~Mansion's Houston~
Segala persiapan bulan madu sudah di persiapkan. Mulai dari tiket, check-in hotel, dan keperluan mereka. Alva melarang istrinya membawa koper yang berisi terlalu banyak pakaian. Dengan alasan dia bisa membelinya nanti ketika di sana. Kabar bulan madu mereka sudah terdengar sampai keluarga Houston. Daniel dan istrinya, Romina tentu merasa sangat senang sekali. Mereka berharap bulan madu anak dan menantunya itu membuahkan hasil. Kylie sendiri memutar bola matanya malas melihat keambiusan mommy-nya."Mom berharap pulang dari kalian bulan madu langsung membawa kabar gembira untuk kita semua.""Mom!" seru Kylie penuh peringatan."Apa? Kenapa? Bukannya itu kan yang di lakukan saat berbulan madu? Membuat baby?" goda Romina kepada putri bungsunya."Mom, kak Edy saja belum brojol tapi mom sudah mengharapkan ke yang lain.""Apa salahnya? Mom hanya menerima bukan membuat. Tentu saja mom senang jika mendapatkan dua cucu sNikmatin lagunya yah guys😂Song : Ed Sheran-How would you feel❤❤~~~Penerbangan mereka jatuh pada malam hari. Usai melewati beberapa prosedur memasuki pesawat. Kylie bersama Alva tengah duduk nyaman di kursi kelas atas. Mereka akhirnya berangkat bulan madu sesuai perencanaan mereka. Alva memberitaunya jika tujuan bulan madu mereka adalah di sebuah pulau berada di Australia bernama Lake Mckenzie. Masih terngiang di ingatakan Kylie waktu ia mencari informasi tentang pulau tempat dimana mereka akan menikmati bulan madu.Lake McKenzie, AustraliaLake McKenzie adalah salah satu danau yang airnya murni berasal dari hujan. Tidak dialiri oleh sungai dan tak bermuara ke laut. Selain itu, pasir yang ada di dasar maupun di tepi danau berwarna putih, tidak hanya indah tapi juga lembut saat sedang bersama pasangan berjalan di atasnya. Danau ini juga dikenal memiliki perpaduan warna air biru dan hijau yang jernih serta mempesona. Sangat layak bagi
Perth International Terminal, nama terpajang besar saat mereka menginjakkan kaki di Ausralia. Alvarez mengandeng tangan istrinya Kylie selama perjalanan. Kylie yang bergelayut manja di lengan suaminya. Dan Alva yang setia merangkul pinggang rampinh istrinya membuat mereka tanpa sengaja telah menjadi sorotan pasang mata yang berlalu lalang itudi sekitar.Alvarez berhenti tepat di pinggir jalan, matanya celingukan ke samping kanan kiri menjadikan sebuah tanda tanya bagi Kylie. Lalu selang beberapa detik kemudian tangan Alva terulur keatas dan melambai. Kylie menatap kearah dimana Alva melambaikan tangannya. Lalu datanglah sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan mereka. Kylie memandang suaminya penuh tanya bercampur penasaran Alva hanya membalasnya dengan tersenyum lalu membuka pintu mobil dan mempersilahkan istrinya untuk masuk ke dalam mobil. "Masuklah!"Kylie memandang suaminya seolah bertanya 'kau yakin?'Alva membalasnya dengan tersenyum, "untuk istri tercintaku, jadi masukla
"Al, kemarilah! Lihat pasirnya putih sekali." Seru Kylie dengan wajah sumringahnya. Kakinya menghentak diatas pasir itu sesekali bermain. Tak jarang tingkahnya menjadi sorotan oleh semua orang. Berbeda dengan Alva yang saat ini menekuk wajahnya. Bagaimana tidak, istri cantiknya itu memamerkan tubuhnya di bawah paparan sinar matahari. Yah, mereka saat ini tengah berada di sebuah pantai bernama Lake MacKenzie. "Al kemarilah dan temani aku. Kamu tega membiarkanku bermain sendiri." kesal Kylie karena merasa di abaikan oleh suaminya itu. Alva hanya melirik tidak minat. Niat ingin bermesraan dengan istrinya itu gagal karena pasir putih yang menarik seluruh perhatian Kylie. "Bermain saja sendiri aku tidak minat," ucapnya. "Baiklah terserah saja," abai Kylie. Ia nampak menikmati keindahan pasir putih itu. Mengabaikan suaminya yang terserang dongkol karena ucapan istrinya. Keindahan pasir putih itu memang menyorot penuh seluruh perhatiannya. Ia jadi teringat sewaktu bersama kakaknya du
Kylie keluar dari kamar mandi dan langsung duduk di meja rias depan cermin. Dia mengambil pengering rambut dan melepaskan handuk kecil di kepalanya lalu mulai mengeringkan rambutnya. Suatu kebiasaan yang sering dia lakukan sejak mengenal dunia kecantikan. Waktu itu umurnya masih lima tahun ketika melihat sang ibu melakukan hal ini di setiap keramas. Dibandingkan bermain Kylie lebih suka menirukan gaya ibunya. Mengingat masa kecilnya membuatnya lagi-lagi tersenyum. Kylie meletakkan pengering rambut pada tempatnya. Ia menatap dirinya di pantulan cermin di depannya. Tidak lama, kemudian tangannya mengambil sebuah cream dan mengusapnya di wajahnya. Kebiasaan rutin yang selalu Kylie lakukan. Tidak hanya pada wajah hingga ke bagian leher dan area punggung tangannya turut di berikan.Bel kamarnya berbunyi. Kylie beranjak dari duduknya manisnya. "Siapa?" tanyanya dari dalam. Tidak mungkin ia membukakan pintu begitu saja. Kylie adalah gadis yang sudah mempunyai suami, sangat tidak pantas j
Kylie terbangun, semalam dirinya begitu hanyut oleh untaian kata dari suaminya. "Namamu akan selalu berdetak disini mengikuti jantungku. Dan akan terus mengalir bersama darahku." Kalimat yang membuat dirinya terbangun seakan terus terngiang di kepalanya. Ia meraba sebuah tangan diatas perutnya. Mengelusnya kemudian menggenggam jarinya. Sesaat semuanya kembali hening begitupun dengan pikirannya.Apa yang harus kulakukan? Bisikan hati kecilnya tiba-tiba muncul.Ini salah! Dan Kylie tahu itu. Tidak, lebih tepatnya ini tidak boleh terjadi. Ia tidak mungkin mempunyai perasaan itu. Tangannya meraba dadanya, jantung ini selalu berdetak. Debarannya kembali terasa saat dirinya berada di pelukan suaminya. Kylie tau ia sudah mulai jatuh ke dalam neraka yang di buatnya, bahkan sebelum neraka itu di mulai."Ini tidak boleh terjadi... Tidak! Ini tidak boleh terjadi..." Kylie terus melafalkan kalimat tersebut berulang-ulang."Apa yang tidak boleh terjadi?"Rasa terkejut membuat tubuhnya bergetar.
Di sebuah kamar dua orang manusia tengah menghabiskan waktu dengan canda dan tawa yang menemani keseharian mereka. Seharian ini mereka menghabiskan waktu bersama. Senyum terus mengembang di bibir mereka. Menikmati waktu seperti ini adalah hal yang langkah. Namun, hal itu tidak membuat dua sejoli ini kehilangan ke romantisan. "Kau senang baby?" tanya Alvarez sambil memberikan kecupan manis di puncak gadis yang di panggil dengan sebutan baby. Baby adalah panggilan kesayangan Alvarez untuk gadis yang sudah menetap di hatinya, siapa lagi kalau bukan Kylie Victoria Houston. "Sangat senang," jawab Kylie antusias. Dirinya memeluk Alvarez begitu erat. Menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria itu. Alvarez yang mendapat perlakuan sedemikian rupa hanya tersenyum melihat tingkah laku manja dari gadisnya. Alvarez sangat menyukai saat gadis itu bermanja-manja dengannya. Menurutnya hal itu sangat lucu dan menggemaskan dalam waktu bersamaan. "Kau sangat menggemaskan, Baby," ucap Alvarez. "Ak
Pintu kamar terbuka menampilkan pria yang tengah memandang minat sang pujaan hati. Alvarez memerhatikan kekasihnya masih setia memejamkan mata. Tidak ingin bangun sepertinya, pikir Alva.Dia melangkahkan kakinya mendekati sang pujaan hati. Berhenti di tepi ranjang, Alva mendudukkan dirinya di samping gadis itu. Tangannya hendak terulur, menyingkirkan helaian rambut yang menghalangi wajah gadisnya. Namun, dia urungkan karena pergerakkan kecil yang dilakukan gadisnya.Alva mengira Kylie terbangun, tapi nyatanya tidak. Gadisnya itu hanya memperbaiki posisi tidurnya, membuatnya menjadi senyaman mungkin.Kekehan kecil tersungging di bibir Alva. Sungguh manis sekali melihat tingkah lucu gadisnya itu. Cukup lama Alva memandang wajah polos itu, dirinya menggeram ketika tatapan matanya beralih ke bibir ranum milik Kylie. Ingin sekali rasanya ia melumat bibir itu, membelitkan lidah mereka dan berbagi saliva bersama. Sungguh mesum sekali otakmu Alva, tutur batinnya.Lagi. Alva terkekeh kecil m
Hari ini mereka sudah siap untuk melakukan fitting baju pernikahan. Seperti biasa Alva memperlakukan Kylie–gadis kecilnya–seistimewa mungkin. Semua para wanita di luar sana pasti sangat merasa beruntung sekali jika mendapatkan seorang pria seperti Alva. Pria idaman yang sangat diinginkan oleh semua wanita di luar sana, tapi berbeda dengan Kylie. Gadis itu hanya memandang datar sedari tadi. Dirinya kini berdiri di depan kaca memandang lamat-lamat wajahnya sendiri. “Kau hanya mempunyai ragaku untuk pernikahan ini Alva, tapi tidak dengan hatiku. Sedari awal memang tidak pernah ada kata ‘kita’ di antara kau dan aku,” gumam Kylie. Bunyi gedoran pintu menyadarkan Kylie dari lamunannya. “Kau sudah selesai, Baby?” tanya Alva dari luar. “Ah, iyah. Sebentar lagi.” Kylie merapikan sedikit rambutnya dan memoleskan lipstik di sekitar bibirnya. Tidak terlalu tebal dan memberi kesan natural. Karena memang dasarnya bibir Kylie sudah berwarna pink. Jadi tidak ada alasan untuk membuatnya terlihat