Share

Bab 3

Pernikahan yang dinanti-nanti oleh Alva kini sudah berada di depan mata. Bagi Kylie, pernikahan tersebut tidak ada artinya. Tidak akan ada cinta yang Kylie berikan di dalam pernikahan tersebut. Awalnya dirinya hendak bermain-main, tapi tidak ada yang menduga bukan? Jika permainannya malah berujung pada sesuatu yang sakral. Pernikahan namanya. Kylie memandang gaun pernikahan yang saat ini sudah berada di kamarnya. Dua hari lagi pernikahan akan berlangsung. Membuat gadis itu menghela napasnya.

Apa lebih baik kabur? Pemikiran bodoh baginya jika hal itu benar-benar terjadi. Yang ada dirinya malah digantung oleh kakaknya–Matheus–karena berani melakukan hal bodoh tersebut.

Lantas, bagaimana cara menghancurkan pernikahan tersebut? Sampai saat ini tidak ada jalan yang gadis itu temukan.

“Baiklah, aku sendiri yang akan membuat Alvarez menderita dalam pernikahan ini. Pernikahan yang menyakitkan. Sudah lelah aku jika harus bersandiwara seperti ini terus,” ucap Kylie.

Tidak lama kemudian ponselnya bergetar, tanda pesan masuk. Kylie membukanya dan melihat sebuah alamat yang dikirimkan oleh pengirim pesan.

“Baguslah jika wanita itu sudah datang. Aku akan pergi menemuinya.”

Kylie beranjak berdiri dan keluar dari kamarnya.

Di ruang tamu terlihat mommynya dan kakak iparnya Edymar tengah menikmati buah segar.

“Wah sepertinya ada calon pengantin di antara kita,” celetuk Romina membuat Edymar terkekeh pelan.

“Mom!” panggil Kylie dengan nada di buat tinggi.

“Oke, maafkan mommy, Sayang. Kau mau ke mana sudah siap begini.”

“Aku akan bertemu dengan teman Mom. Dia baru datang dari luar negri,” jelas Kylie.

Romina mengangguk mengerti. Kylie langsung mendekati kakak iparnya yang tengah mengandung tersebut.

“Baik-baik di dalam sana little baby. Aunty akan pergi sebentar,” pamit Kylie dan memberikan kecupan di perut Edymar. Membuat wanita itu merasakan kehangatan.

“Aku pamit dulu, Kakak ipar, Mom,” kata Kylie dan memberikan kecupan di pipi Edymar dan Romina.

“Dah semua!”

Romina menggeleng-geleng melihat tingkah putri satu-satunya itu.

“Sifatnya tidak jauh beda dari Math,” ucap Edymar.

Romina mengangguk setuju. “Yah. Mereka mewarisi sifatnya Daniel. Hampir keseluruhan., dan itu selalu membuat mom merasakan apa mereka itu anaknya mom? Tidak ada satu pun sifat dari mereka mewarisi sifat mom,” keluh Romina.

“Kau salah, Mom. Mereka mewarisi sisi kelembutan dari dirimu. Seperti tadi contohnya,” ucap Edymar.

Romina tertawa. “Putraku memang tidak salah mencarikan menantu untukku.

“Kau membuatku tersanjung, Mom.”

Kedua wanita itu tertawa lalu melanjutkan memakan buah-buahan yang berada di atas meja.

***

Kylie saat ini berada di Il Caffe. Sebuah kafe yang letaknya tak jauh dari jalan raya. Di dalam sana sudah ada temannya yang tengah menunggu sambil menikmati secangkir kopi di tangannya.

“Hai, Meg!” sapa Kylie.

Orang yang dipanggil itu pun menoleh. Dia adalah Megan Jovanka. Dari temannya itulah Kylie ditantang untuk menaklukkan pria bernama Alvarez William Hulgo. Seorang mafia sekaligus pengedar narkoba untuk tunduk di bawah pesonanya. Dan berujung seperti ini.

Megan berdiri dan memeluk temannya itu. “How are you Kylie. Aku sungguh merindukanmu.” Ucap Megan.

“Aku juga merindukanmu Megan. Kapan kau datang?”

“Semalam dan aku menginap di hotel yang letaknya tak jauh dari sini. Duduklah.” Kylie pun duduk di hadapan Megan.

“Kau ingin ku pesan kan minum?”

“Pesankan saja aku sama seperti mu.”

“Baiklah!”

Megan segera memesankan secangkir kopi yang sama seperti punyanya, yaitu cappuccino.

“Jadi bagaimana? Bisa kau ceritakan kronologisnya kepadaku hingga menjadi seperti ini.”

Kylie menarik napasnya pelan. Lalu menceritakan segalanya tanpa ada yang ditambahkan atau pun dikurangkan. Mulai dari awal pertemuan Kylie dengan Alva di Bandara. Kejadian penyekapan, hingga asmara yang memerlukan banyak pengorbanan, dan terakhir adalah persiapan pernikahan yang tinggal menghitung jam.

“What!! Are you kidding me!!” pekik Megan nyaris tidak percaya.

“Aku tidak bercanda Meg. Dalam 2×24 jam aku sudah melepas masa lajang dan menggunakan nama Hulgo di belakang namaku,” ujar Kylie. Gadis itu menarik napasnya panjang dengan semua masalah yang ada.

Melihatnya, hati Megan terasa diremas. Karena tantangan darinya, Kylie mengalami kejadian seperti ini.

“I am so sorry Kylie. Aku tidak menyangka jika ulahku dalam tantangan itu malah menarikmu jauh dari luar logikaku.”

“Sudahlah Megan. Tidak apa-apa. Nasi juga sudah menjadi bubur. Tidak mungkin juga untuk ku lari dari kenyataan ini. Semuanya sudah terjadi. Dan waktu tidak bisa di putar ulang bukan. Menurutku pernikahan tanpa cinta itu tidak masalah,” ucap Kylie.

“Aku ingin memberikan kartu undangan untuk pernikahanku. Datanglah! Aku menunggu kehadiranmu.”

“Aku pasti akan datang Kylie, Pasti.”

Kylie mengangguk. Dia beranjak dari duduknya.

“Maafkan aku karena tidak bisa menemanimu lama-lama di sini. Ingat! Kau janji harus datang. Jika kau tidak datang, aku tidak akan segan-segan membakar hotel tempatmu menginap.”

Megan mendengus. “Aku janji akan datang. Tidak perlu repot-repot untuk membakar hotel tempatku menginap,” balas Megan.

Kylie tertawa. “Just kidding. Baiklah! Aku pamit kalau begitu,” ucapnya sambil memeluk Megan erat.

“Ka.u mem-buat-ku sesak, Kylie.”

Kylie langsung melepaskan pelukannya dan memperlihatkan cengirannya. Selalu seperti itu.

Di luar sana Alva lelah mondar-mandir ke sana ke sini. Seharian ini calon istrinya sama sekali tidak memberi kabar. Bukannya apa? Hanya saja rasa kekhawatiran Alva berlipat ganda. Pernikahan mereka tinggal menjelang dua hari lagi, dan Alva tidak ingin terjadi sesuatu terhadap calon istrinya tersebut. Mendapat kabar jika Kylie pergi keluar untuk menemui temannya, semakin membuat Alva cemas.

Bagaimana jika terjadi sesuatu pada calon istrinya? Alva tidak akan pernah memaafkan dirinya jika itu sampai terjadi.

Dengan langkah lebar Alva mengambil kunci mobilnya dan berinisiatif untuk mencari dan menjemput calon istrinya. Tidak peduli jika Alva harus harus mencarinya sampai ke ujung dunia sekalipun, asal dia menemukan belahan jiwanya tersebut mengapa tidak.

Alva mulai menyusuri sepanjang jalan dengan menggunakan mobilnya. Matahari mulai terbenam dan itu tandanya sebentar lagi mulai gelap. Alva semakin gelisah karena tidak menemukan keberadaan gadisnya.

“Kau di mana, Baby? Aku bersumpah akan menghukummu karena sudah membuatku khawatir,” geram Alva.

Sudah berjam-jam dia mencari. Namun, hasilnya nihil. Alva menepikan mobilnya. Dia hendak menelpon Hector untuk mencari keberadaan Kylie. Belum sempat Alva melakukannya, dari kejauhan matanya melihat seorang gadis yang tak lain dan tak bukan adalah Kylie berada di pinggir toko bunga sedang mengamati bunga-bunga yang berada di toko tersebut.

Mata Alva tiba-tiba menatap nyalang melihat gadisnya. Bukan karena ulahnya yang tidak memberi kabar seharian, tapi lebih besar dari itu. Yaitu cara gadis itu berpakaian.

Menggunakan celana jeans. Well, bukan celana itu yang jadi permasalahannya. Melainkan bajunya yang berbentuk crop memperlihatkan tali pusarnya dan atasan yang terbuka menampakkan belahan dada. Terlebih baju itu berwarna merah cerah yang kontras dengan warna kulitnya. Lantas dengan wajah penuh amarah dan gigi bergemeletuk menahan geraman, Alva turun dari mobil. Tidak butuh waktu lama untuknya menyeret gadis itu dari toko bunga tersebut. Alva merasakan keterkejutan dari Kylie, tapi dia tidak peduli. Sampai di depan mobil, Alva segera mendorong Kylie masuk ke mobil begitu pun dirinya.

Belum sempat gadis itu protes, Alva sudah mencium Kylie dengan membabi buta.

o0o

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status