Share

Bab 103

"Bu, Non Jingga demam," terang bibi membuat jantungku seakan berhenti. Aku sontak membayangkan wajah Mas Pram dan Jingga pergi untuk selama-lamanya, bukan menyumpahi mereka, tapi mendadak rasa cemas berlebihan mengiringi pikiran ini.

Aku terdiam seketika. Celotehan Jingga terngiang di telinga ini.

"Bi, apa ini yang dinamakan sebuah ikatan batin antara ayah dan anak perempuannya? Ya Allah, semoga Jingga dan Mas Pram cepat kembali pulih," tuturku.

"Bu, saya bawa Jingga ke rumah sakit atau gimana?" tanya bibi.

"Bi, tolong kasih obat penurun panas dulu, aku akan segera ke sana, nunggu Ibu dan Papanya Mas Pram ke sini untuk gantiin jagain Mas Pram," timpalku.

"Baik, Bu." Kemudian sambungan telepon pun terputus setelah bibi berpamitan.

Aku pun bangkit untuk meminta izin pada suster. Ya, aku berniat masuk menemui Mas Pram. Barangkali dia sadar ketika mendengar anaknya tengah demam karena memikirkan kondisi sang papa.

Suster pun mengizinkan. Aku dengan cepat melangkahkan kaki ke arah Mas Pram
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status