Pintu kamar terbuka menampilkan pria yang tengah memandang minat sang pujaan hati. Alvarez memerhatikan kekasihnya masih setia memejamkan mata. Tidak ingin bangun sepertinya, pikir Alva.
Dia melangkahkan kakinya mendekati sang pujaan hati. Berhenti di tepi ranjang, Alva mendudukkan dirinya di samping gadis itu. Tangannya hendak terulur, menyingkirkan helaian rambut yang menghalangi wajah gadisnya. Namun, dia urungkan karena pergerakkan kecil yang dilakukan gadisnya. Alva mengira Kylie terbangun, tapi nyatanya tidak. Gadisnya itu hanya memperbaiki posisi tidurnya, membuatnya menjadi senyaman mungkin. Kekehan kecil tersungging di bibir Alva. Sungguh manis sekali melihat tingkah lucu gadisnya itu. Cukup lama Alva memandang wajah polos itu, dirinya menggeram ketika tatapan matanya beralih ke bibir ranum milik Kylie. Ingin sekali rasanya ia melumat bibir itu, membelitkan lidah mereka dan berbagi saliva bersama. Sungguh mesum sekali otakmu Alva, tutur batinnya. Lagi. Alva terkekeh kecil membayangkan otak mesumnya itu. Pasti akan terasa beda sekali jika pagi hari mereka diawali dengan bercinta. Alva menggeleng-gelengkan kepala. Dia kembali memandang wajah polos Kylie dalam tidurnya. “Wajahmu terlihat cantik, Baby. Bahkan dalam keadaan tidur pun kecantikanmu tidak pernah luntur. Betapa beruntungnya diriku yang sebentar lagi akan memilikimu seutuhnya,” gumam Alva di depan wajah Kylie. Seperti tidak ingin mengusik ketenangan tidur bidadarinya. Alva mengecup hangat kening Kylie lalu keluar. Saat itulah dua pasang mata yang sedari tadi terpejam kini terbuka. Dia mendengar semua pembicaraan dan perilaku laki-laki tadi di dalam tidurnya. Well, pagi-pagi sekali sebenarnya Kylie sudah terbangun. Hanya saja dirinya malas beranjak dari tempat tidur. Lebih tepatnya malas untuk bertemu calon suaminya. Aneh sekali. Saat ingin bangun untuk yang kedua kalinya, barulah Kylie hendak membuka pejaman matanya lantas terdengar bunyi suara pintu yang terbuka. Saat itulah semua pembicaraan Alvarez kepada dirinya secara samar serta cara Alvarez memperlakukan dirinya di dalam tidur, semua Kylie rasakan dalam keadaan sadar tanpa si pelaku mengetahuinya. “Kau tau Alvarez, kenyataannya semua terasa hampa bagiku,” gumam Kylie. Sorot matanya tidak memancarkan kebahagiaan tidak juga kesedihan. Hanya tatapan datar. Kylie beranjak dari tidurnya dan menghubungi seseorang. “Ada apa, Kylie?” tanya seseorang di seberang sana. “Alvarez. Pria itu sudah benar-benar jatuh di pelukanku,” jawab Kylie. “Kau sangat pintar, Kylie. Tidak salah aku memberikanmu tantangan ini. Kini sang mafia besar itu sudah tunduk di hadapanmu, lalu apa yang akan kau lakukan setelahnya?” “Entahlah, akibat ulahmu aku harus menghadapi sebuah tantangan besar yang ada di depan mata.” “Apa maksudmu?” “Sebuah pernikahan.” “What!! Are you serious!! Bagaimana bisa?” Terdengar pekikan keras dari ujung panggilan itu. Kylie bahkan harus menjauhkan ponsel dari telinganya suara melengking dari orang yang bicara padanya. “Bisa kau tidak berteriak. Nanti akan kujelaskan semuanya.” “Baiklah.” Lantas Kylie mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Kylie memilih keluar dari kamar. Sudah cukup dia mendekam di dalam kamarnya. Menuju dapur, Kylie dikejutkan oleh pelukan seseorang dari belakang. Siapa lagi kalau bukan Alvarez. “Sudah bangun, baby,” sapa Alvarez. Dengan tersenyum Kylie menjawab. “Kau mengagetkanku, Sayang,” ucap Kylie dengan senyum semanis mungkin membuat siapapun pasti akan terpesona melihatnya. Alva terlihat gemas akan tingkah Kylie. Dia pun menarik hidung Kylie hingga muncul semburat merah di hidungnya. “Kau sangat menggemaskan, Baby,” kata Alva. Bibir Kylie mengerucut yang terlihat semakin menggemaskan di mata Alva. “Kapan kamu datang?” tanya Kylie sambil membuat kopi karamel kesukaanya. “Pagi sekali.” jawab Alva. “Kenapa tidak membangunkanku?” “Bagaimana bisa aku sampai hati membangunkanmu yang terlihat nyenyak sekali tidur, Baby.” Kylie ber oh-ria. “Mau kubuatkan juga satu untukmu,” tawar Kylie. “Boleh, tapi rasa cappuccino.” Kylie mengangguk, kemudian tangannya membuatkan kopi untuk Alva. Alva tidak terlalu suka rasa karamel, berbeda dengan dirinya. Selesai membuat kopi Kylie membawanya ke sofa santai dekat pantry. “Bagaimana persiapannya?” tanya Kylie. “Tinggal sedikit lagi,” jawab Alva. Alva mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya. Di buku tersebut, terlihat gambaran beberapa gaun pengantin yang terlihat cantik dan elegan. Alva menunjukkannya kepada Kylie. “Bagaimana menurutmu?” “Bagus dan cantik,” ujar Kylie sambil membolak-balikkan lembaran buku tersebut. “Hari ini kita akan fitting baju pernikahan,” kata Alva. “Secepat itu?” “Yups, Baby. Setelah fitting kita akan langsung membeli cincin.” Kylie mangangguk-angguk. Dirinya tampak berpikir keras. “Pernikahan kita akan dilaksanakan dua minggu dari sekarang. Jadi bersiap-siaplah untuk itu,” ucap Alva. Melihat gadisnya diam tak bersuara, membuat Alvarez khawatir. “Baby, ada sesuatu yang terjadi?” tanya Alva cemas. Kylie nampak menggeleng, tapi hal itu tidak cukup membuat Alvarez percaya. Lantas dengan tindakan nekat, Kylie mengecup bibir manis Alva. “Percayalah, tidak ada sesuatu yang terjadi,” ucap Kylie menatap dalam manik mata milik Alva. Sementara Alva, mendapatkan aksi nekat dari gadisnya masih merasa terkejut. Walau tidak dipungkiri jika dia juga merasa bahagia dengan hal itu. “Kau rupanya sudah mulai nakal, Baby,” ucap Alva menyeringai. “Nakal. Nakal seperti apa maksudmu?” tanya Kylie dengan nada sensual. “Berhenti memancingku, Baby atau aku tidak menjamin akan berhenti setelahnya,” ancam Alva. “Aku tidak melakukan apa-apa, Honey. Jadi mengapa aku harus berhenti jika aku sendiri belum memulainya,” ucap Kylie mantap disertai dengan kedipan mata. “Baiklah, Baby. Karena kau sudah memancingku, maka jangan menyesal. Biar aku yang memulainya.” Tanpa menunggu respon dari lawan bicaranya, Alvarez segera menarik tengkuk Kylie, lalu membawanya ke dalam ciuman panas dan bergairah. Setidaknya untuk kali ini, Alva ingin melepas gairah yang sedari tadi di tahannya terhadap gadis itu. Kylie sendiri menyambutnya dengan terbuka. Lidah mereka saling bertukar saliva. Mengecap dalam-dalam dan mengeksplor segala yang berada didalamnya. Alva merebahkan Kylie ke sisi sofa tanpa melepaskan pagutan mereka. Tangan Kylie sendiri sudah di kalungkannya ke leher Alva. Mereka masih sama-sama saling mengecap satu sama lain. Cumbuan Alva beralih ke leher jenjang milik Kylie. Memberikan tanda kepemilikan di sana. Kylie mendesah tanpa bisa ditahan. Tidak begitu lama, Alva menyudahi aksinya. Napas mereka sama-sama naik turun, dan Alva mengakhirinya dengan ciuman singkat yang sudah menjadi kebiasaan di kening Kylie. “Aku masih berpikir jernih untuk berhenti, Baby. Karena aku tidak ingin melakukannya sebelum dirimu sudah sah menjadi milikku,” kata Alva. Dia menjauhkan tubuhnya dari Kylie. Merapikan sedikit kemejanya yang terlihat berantakan. “Bersiap-siaplah, Baby. Kita akan pergi ke butik hari ini,” ucap Alva kemudian beranjak dari duduknya. “Kamu mau ke mana?” tanya Kylie. “Karena dirimu, aku ingin menenangkan Alva junior terlebih dahulu,” jawab Alva santai lalu melenggang pergi. Kylie pun demikian. Dia bersiap-siap untuk pergi ke butik. Tanpa Kylie sadari jika apa yang dilakukannya bersama Alva tadi bukan hanya sebatas gairah semata. Itu sudah membuktikan jika dirinya pun telah jatuh dan larut ke dalam jurang yang dibuatnya sendiri. o0oHari ini mereka sudah siap untuk melakukan fitting baju pernikahan. Seperti biasa Alva memperlakukan Kylie–gadis kecilnya–seistimewa mungkin. Semua para wanita di luar sana pasti sangat merasa beruntung sekali jika mendapatkan seorang pria seperti Alva. Pria idaman yang sangat diinginkan oleh semua wanita di luar sana, tapi berbeda dengan Kylie. Gadis itu hanya memandang datar sedari tadi. Dirinya kini berdiri di depan kaca memandang lamat-lamat wajahnya sendiri. “Kau hanya mempunyai ragaku untuk pernikahan ini Alva, tapi tidak dengan hatiku. Sedari awal memang tidak pernah ada kata ‘kita’ di antara kau dan aku,” gumam Kylie. Bunyi gedoran pintu menyadarkan Kylie dari lamunannya. “Kau sudah selesai, Baby?” tanya Alva dari luar. “Ah, iyah. Sebentar lagi.” Kylie merapikan sedikit rambutnya dan memoleskan lipstik di sekitar bibirnya. Tidak terlalu tebal dan memberi kesan natural. Karena memang dasarnya bibir Kylie sudah berwarna pink. Jadi tidak ada alasan untuk membuatnya terlihat
Pernikahan yang dinanti-nanti oleh Alva kini sudah berada di depan mata. Bagi Kylie, pernikahan tersebut tidak ada artinya. Tidak akan ada cinta yang Kylie berikan di dalam pernikahan tersebut. Awalnya dirinya hendak bermain-main, tapi tidak ada yang menduga bukan? Jika permainannya malah berujung pada sesuatu yang sakral. Pernikahan namanya. Kylie memandang gaun pernikahan yang saat ini sudah berada di kamarnya. Dua hari lagi pernikahan akan berlangsung. Membuat gadis itu menghela napasnya.Apa lebih baik kabur? Pemikiran bodoh baginya jika hal itu benar-benar terjadi. Yang ada dirinya malah digantung oleh kakaknya–Matheus–karena berani melakukan hal bodoh tersebut.Lantas, bagaimana cara menghancurkan pernikahan tersebut? Sampai saat ini tidak ada jalan yang gadis itu temukan.“Baiklah, aku sendiri yang akan membuat Alvarez menderita dalam pernikahan ini. Pernikahan yang menyakitkan. Sudah lelah aku jika harus bersandiwara seperti ini terus,” ucap Kylie.Tidak lama kemudian ponselny
Ciuman Alva terasa kasar dan menyakitkan dalam waktu bersamaan. Kylie harus menopang tubuhnya sendiri dan membiarkan tubuh lainnya dikendalikan oleh Alva. Memberontak pun tak ada gunanya. Karena pria itu sedang dilanda oleh emosi. Lambat laun Kylie merasakan jika ciuman Alva mulai melembut seiring berjalannya waktu.Alva seperti tidak ingin melepaskan. Hingga akhirnya mau tidak mau Kylie jatuh kembali ke dalam jurang yang dibuatnya sendiri. Kylie membalas pagutan lembut yang diberikan Alva. Kylie terbuai oleh sentuhan Alva. Hatinya ingin menolak. Namun, tubuhnya berkata lain. Tubuh dan hatinya tidak bekerja sama. Mereka berjalan berlawanan arah.Alva melepaskan ciumannya saat dirasa cukup untuk melampiaskan emosi. Ia memandang wanita yang sebentar lagi menyandang status sebagai istrinya. Tinggal hitungan 2×24 jam maka status tersebut sudah tersemat untuk selamanya."Bisa kau jelaskan ke mana kau seharian ini, Baby? Kau membuatku khawatir. Telepon, chat, semuanya tidak kau balas. Bi
Hari pernikahan Alvarez dan Kylie telah tiba. Semua para tamu dibuat terkejut dengan tampang memuja dari mereka semua. Jika orang terkaya dan berada pasti akan mengadakan pesta menggelegar dan istimewa yang tentunya diadakan di gedung besar atau tempat mewah lainnya.Namun, lain halnya dengan pernikahan putri bungsu Romina dan Daniel Evans Houston. Pernikahan kali ini sukses membuat para awak media menyorotnya. Bagaimana tidak? Pernikahan tersebut dilaksanakan di alam terbuka yang berdominan warna hijau dan putih.Hiasannya terlihat istimewa dan memukau. Para tamu yang berdatangan. Baik rekan maupun kolega bisnis sangat-sangat memujinya."Kau benar-benar menggemparkan seluruh dunia Daniel. Aku tidak menyangka. Ini adalah kejutan besar buat dunia," kata rekan bisnis Daniel. Daniel tertawa menanggapi. Tidak hanya satu atau dua orang yang mengatakannya. Melainkan hampir seluruh yang berdatangan. Daniel sangat salut dengan keputusan Alva. Ia tidak menyangka jika laki-laki yang telah
Alvarez turun dari mobilnya. Ia membukakan pintu mobil untuk istrinya keluar. Alva benar-benar memperlakukan Kylie seperti halnya sebuah berlian. Mungkin wanita lain akan sangat terpana saat di perlakukan sedemikian rupa. Tapi untuk kesekian kalinya lagi perlakuan seperti iu sangat tidak berpengaruh oleh diri Kylie sendiri. Kylie tersenyum masam dalam hati muak dengan perlakuan pria yang berstatus suaminya itu. Rasanya ia ingin kabur melarikan diri daripada hidup dengan pria hasil jebakannya.Alvarez menggemgam tangan Kylie saat turun dari mobil. Saat tubuh Kylie telah berdiri dengan sempurna Alvarez merangkul pinggangnya memasuki rumah mereka."Selamat datang di rumah kita, baby." kata Alva.Kylie memasuki rumah mereka. Rumah yang terlihat sederhana tapi memberi kesan elegant bagi penglihatnya. Ekspresi kagum sempat Kylie tunjukka sebelum sebuah tangan kekar memeluk pinggangnya dari belakang."Kamu menyukainya, baby." Kylie mengangguk. Alvarez menjatuhkan wajahnya ke pundak Kylie. M
• Bagiku semuanya terasa hambar. Bahkan aku berinisiatif membuatmu menderita di dalam pernikahan ini.• Kylie Victoria Houston ××× Pagi menjelang yang dirasakan oleh sepasang pengantin baru ini berbeda saat pelupuk mata terbuka. Kehidupan yang dulu telah berubah 360 derajat. Pagi yang biasanya di lalui sendirian kini berganti menjadi sebuah kebersamaan. Tidak ada lagi yang namanya sendirian di dalam ikatan sakral sebuah pernikahan. Tidak adalagi kata aku dan orang lain di dalamnya. Yang ada adalah kata kita di dalamnya. Sebuah pernikahan adalah bentuk lembaran baru yang di bina dan dibangun bersama. Setiap orang selalu mendambakan dimana saat dirinya telah menikah. Bagaimana caranya ia mengurus rumah tangga dan lain sebagainya. Kylie Victoria Houston yang kini telah menyandang status 'Hulgo" di belakang namanya. Membuka mata dan merasakan perbedaan dari biasanya. Sebuah tangan kekar yang memeluk tubuhnya dari belakang. Sejak semalam tangan itu tidak pernah berpindah tempat. Selalu
Sejak kejadian panas di pagi hari itu menimbulkan sedikit perbedaan antara dua orang ini. Yang Satu memilih bersikap seperti biasa saja dan yang satunya memilih mengalihkan suasana agar tidak mengalami kecanggungan. Alva mencoba menetralisasikan suasana. Walaupun di dalam hatinya banyak sekali pertanyaan tentang kejadian tadi. Kejadian itu seolah-olah istrinya menolaknya secara tidak langsung. Tidak ingin berpikir negatif tentang apa yang sebenarnya terjadi, Alva memilih diam sembari tangannya membolak-balikan koran. Kylie datang dengan membawakan secangkir coffee untuk suaminya. "Coffee untukmu," ujarnya. Alva menerimanya dengan hangat. Merasakan kecanggungan yang terjadi antar keduanya Kylie memecahkan keheningan. "Maafkan aku," ucapnya pelan. Bahkan sangat pelan hingga nyaris seperti bisikan. Alva menatap istrinya aneh. Menyadarinya Kylie segera melanjutkan kembali ucapannya. "Kejadian pagi tadi, maafkan aku. Tidak seharusnya aku mendorongmu." Kylie tertunduk dalam. Hal itu me
Bagi Kylie memasak bukanlah hal yang sulit. Memasak baginya adalah hal yang mudah. Namun kenapa banyak sekali kaum wanita yang tidak suka dengan hal memasak. Seperti saat ini, gadis yang sudah berubah status menjadi istri itu tengah melakukan kewajibannya di dapur. Memasak makanan untuk dirinya dan suaminya. Usai tadi menyusun bahan belanjaanya ke dalam kulkas, sekarang waktunya untuk menyiapkan makanan. Di tengah kesibukannya suaminya datang, apalagi jika bukan untuk mengganggu kegiatannya. Entah bagaimana ceritanya hal ini sudah masuk ke dalam list pria itu setiap harinya. Alva datang dengab kedua tangan berada di saku kanan dan kiri celananya. Niat untuk mengganggu sekaligus menggoda istrinya malah dia yang tergoda dengan penampilan istrinya saat ini. Memakai baju santai selengan di sertai celana pendek diatas lutut. Belum lagi rambut panjangnya yang tergerai begitu saja. Kylie membalikkan tubuhnya kemudian bersitatap kepada suaminya.