Share

Bab 08

Sejak kejadian panas di pagi hari itu menimbulkan sedikit perbedaan antara dua orang ini. Yang Satu memilih bersikap seperti biasa saja dan yang satunya memilih mengalihkan suasana agar tidak mengalami kecanggungan. Alva mencoba menetralisasikan suasana. Walaupun di dalam hatinya banyak sekali pertanyaan tentang kejadian tadi. Kejadian itu seolah-olah istrinya menolaknya secara tidak langsung. Tidak ingin berpikir negatif tentang apa yang sebenarnya terjadi, Alva memilih diam sembari tangannya membolak-balikan koran.

Kylie datang dengan membawakan secangkir coffee untuk suaminya.

"Coffee untukmu," ujarnya. Alva menerimanya dengan hangat. Merasakan kecanggungan yang terjadi antar keduanya Kylie memecahkan keheningan.

"Maafkan aku," ucapnya pelan. Bahkan sangat pelan hingga nyaris seperti bisikan.

Alva menatap istrinya aneh. Menyadarinya Kylie segera melanjutkan kembali ucapannya.

"Kejadian pagi tadi, maafkan aku. Tidak seharusnya aku mendorongmu." Kylie tertunduk dalam. Hal itu membuat Alva gemas sendiri kepada istrinya. Ia menarik Kylie untuk duduk di pangkuannya.

Kylie terkejut matanya melebar saat menyadari dirinya sudah berada di pangkuan suaminya.

"Aku tidak marah. Dan aku memakluminya. Kurasa hal itu wajar untuk pengantin baru."

"Benarkah? Kamu tidak marah?"

Alva menggelengkan kepalanya. "Bagaimana bisa aku marah kepada istriku?" Alva memberikan kecupan singkat di pipi istrinya.

Kylie tersenyum. Senyum yang mampu meruntuhkan dinding kebal milik suaminya. Senyum yang membuat Alva jatuh ke dasar jurang. Senyum yang mampu menjungkar balikkan hati Alva serta senyum yang mampu mengubah kehidupan Alva. Dari rasa sakit, jatuh, dan segala warna kelam di dalam kehidupannya.

Kedua tangan Alva masih setia melingkar di pinggang ramping milik istrinya. Sesekali hidungnya di arahkan di bahu Kylie dan mengendus-ngendus di daerah sana. Rasa tidak nyaman mulai menyelimuti Kylie. Ia sadar akan gairah yang dimiliki suaminya sebentar lagi akan meledak tidak terkendali. Maka dari itu otaknya harus cepat berputar sebelum kejadian itu terjadi.

"Ini sudah lima belas menit. Apa kita akan begini terus?" Keluh Kylie.

Alva terkekeh pelan merasakan ketidaknyamanan istrinya.

"Kalau begitu beri aku sebuah ciuman dan aku akan membebaskanmu," nego Alva.

"Ckck, suami ini ternyata sangat pintar dalam memberikan negosiasi," cibir Kylie.

Alva mengangkat bahunya acuh. "Terserah. Aku Hanya memberikan nego. Jika mau lepas maka berikan satu ciuman untukku. Jika tidak jangan harap aku akan membolehkanmu untuk menapakkan seujung kukupun ke atas lantai."

"Cih! Sebuah argumen yang hanya menguntungkan satu pihak."

Alva menggeleng tidak setuju dengan pernyataan istrinya. "Ini saling menguntungkan. Istriku mendapatkan kebebasan. Dan aku mendapatkan ciuman."

"Mesum sekali."

"Yang kau bilang mesum ini adalah suamimu, baby. Jadi?" Alis Alva menaik menanti jawaban Kylie.

Kylie nampak berpikir dan Alva sangat menikmati wajah istrinya ketika sedang menguras otaknya. Setelah memikirkan dan menimbangkan berbagai banyak kemungkinan, menurut Kylie tidak ada salahnya sekali-kali menuruti kemauan suaminya. Yah, anggap saja ini sebagai permintamaafannya.

Maka dengan berat hati Kylie mencondongkan wajahnya menghadap suaminya. Tak ayal Alva langsung memejamkan matanya. Merasa bahwa dirinya saat in tengah mendapatkan sebuah kemenangan. Yaitu menaklukkan hati istrinya.

Cup, Satu buah kecupan mendarat mulus di pipi Alva membuatnya langsung membuka ke dua matanya.

"Kau mendapatkan keinginanmu, honey."

Sebelum suaminya itu kembali protes KYlie beranjak dari pangkuan suaminya secepat kilat.

"Itu bukan ciuman baby. Kamu tidak bisa membodohiku!" Alva menyerukan protesnya melihat istrinya berlari kecil ke arah kamar. Lalu tanpa sadar dirinya kembali tertawa menyadari tingkah kekanakan yang dimilikinya.

•••

Hari ini sepasang suami istri tersebut tengah berbelanja di supermarket terdekat tak jauh dari rumah mereka namun mampu menghabiskan waktu selama satu jam. Turun dari mobil Alva merangkul pinggang istrinya memasuki supermarket tersebut.

Alva membawa troli untuk belanja dengan satu tangan namun sebelah tangan lainnya masuh setia merangkul pinggang istrinya.

Sementara Kylie tidak peduli apa yang di lakukan oleh suaminya. Dirinya hanya fokus untuk belanja bahan rumah. Mereka berhenti di depan sayur. Kylie mengambil beberapa buah sayur untuk diolahnya menjadi makanan nanti di rumah.

Kedua mata Alva terbelalak kaget melihat tumpukan sayur yang tidak sedikit diambil oleh istrinya. Bukannya Apa. Alva adalah tipe pria yang sangat tidak menyukai dengan namanya sayur. Menurut Alva sayur itu pahit dan tidak enak. Sama aja dengan memakan rumput. Kekanakan memang. Tapi Alva tidak peduli.

"Baby, aku pikir kamu tidak perlu membeli sayur sebanyak itu."

"Kenapa?"

Kylie menoleh kearah suaminya dengan penuh tanya.

"Anu..emmm... sayang kalau tidak habis nanti."

Kylie terkekeh pelan mendengar penuturan suaminya.

"Sayur ini akan habis karena di makan."

"Tapi baby..."

"Kamu gak suka sayur?" tanya Kylie telak. Alva menggelengkan kepalanya.

"Kalau begitu mulai sekarang suamiku harus rajin memakan sayur biar tumbuh menjadi kuat."

"Aku rasa itu tidak perlu baby. Tanpa sayurpun aku sudah kuat."

Kylie menggeleng. "Walaupun begitu kamu harus tetap makan sayur, honey. Kamu gak boleh nolak. Karena sayur ini akan diolah sendiri oleh istrimu "

"Gak. Sayur itu pahit. Terutama bayam. Bayam itu pahit. Dan sawi, sawi juga pahit. Rasanya sama seperti memakan rumput. Aku tidak mau."

Tunjuk Alva kepada sayur-sayur itu persis seperti anak kecil yang tengah merajuk.

"Kamu harus makan sayur, honey. Sayur itu mempunyai banyak manfaat yang berguna bagi tubuh kita." bujuk Kylie. Tangannya kembali mengambil sayur brokoli. Alva kembali protes tapi sebelum itu tangan Kylie sudah berada di mulut suaminya.

"Tidak ada penolakan sayang. Aku yang akan membantumu makan dengan caraku."

Setelahnya Kylie melanjutkan langkahnya untuk membeli keperluan lain. Alva mendengus kesal melihat istrinya sudah berjalan meninggalkannya. Tatapannya mengarah kepada sayur-sayur di dalam trolinya.

"Lihatlah, Karena dirimu istriku meninggalkan ku. Aku membencimu." Alva melanjutkan langkahnya. "Baby! Tunggu aku!!"

Usai berbelanja semuanya mereka menuju kasir. Kylie memandang malas kepada petugas kasir perempuan yang terang-terangan menatap kagum suaminya. Seharusnya menghitung belanjaan mereka cepat kini berubah lambat.

Kylie memandang suaminya yang hanya anteng-anteng saja di tatap sedemikian rupa. Hal itu membuatnya jengah sekaligus kesal.

"MBA! Tolong yah itu mata dijaga. Jangan terus menatap suami saya. Situ disini di bayar untuk kerja kan? Bukan di bayar untuk natap suami saya."

Semua pengunjung tersentak mendengar suara Kylie yang sedikit membentak. Alva pun terkejut menatap istrinya.

Petugas kasir perempuan itu membungkukkan kepalanya sambil meminta maaf dan mempercepat pekerjaanya.

"Ini bu. Sekali lagi saya minta maaf atas kelancangan saya." Petugas kasir perempuan itu menyodorkan kartu ATM yang langsung di ambil Kylie sedikit kasar. Lagi perempuan itu meminta maaf.

Alva tersenyum melihat tingkah istrinya mengandung cemburu dan posesif kepada dirinya. Ia menaruh belanjaan ke belakang mobil lalu duduk di samping istrinya.

Wajah Kylie kembang kempis menyadari kelakuannya tadi. Entah apa yang merasukinya.

Alva masih setia memandang istrinya. Kylie menoleh.

"Kenapa tidak jalan?" tanya Kylie.

"Kamu tadi cemburu?"

Kylie langsung membuang muka. Enggan menatap suaminya. Alva tersenyum miring dan mendekatkan diri pada istrinya.

"Aku sangat menyukai sikap istriku yang pencemburu." Setelah mengucapkannya Alva mengarahkan tangannya tadi ke tengkuk istrinya dan langsung mencium lembut bibir istrinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status