Sejak kejadian panas di pagi hari itu menimbulkan sedikit perbedaan antara dua orang ini. Yang Satu memilih bersikap seperti biasa saja dan yang satunya memilih mengalihkan suasana agar tidak mengalami kecanggungan. Alva mencoba menetralisasikan suasana. Walaupun di dalam hatinya banyak sekali pertanyaan tentang kejadian tadi. Kejadian itu seolah-olah istrinya menolaknya secara tidak langsung. Tidak ingin berpikir negatif tentang apa yang sebenarnya terjadi, Alva memilih diam sembari tangannya membolak-balikan koran.
Kylie datang dengan membawakan secangkir coffee untuk suaminya. "Coffee untukmu," ujarnya. Alva menerimanya dengan hangat. Merasakan kecanggungan yang terjadi antar keduanya Kylie memecahkan keheningan. "Maafkan aku," ucapnya pelan. Bahkan sangat pelan hingga nyaris seperti bisikan. Alva menatap istrinya aneh. Menyadarinya Kylie segera melanjutkan kembali ucapannya. "Kejadian pagi tadi, maafkan aku. Tidak seharusnya aku mendorongmu." Kylie tertunduk dalam. Hal itu membuat Alva gemas sendiri kepada istrinya. Ia menarik Kylie untuk duduk di pangkuannya. Kylie terkejut matanya melebar saat menyadari dirinya sudah berada di pangkuan suaminya. "Aku tidak marah. Dan aku memakluminya. Kurasa hal itu wajar untuk pengantin baru." "Benarkah? Kamu tidak marah?" Alva menggelengkan kepalanya. "Bagaimana bisa aku marah kepada istriku?" Alva memberikan kecupan singkat di pipi istrinya. Kylie tersenyum. Senyum yang mampu meruntuhkan dinding kebal milik suaminya. Senyum yang membuat Alva jatuh ke dasar jurang. Senyum yang mampu menjungkar balikkan hati Alva serta senyum yang mampu mengubah kehidupan Alva. Dari rasa sakit, jatuh, dan segala warna kelam di dalam kehidupannya. Kedua tangan Alva masih setia melingkar di pinggang ramping milik istrinya. Sesekali hidungnya di arahkan di bahu Kylie dan mengendus-ngendus di daerah sana. Rasa tidak nyaman mulai menyelimuti Kylie. Ia sadar akan gairah yang dimiliki suaminya sebentar lagi akan meledak tidak terkendali. Maka dari itu otaknya harus cepat berputar sebelum kejadian itu terjadi. "Ini sudah lima belas menit. Apa kita akan begini terus?" Keluh Kylie. Alva terkekeh pelan merasakan ketidaknyamanan istrinya. "Kalau begitu beri aku sebuah ciuman dan aku akan membebaskanmu," nego Alva. "Ckck, suami ini ternyata sangat pintar dalam memberikan negosiasi," cibir Kylie. Alva mengangkat bahunya acuh. "Terserah. Aku Hanya memberikan nego. Jika mau lepas maka berikan satu ciuman untukku. Jika tidak jangan harap aku akan membolehkanmu untuk menapakkan seujung kukupun ke atas lantai." "Cih! Sebuah argumen yang hanya menguntungkan satu pihak." Alva menggeleng tidak setuju dengan pernyataan istrinya. "Ini saling menguntungkan. Istriku mendapatkan kebebasan. Dan aku mendapatkan ciuman." "Mesum sekali." "Yang kau bilang mesum ini adalah suamimu, baby. Jadi?" Alis Alva menaik menanti jawaban Kylie. Kylie nampak berpikir dan Alva sangat menikmati wajah istrinya ketika sedang menguras otaknya. Setelah memikirkan dan menimbangkan berbagai banyak kemungkinan, menurut Kylie tidak ada salahnya sekali-kali menuruti kemauan suaminya. Yah, anggap saja ini sebagai permintamaafannya. Maka dengan berat hati Kylie mencondongkan wajahnya menghadap suaminya. Tak ayal Alva langsung memejamkan matanya. Merasa bahwa dirinya saat in tengah mendapatkan sebuah kemenangan. Yaitu menaklukkan hati istrinya. Cup, Satu buah kecupan mendarat mulus di pipi Alva membuatnya langsung membuka ke dua matanya. "Kau mendapatkan keinginanmu, honey." Sebelum suaminya itu kembali protes KYlie beranjak dari pangkuan suaminya secepat kilat. "Itu bukan ciuman baby. Kamu tidak bisa membodohiku!" Alva menyerukan protesnya melihat istrinya berlari kecil ke arah kamar. Lalu tanpa sadar dirinya kembali tertawa menyadari tingkah kekanakan yang dimilikinya. ••• Hari ini sepasang suami istri tersebut tengah berbelanja di supermarket terdekat tak jauh dari rumah mereka namun mampu menghabiskan waktu selama satu jam. Turun dari mobil Alva merangkul pinggang istrinya memasuki supermarket tersebut. Alva membawa troli untuk belanja dengan satu tangan namun sebelah tangan lainnya masuh setia merangkul pinggang istrinya. Sementara Kylie tidak peduli apa yang di lakukan oleh suaminya. Dirinya hanya fokus untuk belanja bahan rumah. Mereka berhenti di depan sayur. Kylie mengambil beberapa buah sayur untuk diolahnya menjadi makanan nanti di rumah. Kedua mata Alva terbelalak kaget melihat tumpukan sayur yang tidak sedikit diambil oleh istrinya. Bukannya Apa. Alva adalah tipe pria yang sangat tidak menyukai dengan namanya sayur. Menurut Alva sayur itu pahit dan tidak enak. Sama aja dengan memakan rumput. Kekanakan memang. Tapi Alva tidak peduli. "Baby, aku pikir kamu tidak perlu membeli sayur sebanyak itu." "Kenapa?" Kylie menoleh kearah suaminya dengan penuh tanya. "Anu..emmm... sayang kalau tidak habis nanti." Kylie terkekeh pelan mendengar penuturan suaminya. "Sayur ini akan habis karena di makan." "Tapi baby..." "Kamu gak suka sayur?" tanya Kylie telak. Alva menggelengkan kepalanya. "Kalau begitu mulai sekarang suamiku harus rajin memakan sayur biar tumbuh menjadi kuat." "Aku rasa itu tidak perlu baby. Tanpa sayurpun aku sudah kuat." Kylie menggeleng. "Walaupun begitu kamu harus tetap makan sayur, honey. Kamu gak boleh nolak. Karena sayur ini akan diolah sendiri oleh istrimu " "Gak. Sayur itu pahit. Terutama bayam. Bayam itu pahit. Dan sawi, sawi juga pahit. Rasanya sama seperti memakan rumput. Aku tidak mau." Tunjuk Alva kepada sayur-sayur itu persis seperti anak kecil yang tengah merajuk. "Kamu harus makan sayur, honey. Sayur itu mempunyai banyak manfaat yang berguna bagi tubuh kita." bujuk Kylie. Tangannya kembali mengambil sayur brokoli. Alva kembali protes tapi sebelum itu tangan Kylie sudah berada di mulut suaminya. "Tidak ada penolakan sayang. Aku yang akan membantumu makan dengan caraku." Setelahnya Kylie melanjutkan langkahnya untuk membeli keperluan lain. Alva mendengus kesal melihat istrinya sudah berjalan meninggalkannya. Tatapannya mengarah kepada sayur-sayur di dalam trolinya. "Lihatlah, Karena dirimu istriku meninggalkan ku. Aku membencimu." Alva melanjutkan langkahnya. "Baby! Tunggu aku!!" Usai berbelanja semuanya mereka menuju kasir. Kylie memandang malas kepada petugas kasir perempuan yang terang-terangan menatap kagum suaminya. Seharusnya menghitung belanjaan mereka cepat kini berubah lambat. Kylie memandang suaminya yang hanya anteng-anteng saja di tatap sedemikian rupa. Hal itu membuatnya jengah sekaligus kesal. "MBA! Tolong yah itu mata dijaga. Jangan terus menatap suami saya. Situ disini di bayar untuk kerja kan? Bukan di bayar untuk natap suami saya." Semua pengunjung tersentak mendengar suara Kylie yang sedikit membentak. Alva pun terkejut menatap istrinya. Petugas kasir perempuan itu membungkukkan kepalanya sambil meminta maaf dan mempercepat pekerjaanya. "Ini bu. Sekali lagi saya minta maaf atas kelancangan saya." Petugas kasir perempuan itu menyodorkan kartu ATM yang langsung di ambil Kylie sedikit kasar. Lagi perempuan itu meminta maaf. Alva tersenyum melihat tingkah istrinya mengandung cemburu dan posesif kepada dirinya. Ia menaruh belanjaan ke belakang mobil lalu duduk di samping istrinya. Wajah Kylie kembang kempis menyadari kelakuannya tadi. Entah apa yang merasukinya. Alva masih setia memandang istrinya. Kylie menoleh. "Kenapa tidak jalan?" tanya Kylie. "Kamu tadi cemburu?" Kylie langsung membuang muka. Enggan menatap suaminya. Alva tersenyum miring dan mendekatkan diri pada istrinya. "Aku sangat menyukai sikap istriku yang pencemburu." Setelah mengucapkannya Alva mengarahkan tangannya tadi ke tengkuk istrinya dan langsung mencium lembut bibir istrinya.Bagi Kylie memasak bukanlah hal yang sulit. Memasak baginya adalah hal yang mudah. Namun kenapa banyak sekali kaum wanita yang tidak suka dengan hal memasak. Seperti saat ini, gadis yang sudah berubah status menjadi istri itu tengah melakukan kewajibannya di dapur. Memasak makanan untuk dirinya dan suaminya. Usai tadi menyusun bahan belanjaanya ke dalam kulkas, sekarang waktunya untuk menyiapkan makanan. Di tengah kesibukannya suaminya datang, apalagi jika bukan untuk mengganggu kegiatannya. Entah bagaimana ceritanya hal ini sudah masuk ke dalam list pria itu setiap harinya. Alva datang dengab kedua tangan berada di saku kanan dan kiri celananya. Niat untuk mengganggu sekaligus menggoda istrinya malah dia yang tergoda dengan penampilan istrinya saat ini. Memakai baju santai selengan di sertai celana pendek diatas lutut. Belum lagi rambut panjangnya yang tergerai begitu saja. Kylie membalikkan tubuhnya kemudian bersitatap kepada suaminya.
"Baby! Sayang! Honey! Cinta!!" Kylie memutar bola matanya jengah. "SAYANG! BABY!" Ini tidak bisa di biarkan. Kylie mulai menyerukan suaranya. "Aku disini sayang. Di belakang taman rumah." Tidak mendengar tanggapan suaminya, Kylie berpikir mungkinkah suaminya mendengarnya atau tidak. Tanda tanya di kepalanya akhirnya terjawab saat merasakan pelukan hangat dari belakang tubuhnya. Tubuhnya bersandar dan bersentuhan di dada bidang yang tegap dan kokoh. Siapa lagi pemiliknya jika bukan Alva, suaminya. "Pagi-pagi aku melihatmu tidak ada di sampingku. Rasanya duniaku runtuh." "Dan sekarang aku berada di pelukanmu." Alva terkekeh. "Sudah semestinya begitu. Kamu berada di pelukanku." "Ya..ya..ya., terserahlah." Kylie melepaskan pelukan suaminya. Tetapi Alva tidak membiarkannya begitu saja. Dia malah semakin mempererat pelukannya.
~Mansion's Houston~Segala persiapan bulan madu sudah di persiapkan. Mulai dari tiket, check-in hotel, dan keperluan mereka. Alva melarang istrinya membawa koper yang berisi terlalu banyak pakaian. Dengan alasan dia bisa membelinya nanti ketika di sana. Kabar bulan madu mereka sudah terdengar sampai keluarga Houston. Daniel dan istrinya, Romina tentu merasa sangat senang sekali. Mereka berharap bulan madu anak dan menantunya itu membuahkan hasil. Kylie sendiri memutar bola matanya malas melihat keambiusan mommy-nya."Mom berharap pulang dari kalian bulan madu langsung membawa kabar gembira untuk kita semua.""Mom!" seru Kylie penuh peringatan."Apa? Kenapa? Bukannya itu kan yang di lakukan saat berbulan madu? Membuat baby?" goda Romina kepada putri bungsunya."Mom, kak Edy saja belum brojol tapi mom sudah mengharapkan ke yang lain.""Apa salahnya? Mom hanya menerima bukan membuat. Tentu saja mom senang jika mendapatkan dua cucu s
Nikmatin lagunya yah guys😂Song : Ed Sheran-How would you feel❤❤~~~Penerbangan mereka jatuh pada malam hari. Usai melewati beberapa prosedur memasuki pesawat. Kylie bersama Alva tengah duduk nyaman di kursi kelas atas. Mereka akhirnya berangkat bulan madu sesuai perencanaan mereka. Alva memberitaunya jika tujuan bulan madu mereka adalah di sebuah pulau berada di Australia bernama Lake Mckenzie. Masih terngiang di ingatakan Kylie waktu ia mencari informasi tentang pulau tempat dimana mereka akan menikmati bulan madu.Lake McKenzie, AustraliaLake McKenzie adalah salah satu danau yang airnya murni berasal dari hujan. Tidak dialiri oleh sungai dan tak bermuara ke laut. Selain itu, pasir yang ada di dasar maupun di tepi danau berwarna putih, tidak hanya indah tapi juga lembut saat sedang bersama pasangan berjalan di atasnya. Danau ini juga dikenal memiliki perpaduan warna air biru dan hijau yang jernih serta mempesona. Sangat layak bagi
Perth International Terminal, nama terpajang besar saat mereka menginjakkan kaki di Ausralia. Alvarez mengandeng tangan istrinya Kylie selama perjalanan. Kylie yang bergelayut manja di lengan suaminya. Dan Alva yang setia merangkul pinggang rampinh istrinya membuat mereka tanpa sengaja telah menjadi sorotan pasang mata yang berlalu lalang itudi sekitar.Alvarez berhenti tepat di pinggir jalan, matanya celingukan ke samping kanan kiri menjadikan sebuah tanda tanya bagi Kylie. Lalu selang beberapa detik kemudian tangan Alva terulur keatas dan melambai. Kylie menatap kearah dimana Alva melambaikan tangannya. Lalu datanglah sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan mereka. Kylie memandang suaminya penuh tanya bercampur penasaran Alva hanya membalasnya dengan tersenyum lalu membuka pintu mobil dan mempersilahkan istrinya untuk masuk ke dalam mobil. "Masuklah!"Kylie memandang suaminya seolah bertanya 'kau yakin?'Alva membalasnya dengan tersenyum, "untuk istri tercintaku, jadi masukla
"Al, kemarilah! Lihat pasirnya putih sekali." Seru Kylie dengan wajah sumringahnya. Kakinya menghentak diatas pasir itu sesekali bermain. Tak jarang tingkahnya menjadi sorotan oleh semua orang. Berbeda dengan Alva yang saat ini menekuk wajahnya. Bagaimana tidak, istri cantiknya itu memamerkan tubuhnya di bawah paparan sinar matahari. Yah, mereka saat ini tengah berada di sebuah pantai bernama Lake MacKenzie. "Al kemarilah dan temani aku. Kamu tega membiarkanku bermain sendiri." kesal Kylie karena merasa di abaikan oleh suaminya itu. Alva hanya melirik tidak minat. Niat ingin bermesraan dengan istrinya itu gagal karena pasir putih yang menarik seluruh perhatian Kylie. "Bermain saja sendiri aku tidak minat," ucapnya. "Baiklah terserah saja," abai Kylie. Ia nampak menikmati keindahan pasir putih itu. Mengabaikan suaminya yang terserang dongkol karena ucapan istrinya. Keindahan pasir putih itu memang menyorot penuh seluruh perhatiannya. Ia jadi teringat sewaktu bersama kakaknya du
Kylie keluar dari kamar mandi dan langsung duduk di meja rias depan cermin. Dia mengambil pengering rambut dan melepaskan handuk kecil di kepalanya lalu mulai mengeringkan rambutnya. Suatu kebiasaan yang sering dia lakukan sejak mengenal dunia kecantikan. Waktu itu umurnya masih lima tahun ketika melihat sang ibu melakukan hal ini di setiap keramas. Dibandingkan bermain Kylie lebih suka menirukan gaya ibunya. Mengingat masa kecilnya membuatnya lagi-lagi tersenyum. Kylie meletakkan pengering rambut pada tempatnya. Ia menatap dirinya di pantulan cermin di depannya. Tidak lama, kemudian tangannya mengambil sebuah cream dan mengusapnya di wajahnya. Kebiasaan rutin yang selalu Kylie lakukan. Tidak hanya pada wajah hingga ke bagian leher dan area punggung tangannya turut di berikan.Bel kamarnya berbunyi. Kylie beranjak dari duduknya manisnya. "Siapa?" tanyanya dari dalam. Tidak mungkin ia membukakan pintu begitu saja. Kylie adalah gadis yang sudah mempunyai suami, sangat tidak pantas j
Kylie terbangun, semalam dirinya begitu hanyut oleh untaian kata dari suaminya. "Namamu akan selalu berdetak disini mengikuti jantungku. Dan akan terus mengalir bersama darahku." Kalimat yang membuat dirinya terbangun seakan terus terngiang di kepalanya. Ia meraba sebuah tangan diatas perutnya. Mengelusnya kemudian menggenggam jarinya. Sesaat semuanya kembali hening begitupun dengan pikirannya.Apa yang harus kulakukan? Bisikan hati kecilnya tiba-tiba muncul.Ini salah! Dan Kylie tahu itu. Tidak, lebih tepatnya ini tidak boleh terjadi. Ia tidak mungkin mempunyai perasaan itu. Tangannya meraba dadanya, jantung ini selalu berdetak. Debarannya kembali terasa saat dirinya berada di pelukan suaminya. Kylie tau ia sudah mulai jatuh ke dalam neraka yang di buatnya, bahkan sebelum neraka itu di mulai."Ini tidak boleh terjadi... Tidak! Ini tidak boleh terjadi..." Kylie terus melafalkan kalimat tersebut berulang-ulang."Apa yang tidak boleh terjadi?"Rasa terkejut membuat tubuhnya bergetar.