Share

Bab 91

Ibu menyorot kami berdua dengan manik mata berpindah-pindah. Aku pun baru sadar bahwa ucapan Mas Pram sudah menyakiti hati Jingga.

Dulu sewaktu aku masih belum menikah dengan Mas Pram, Jingga lah yang mempersatukan kami. Namun, kini dia malah aku abaikan dan aku lebih memprioritaskan Mas Pram.

Aku menghela napas panjang setelah sadar bahwa apa yang aku lakukan salah. Tangan ini berusaha mengepal jari jemari Mas Pram yang tengah menggandengku erat. Aku memberikan satu isyarat untuk duduk sepadan dengan Jingga. Mas Pram pun paham dengan apa yang aku lakukan.

"Hm, Jingga mau main ya? Boleh deh, Mama juga masih belum puas main dengan kamu," ucapku.

Seketika itu juga Jingga tersenyum. Mas Pram pun melakukan hal yang sama. Dia duduk menghadap Jingga dan membelai dagunya.

"Papa juga, jadi pengen main bareng kalian, kita mainan bareng ya," susul Mas Pram.

"Asik!" Sebegitu bahagianya Jingga ketika kami bersedia main bersama dengannya.

Kami bermain bersama. Ibu pun tersenyum ketika aku berusa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status