Share

Bab 98

Author: Siti_Rohmah21
last update Last Updated: 2023-05-18 01:45:05

Aku mengernyitkan dahi. Namun tidak dengan Mas Pram, ia langsung meraih dua ponsel tersebut, lalu menyerahkannya padaku salah satunya.

"Kamu Ibu yang nelepon, sedangkan aku Papa," jawab Mas Pram.

Akhirnya kami sama-sama terima panggilan telepon.

"Halo," ucapku padanya.

"Iya, Inggit, bagaimana, kamu udah sampai?" tanya Ibu.

"Udah dari tadi, aku lupa kasih tahu," jawabku sambil menoleh ke arah Mas Pram. Ya, aku juga menyimak obrolannya yang aku rasa sama.

"Oh, berati Ibu ganggu ya? Tadi Pak Satria yang minta hubungi kamu dan dia hubungi Pram," terang ibu.

Aku menoleh lagi, ternyata papa mertuaku masih berada di rumah kami, aku jadi kepikiran ibuku. Tapi, Pak Satria tidak mungkin jahat, aku tidak boleh berpikiran buruk terhadapnya.

"Berati sekarang Ibu masih sama Papa?" tanyaku.

"Justru Pak Satria baru datang, ini sama istri dan anaknya," jawab ibu.

Berati Mas Pram ditelepon papanya karena ingin izin tidur di rumah. Aku pun berhenti menyoroti Mas Pram yang tengah bicara dengan sang papa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 99

    "Kenapa nggak suka aku liburan, Pa?" Dengan cepat Jingga bertanya seperti itu."Nah, loh, aku nggak ikut-ikutan ah," timpal aku sambil berlalu pergi dengan langkah setengah berlari."Jangan lari kamu, bantuin aku jelasin dong!" Mas Pram pun ikut berlari mengejarku. Hingga akhirnya Jingga juga turut mengekor sambil meneriaki papanya. Aku tertawa saat menoleh ke belakang, sebab wajah Jingga ternyata terkekeh atas sikap papanya. Mas Pram pandai sekali mencari celah untuk bercanda dengan anaknya. Aku pun berhenti sejenak sambil melihat sosok anak tiriku mengejar ayahnya.Mata ini terus menyoroti mereka, tanganku berada di atas dada sambil tersenyum ke arah mereka berdua. Lalu ketika mereka memperhatikanku, tangan ini melambai-lambai seraya menyuruhnya untuk menghampiriku."Seseru ini ya bercanda bareng!?" Mas Pram turut merangkulku."Iya ya Pa, aku sangat bahagia," timpal Jingga."Nanti seterusnya Jingga bisa bercanda sama Mama di rumah," ungkapku supaya Jingga bahagia."Emang mama nanti

    Last Updated : 2023-05-19
  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 100

    Bab 100Aku perhatikan dengan baik-baik. Lalu wajahnya kelihatan dari samping. Aku terkejut setelah tahu bahwa orang yang kami lihat adalah mantan mertuaku, Mama Dewi."Kok mamanya Mas Dimas ada di sini ya?" Aku malah bertanya padam Mas Pram.Namun, ketika aku hendak menghampiri. Ternyata dia sudah menutup pintu."Besok aja lah, takutnya mau istirahat," tutur Mas Pram.Kemudian, kami masuk ke dalam untuk menyantap makanan yang kami pesan. Aku ambil piring dan sendok lalu meletakkan di meja makan. Kami pun makan berdua, saling bersuap-suapan.Namun, tiba-tiba saja di tengah suapan, Mas Pram tampak memegang pelipisnya. Aku pun langsung memberikan dia minum."Kamu kenapa?" tanyaku penasaran. Namun Mas Pram mendadak memegang lehernya. Aku yang melihat suamiku dalam kondisi seperti itu langsung memanggil petugas melalui sambungan telepon.Petugas gerak cepat memanggil ambulance, sebab Mas Pram sudah tak sadarkan diri. Aku merinding ketika melihat wajah suamiku yang terlihat sangat pucat.

    Last Updated : 2023-05-19
  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 101

    "Bu, maaf, pasien harus dibawa ke ruangan ICU, suami ibu koma," papar dokter membuatku tercengang. Lututku seakan lemas saat mendengar Mas Pram dinyatakan koma oleh pihak medis.Aku menggelengkan kepala. Rasanya ingin tidak percaya, tapi apa yang kulihat benar adanya. "Bu, saya izin bawa pasien ke ruangan ICU, kebetulan ada yang kosong, Ibu silakan urus administrasi," jelas dokter. Aku pun mengangguk dan mengindahkan ucapannya. Gerak kaki langsung menuju kasir dan menyelesaikan semua administrasi. Meskipun aku tidak memiliki uang, tapi aku ingat kata-kata Mas Pram, jika terjadi sesuatu dengan diriku, segera telepon kantor, maka orang kantor akan memberikan petunjuk untuk menggunakan asuransi.Setelah mengingat kata-kata Mas Pram. Di depan kasir aku menghubungi orang perusahaan. Beruntungnya langsung diangkat dan didampingi meskipun melalui sambungan telepon. Pihak kantor yang mengurus semuanya melalui sambungan telepon setelah aku menceritakan kejadiannya.Usai melakukan pembayaran.

    Last Updated : 2023-05-20
  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 102

    "Halo, Inggit," ucapnya disertai gelak tawa. Aku sontak menjauhkan benda pipih itu dari telingaku. Sebab ingin melihat nomor kontak yang barusan menghubungi."Siapa kamu?" tanyaku. Sebab, suaranya memang tidak asing. Apalagi mendengar dia tertawa, sungguh aku merasa wanita itu pernah menertawakanku juga. "Kamu tahu nomor Mas Pram dari mana? Kamu ini siapa?" Aku berusaha menyecarnya. "Aku hanya ingin menertawakan kalian, ingatlah Inggit, tidak semua orang menyukai kalian, jangan merasa orang paling baik," tuturnya kemudian sambungan telepon pun terputus.Aku sedikit mengerutkan kening. Mataku tertuju pada nomor itu. Lalu aku coba mengecek kontak tersebut di salah satu aplikasi."Ternyata nomor baru, belum ada yang melaporkan kontak tersebut dan belum ada yang menyimpannya," ungkapku sambil berdecak kesal.Aku duduk, kemudian memandangi nomor itu lagi. Sesekali aku mengingat kata-kata yang dia lontarkan. Dari ucapannya tadi, memang terdengar dia sangat membenciku. Tapi tahu dari mana k

    Last Updated : 2023-05-21
  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 103

    "Bu, Non Jingga demam," terang bibi membuat jantungku seakan berhenti. Aku sontak membayangkan wajah Mas Pram dan Jingga pergi untuk selama-lamanya, bukan menyumpahi mereka, tapi mendadak rasa cemas berlebihan mengiringi pikiran ini.Aku terdiam seketika. Celotehan Jingga terngiang di telinga ini. "Bi, apa ini yang dinamakan sebuah ikatan batin antara ayah dan anak perempuannya? Ya Allah, semoga Jingga dan Mas Pram cepat kembali pulih," tuturku."Bu, saya bawa Jingga ke rumah sakit atau gimana?" tanya bibi."Bi, tolong kasih obat penurun panas dulu, aku akan segera ke sana, nunggu Ibu dan Papanya Mas Pram ke sini untuk gantiin jagain Mas Pram," timpalku."Baik, Bu." Kemudian sambungan telepon pun terputus setelah bibi berpamitan.Aku pun bangkit untuk meminta izin pada suster. Ya, aku berniat masuk menemui Mas Pram. Barangkali dia sadar ketika mendengar anaknya tengah demam karena memikirkan kondisi sang papa.Suster pun mengizinkan. Aku dengan cepat melangkahkan kaki ke arah Mas Pram

    Last Updated : 2023-05-22
  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 104

    Ibu aku suruh masuk duluan, aku putar badan untuk keluar dan bicara fokus pada polisi."Halo, Pak, iya ada apa?" tanyaku padanya saat sudah sangat yakin itu Pak Rudi."Bu, kami sudah menemukan siapa yang telah meletakkan penyadap suara di kantin itu, tapi dia masih tutup mulut siapa yang telah membayarnya," ungkap Pak Rudi."Oh jadi mereka dibayar oleh seseorang?" tanyaku penasaran."Iya, Bu, mereka masih bungkam, mau nyecar tapi mereka wanita, tidak bisa dengan kekerasan atau lainnya, kita tunggu ya Bu," jawab Pak Rudi."Apa orang yang nyadap suara dengan yang menukar nasi sama, Pak?" tanyaku lagi."Beda, Bu. Kami juga tengah menyelidiki nenek tersebut. Tadi ke rumahnya, menurut warga setempat dia belum pulang bekerja, sayangnya tetangganya tidak tahu lokasi kerjanya, jadi team masih nunggu," jawabnya lagi.Setelah itu panggilan telepon pun terputus ketika polisi sudah memaparkan semuanya. Aku langsung menutup telepon dan menuju tempat tidur di mana ada Jingga yang tengah berbaring.

    Last Updated : 2023-05-22
  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 105

    Aku jadi semakin penasaran, telinga ini aku pasang supaya bisa mendengar percakapan Chika dengan orang yang berada di seberang telepon."Udah dulu ya, awas jangan sampai ketahuan!" Chika seakan mengancam orang tersebut. "Ingat! Jangan bawa-bawa saya," tambahnya lagi.Aku pun bersembunyi saat Chika sudah selesai bicara dengan orang yang ditelepon olehnya. Aku pura-pura mengusap layar ponsel dan menggulirnya.Dia duduk kembali di dekatku, perempuan itu sangat asing bagiku, dia tidak pernah menyapa atau sekedar basa-basi."Kamu nanti malam tidur di sini?" Akhirnya akulah yang memulai duluan."Iya, kenapa?" tanya Chika."Nggak apa-apa, terima kasih sudah peduli dengan suamiku," jawabku pura-pura, padahal hati ini tengah menaruh curiga padanya."Sama-sama, dia kan saudaraku meski tiri," jawab Chika.Aku hanya terdiam sambil menelan ludah. Entah kenapa perasaanku sungguh tidak respect dengannya.Tiap Chika melakukan sesuatu, aku selalu memperhatikannya, sebab aku benar-benar curiga terhadap

    Last Updated : 2023-05-23
  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 106

    Aku segera menghampiri dokter yang menangani Mas Pram. Padahal mereka masih berada di ujung pintu. Namun, rasa tak sabaran menyelimuti diri ini."Gimana, Dok?" tanyaku dengan penuh antusias. Chika juga menyusulku dan berdiri tepat di sebelahku."Alhamdulillah, pasien sudah melewati masa kritisnya, kalian boleh menemuinya," ucap dokter membuatku spontan menoleh ke arah Chika. Yang aku heran, responnya tidak seperti yang aku harapkan, dia begitu datar dan seperti orang tidak menyukai."Sungguhan, Dok?" Aku meyakinkan."Iya, suami Ibu selamat dari racun yang mematikan itu, lalu gimana polisi sudah menemukan pelaku belum?" tanya dokter."Lagi dicari, Pak, insyaallah hukum akan ditegakkan," jawabku sambil melirik ke arah Chika. Dia tampak membuang mukanya ke lain arah. Chika semakin mencurigakan saja."Oke, kalau gitu saya permisi, satu jam lagi pasien bisa dipindahkan ke ruangan rawat inap," tutur dokter sambil menepuk bahuku.Kemudian, setelah dokter pergi, aku pun menemui Mas Pram di da

    Last Updated : 2023-05-23

Latest chapter

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    ENDING

    "Iya, nanti dibicarakan dulu pada Pram dan Inggit ya," ucap Dion supaya anaknya berhenti merengek."Tirta, pernikahan itu bukan buat mainan, kamu harus mantapkan diri dulu, jangan karena cinta yang menggebu, kamu langsung minta lamaran," tutur Safitri menasihati."Iya, aku udah yakin. Ini pertama kali aku jatuh cinta, tolong, Mah," lirih Tirta lagi.Mereka diam sejenak."Mama sarankan kamu salat istikharah, oke," ucap Safitri sambil beranjak pergi, dia tidak meladeni anaknya lagi.Safitri masuk ke kamar. Dia mengetik pesan pada sahabatnya. Safitri mengajak Inggit berjumpa di satu cafe.Inggit kebetulan ada waktu luang besok, dia menyetujui dan menentukan waktu yang dikirimkan ke Safitri. Ya, mereka berencana akan bertemu di cafe besok. Kenapa tidak bicara melalui chat atau telepon? Urusan pernikahan adalah hal yang sakral, lagi pula Safitri ingin memastikan dulu apakah Inggit menerima jika anaknya menyukai Jingga.Mereka sudah saling kenal dan sangat dekat, jadi tidak ingin persahabat

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 235. Season 2

    "Tari, saya minta maaf atas kesalahan adik saya, Lian begitu berarti untuknya," ucap Haris. "Dan satu lagi yang ingin saya katakan padamu, I love you so much," terang Haris membuat Tari seketika terkejut. Kan bukan hanya Tari, tapi Dimas yang mendengarnya pun mencari sumber suara tersebut.'Haris dengan berani mengatakan hal itu di hadapan umum?' batin Dimas.Kemudian Haris berlalu pergi darinya. Dia diboyong ke sel tahanan oleh pihak yang berwajib.Semua telah selesai, keadilan telah ditegakkan. Yang jelas-jelas bersalah akan menjalani hukumannya. Lalu orang yang hanya menjadi boneka terbebaskan.Dion diminta menemui wartawan untuk sekadar bicara di depan khalayak ramai. "Saya hanya ingin mengatakan bahwa keputusan hakim tadi mutlak dan tidak bisa diganggu gugat, sesuai pertimbangan dan saksi, jadi saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk para saksi dan keluarga yang telah mendampingi saya. Semoga para vendor dan rekan kerja lainnya, tetap akan menjalani kerjasama dengan

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 234. Season 2

    Safitri tiba di lapas tempat Chika ditahan. Dia langsung meminta izin untuk menemui Chika."Chika sedang proses pemeriksaan dokter ahli kejiwaan, kemarin dia sempat bunuh diri, lengannya sudah disayat-sayat," ucap salah seorang petugas.Safitri terdiam, matanya berkaca-kaca. Dia bahkan tidak mengetahui berita ini.Kemudian, Safitri mencari kebenarannya. Dia bahkan rela mencari tahu ke rumah sakit tempat saat ini Chika ditangani oleh dokter spesialis. Safitri yang ditemani oleh Tirta dengan mudah menemui Chika yang memang tengah diberikan penangan.Tirta menemui beberapa dokter, dan ternyata selain mengalami gangguan jiwa, ada hal yang dialami oleh Chika."Chika memiliki penyakit serius, ternyata dia menderita sakit kanker," terang Tirta pada mamanya."Ya Allah, ternyata dia sakit, pantas Haris pun terlihat frustasi tadi," timpal Safitri."Semoga keputusan hakim besok benar-benar bisa membebaskan Papa dari hukuman," jawab Tirta.Kemudian mereka pun pulang untuk memberikan informasi pa

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 233. Season 2

    Jadi semuanya diperintahkan untuk diam oleh Tari, mereka tidak boleh bicara supaya Dimas tidak menghindar lagi. Jingga dan yang lainnya disuruh keluar diam-diam boleh Pram. Mereka sekarang berada di luar karena Tari ingin bicara empat mata dengan Dimas."Dimas," ucap Tari akhirnya mengeluarkan suara.Saat itu juga Dimas melangkahkan kakinya. Dia terburu-buru ingin meninggalkan Tari yang tiba-tiba datang di dekatnya.Namun tangan Tari mencekal pergelangan tangan Dimas yang hendak melangkah."Mau ke mana? Aku ingin bicara empat mata, tolong jangan pergi," tutur Tari agak merendahkan nada bicaranya.Dimas hanya bisa terdiam, kemudian dia mundur kembali, Tari menuntunnya untuk duduk."Ada apa? Aku tidak mau membicarakan masalah mata, biarkan itu menjadi ladang pahala untukku," pinta Dimas."Iya, aku paham, maaf kalau tadi sudah menyecar kamu." Tari merendahkan bicaranya lagi."Terus mau ngomong apa? Aku rasa tidak ada yang bisa diobrolkan, hubungan kerja pun tidak ada," timpal Dimas."Ak

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 232. Season 2

    Tiba-tiba Pram dan yang lainnya berkumpul. Mereka sama-sama datang dengan pura-pura tidak mengetahui pertemuan yang sebenarnya disengaja."Loh Dimas ke sini?" tanya Pram dan yang lainnya."Kalian juga di sini?" tanya Dimas balik."Iya, aku dan Inggit ajak Tari ke sini," jawab Pram.Tari masih belum mendapatkan jawaban dari apa yang ditanyakan olehnya."Dimas, kamu belum menjawab," tegas Tari. Kemudian dia melirik ke arah semua yang tiba-tiba muncul. "Apa kalian sudah tahu kalau Dimas buta?" Tari bertanya pada Pram, Inggit dan yang lainnya.Yang ditanya oleh Tari tidak ada yang jawab. Mereka menunggu aba-aba dari Pram yang memberikan usul untuk membongkar ini semua.Tiba-tiba Tari teringat saat dia bertemu dengan Dimas di rumah Pram. Dia memicingkan matanya ke arah Ronald."Apa kamu sudah tahu kondisi papamu seperti ini?" tanya Tari.Ronald mengangguk. Kemudian dia menunduk."Jadi jawabannya kalian itu membohongiku?" tanya Tari.Ini yang ditakutkan oleh Dimas. Dia takut dituduh memanfa

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 231. Season 2

    Tari sempat berhenti, dia membuka kaca mobilnya, pandangannya tertuju pada Dimas."Dimas, kamu udah akur dengan Ronald?" tanya Tari tidak berprasangka apa-apa."Iya, alhamdulilah, aku pamit dulu," jawab Dimas datar yang kemudian disusul oleh Ronald melambaikan tangannya. Kemudian mereka bergegas pergi.Pram dan Inggit benar-benar terkejut melihatnya. Safitri juga yang tadinya hendak berangkat ke kantor polisi ikut tercenung sebentar.Kemudian, Tari turun dari mobilnya. Dia masih belum engeh dengan penglihatan Dimas."Kok kalian nggak bilang kalau Dimas di sini?" tanya Tari."Nggak enak, kamu sangat membenci dia," jawab Tari ngasal.Tari mengerutkan keningnya."Sejak kapan aku membenci orang? Nggak ah, kamu ngada-ngada," jawab Tari.Jantung mereka itu berdetak tak beraturan. Saat pertanyaan mengenai Dimas dilontarkan oleh Tari."Katanya mau ke sini sore, tiba-tiba datang pagi, kamu sengaja ngerjain kami?" tanya Safitri."Nggak kok, tadi abis dari makam, langsung aja deh ke sini," timpa

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 230. Season 2

    Perlahan mata Tari dibuka, awalnya dia agak samar-samar melihat ruangan yang ditempati. Namun perlahan, matanya melihat jelas dokter yang ada di dekatnya."Masyaallah," ucap Tari merasa terharu dengan kondisinya saat ini."Kamu udah benar-benar melihat?" tanya Safitri.Tanpa basa-basi lagi Tari langsung menyergap tubuh Safitri."Ya Allah. Alhamdulillah aku bisa melihat lagi, ini suatu keajaiban, terima kasih Tuhan, terima kasih Dokter, Safitri, aku juga mengucapkan terima kasih pada kamu dari keluarga," ungkap Tari membuat suasana menjadi haru. Air matanya pun mulai menetes membasahi pipi."Selamat ya, Bu Tari." Ucapan dokter mengingatkan Tari untuk menanyakan siapa yang telah mendonorkan matanya."Dok, maaf, saya harus tahu siapa yang mendonorkan mata untuk saya," ucap Tari.Dokter diam seketika. Safitri juga seperti itu, dia menatap dokter yang tengah terkejut dengan pertanyaan dari Tari."Hm, Tari, tim dokter rumah sakit hanya menjalankan tugasnya, kalau kamu ingin tahu siapa orang

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 229. Season 2

    Pram datang, dia tercengang ketika melihat sang istri tengah berada di hadapan Dimas.Inggit pun langsung menghampiri Pram yang baru saja datang."Aku akan jelaskan," ucap Inggit.Dengan sabar Pram pun mendengar penjelasan sang istri dari awal hingga akhir. Pram yang tadinya marah, kini dia mulai terharu dibuatnya. Mereka ikut menghampiri Dimas. Sekarang Pram sudah ada di hadapannya."Selalu ada hikmah di setiap kejadian. Tapi aku sangat salut dengan pengorbanan kamu untuk Tari," tutur Pram.Semua orang memuji kebaikan Dimas yang luar biasa. "Aku sendiri belum tentu bisa seperti kamu, Dimas," tambah Pram."Demi semuanya, aku ingin menebus semua kesalahanku yang telah banyak merugikan orang lain," ucap Dimas."Padahal kamu nggak melakukan kejahatan yang merugikan Tari dalam kecelakaan itu," timpal Pram."Tapi anakku masih menginginkan Dion bisa bebas dari hukuman, minimal dikurangi," jawab Dion lagi-lagi berhasil membuat air mata Ronald meleleh.Semua sudah dipikirkan secara matang-m

  • Setelah Aku Kaya, Suamiku Mati Gaya    Bab 228. Season 2

    Bersyukur operasi berjalan dengan lancar. Suster pun keluar dan bilang pada Inggit dan Safitri bahwa dokter mengusulkan tetap di ruangan observasi tapi dihalangi dengan tirai.Kenapa mereka khawatir Tari tahu? Karena biasanya pasca bius sudah hilang, rasa nyeri akan terasa, di situlah suara Dimas akan terdengar di telinga Tari, ini yang dikhawatirkan oleh Inggit dan Safitri.Safitri dan Inggit masih menunggu mereka yang ada di ruangan observasi selama satu jam."Sus, usahakan jangan dibarengi mengeluarkan keduanya," pesan Inggit."Baik, Ibu," jawab suster.Kemudian mereka bersabar menunggu Tari keluar dari ruangan observasi. Keduanya menunggu dengan sukarela. Setelah satu jam berlalu, yang lebih dulu sadar itu Tari. Suster buru-buru memindahkan dirinya ke ruangan rawat inap atas izin dokter.Safitri dan Tari mengekor dari belakang ke arah ruangan rawat inap tempat Tari menjalani perawatan."Akhirnya kamu akan bisa melihat dunia, kapan kata dokter buka perban?" tanya Safitri ketika su

DMCA.com Protection Status