Pernikahan yang dinanti-nanti oleh Alva kini sudah berada di depan mata. Bagi Kylie, pernikahan tersebut tidak ada artinya. Tidak akan ada cinta yang Kylie berikan di dalam pernikahan tersebut. Awalnya dirinya hendak bermain-main, tapi tidak ada yang menduga bukan? Jika permainannya malah berujung pada sesuatu yang sakral. Pernikahan namanya. Kylie memandang gaun pernikahan yang saat ini sudah berada di kamarnya. Dua hari lagi pernikahan akan berlangsung. Membuat gadis itu menghela napasnya.
Apa lebih baik kabur? Pemikiran bodoh baginya jika hal itu benar-benar terjadi. Yang ada dirinya malah digantung oleh kakaknya–Matheus–karena berani melakukan hal bodoh tersebut. Lantas, bagaimana cara menghancurkan pernikahan tersebut? Sampai saat ini tidak ada jalan yang gadis itu temukan. “Baiklah, aku sendiri yang akan membuat Alvarez menderita dalam pernikahan ini. Pernikahan yang menyakitkan. Sudah lelah aku jika harus bersandiwara seperti ini terus,” ucap Kylie. Tidak lama kemudian ponselnya bergetar, tanda pesan masuk. Kylie membukanya dan melihat sebuah alamat yang dikirimkan oleh pengirim pesan. “Baguslah jika wanita itu sudah datang. Aku akan pergi menemuinya.” Kylie beranjak berdiri dan keluar dari kamarnya. Di ruang tamu terlihat mommynya dan kakak iparnya Edymar tengah menikmati buah segar. “Wah sepertinya ada calon pengantin di antara kita,” celetuk Romina membuat Edymar terkekeh pelan. “Mom!” panggil Kylie dengan nada di buat tinggi. “Oke, maafkan mommy, Sayang. Kau mau ke mana sudah siap begini.” “Aku akan bertemu dengan teman Mom. Dia baru datang dari luar negri,” jelas Kylie. Romina mengangguk mengerti. Kylie langsung mendekati kakak iparnya yang tengah mengandung tersebut. “Baik-baik di dalam sana little baby. Aunty akan pergi sebentar,” pamit Kylie dan memberikan kecupan di perut Edymar. Membuat wanita itu merasakan kehangatan. “Aku pamit dulu, Kakak ipar, Mom,” kata Kylie dan memberikan kecupan di pipi Edymar dan Romina. “Dah semua!” Romina menggeleng-geleng melihat tingkah putri satu-satunya itu. “Sifatnya tidak jauh beda dari Math,” ucap Edymar. Romina mengangguk setuju. “Yah. Mereka mewarisi sifatnya Daniel. Hampir keseluruhan., dan itu selalu membuat mom merasakan apa mereka itu anaknya mom? Tidak ada satu pun sifat dari mereka mewarisi sifat mom,” keluh Romina. “Kau salah, Mom. Mereka mewarisi sisi kelembutan dari dirimu. Seperti tadi contohnya,” ucap Edymar. Romina tertawa. “Putraku memang tidak salah mencarikan menantu untukku. “Kau membuatku tersanjung, Mom.” Kedua wanita itu tertawa lalu melanjutkan memakan buah-buahan yang berada di atas meja. *** Kylie saat ini berada di Il Caffe. Sebuah kafe yang letaknya tak jauh dari jalan raya. Di dalam sana sudah ada temannya yang tengah menunggu sambil menikmati secangkir kopi di tangannya. “Hai, Meg!” sapa Kylie. Orang yang dipanggil itu pun menoleh. Dia adalah Megan Jovanka. Dari temannya itulah Kylie ditantang untuk menaklukkan pria bernama Alvarez William Hulgo. Seorang mafia sekaligus pengedar narkoba untuk tunduk di bawah pesonanya. Dan berujung seperti ini. Megan berdiri dan memeluk temannya itu. “How are you Kylie. Aku sungguh merindukanmu.” Ucap Megan. “Aku juga merindukanmu Megan. Kapan kau datang?” “Semalam dan aku menginap di hotel yang letaknya tak jauh dari sini. Duduklah.” Kylie pun duduk di hadapan Megan. “Kau ingin ku pesan kan minum?” “Pesankan saja aku sama seperti mu.” “Baiklah!” Megan segera memesankan secangkir kopi yang sama seperti punyanya, yaitu cappuccino. “Jadi bagaimana? Bisa kau ceritakan kronologisnya kepadaku hingga menjadi seperti ini.” Kylie menarik napasnya pelan. Lalu menceritakan segalanya tanpa ada yang ditambahkan atau pun dikurangkan. Mulai dari awal pertemuan Kylie dengan Alva di Bandara. Kejadian penyekapan, hingga asmara yang memerlukan banyak pengorbanan, dan terakhir adalah persiapan pernikahan yang tinggal menghitung jam. “What!! Are you kidding me!!” pekik Megan nyaris tidak percaya. “Aku tidak bercanda Meg. Dalam 2×24 jam aku sudah melepas masa lajang dan menggunakan nama Hulgo di belakang namaku,” ujar Kylie. Gadis itu menarik napasnya panjang dengan semua masalah yang ada. Melihatnya, hati Megan terasa diremas. Karena tantangan darinya, Kylie mengalami kejadian seperti ini. “I am so sorry Kylie. Aku tidak menyangka jika ulahku dalam tantangan itu malah menarikmu jauh dari luar logikaku.” “Sudahlah Megan. Tidak apa-apa. Nasi juga sudah menjadi bubur. Tidak mungkin juga untuk ku lari dari kenyataan ini. Semuanya sudah terjadi. Dan waktu tidak bisa di putar ulang bukan. Menurutku pernikahan tanpa cinta itu tidak masalah,” ucap Kylie. “Aku ingin memberikan kartu undangan untuk pernikahanku. Datanglah! Aku menunggu kehadiranmu.” “Aku pasti akan datang Kylie, Pasti.” Kylie mengangguk. Dia beranjak dari duduknya. “Maafkan aku karena tidak bisa menemanimu lama-lama di sini. Ingat! Kau janji harus datang. Jika kau tidak datang, aku tidak akan segan-segan membakar hotel tempatmu menginap.” Megan mendengus. “Aku janji akan datang. Tidak perlu repot-repot untuk membakar hotel tempatku menginap,” balas Megan. Kylie tertawa. “Just kidding. Baiklah! Aku pamit kalau begitu,” ucapnya sambil memeluk Megan erat. “Ka.u mem-buat-ku sesak, Kylie.” Kylie langsung melepaskan pelukannya dan memperlihatkan cengirannya. Selalu seperti itu. Di luar sana Alva lelah mondar-mandir ke sana ke sini. Seharian ini calon istrinya sama sekali tidak memberi kabar. Bukannya apa? Hanya saja rasa kekhawatiran Alva berlipat ganda. Pernikahan mereka tinggal menjelang dua hari lagi, dan Alva tidak ingin terjadi sesuatu terhadap calon istrinya tersebut. Mendapat kabar jika Kylie pergi keluar untuk menemui temannya, semakin membuat Alva cemas. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada calon istrinya? Alva tidak akan pernah memaafkan dirinya jika itu sampai terjadi. Dengan langkah lebar Alva mengambil kunci mobilnya dan berinisiatif untuk mencari dan menjemput calon istrinya. Tidak peduli jika Alva harus harus mencarinya sampai ke ujung dunia sekalipun, asal dia menemukan belahan jiwanya tersebut mengapa tidak. Alva mulai menyusuri sepanjang jalan dengan menggunakan mobilnya. Matahari mulai terbenam dan itu tandanya sebentar lagi mulai gelap. Alva semakin gelisah karena tidak menemukan keberadaan gadisnya. “Kau di mana, Baby? Aku bersumpah akan menghukummu karena sudah membuatku khawatir,” geram Alva. Sudah berjam-jam dia mencari. Namun, hasilnya nihil. Alva menepikan mobilnya. Dia hendak menelpon Hector untuk mencari keberadaan Kylie. Belum sempat Alva melakukannya, dari kejauhan matanya melihat seorang gadis yang tak lain dan tak bukan adalah Kylie berada di pinggir toko bunga sedang mengamati bunga-bunga yang berada di toko tersebut. Mata Alva tiba-tiba menatap nyalang melihat gadisnya. Bukan karena ulahnya yang tidak memberi kabar seharian, tapi lebih besar dari itu. Yaitu cara gadis itu berpakaian. Menggunakan celana jeans. Well, bukan celana itu yang jadi permasalahannya. Melainkan bajunya yang berbentuk crop memperlihatkan tali pusarnya dan atasan yang terbuka menampakkan belahan dada. Terlebih baju itu berwarna merah cerah yang kontras dengan warna kulitnya. Lantas dengan wajah penuh amarah dan gigi bergemeletuk menahan geraman, Alva turun dari mobil. Tidak butuh waktu lama untuknya menyeret gadis itu dari toko bunga tersebut. Alva merasakan keterkejutan dari Kylie, tapi dia tidak peduli. Sampai di depan mobil, Alva segera mendorong Kylie masuk ke mobil begitu pun dirinya. Belum sempat gadis itu protes, Alva sudah mencium Kylie dengan membabi buta. o0oCiuman Alva terasa kasar dan menyakitkan dalam waktu bersamaan. Kylie harus menopang tubuhnya sendiri dan membiarkan tubuh lainnya dikendalikan oleh Alva. Memberontak pun tak ada gunanya. Karena pria itu sedang dilanda oleh emosi. Lambat laun Kylie merasakan jika ciuman Alva mulai melembut seiring berjalannya waktu.Alva seperti tidak ingin melepaskan. Hingga akhirnya mau tidak mau Kylie jatuh kembali ke dalam jurang yang dibuatnya sendiri. Kylie membalas pagutan lembut yang diberikan Alva. Kylie terbuai oleh sentuhan Alva. Hatinya ingin menolak. Namun, tubuhnya berkata lain. Tubuh dan hatinya tidak bekerja sama. Mereka berjalan berlawanan arah.Alva melepaskan ciumannya saat dirasa cukup untuk melampiaskan emosi. Ia memandang wanita yang sebentar lagi menyandang status sebagai istrinya. Tinggal hitungan 2×24 jam maka status tersebut sudah tersemat untuk selamanya."Bisa kau jelaskan ke mana kau seharian ini, Baby? Kau membuatku khawatir. Telepon, chat, semuanya tidak kau balas. Bi
Hari pernikahan Alvarez dan Kylie telah tiba. Semua para tamu dibuat terkejut dengan tampang memuja dari mereka semua. Jika orang terkaya dan berada pasti akan mengadakan pesta menggelegar dan istimewa yang tentunya diadakan di gedung besar atau tempat mewah lainnya.Namun, lain halnya dengan pernikahan putri bungsu Romina dan Daniel Evans Houston. Pernikahan kali ini sukses membuat para awak media menyorotnya. Bagaimana tidak? Pernikahan tersebut dilaksanakan di alam terbuka yang berdominan warna hijau dan putih.Hiasannya terlihat istimewa dan memukau. Para tamu yang berdatangan. Baik rekan maupun kolega bisnis sangat-sangat memujinya."Kau benar-benar menggemparkan seluruh dunia Daniel. Aku tidak menyangka. Ini adalah kejutan besar buat dunia," kata rekan bisnis Daniel. Daniel tertawa menanggapi. Tidak hanya satu atau dua orang yang mengatakannya. Melainkan hampir seluruh yang berdatangan. Daniel sangat salut dengan keputusan Alva. Ia tidak menyangka jika laki-laki yang telah
Alvarez turun dari mobilnya. Ia membukakan pintu mobil untuk istrinya keluar. Alva benar-benar memperlakukan Kylie seperti halnya sebuah berlian. Mungkin wanita lain akan sangat terpana saat di perlakukan sedemikian rupa. Tapi untuk kesekian kalinya lagi perlakuan seperti iu sangat tidak berpengaruh oleh diri Kylie sendiri. Kylie tersenyum masam dalam hati muak dengan perlakuan pria yang berstatus suaminya itu. Rasanya ia ingin kabur melarikan diri daripada hidup dengan pria hasil jebakannya.Alvarez menggemgam tangan Kylie saat turun dari mobil. Saat tubuh Kylie telah berdiri dengan sempurna Alvarez merangkul pinggangnya memasuki rumah mereka."Selamat datang di rumah kita, baby." kata Alva.Kylie memasuki rumah mereka. Rumah yang terlihat sederhana tapi memberi kesan elegant bagi penglihatnya. Ekspresi kagum sempat Kylie tunjukka sebelum sebuah tangan kekar memeluk pinggangnya dari belakang."Kamu menyukainya, baby." Kylie mengangguk. Alvarez menjatuhkan wajahnya ke pundak Kylie. M
• Bagiku semuanya terasa hambar. Bahkan aku berinisiatif membuatmu menderita di dalam pernikahan ini.• Kylie Victoria Houston ××× Pagi menjelang yang dirasakan oleh sepasang pengantin baru ini berbeda saat pelupuk mata terbuka. Kehidupan yang dulu telah berubah 360 derajat. Pagi yang biasanya di lalui sendirian kini berganti menjadi sebuah kebersamaan. Tidak ada lagi yang namanya sendirian di dalam ikatan sakral sebuah pernikahan. Tidak adalagi kata aku dan orang lain di dalamnya. Yang ada adalah kata kita di dalamnya. Sebuah pernikahan adalah bentuk lembaran baru yang di bina dan dibangun bersama. Setiap orang selalu mendambakan dimana saat dirinya telah menikah. Bagaimana caranya ia mengurus rumah tangga dan lain sebagainya. Kylie Victoria Houston yang kini telah menyandang status 'Hulgo" di belakang namanya. Membuka mata dan merasakan perbedaan dari biasanya. Sebuah tangan kekar yang memeluk tubuhnya dari belakang. Sejak semalam tangan itu tidak pernah berpindah tempat. Selalu
Sejak kejadian panas di pagi hari itu menimbulkan sedikit perbedaan antara dua orang ini. Yang Satu memilih bersikap seperti biasa saja dan yang satunya memilih mengalihkan suasana agar tidak mengalami kecanggungan. Alva mencoba menetralisasikan suasana. Walaupun di dalam hatinya banyak sekali pertanyaan tentang kejadian tadi. Kejadian itu seolah-olah istrinya menolaknya secara tidak langsung. Tidak ingin berpikir negatif tentang apa yang sebenarnya terjadi, Alva memilih diam sembari tangannya membolak-balikan koran. Kylie datang dengan membawakan secangkir coffee untuk suaminya. "Coffee untukmu," ujarnya. Alva menerimanya dengan hangat. Merasakan kecanggungan yang terjadi antar keduanya Kylie memecahkan keheningan. "Maafkan aku," ucapnya pelan. Bahkan sangat pelan hingga nyaris seperti bisikan. Alva menatap istrinya aneh. Menyadarinya Kylie segera melanjutkan kembali ucapannya. "Kejadian pagi tadi, maafkan aku. Tidak seharusnya aku mendorongmu." Kylie tertunduk dalam. Hal itu me
Bagi Kylie memasak bukanlah hal yang sulit. Memasak baginya adalah hal yang mudah. Namun kenapa banyak sekali kaum wanita yang tidak suka dengan hal memasak. Seperti saat ini, gadis yang sudah berubah status menjadi istri itu tengah melakukan kewajibannya di dapur. Memasak makanan untuk dirinya dan suaminya. Usai tadi menyusun bahan belanjaanya ke dalam kulkas, sekarang waktunya untuk menyiapkan makanan. Di tengah kesibukannya suaminya datang, apalagi jika bukan untuk mengganggu kegiatannya. Entah bagaimana ceritanya hal ini sudah masuk ke dalam list pria itu setiap harinya. Alva datang dengab kedua tangan berada di saku kanan dan kiri celananya. Niat untuk mengganggu sekaligus menggoda istrinya malah dia yang tergoda dengan penampilan istrinya saat ini. Memakai baju santai selengan di sertai celana pendek diatas lutut. Belum lagi rambut panjangnya yang tergerai begitu saja. Kylie membalikkan tubuhnya kemudian bersitatap kepada suaminya.
"Baby! Sayang! Honey! Cinta!!" Kylie memutar bola matanya jengah. "SAYANG! BABY!" Ini tidak bisa di biarkan. Kylie mulai menyerukan suaranya. "Aku disini sayang. Di belakang taman rumah." Tidak mendengar tanggapan suaminya, Kylie berpikir mungkinkah suaminya mendengarnya atau tidak. Tanda tanya di kepalanya akhirnya terjawab saat merasakan pelukan hangat dari belakang tubuhnya. Tubuhnya bersandar dan bersentuhan di dada bidang yang tegap dan kokoh. Siapa lagi pemiliknya jika bukan Alva, suaminya. "Pagi-pagi aku melihatmu tidak ada di sampingku. Rasanya duniaku runtuh." "Dan sekarang aku berada di pelukanmu." Alva terkekeh. "Sudah semestinya begitu. Kamu berada di pelukanku." "Ya..ya..ya., terserahlah." Kylie melepaskan pelukan suaminya. Tetapi Alva tidak membiarkannya begitu saja. Dia malah semakin mempererat pelukannya.
~Mansion's Houston~Segala persiapan bulan madu sudah di persiapkan. Mulai dari tiket, check-in hotel, dan keperluan mereka. Alva melarang istrinya membawa koper yang berisi terlalu banyak pakaian. Dengan alasan dia bisa membelinya nanti ketika di sana. Kabar bulan madu mereka sudah terdengar sampai keluarga Houston. Daniel dan istrinya, Romina tentu merasa sangat senang sekali. Mereka berharap bulan madu anak dan menantunya itu membuahkan hasil. Kylie sendiri memutar bola matanya malas melihat keambiusan mommy-nya."Mom berharap pulang dari kalian bulan madu langsung membawa kabar gembira untuk kita semua.""Mom!" seru Kylie penuh peringatan."Apa? Kenapa? Bukannya itu kan yang di lakukan saat berbulan madu? Membuat baby?" goda Romina kepada putri bungsunya."Mom, kak Edy saja belum brojol tapi mom sudah mengharapkan ke yang lain.""Apa salahnya? Mom hanya menerima bukan membuat. Tentu saja mom senang jika mendapatkan dua cucu s
Kylie terbangun, semalam dirinya begitu hanyut oleh untaian kata dari suaminya. "Namamu akan selalu berdetak disini mengikuti jantungku. Dan akan terus mengalir bersama darahku." Kalimat yang membuat dirinya terbangun seakan terus terngiang di kepalanya. Ia meraba sebuah tangan diatas perutnya. Mengelusnya kemudian menggenggam jarinya. Sesaat semuanya kembali hening begitupun dengan pikirannya.Apa yang harus kulakukan? Bisikan hati kecilnya tiba-tiba muncul.Ini salah! Dan Kylie tahu itu. Tidak, lebih tepatnya ini tidak boleh terjadi. Ia tidak mungkin mempunyai perasaan itu. Tangannya meraba dadanya, jantung ini selalu berdetak. Debarannya kembali terasa saat dirinya berada di pelukan suaminya. Kylie tau ia sudah mulai jatuh ke dalam neraka yang di buatnya, bahkan sebelum neraka itu di mulai."Ini tidak boleh terjadi... Tidak! Ini tidak boleh terjadi..." Kylie terus melafalkan kalimat tersebut berulang-ulang."Apa yang tidak boleh terjadi?"Rasa terkejut membuat tubuhnya bergetar.
Kylie keluar dari kamar mandi dan langsung duduk di meja rias depan cermin. Dia mengambil pengering rambut dan melepaskan handuk kecil di kepalanya lalu mulai mengeringkan rambutnya. Suatu kebiasaan yang sering dia lakukan sejak mengenal dunia kecantikan. Waktu itu umurnya masih lima tahun ketika melihat sang ibu melakukan hal ini di setiap keramas. Dibandingkan bermain Kylie lebih suka menirukan gaya ibunya. Mengingat masa kecilnya membuatnya lagi-lagi tersenyum. Kylie meletakkan pengering rambut pada tempatnya. Ia menatap dirinya di pantulan cermin di depannya. Tidak lama, kemudian tangannya mengambil sebuah cream dan mengusapnya di wajahnya. Kebiasaan rutin yang selalu Kylie lakukan. Tidak hanya pada wajah hingga ke bagian leher dan area punggung tangannya turut di berikan.Bel kamarnya berbunyi. Kylie beranjak dari duduknya manisnya. "Siapa?" tanyanya dari dalam. Tidak mungkin ia membukakan pintu begitu saja. Kylie adalah gadis yang sudah mempunyai suami, sangat tidak pantas j
"Al, kemarilah! Lihat pasirnya putih sekali." Seru Kylie dengan wajah sumringahnya. Kakinya menghentak diatas pasir itu sesekali bermain. Tak jarang tingkahnya menjadi sorotan oleh semua orang. Berbeda dengan Alva yang saat ini menekuk wajahnya. Bagaimana tidak, istri cantiknya itu memamerkan tubuhnya di bawah paparan sinar matahari. Yah, mereka saat ini tengah berada di sebuah pantai bernama Lake MacKenzie. "Al kemarilah dan temani aku. Kamu tega membiarkanku bermain sendiri." kesal Kylie karena merasa di abaikan oleh suaminya itu. Alva hanya melirik tidak minat. Niat ingin bermesraan dengan istrinya itu gagal karena pasir putih yang menarik seluruh perhatian Kylie. "Bermain saja sendiri aku tidak minat," ucapnya. "Baiklah terserah saja," abai Kylie. Ia nampak menikmati keindahan pasir putih itu. Mengabaikan suaminya yang terserang dongkol karena ucapan istrinya. Keindahan pasir putih itu memang menyorot penuh seluruh perhatiannya. Ia jadi teringat sewaktu bersama kakaknya du
Perth International Terminal, nama terpajang besar saat mereka menginjakkan kaki di Ausralia. Alvarez mengandeng tangan istrinya Kylie selama perjalanan. Kylie yang bergelayut manja di lengan suaminya. Dan Alva yang setia merangkul pinggang rampinh istrinya membuat mereka tanpa sengaja telah menjadi sorotan pasang mata yang berlalu lalang itudi sekitar.Alvarez berhenti tepat di pinggir jalan, matanya celingukan ke samping kanan kiri menjadikan sebuah tanda tanya bagi Kylie. Lalu selang beberapa detik kemudian tangan Alva terulur keatas dan melambai. Kylie menatap kearah dimana Alva melambaikan tangannya. Lalu datanglah sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan mereka. Kylie memandang suaminya penuh tanya bercampur penasaran Alva hanya membalasnya dengan tersenyum lalu membuka pintu mobil dan mempersilahkan istrinya untuk masuk ke dalam mobil. "Masuklah!"Kylie memandang suaminya seolah bertanya 'kau yakin?'Alva membalasnya dengan tersenyum, "untuk istri tercintaku, jadi masukla
Nikmatin lagunya yah guys😂Song : Ed Sheran-How would you feel❤❤~~~Penerbangan mereka jatuh pada malam hari. Usai melewati beberapa prosedur memasuki pesawat. Kylie bersama Alva tengah duduk nyaman di kursi kelas atas. Mereka akhirnya berangkat bulan madu sesuai perencanaan mereka. Alva memberitaunya jika tujuan bulan madu mereka adalah di sebuah pulau berada di Australia bernama Lake Mckenzie. Masih terngiang di ingatakan Kylie waktu ia mencari informasi tentang pulau tempat dimana mereka akan menikmati bulan madu.Lake McKenzie, AustraliaLake McKenzie adalah salah satu danau yang airnya murni berasal dari hujan. Tidak dialiri oleh sungai dan tak bermuara ke laut. Selain itu, pasir yang ada di dasar maupun di tepi danau berwarna putih, tidak hanya indah tapi juga lembut saat sedang bersama pasangan berjalan di atasnya. Danau ini juga dikenal memiliki perpaduan warna air biru dan hijau yang jernih serta mempesona. Sangat layak bagi
~Mansion's Houston~Segala persiapan bulan madu sudah di persiapkan. Mulai dari tiket, check-in hotel, dan keperluan mereka. Alva melarang istrinya membawa koper yang berisi terlalu banyak pakaian. Dengan alasan dia bisa membelinya nanti ketika di sana. Kabar bulan madu mereka sudah terdengar sampai keluarga Houston. Daniel dan istrinya, Romina tentu merasa sangat senang sekali. Mereka berharap bulan madu anak dan menantunya itu membuahkan hasil. Kylie sendiri memutar bola matanya malas melihat keambiusan mommy-nya."Mom berharap pulang dari kalian bulan madu langsung membawa kabar gembira untuk kita semua.""Mom!" seru Kylie penuh peringatan."Apa? Kenapa? Bukannya itu kan yang di lakukan saat berbulan madu? Membuat baby?" goda Romina kepada putri bungsunya."Mom, kak Edy saja belum brojol tapi mom sudah mengharapkan ke yang lain.""Apa salahnya? Mom hanya menerima bukan membuat. Tentu saja mom senang jika mendapatkan dua cucu s
"Baby! Sayang! Honey! Cinta!!" Kylie memutar bola matanya jengah. "SAYANG! BABY!" Ini tidak bisa di biarkan. Kylie mulai menyerukan suaranya. "Aku disini sayang. Di belakang taman rumah." Tidak mendengar tanggapan suaminya, Kylie berpikir mungkinkah suaminya mendengarnya atau tidak. Tanda tanya di kepalanya akhirnya terjawab saat merasakan pelukan hangat dari belakang tubuhnya. Tubuhnya bersandar dan bersentuhan di dada bidang yang tegap dan kokoh. Siapa lagi pemiliknya jika bukan Alva, suaminya. "Pagi-pagi aku melihatmu tidak ada di sampingku. Rasanya duniaku runtuh." "Dan sekarang aku berada di pelukanmu." Alva terkekeh. "Sudah semestinya begitu. Kamu berada di pelukanku." "Ya..ya..ya., terserahlah." Kylie melepaskan pelukan suaminya. Tetapi Alva tidak membiarkannya begitu saja. Dia malah semakin mempererat pelukannya.
Bagi Kylie memasak bukanlah hal yang sulit. Memasak baginya adalah hal yang mudah. Namun kenapa banyak sekali kaum wanita yang tidak suka dengan hal memasak. Seperti saat ini, gadis yang sudah berubah status menjadi istri itu tengah melakukan kewajibannya di dapur. Memasak makanan untuk dirinya dan suaminya. Usai tadi menyusun bahan belanjaanya ke dalam kulkas, sekarang waktunya untuk menyiapkan makanan. Di tengah kesibukannya suaminya datang, apalagi jika bukan untuk mengganggu kegiatannya. Entah bagaimana ceritanya hal ini sudah masuk ke dalam list pria itu setiap harinya. Alva datang dengab kedua tangan berada di saku kanan dan kiri celananya. Niat untuk mengganggu sekaligus menggoda istrinya malah dia yang tergoda dengan penampilan istrinya saat ini. Memakai baju santai selengan di sertai celana pendek diatas lutut. Belum lagi rambut panjangnya yang tergerai begitu saja. Kylie membalikkan tubuhnya kemudian bersitatap kepada suaminya.
Sejak kejadian panas di pagi hari itu menimbulkan sedikit perbedaan antara dua orang ini. Yang Satu memilih bersikap seperti biasa saja dan yang satunya memilih mengalihkan suasana agar tidak mengalami kecanggungan. Alva mencoba menetralisasikan suasana. Walaupun di dalam hatinya banyak sekali pertanyaan tentang kejadian tadi. Kejadian itu seolah-olah istrinya menolaknya secara tidak langsung. Tidak ingin berpikir negatif tentang apa yang sebenarnya terjadi, Alva memilih diam sembari tangannya membolak-balikan koran. Kylie datang dengan membawakan secangkir coffee untuk suaminya. "Coffee untukmu," ujarnya. Alva menerimanya dengan hangat. Merasakan kecanggungan yang terjadi antar keduanya Kylie memecahkan keheningan. "Maafkan aku," ucapnya pelan. Bahkan sangat pelan hingga nyaris seperti bisikan. Alva menatap istrinya aneh. Menyadarinya Kylie segera melanjutkan kembali ucapannya. "Kejadian pagi tadi, maafkan aku. Tidak seharusnya aku mendorongmu." Kylie tertunduk dalam. Hal itu me