• Bagiku semuanya terasa hambar. Bahkan aku berinisiatif membuatmu menderita di dalam pernikahan ini.• Kylie Victoria Houston
××× Pagi menjelang yang dirasakan oleh sepasang pengantin baru ini berbeda saat pelupuk mata terbuka. Kehidupan yang dulu telah berubah 360 derajat. Pagi yang biasanya di lalui sendirian kini berganti menjadi sebuah kebersamaan. Tidak ada lagi yang namanya sendirian di dalam ikatan sakral sebuah pernikahan. Tidak adalagi kata aku dan orang lain di dalamnya. Yang ada adalah kata kita di dalamnya. Sebuah pernikahan adalah bentuk lembaran baru yang di bina dan dibangun bersama. Setiap orang selalu mendambakan dimana saat dirinya telah menikah. Bagaimana caranya ia mengurus rumah tangga dan lain sebagainya. Kylie Victoria Houston yang kini telah menyandang status 'Hulgo" di belakang namanya. Membuka mata dan merasakan perbedaan dari biasanya. Sebuah tangan kekar yang memeluk tubuhnya dari belakang. Sejak semalam tangan itu tidak pernah berpindah tempat. Selalu begitu terus. Seperti tidak ada rasa lelah. Tapi apa peduli Kylie. Ia sama sekali tidak merasakan apa-apa dalam pernikahannya. Masih belum ada 24 jam pernikahannya bersama Alva. Tapi apa yang dirasakannya. Lagi-lagi kata 'hambar' mewakili semuanya. Sepasang tangan kekar masih setia memeluknya. Kepalanya semakin menyerukkan wajahnya ke cekuk lehernya. Jika kalian pikir semalam terjadi sesuatu kalian salah paham. Tidak ada kejadian yang biasa di alami oleh pengantin baru pada malam pertamanya. Kylie paham betul sejak semalam Alva meminta namun pria itu tidak mengucapkannya. Kylie tidak peduli. Toh itu penderitaan suaminya bukan dirinya. Perlahan tangan Kylie mencoba memindahkan tangan Alva dari perutnya. Tapi tidak sedikitpun tangan Alva bergerak. Bagaimana mau berpindah jika tangannya saja tidak bergerak. Dalam hati Kylie menggeram kesal. Kenapa susah sekali untuk membangunkan Alva dari tidurnga. Ralat. Bukan membangunkan melainkan bagaimana caranya Kylie lepas dari pelukan Alva. Sejak semalam posisi mereka tidak berubah sama sekali. Apa suaminya itu tidak merasa lelah? Kylie mencoba kembali. Berhasil. Alva bergerak tapi tidak menyingkirkan tangannya. Ia menggeliat dalam tidurnya. "Aku masih ingin begini. Rasanya nyaman." Ungkap Alva dengan suara seraknya khas orang bangun tidur. "Ini sudah pagi. Tidak baik kalau harus bangun siang." Memang benar. Kylie diajarkan oleh mom nya Romina untuk selalu membiasakan diri bangun pagi. Selelah apapun dia melakukan aktivitas di malam hari. Alva tersenyum mendengar penuturan Kylie. Dia benar-benar merasa beruntung telah memiliki Kylie menjadi pendamping hidupnya. Alva semakin mengeratkan pelukannya. Kemudian membalikkan tubuh istrinya menghadap penuh dirinya. "Morning, baby," sapanya di pagi hari seraya mengecup bibir istrinya. "Ini bahkan sudah hampir siang." "Aku tidak peduli. Mau pagi, siang, atau malam pun saat kedua mataku terbuka yang ku lihat hanyalah dirimu. Itu yang lebih penting." Alva menenggelamkan wajahnya di cekukan leher istrinya. Menghirup dalam aroma memabukkan yang kini menjadi candunya. "Pagi-pagi begini kamu sudah mereceh." "Biarin. Hanya untuk istriku." Kylie memutar bola matanya malas. "Bangunlah. Aku ingin membuat sarapan untuk kita." Alva menggeleng. "Tidak usah buat. Kita akan sarapan di luar." "Kalau begitu bangunlah." Alva menegakkan wajahnya menghadap sang istri. Kylie menatap aneh kearah suaminya. "Apa?" "Aku masih tidak percaya jika di depanku ini adalah bidadari." Kylie memutar bola matanya malas. Pagi-pagi ia sudah mendapatkan gombalan receh dari suaminya. Dengan kesal Kylie menjitak kepala suaminya untuk menyadarkannya. Alva meringis sakit sekaligus terkejut. "Awww. Kenapa memukul? Ini adalah bentuk kekerasan dalam rumah tangga." "Aku akan memukulmu untuk membangunkan suamiku yang masih nyenyak dari tidurnya." Alva terkekeh pelan melihat raut wajah istrinya. "Kenapa tertawa? Ada yang lucu?" Tanya Kylie sengit. Bukannya menjawab Alva kembali mengecup bibir istrinya. "Bibir ini tidak baik berkata kasar." Kylie terdiam tidak kembali menyela atau menanggapi. Detik itu gairah yang Alva pendam semalam kini ia curahkan kepada istrinya. Alva mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir istrinya. Kecupan lama yang berubah menjadi lumatan kecil dan pelan. Kylie sendiri tidak melawan ataupun menghindar. Ia membiarkan Alva menikmati bibirnya. Gigitan-gigitan kecil itu membuatnya mengerang dan melenguh. Kylie tidak sadar jika kedua tangannya telah mengalun di leher suaminya. Ciuman di pagi hari ini sungguh panas dan menggairahkan. Alva meneruskan aksinya sembari kedua tangannya mengelus lembut kulit mulus istrinya. Alva membuat gerakan memutar di perut istrinya lalu lambat laun naik dan menyentuh gunung kembar yang sedari tadi naik turun. Kylie jangan ditanya. Saat ini tubuhnya tidak mampu bekerja sama dengan akal sehatnya. Otaknya tidak bekerja. Dirinya sungguh terbuai ole kenikmatan. Saat tangan besar itu menyentuh luar payudaranya yang masih terbalut bra Kylie di bawa melayang ke langit ke tujuh. "Enghhh... Ahhhh.." Desahan tidak dapat dia hindarkan. Baik mata Alva dan Kylie saat ini benar-benar ditutupin oleh gairah yang mengguncah. Kylie bahkan melupakan janjinya untuk tidak membiarkan Alva menyentuh dirinya lebih jauh. Namun siapa yang dapat menghindar dari godaan saat dirimu telah merasakan kenikmatan tiada tara. Tangan Alva berhasil menyelinap ke dalam bra yang di kenakannya. Bra tersebut terangkat akibat tangan besarnya yang terus berusaha menerobos ke dalam. Alva menyentuh dua bulatan padat dengan satu tangannya. Ciumannya tidak terlepas bahkan semakin kasar dan menuntut. Mendengar erangan dari istrinya membuat Alva bersemangat. Tangannya semakin gencar untuk meremas dua bongkahan padat tersebut. "Ahhhh... Nghh.. Ahh..." Kylie melenguh halus merasakan tangan itu menyentuh payudaranya dengan gerakan seirama. Alva melepas ciumannya dan beralih menyusuri leher jenjang istrinya. Memberi tanda kepemilikan disana. Hisapan serta jilatan di lakukannya menghasilkan sensasi aneh yang dirasakan pada tubuh Kylie. "Ughhh...ahhhh... Nghhhh.." Kylie melengkungkan tubuhnya. Desahannya hampir saja tidak terkontrol saat tangan besar Alva yang bebas ikut meremas kedua payudaranya. "Ahhhh.... Pelanh..phelann..." ringisnya merasakan kekuatan remasan di payudaranya. Alva gelap mata. Gairah tidak bisa di tahannya lagi. Matanya menatap mata sang istri. "Aku tidak bisa menahannya lagi baby. Untuk menikmati dua benda kenyal ini." suara Alva serak akan gairah. Detik kemudian dia menurunkan wajahnya dan menghisap payudara Kylie dengan ganas dan kuat. "Aaaahhhh... Ahhhh.." Kylie menjerit sambil tangannya mencengkram seprai untuk mengalihkan rasa nikmat yang begitu dalam. Alva menghisap payudaranya layaknya bayi yang sedang menyusu. Begitu terus sembari berganti dengan payudara sebelahnya. Tangannya turut aktif tidak mau ketinggalan untuk meremas. Alva benar-benar membuat istrinya melayang. Permainannya benar-benar ahli. Kylie tidak kuat lagi selain terus mendesah, mendesah dan mendesah. Saat tangan itu menjalar ke bawah, seakan tersadar Kylie mendorong suaminya. Alva terkejut bukan main. Beruntung dirinya tidak sampai terjungkang ke belakang. Ia menatap istrinya dengan penuh tanya. Kylie tidak tau harus menjawab apa memilih untuk pergi ke kamar mandi dan mengurung dirinya di sana untuk sementara waktu. ×××Halo Semua 🥰 Aku sangat berharap jika kalian menyukai cerita ini. Terus dukung aku ya❤️
Sejak kejadian panas di pagi hari itu menimbulkan sedikit perbedaan antara dua orang ini. Yang Satu memilih bersikap seperti biasa saja dan yang satunya memilih mengalihkan suasana agar tidak mengalami kecanggungan. Alva mencoba menetralisasikan suasana. Walaupun di dalam hatinya banyak sekali pertanyaan tentang kejadian tadi. Kejadian itu seolah-olah istrinya menolaknya secara tidak langsung. Tidak ingin berpikir negatif tentang apa yang sebenarnya terjadi, Alva memilih diam sembari tangannya membolak-balikan koran. Kylie datang dengan membawakan secangkir coffee untuk suaminya. "Coffee untukmu," ujarnya. Alva menerimanya dengan hangat. Merasakan kecanggungan yang terjadi antar keduanya Kylie memecahkan keheningan. "Maafkan aku," ucapnya pelan. Bahkan sangat pelan hingga nyaris seperti bisikan. Alva menatap istrinya aneh. Menyadarinya Kylie segera melanjutkan kembali ucapannya. "Kejadian pagi tadi, maafkan aku. Tidak seharusnya aku mendorongmu." Kylie tertunduk dalam. Hal itu me
Bagi Kylie memasak bukanlah hal yang sulit. Memasak baginya adalah hal yang mudah. Namun kenapa banyak sekali kaum wanita yang tidak suka dengan hal memasak. Seperti saat ini, gadis yang sudah berubah status menjadi istri itu tengah melakukan kewajibannya di dapur. Memasak makanan untuk dirinya dan suaminya. Usai tadi menyusun bahan belanjaanya ke dalam kulkas, sekarang waktunya untuk menyiapkan makanan. Di tengah kesibukannya suaminya datang, apalagi jika bukan untuk mengganggu kegiatannya. Entah bagaimana ceritanya hal ini sudah masuk ke dalam list pria itu setiap harinya. Alva datang dengab kedua tangan berada di saku kanan dan kiri celananya. Niat untuk mengganggu sekaligus menggoda istrinya malah dia yang tergoda dengan penampilan istrinya saat ini. Memakai baju santai selengan di sertai celana pendek diatas lutut. Belum lagi rambut panjangnya yang tergerai begitu saja. Kylie membalikkan tubuhnya kemudian bersitatap kepada suaminya.
"Baby! Sayang! Honey! Cinta!!" Kylie memutar bola matanya jengah. "SAYANG! BABY!" Ini tidak bisa di biarkan. Kylie mulai menyerukan suaranya. "Aku disini sayang. Di belakang taman rumah." Tidak mendengar tanggapan suaminya, Kylie berpikir mungkinkah suaminya mendengarnya atau tidak. Tanda tanya di kepalanya akhirnya terjawab saat merasakan pelukan hangat dari belakang tubuhnya. Tubuhnya bersandar dan bersentuhan di dada bidang yang tegap dan kokoh. Siapa lagi pemiliknya jika bukan Alva, suaminya. "Pagi-pagi aku melihatmu tidak ada di sampingku. Rasanya duniaku runtuh." "Dan sekarang aku berada di pelukanmu." Alva terkekeh. "Sudah semestinya begitu. Kamu berada di pelukanku." "Ya..ya..ya., terserahlah." Kylie melepaskan pelukan suaminya. Tetapi Alva tidak membiarkannya begitu saja. Dia malah semakin mempererat pelukannya.
~Mansion's Houston~Segala persiapan bulan madu sudah di persiapkan. Mulai dari tiket, check-in hotel, dan keperluan mereka. Alva melarang istrinya membawa koper yang berisi terlalu banyak pakaian. Dengan alasan dia bisa membelinya nanti ketika di sana. Kabar bulan madu mereka sudah terdengar sampai keluarga Houston. Daniel dan istrinya, Romina tentu merasa sangat senang sekali. Mereka berharap bulan madu anak dan menantunya itu membuahkan hasil. Kylie sendiri memutar bola matanya malas melihat keambiusan mommy-nya."Mom berharap pulang dari kalian bulan madu langsung membawa kabar gembira untuk kita semua.""Mom!" seru Kylie penuh peringatan."Apa? Kenapa? Bukannya itu kan yang di lakukan saat berbulan madu? Membuat baby?" goda Romina kepada putri bungsunya."Mom, kak Edy saja belum brojol tapi mom sudah mengharapkan ke yang lain.""Apa salahnya? Mom hanya menerima bukan membuat. Tentu saja mom senang jika mendapatkan dua cucu s
Nikmatin lagunya yah guys😂Song : Ed Sheran-How would you feel❤❤~~~Penerbangan mereka jatuh pada malam hari. Usai melewati beberapa prosedur memasuki pesawat. Kylie bersama Alva tengah duduk nyaman di kursi kelas atas. Mereka akhirnya berangkat bulan madu sesuai perencanaan mereka. Alva memberitaunya jika tujuan bulan madu mereka adalah di sebuah pulau berada di Australia bernama Lake Mckenzie. Masih terngiang di ingatakan Kylie waktu ia mencari informasi tentang pulau tempat dimana mereka akan menikmati bulan madu.Lake McKenzie, AustraliaLake McKenzie adalah salah satu danau yang airnya murni berasal dari hujan. Tidak dialiri oleh sungai dan tak bermuara ke laut. Selain itu, pasir yang ada di dasar maupun di tepi danau berwarna putih, tidak hanya indah tapi juga lembut saat sedang bersama pasangan berjalan di atasnya. Danau ini juga dikenal memiliki perpaduan warna air biru dan hijau yang jernih serta mempesona. Sangat layak bagi
Perth International Terminal, nama terpajang besar saat mereka menginjakkan kaki di Ausralia. Alvarez mengandeng tangan istrinya Kylie selama perjalanan. Kylie yang bergelayut manja di lengan suaminya. Dan Alva yang setia merangkul pinggang rampinh istrinya membuat mereka tanpa sengaja telah menjadi sorotan pasang mata yang berlalu lalang itudi sekitar.Alvarez berhenti tepat di pinggir jalan, matanya celingukan ke samping kanan kiri menjadikan sebuah tanda tanya bagi Kylie. Lalu selang beberapa detik kemudian tangan Alva terulur keatas dan melambai. Kylie menatap kearah dimana Alva melambaikan tangannya. Lalu datanglah sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan mereka. Kylie memandang suaminya penuh tanya bercampur penasaran Alva hanya membalasnya dengan tersenyum lalu membuka pintu mobil dan mempersilahkan istrinya untuk masuk ke dalam mobil. "Masuklah!"Kylie memandang suaminya seolah bertanya 'kau yakin?'Alva membalasnya dengan tersenyum, "untuk istri tercintaku, jadi masukla
"Al, kemarilah! Lihat pasirnya putih sekali." Seru Kylie dengan wajah sumringahnya. Kakinya menghentak diatas pasir itu sesekali bermain. Tak jarang tingkahnya menjadi sorotan oleh semua orang. Berbeda dengan Alva yang saat ini menekuk wajahnya. Bagaimana tidak, istri cantiknya itu memamerkan tubuhnya di bawah paparan sinar matahari. Yah, mereka saat ini tengah berada di sebuah pantai bernama Lake MacKenzie. "Al kemarilah dan temani aku. Kamu tega membiarkanku bermain sendiri." kesal Kylie karena merasa di abaikan oleh suaminya itu. Alva hanya melirik tidak minat. Niat ingin bermesraan dengan istrinya itu gagal karena pasir putih yang menarik seluruh perhatian Kylie. "Bermain saja sendiri aku tidak minat," ucapnya. "Baiklah terserah saja," abai Kylie. Ia nampak menikmati keindahan pasir putih itu. Mengabaikan suaminya yang terserang dongkol karena ucapan istrinya. Keindahan pasir putih itu memang menyorot penuh seluruh perhatiannya. Ia jadi teringat sewaktu bersama kakaknya du
Kylie keluar dari kamar mandi dan langsung duduk di meja rias depan cermin. Dia mengambil pengering rambut dan melepaskan handuk kecil di kepalanya lalu mulai mengeringkan rambutnya. Suatu kebiasaan yang sering dia lakukan sejak mengenal dunia kecantikan. Waktu itu umurnya masih lima tahun ketika melihat sang ibu melakukan hal ini di setiap keramas. Dibandingkan bermain Kylie lebih suka menirukan gaya ibunya. Mengingat masa kecilnya membuatnya lagi-lagi tersenyum. Kylie meletakkan pengering rambut pada tempatnya. Ia menatap dirinya di pantulan cermin di depannya. Tidak lama, kemudian tangannya mengambil sebuah cream dan mengusapnya di wajahnya. Kebiasaan rutin yang selalu Kylie lakukan. Tidak hanya pada wajah hingga ke bagian leher dan area punggung tangannya turut di berikan.Bel kamarnya berbunyi. Kylie beranjak dari duduknya manisnya. "Siapa?" tanyanya dari dalam. Tidak mungkin ia membukakan pintu begitu saja. Kylie adalah gadis yang sudah mempunyai suami, sangat tidak pantas j