Di sebuah kamar dua orang manusia tengah menghabiskan waktu dengan canda dan tawa yang menemani keseharian mereka. Seharian ini mereka menghabiskan waktu bersama. Senyum terus mengembang di bibir mereka. Menikmati waktu seperti ini adalah hal yang langkah. Namun, hal itu tidak membuat dua sejoli ini kehilangan ke romantisan.
"Kau senang baby?" tanya Alvarez sambil memberikan kecupan manis di puncak gadis yang di panggil dengan sebutan baby. Baby adalah panggilan kesayangan Alvarez untuk gadis yang sudah menetap di hatinya, siapa lagi kalau bukan Kylie Victoria Houston. "Sangat senang," jawab Kylie antusias. Dirinya memeluk Alvarez begitu erat. Menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria itu. Alvarez yang mendapat perlakuan sedemikian rupa hanya tersenyum melihat tingkah laku manja dari gadisnya. Alvarez sangat menyukai saat gadis itu bermanja-manja dengannya. Menurutnya hal itu sangat lucu dan menggemaskan dalam waktu bersamaan. "Kau sangat menggemaskan, Baby," ucap Alvarez. "Aku memang menggemaskan sedari dulu. Kau saja yang baru menyadarinya." "Benarkah?" Kylie manganggukkan kepalanya dalam pelukkan Alvarez. Sementara Alva, dirinya semakin mengeratkan pelukannya hingga dia lupa jika pelukkannya yang terlalu kuat menyesakkan gadisnya. Kylie yang merasa sesak memukul dada bidang Alva yang membuat sang empu langsung melepaskan pelukannya. "Ini sangat se … sak!" keluh Kylie tapi malah terlihat lucu dan menggemaskan di mata Alva. "Kau ingin membunuhku?" tanya Kylie menatap tajam Alva. "Kau ini aneh, untuk apa aku membunuh gadisku sendiri," kekeh Alva. "Tapi karena kau berkata demikian sangat boleh untuk dipertimbangkan. Sini mendekatlah, aku akan membunuhmu dengan caraku sendiri." Ucapan Alvarez membuat Kylie bergidik ngeri mendengarnya. Membayangkannya saja, dia tidak mau. Alvarez yang melihat wajah gadisnya tersenyum seolah mengetahui apa yang gadisnya itu pikirkan. Dengan jahil Alva mendekatkan dirinya kepada Kylie. Kylie yang melihatnya dengan cepat bangun dari tempat tidur menghindari Alva. Tawa Alva langsung meledak saat itu juga. Kylie yang mendengarnya hanya memasang wajah kesalnya, lalu pergi membawa kakinya ke arah balkon menikmati pemandangan malam. Sangat menyegarkan, batinnya. Dinginnya angin malam menerpa wajah serta tubuhnya, tapi hal itu tidak membuat Kylie merasakan dingin sama sekali. Selintas pikirannya kembali saat pria itu menyekapnya. Kylie mengingat betul kejadian itu. Dan, di sanalah kali pertamanya dia merasakan keindahan dan kesegaran angin malam dari pepohonan serta alam sekitarnya. Tanpa Kylie sadarin dirinya merentangkan kedua tangnnya membiarkan angin malam itu menerpa tubuhnya. Sepasang lengan kokoh memeluknya dari belakang. Kylie tidak terkejut dan tidak mencoba untuk menolak sentuhan hangat itu. Alvarez membenamkan wajahnya di lekukan leher Kylie. Menghirup dalam aroma wanita itu yang terasa memabukkan untuknya. "Aku mencintaimu," ungkap Alva. Kylie tersenyum mendengarnya. "Aku juga mencintaimu." Masih tetap berada di posisinya Alva menyandarkan kepalanya di leher gadis itu. Berbeda dengan Kylie, saat ini kedua tangan Kylie berada di atas tangan Alva yang memeluk pinggangya. Mengelusnya pelan dan menyandarkan kepalanya di dada Alva. Kepala Alva terangkat membiarkan Kylie bersandar nyaman di dada bidang itu. "Sudah sejauh mana persiapannya?" tanya Kylie. Tangannya masih setia mengelus tangan Alva. "Sudah siap 99%. Dan, satu persennya tinggal dirimu yang berdiri di atas altar bersanding denganku," jawab Alva. Senyumnya terus mengembang saat mengatakannya. "Sudah sejauh itu rupanya," gumam Kylie. "Kau berbicara sesuatu, Baby?" tanya Alva. "Ahhh tidak. Aku tidak berbicara apa-apa." "Mungkin aku yang salah dengar," ucap Alva. "Ini sudah malam kau tidak ingin masuk?" ajak Alva. "Kau duluan saja. Sebentar aku akan menyusul." "Hm, baiklah. Aku masuk duluan masih ada hal yang harus kuurus untuk persiapan pernikahan kita. Cepatlah masuk jika sudah selesai, angin malam tidak baik untuk gadisku." Alvarez memberikan kecupan singkat di kening Kylie lalu masuk ke dalam untuk menyelesaikan apa yang belum diselesaikannya menjelang persiapan pernikahan mereka. Kylie memandang kepergian Alva sejenak. Dirinya tersenyum, tetapi bukan senyum bahagia yang dia tampilkan kali ini. Melainkan senyum yang memiliki arti tertentu. "Tidak akan ada yang namanya pernikahan di antara kita. Bahkan jika itu terjadi kau hanya memiliki ragaku tapi tidak dengan hatiku," gumamnya kemudian kembali menatap langit malam dan menikmati embusan angin yang menerpa wajah dan tubuhnya. Lain halnya dengan Alva, dirinya tengah serius mempersiapkan segala keperluan untuk pernikahan mereka. Ketika selesai Alva langsung tersenyum bahagia, lalu memandang gadisnya yang masih menikmati keindahan langit dan kesegaran angin malam. "Aku beruntung karena memilikimu, dan sebentar lagi kita akan memulai lembaran baru bersama," ucapnya. Dua orang insan ini sama-sama tidak tahu jika senyum yang mereka tampilkan sama-sama mempunyai arti dan maksud yang berbeda. Ada yang menuju kebahagiaan dan ada pula sebaliknya. o0oPintu kamar terbuka menampilkan pria yang tengah memandang minat sang pujaan hati. Alvarez memerhatikan kekasihnya masih setia memejamkan mata. Tidak ingin bangun sepertinya, pikir Alva.Dia melangkahkan kakinya mendekati sang pujaan hati. Berhenti di tepi ranjang, Alva mendudukkan dirinya di samping gadis itu. Tangannya hendak terulur, menyingkirkan helaian rambut yang menghalangi wajah gadisnya. Namun, dia urungkan karena pergerakkan kecil yang dilakukan gadisnya.Alva mengira Kylie terbangun, tapi nyatanya tidak. Gadisnya itu hanya memperbaiki posisi tidurnya, membuatnya menjadi senyaman mungkin.Kekehan kecil tersungging di bibir Alva. Sungguh manis sekali melihat tingkah lucu gadisnya itu. Cukup lama Alva memandang wajah polos itu, dirinya menggeram ketika tatapan matanya beralih ke bibir ranum milik Kylie. Ingin sekali rasanya ia melumat bibir itu, membelitkan lidah mereka dan berbagi saliva bersama. Sungguh mesum sekali otakmu Alva, tutur batinnya.Lagi. Alva terkekeh kecil m
Hari ini mereka sudah siap untuk melakukan fitting baju pernikahan. Seperti biasa Alva memperlakukan Kylie–gadis kecilnya–seistimewa mungkin. Semua para wanita di luar sana pasti sangat merasa beruntung sekali jika mendapatkan seorang pria seperti Alva. Pria idaman yang sangat diinginkan oleh semua wanita di luar sana, tapi berbeda dengan Kylie. Gadis itu hanya memandang datar sedari tadi. Dirinya kini berdiri di depan kaca memandang lamat-lamat wajahnya sendiri. “Kau hanya mempunyai ragaku untuk pernikahan ini Alva, tapi tidak dengan hatiku. Sedari awal memang tidak pernah ada kata ‘kita’ di antara kau dan aku,” gumam Kylie. Bunyi gedoran pintu menyadarkan Kylie dari lamunannya. “Kau sudah selesai, Baby?” tanya Alva dari luar. “Ah, iyah. Sebentar lagi.” Kylie merapikan sedikit rambutnya dan memoleskan lipstik di sekitar bibirnya. Tidak terlalu tebal dan memberi kesan natural. Karena memang dasarnya bibir Kylie sudah berwarna pink. Jadi tidak ada alasan untuk membuatnya terlihat
Pernikahan yang dinanti-nanti oleh Alva kini sudah berada di depan mata. Bagi Kylie, pernikahan tersebut tidak ada artinya. Tidak akan ada cinta yang Kylie berikan di dalam pernikahan tersebut. Awalnya dirinya hendak bermain-main, tapi tidak ada yang menduga bukan? Jika permainannya malah berujung pada sesuatu yang sakral. Pernikahan namanya. Kylie memandang gaun pernikahan yang saat ini sudah berada di kamarnya. Dua hari lagi pernikahan akan berlangsung. Membuat gadis itu menghela napasnya.Apa lebih baik kabur? Pemikiran bodoh baginya jika hal itu benar-benar terjadi. Yang ada dirinya malah digantung oleh kakaknya–Matheus–karena berani melakukan hal bodoh tersebut.Lantas, bagaimana cara menghancurkan pernikahan tersebut? Sampai saat ini tidak ada jalan yang gadis itu temukan.“Baiklah, aku sendiri yang akan membuat Alvarez menderita dalam pernikahan ini. Pernikahan yang menyakitkan. Sudah lelah aku jika harus bersandiwara seperti ini terus,” ucap Kylie.Tidak lama kemudian ponselny
Ciuman Alva terasa kasar dan menyakitkan dalam waktu bersamaan. Kylie harus menopang tubuhnya sendiri dan membiarkan tubuh lainnya dikendalikan oleh Alva. Memberontak pun tak ada gunanya. Karena pria itu sedang dilanda oleh emosi. Lambat laun Kylie merasakan jika ciuman Alva mulai melembut seiring berjalannya waktu.Alva seperti tidak ingin melepaskan. Hingga akhirnya mau tidak mau Kylie jatuh kembali ke dalam jurang yang dibuatnya sendiri. Kylie membalas pagutan lembut yang diberikan Alva. Kylie terbuai oleh sentuhan Alva. Hatinya ingin menolak. Namun, tubuhnya berkata lain. Tubuh dan hatinya tidak bekerja sama. Mereka berjalan berlawanan arah.Alva melepaskan ciumannya saat dirasa cukup untuk melampiaskan emosi. Ia memandang wanita yang sebentar lagi menyandang status sebagai istrinya. Tinggal hitungan 2×24 jam maka status tersebut sudah tersemat untuk selamanya."Bisa kau jelaskan ke mana kau seharian ini, Baby? Kau membuatku khawatir. Telepon, chat, semuanya tidak kau balas. Bi
Hari pernikahan Alvarez dan Kylie telah tiba. Semua para tamu dibuat terkejut dengan tampang memuja dari mereka semua. Jika orang terkaya dan berada pasti akan mengadakan pesta menggelegar dan istimewa yang tentunya diadakan di gedung besar atau tempat mewah lainnya.Namun, lain halnya dengan pernikahan putri bungsu Romina dan Daniel Evans Houston. Pernikahan kali ini sukses membuat para awak media menyorotnya. Bagaimana tidak? Pernikahan tersebut dilaksanakan di alam terbuka yang berdominan warna hijau dan putih.Hiasannya terlihat istimewa dan memukau. Para tamu yang berdatangan. Baik rekan maupun kolega bisnis sangat-sangat memujinya."Kau benar-benar menggemparkan seluruh dunia Daniel. Aku tidak menyangka. Ini adalah kejutan besar buat dunia," kata rekan bisnis Daniel. Daniel tertawa menanggapi. Tidak hanya satu atau dua orang yang mengatakannya. Melainkan hampir seluruh yang berdatangan. Daniel sangat salut dengan keputusan Alva. Ia tidak menyangka jika laki-laki yang telah
Alvarez turun dari mobilnya. Ia membukakan pintu mobil untuk istrinya keluar. Alva benar-benar memperlakukan Kylie seperti halnya sebuah berlian. Mungkin wanita lain akan sangat terpana saat di perlakukan sedemikian rupa. Tapi untuk kesekian kalinya lagi perlakuan seperti iu sangat tidak berpengaruh oleh diri Kylie sendiri. Kylie tersenyum masam dalam hati muak dengan perlakuan pria yang berstatus suaminya itu. Rasanya ia ingin kabur melarikan diri daripada hidup dengan pria hasil jebakannya.Alvarez menggemgam tangan Kylie saat turun dari mobil. Saat tubuh Kylie telah berdiri dengan sempurna Alvarez merangkul pinggangnya memasuki rumah mereka."Selamat datang di rumah kita, baby." kata Alva.Kylie memasuki rumah mereka. Rumah yang terlihat sederhana tapi memberi kesan elegant bagi penglihatnya. Ekspresi kagum sempat Kylie tunjukka sebelum sebuah tangan kekar memeluk pinggangnya dari belakang."Kamu menyukainya, baby." Kylie mengangguk. Alvarez menjatuhkan wajahnya ke pundak Kylie. M
• Bagiku semuanya terasa hambar. Bahkan aku berinisiatif membuatmu menderita di dalam pernikahan ini.• Kylie Victoria Houston ××× Pagi menjelang yang dirasakan oleh sepasang pengantin baru ini berbeda saat pelupuk mata terbuka. Kehidupan yang dulu telah berubah 360 derajat. Pagi yang biasanya di lalui sendirian kini berganti menjadi sebuah kebersamaan. Tidak ada lagi yang namanya sendirian di dalam ikatan sakral sebuah pernikahan. Tidak adalagi kata aku dan orang lain di dalamnya. Yang ada adalah kata kita di dalamnya. Sebuah pernikahan adalah bentuk lembaran baru yang di bina dan dibangun bersama. Setiap orang selalu mendambakan dimana saat dirinya telah menikah. Bagaimana caranya ia mengurus rumah tangga dan lain sebagainya. Kylie Victoria Houston yang kini telah menyandang status 'Hulgo" di belakang namanya. Membuka mata dan merasakan perbedaan dari biasanya. Sebuah tangan kekar yang memeluk tubuhnya dari belakang. Sejak semalam tangan itu tidak pernah berpindah tempat. Selalu
Sejak kejadian panas di pagi hari itu menimbulkan sedikit perbedaan antara dua orang ini. Yang Satu memilih bersikap seperti biasa saja dan yang satunya memilih mengalihkan suasana agar tidak mengalami kecanggungan. Alva mencoba menetralisasikan suasana. Walaupun di dalam hatinya banyak sekali pertanyaan tentang kejadian tadi. Kejadian itu seolah-olah istrinya menolaknya secara tidak langsung. Tidak ingin berpikir negatif tentang apa yang sebenarnya terjadi, Alva memilih diam sembari tangannya membolak-balikan koran. Kylie datang dengan membawakan secangkir coffee untuk suaminya. "Coffee untukmu," ujarnya. Alva menerimanya dengan hangat. Merasakan kecanggungan yang terjadi antar keduanya Kylie memecahkan keheningan. "Maafkan aku," ucapnya pelan. Bahkan sangat pelan hingga nyaris seperti bisikan. Alva menatap istrinya aneh. Menyadarinya Kylie segera melanjutkan kembali ucapannya. "Kejadian pagi tadi, maafkan aku. Tidak seharusnya aku mendorongmu." Kylie tertunduk dalam. Hal itu me