orang itu benar-benar tidak sopan bertamu sepagi ini. Akhirnya, asisten rumah tangga Sandra yang tergopoh-gopoh untuk segera membukakan pintu. Perlahan pintu pun dibuka.

“Maaf, pagi-pagi sekali mau cari siapa ya, Tuan?” tanya Marni asisten rumah tangga Sandra.

Tyo berdiri dengan wajah pucat pasi. “S-Sandra ada?”

Marni mengangguk pelan. “Ya, ada. Tapi ... Nona, sedang tidak enak badan, Tuan.”

Tyo terkejut kemudian memaksa masuk ke dalam rumah Sandra. Tapi, gerakannya ditahan oleh Marni. “Tuan, tidak boleh sembarangan masuk. Bapak dan Ibu sedang tidak ada di rumah, jadi, tolong Anda segera pergi dari rumah ini. Atau Tuan bisa membangunkan Tuan muda.”

Gerakan Tyo mengendur, tubuhnya tak berdaya. Setelah sedikit cekcok dengan Marni, suara lantang dari dalam rumah mengagetkan mereka berdua. Siapa lagi kalau bukan Sandra.

“Siapa tamunya, Mbak?” teriak Sandra dari lantai dua. “Pagi-pagi sudah berisik sekali,” sambung Sandra kemudian mengikat kimono satinnya lalu berjalan ke bawah lantai satu. Sungguh jika tidak ada suara ribut-ribut di bawah, dia tidak akan bangun sepagi ini. Seluruh tubuhnya masih sangat remuk. Sambil masih sedikit sempoyongan, kepalanya juga berdenyut-denyut.

“Sandra!” panggil Tyo.

Sandra membelalakkan matanya lebar-lebar, ternyata pria pengecut itu sudah datang. “Mbak Marni tolong pergi, ini tamuku,” perintah Sandra, dingin.

Marni mengangguk pasrah kemudian berjalan meninggalkan Sandra dan Tyo yang masih berdiri di depan pintu. Setelah dirasa aman, Sandra menarik pergelangan tangan Tyo untuk berbicara di luar rumahnya.

“Sayang, wajahmu sangat pucat. Apa kamu baik-baik saja, hm?” tanya Tyo cemas. Seraya membenarkan rambut Sandra yang berantakan.

Sandra tersenyum sinis. “Memang apa pedulimu? Lebih baik kita akhiri saja hubungan kita yang tidak jelas ini. Pergilah, aku sudah lelah,” Sandra berbalik berjalan masuk ke dalam rumah. Namun, Tyo cepat memeluk pinggang Sandra dari belakang.

“Mana mungkin aku bisa melepasmu begitu saja, Sandra,” ucap Tyo tulus. “Maafkan aku, aku tidak seharusnya menyuruhmu untuk ...” Tyo meredam suaranya. Merasakan sesak di dadanya.

Sandra menangis pilu. Kedua pundaknya bergetar hebat, dan bodohnya dia selalu menuruti kata-kata pria pengecut itu. Meskipun seribu kesalahan yang Tyo lakukan, Sandra akan terus memaafkannya.

****

Satu bulan berlalu, setelah kejadian menyedihkan itu, Sandra mulai bangkit dari keterpurukannya. Setelah mengambil cuti cukup panjang gara-gara kebodohannya, pagi itu dia sudah siap bekerja di meja kubikelnya.

Seseorang lalu menepuk pundaknya pelan. "Mbak Sandra, Pak Manager mau bertemu sekarang juga."

Sandra terkesiap. "Se-sekarang?"

Wanita itu mengangguk. "Iya, Mbak."

Dahi Sandra sudah berkerut-kerut. Sepagi itu dia sudah disuruh datang ke ruangan bosnya. Gugup? Tentu saja Sandra sangat gugup. Sandra berpikir dia akan dipecat hari itu juga sebab, dia sudah nyaris menghabiskan jatah cuti tahunannya gara-gara si brengsek Tyo.

Sandra sampai di muka pintu ruangan bosnya dengan telapak tangan yang dingin. Lalu mulai mengetuk pintu perlahan.

"Masuk, San!" teriak bos Sandra dari dalam ruangan, seolah sudah tahu jika yang mengetuk adalah Sandra.

Bunyi hak sepatu tujuh senti itu menyeruak di dalam ruangan bosnya. Sandra datang dengan senyuman tertekan.

"Duduk dulu, ada yang mau saya sampaikan," ucap lelaki berkepala plontos itu.

Sandra mengangguk, lalu duduk dengan sedikit tidak nyaman. "Sebelumnya saya minta maaf atas cuti saya yang sangat panjang—"

Lelaki berkacamata itu tersenyum tipis lalu memotong kalimat Sandra. "Siapa yang mempermasalahkan itu. Saya cuma mau memberikan ini."

Sebuah amplop putih yang masih tersegel itu disodorkan di depan Sandra. Sandra yang tidak tahu apa-apa pun hanya pasrah jika memang ini adalah hari terakhirnya dia bekerja.

"Dibuka dan dibaca," perintah si manager.

Sandra tersenyum miris. Secepat kilat, ia pun membuka isi dari amplop tersebut. Secarik kertas berlogo sebuah perusahaan asuransi terkenal sangat kentara di pojok kiri atas isi surat tersebut. Mata bulat Sandra tambah membulat detik itu juga, satu tangannya membungkam mulutnya karena terkejut.

"Ti-tidak mungkin ...."

Bab terkait

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Bertemu Si Brengsek

    "Kenapa sangat mendadak, Pak?" tanya Sandra lemas.Pria itu mengangguk pelan. "Bukankah lebih baik jika bekerja di kota itu? Jenjang karier yang lebih baik, gaji pun sangat lebih baik jika ditempatkan di kantor utama."Sandra menelan ludahnya kasar. Otaknya perlu waktu lebih lama untuk mencerna keputusan bosnya yang mendadak ini. Apalagi dia harus kelabakan sendiri dengan memulai segalanya dari nol lagi. "Saya harap kamu menyetujuinya," pinta si manager. Sandra melipat kembali dan memasukkan secarik kertas itu ke amplop dan pamit keluar dari ruangan bosnya. Tiba di meja kerjanya, Sandra menumpu lengan di atas kubikelnya. Keningnya berkerut, berpikir amat keras dan tertekan. Akhirnya ia meloloskan napas panjang dan memutuskan untuk duduk. "Shit!" umpat Sandra kesal. Bagaimana bisa dia harus kembali ke kota Surabaya, kota yang selama ini dia hindari. Selama bertahun-tahun pun dia tak pernah menjadikan kota Surabaya menjadi kota pijakannya kembali. Setelah berpikir cukup lama selama

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Atasan Baru

    Dug! "Awhs!" Tyo merintih kesakitan akibat aset berharganya ditendang dengan lutut Sandra. Mereka berdua sudah sampai di lantai tiga, di mana unit Sandra berada. Saat Tyo merintih kesakitan karena ulah Sandra, wanita itu buru-buru melangkahkan kaki seribu meninggalkan Tyo. "Sandra!" teriak Tyo. "Tunggu! Ah ... Sialan!" rintih Tyo sembari memegangi perutnya yang sedikit ngilu. Sandra buru-buru memencet tombol password unitnya, namun, lagi-lagi gerakannya tidak cukup cepat dan Tyo-pun mendapatkan Sandra kembali. Dengan cekatan, Tyo meraih pergelangan tangan Sandra dengan sedikit menekannya. "Aku akan memberimu hukuman, lihat saja nanti."Sandra tersenyum remeh. "Memang kamu siapa berani berkata seperti itu!""Kenapa kamu tidak bilang jika pindah ke Surabaya?" tanya Tyo terus terang. Sandra menghela napas berat. Kemudian memicingkan matanya. "Memang apa pedulimu jika aku pindah ke sini. Apa itu bisa merubah segalanya?"Tyo terdiam menatap ke arah Sandra lekat. Senyumnya tipis namu

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Pihak Ke Tiga

    David mengernyitkan dahinya. "Kamu sudah kenal Pak Tyo?" tanya David.Sandra pun hanya menggeleng cepat. Mampus! Jika bosnya tahu, Sandra telah mengenal Tyo sebelumnya pasti akan jadi masalah. Sandrapun langsung beralasan seadanya, dari pada terkena akibat buruk gara-gara si brengsek ini. "Oh, saya tidak kenal, Pak," jawab Sandra singkat sembari menggelengkan kepala. Sandra tersenyum tipis sembari mengulurkan tangannya ke arah Tyo yang sudah siap menyambut dengan tatapan berbinar. Benar saja tatapannya siap menerkam Sandra kapanpun dia mau. "Tyo Bagaskara."Sandra tersenyum sekilas. "Sandra."Tyo nampak menyengir karena Sandra hanya berkenalan secara singkat saja. Untungnya, bosnya terlihat tidak peduli dengan interaksi mereka yang sedikit menimbulkan tanda tanya. Beberapa waktu kemudian, saat di dalam ruangan Tyo, Sandra terasa sangat canggung. Namun, dia berusaha mengubur perasaan kacaunya itu dengan sikap profesional. Sesekali dia tersenyum dan melihat ekspresi Tyo yang seolah-o

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Ketahuan Bos

    David tiba-tiba tertawa. "Situasi macam apa ini. Zivana, hentikan omong kosongmu!" "Tapi, Kak wajahnya nggak asing. Aku emang pernah lihat dia di ponsel Mas Tyo," tukasnya kepada David. Hati Sandra terasa berdenyut nyeri saat mendengar wanita yang bernama Zivana itu memanggil Tyo dengan sebutan "mas". Sandra bertanya-tanya sebenarnya apa hubungan Tyo dengan wanita itu. "Kami pulang dulu, Tuan, dan Nona freak!" ejek Kiara ditujukan untuk Zivana. Zivana mengerutkan dahinya bersiap menyerang Kiara dengan sejuta umpatannya. "Heh! Kamu ngatain saya freak?!"Kiara menggulung lengan kemejanya sampai ke atas dan berkecak pinggang menantang Zivana. "Kalau iya emangnya kenapa. Datang-datang menuduh yang tidak-tidak, sok kenal lagi."Zivana maju satu langkah, namun, ditahan oleh David dan Tyo. "Sudahlah Zivana, ayo kita pergi. Maaf ya Sandra, dan Mbak Kiara." Bukan Tyo yang meminta maaf, tapi, David. Tyo hanya membisu di depan Sandra dan Kiara. Seperti kehilangan nyali untuk meredam amarah

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Rencana Pernikahan

    "Maksud kalian apa?" cecar lelaki itu penuh tanda tanya. Sandra dan Tyo reflek menoleh ke sumber suara. Di sana sudah berdiri David dengan wajah garang. Sandra nyaris tak mengenali wajah asli atasannya tersebut. "Jelaskan sama saya, kalian punya hubungan apa. Dan kenapa kamu harus membenci dia?!" David menunjuk-nunjuk ke arah wajah Tyo dengan emosi. Tyo pucat pasi. Dia terlalu kagok untuk menjelaskan yang sejujurnya kepada David. Entah alasan apa yang harus dia pakai untuk menutupi hubungannya dengan Sandra. Namun, bak mendapat angin segar, Sandra maju satu langkah menghadapi David. "Saya dan Pak Tyo memang sudah mengenal satu sama lain, dia ... Dia kakak senior saya," jelas Sandra secara lugas. David menatap Tyo penuh kebencian. "Berarti benar apa yang dikatakan Zivana, aku mau tanya sama si brengsek ini, bukan kamu, Sandra."Sandra terperangah. Kepalanya menoleh ke kanan ke arah Tyo. Sungguh pertanyaan yang besar, David tidak marah padanya sama sekali? Di situlah Sandra melihat

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Bertemu Mama

    Kaki Sandra melangkah keluar dari gerbong kereta, ia menyeret koper berwarna hijau tua dan membawa satu tas selempang kesayangannya. Langkah kakinya terhenti tatkala ia melihat sekelebat bayangan seseorang. Orang itu tidak asing, Sandra mengenal orang itu dengan baik. Namun, saat Sandra hendak mengejar, ia dikagetkan dengan teriakan Kiara. "San, bengong terus!" seru Kiara sambil menepuk lengan sahabatnya supaya tersadar. Sandra menoleh dengan senyuman lebar. "Sorry, Ki. Tadi tuh kayak ada Pak David di situ."Kiara melongo. "Siapa Pak David?" Tangan Sandra langsung menggandeng Kiara menuju pintu keluar tanpa harus menjawab pertanyaan Kiara. "Laper nih, makan dulu di situ, Ki."Sandra menunjuk beberapa kedai yang menyediakan berbagai masakan mulai dari fast food, tradisional yang berjejer di sekitar stasiun. Kiara mengangguk mengiyakan, kemudian mereka bergegas mengisi perutnya yang kosong. "Ntar deh, Pak David tuh bos kamu?" celetuk Kiara masih penasaran dengan nama Pak David yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-02
  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Perpecahan

    "Aku nggak ngajak dia, Ma!" sanggah Sandra berteriak, memekik memandangi mamanya. Mama Sandra hanya tersenyum tipis. "Iya, iya, masuk dulu, nak Tyo juga. Mari masuk."Ah sepertinya Sandra melupakan sesuatu. Sebelum dia menginjakkan kaki ke dalam halaman rumahnya, ia lalu berbalik arah menuju mobil Tyo yang masih terparkir di depan gerbang. "Ma, Mama beneran mau ngajakin dia masuk ke rumah?" Sandra bertanya kepada mamanya yang sudah berjalan duluan ke arah rumah. Dari kejauhan, Sandra bisa melihat raut wajah wanita paruh baya itu dengan jelas. Mamanya terlihat bahagia, sedangkan Tyo sudah jelas menang di waktu ini. Sejak berhubungan dengan Tyo selama hampir lima tahun, Sandra tak pernah mengajak Tyo ke rumahnya. Tyopun juga tak pernah menyinggung tentang keluarga Sandra. Padahal, Sandra memang sengaja melakukan hal itu supaya melihat kegigihan dari Tyo. Tapi, setelah sekian lama Tyo tak pernah berniat menemui kedua orang tuanya. Beberapa tahun yang lalu, ketika papa Tyo meninggal,

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-03
  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Musuh dari Masa Lalu

    Sandra mendelik saat pagutannya dilepas begitu saja oleh Tyo. Dagu Tyo diangkat agar supaya Sandra tahu ada seseorang yang sedari tadi mengetuk-ketuk jendela mobilnya. Sandra lalu menoleh. "Mike? Kenapa nggak bilang dari tadi!" protesnya. "Dia pasti salah paham." Sebelum Sandra membuka pintu untuk keluar, Tyo lebih dulu menarik tangan wanitu itu. "Dia nggak akan salah paham. Jelasin ke dia lah."Sandra tersenyum getir. "Maksud kamu aku harus jelasin hubungan kita ini ke dia?" Tak peduli dengan bujuk rayu Tyo, Sandra lalu beranjak keluar dari kursi penumpang. Di luar, Mike sudah memasang tampang tidak ramah kepada Sandra. Selang beberapa detik, Tyo juga ikut keluar untuk menampakkan batang hidungya kepada Mike. "Kamu udah dari tadi?" tanya Sandra basa-basi sambil memaksakan senyum. Dia benar-benar seperti tepergok berbuat mesum dan merasa dihakimi oleh Mike. Mike melengos. "Aku mau pulang sendiri, tanpa dia!"Jari telunjuk Mike dengan mudahnya menunjuk ke arah pria yang sedari tad

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06

Bab terbaru

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Mengikis Jarak

    "Itu surat cinta," jawab David seraya tertawa dengan terpaksa. Sandra menatap David dengan tatapan yang sulit diartikan. Sudah jauh-jauh hari Sandra menyiapkan dokumen itu untuk ditanda tangani oleh Tyo. Sekarang kemenangan sudah hampir di depan mata, tapi tidak sampai sedetik Bosnya menghancurkan harapan Sandra dengan mudahnya. "Saya mau pulang."Sandra berdiri kemudian meremat kedua jari-jemarinya, ia menggigit bibir bawahnya. Sungguh, dia merasa dipermalukan oleh David. Terlebih di depan Tyo. Wajah David berubah masam saat Sandra meminta untuk pulang. Ia lalu berdiri memegang lengan Sandra yang sedikit bergetar. David tahu jika Sandra sangat kecewa dengannya. Tapi, sungguh David tidak bermaksud mengecewakannya. Kepala Sandra mendongak menatap David sambil berurai air mata. "Bapak tahu, saya mengerjakan semua itu sampai lupa tidur. Kenapa sekarang Anda mempermalukan saya di depan klien Bapak sendiri?"Sandra melirik Tyo sedikit. "Pak Tyo juga pasti kecewa jauh-jauh datang kemari

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Diantara Tiga

    Galen menumpu kedua tangannya di atas lutut. Ia melihat betapa Tyo ternyata tidak berdaya. Apalagi Galen sangat menganggap remeh Tyo karena, ketidaktegasannya sebagai lelaki. Hal itu sangat menggelikan. Tyo mengaduh lalu sedikit memposisikan badannya menjadi duduk bersandar tembok. Sedangkan Galen berdiri tegak lalu mengambil sebuah sesuatu di dalam laci nakas. Setelah itu, Galen melemparnya di depan Tyo. "Jauhi Sandra, atau aku bilang ke David sekarang."Tangan Tyo meraih amplop putih yang masih terbungkus rapi. Tyo lalu membuka perlahan, lalu dia sedikit memijat pelipisnya sedikit. "Nggak perlu gini lah, Bro!"Galen tersenyum dingin sambil duduk di tepi ranjang. "Sandra nggak perlu lelaki lembek kayak kamu gini."Tyo mencengkeram foto itu lalu merobeknya. Dia tahu percuma merobek foto itu sebab, Galen pasti punya file-nya. Galen bisa mencetak foto itu kapanpun dia mau. Tyo pikir dia bisa lepas dari Galen karena Galen adalah masa lalu kelam Sandra dulunya. Galen juga sudah menikah

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Masa Lalu Vs Masa Kini

    Sandra buru-buru menutup pintu hotel dengan kasar setelah tahu siapa yang datang. Pria itu memang sengaja mengikutinya, tapi pertanyaannya sejak kapan? Sebenarnya apa tujuan Gilang. Keringat Sandra bercucuran di pelipisnya. Untungnya, Sandra punya tenaga dalam untuk segera menutup pintu dengan cepat. Jika tidak, mungkin Sandra akan terjebak bersama lelaki itu. Pria itu masih tetap menggedor-gedor pintu. Namun, Sandra masih tetap bergeming di tempatnya dan menutupi kedua telinganya. Satu jam kemudian, Sandra sudah tak mendengar suara berisik dari luar. Sandra berharap dia bisa keluar dari tempat itu. "Kenapa aku jadi kayak di sandera gini?" gumamnya pada dirinya sendiri. Sebelum Sandra melangkah menuju kamar, ia mendengar pintunya diketuk kembali. Kali ini terdengar sedikit beraturan. Terdengar lirih samar-samar bukan suara lelaki tadi. Namun, dia tampaknya tahu siapa yang datang. Satu tangan Sandra menarik handle pintu itu lalu tersenyum lebar melihat lelaki yang berbeda dengan t

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Terjebak

    Siang itu, Sandra akhirnya pergi bersama sekretaris David dan juga supir kantornya. Perjalanan dari kantor menuju rumah Tyo memakan waktu kurang lebih tiga jam. Sandra berpikir ini adalah ide yang sangat gila demi selembar dokumen dia rela melakukan hal gila ini. "Pak David kenapa perginya buru-buru, Pak?" tanya Sandra kepada sekretaris David. Ya pikir Sandra daripada sepi di dalam mobil, ia memutuskan untuk memulai ngobrol dengan Pak Gilang-sekretaris David-. Gilang tak melihat wajah Sandra saat menjawab, pandangannya lurus ke depan. "Tidak tahu."Bibir Sandra mencebik. Terkejut dengan jawaban Gilang padanya. Sangat misterius. Sandra hanya ber-oh ria. Ia juga tidak jadi meneruskan niatnya untuk mengobrol terlalu jauh dengan Gilang. Lebih baik dia tidur saja mengingat masih dua jam lagi perjalanannya. Beberapa jam kemudian, pundak Sandra terasa ditepuk beberapa kali oleh seseorang. Kedua matanya mengerjap. "Sudah sampai, Bu." Gilang berkata dengan suara datar. Lalu beranjak pergi

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Pertempuran Hati

    "Mau apa?" tanya sang Mama terlihat penasaran sampai melepas pelukannya. Sementara sang kakak-Sintia- menukikkan sebelah alisnya mencoba mengancam jika Tyo berani berbicara hal-hal yang membuat Mamanya drop. Tyo tampak kikuk lalu tersenyum kaku. "Mau merid 'kan, Ma. "Mama Tyo tersenyum puas. Lalu menyuruh Tyo masuk ke dalam rumah. Sintia pun turut serta duduk sebelum dia kembali ke kantornya. Kebetulan sekali sewaktu dia pulang, Tyo berdiri di ambang pintu rumahnya. "Loh kamu nggak berangkat kerja, Sin?" tanya Mama Tyo mengalihkan pandangannya. Sintia menggeleng pelan. Lalu menatap Tyo penuh tatapan intimidasi. "Ya 'kan adik Sintia tersayang pulang, ya diajak ngobrol bentar lah, Ma."Tyo memutar bola mata malas. Lalu tanpa peduli dengan kakaknya, ia menatap sendu mamanya. Mulutnya sedari tadi ingin berbicara hal yang penting tapi, kakaknya malah tanpa merasa bersalah ikut campur masalahnya. "Ma, gimana kabar Mama?"Wanita paruh baya itu mengangguk kecil, ia mengusap punggung tan

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Melepas vs Melindungi

    Beberapa waktu kemudian, Kiara melihat wajah Sandra sangat pucat, seperti mayat hidup! Suhu badannya juga sangat tinggi. Sandra benar-benar menderita. Kiara menyeka keringat Sandra yang mengalir dari pelipisnya. "Kasian banget sih ni anak."Saat itu bel unitnya berbunyi nyaring. Kiara menyunggingkan senyum sedikit. Lalu dengan cepat beranjak mengayunkan langkah untuk membukakan pintu. Dari balik pintu, nampak seorang pria berdiri dengan wajah gelisah dan cemas. Masih jelas di mana luka di sekitar pinggir bibirnya belum mengering. "Ck, kenapa ke sini!" Kiara memutar bola matanya malas. Galen tentu terkejut ketika bukan Sandra yang muncul, tapi Kiara. Wajahnya berubah masam. "Kamu tinggal di sini sama Sandra?"Mata Kiara melotot. "Kalo iya emang kenapa?"Galen menunduk sebentar sembari mengusap darah di bibirnya akibat ulah wanita di depannya ini. "Sandra, ada?"Kiara mencengkeram kedua tangannya ingin menghajar Galen lagi. Tapi, dia harus tenang setenang air. Dia akan bertindak jik

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Sang Ksatria

    "Sandra ... "Tiba-tiba saja bulu kuduk Sandra merinding. Suara itu ... "Hai!" seru Sandra memaksakan senyum. Galen berdiri sambil kedua tangannya merogoh sakunya. Lelaki itu menatap Sandra penuh dengan intimidasi. "Kamu tinggal di sini?" tanyanya. Sandra hampir saja mengangguk mengiyakan. Namun buru-buru dia menggeleng. "Engh ... Enggak. Ini aku tinggal sama temenku."Galen mengangkat alisnya satu. "Cowok apa cewek?"Sandra memutar bola mata malas. "Berisik deh." Segera dia membuka pintu lobby namun, suara Galen menginterupsi. "Kenapa kamu nggak aja Mike tinggal di sini. Malah kamu tinggal sama temen kamu."Kepala Sandra memutar mendongak menatap getir Galen. "What?! Trus kamu ngapain di sini nggak ngajak Mike tinggal sama kamu? Oh ya, aku lupa kamu 'kan tinggal di sini sama istrimu."Galen terdiam sesaat. Kemudian mengangkat kepalanya menatap Sandra. "Kita lagi proses cerai." Mata Sandra membola, hampir saja mau copot. Ia menelan ludahnya kasar. "Ko-kok bisa, bukannya kalian b

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Rumit!

    Sandra mencebik ketika sosok itu kembali ke hadapannya sekarang. Bahkan lelaki itu tidak lebihnya seorang pria brengsek yang tidak ada bedanya dengan Tyo. Senyum pria itu memancar seolah bahagia. Tapi, mata Sandra terpaku pada kaki Galen yang sepertinya sedikit pincang. Serta bajunya terlihat lusuh seperti orang habis berkelahi. Ah, Sandra tak mau tahu urusan Galen lagi. Kini, Galen sudah duduk di depan mereka berdua—Sandra dan David—. David menyimpan penasaran terhadap baju Galen yang terlihat lusuh. "Habis ngapain, Bro?"Galen memperhatikan penampilannya sendiri. "Oh, tadi aku sedikit jatuh pas mau ke sini."Sandra memutar bola matanya jengah. Jelas saja bohong. Galen tidak mungkin jujur. Lihat itu, wajahnya sedikit memar. "Abis berantem?" David langsung menatap dalam ke arah Sandra. "Mana mungkin—""Mungkin sekali, Pak. Dia 'kan tukang berantem." Sandra berbicara cuek. Persetan jika Galen marah kepadanya. David diselimuti atmosfer permusuhan yang kentara di antara Galen dan San

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Kebetulan Yang Tak Terduga

    "Ma-Mas Tyo!" seru Zivana kegirangan dengan cepat ia memeluk lelaki itu. Namun, ada kedua mata yang saling menatap dengan tatapan penuh dendam. Tyo dan Galen. "Ah, sorry aku telat." Matanya menatap ke arah Galen tanpa teralihkan sedikitpun. Zivana yang semula cemberut, mood-nya kini berubah bahagia. Ia pun lalu mendongak melihat sorot mata Tyo yang tak seperti biasanya. "Mas? Itu Pak Galen. Dia—"Tyo menjauhkan diri dari Zivana lalu segera menjabat tangan Galen. Galen tentu merasa sangat tersanjung saat dirinya langsung disambut dengan baik oleh sang calon pengantin. Beberapa hari yang lalu, Galen gagal menemui Tyo di rumah Sandra. Tapi, lihat kini Galen bertemu dengan Tyo tepat di depan matanya. "Saya Tyo."Galen tersenyum miring. "Saya Galen, yang bertugas mengurus acara pernikahan kalian nanti."Tyo membalas jabatan tangan Galen dengan sedikit kasar. Begitu pula Galen. Jika tidak ada Zivana mungkin Tyo akan babak belur di tangannya sekarang. Tatapan mereka penuh dengan kebenc

DMCA.com Protection Status