Share

Bab 5

Hari pernikahan Alvarez dan Kylie telah tiba. Semua para tamu dibuat terkejut dengan tampang memuja dari mereka semua. Jika orang terkaya dan berada pasti akan mengadakan pesta menggelegar dan istimewa yang tentunya diadakan di gedung besar atau tempat mewah lainnya.

Namun, lain halnya dengan pernikahan putri bungsu Romina dan Daniel Evans Houston. Pernikahan kali ini sukses membuat para awak media menyorotnya. Bagaimana tidak? Pernikahan tersebut dilaksanakan di alam terbuka yang berdominan warna hijau dan putih.

Hiasannya terlihat istimewa dan memukau. Para tamu yang berdatangan. Baik rekan maupun kolega bisnis sangat-sangat memujinya.

"Kau benar-benar menggemparkan seluruh dunia Daniel. Aku tidak menyangka. Ini adalah kejutan besar buat dunia," kata rekan bisnis Daniel. Daniel tertawa menanggapi. Tidak hanya satu atau dua orang yang mengatakannya. Melainkan hampir seluruh yang berdatangan.

Daniel sangat salut dengan keputusan Alva. Ia tidak menyangka jika laki-laki yang telah resmi menjadi menantunya itu membuatnya menjadi pusat perhatian.

"Dia menantu kita, Darling." Romina tertawa mendengarnya.

"Aku tidak menyangka putri kita sudah dewasa dan telah menikah," ucap Romina penuh haru.

Daniel memeluk istrinya mesra kala melihat genangan air mata yang siap meluncur.

"Aku harap kau tidak menangis dan membuat kehebohan di hari pernikahan putri kita, Darling."

Romina memukul pundak suaminya. "Kau ini mengacaukan saja, Niel." sungut Romina di pelukan suaminya. Mereka tertawa bersama.

Lain hal dengan Math dan istrinya. Sedari tadi Math terus mengekor di belakang Edymar layaknya sebuah lem yang terpisahkan.

"Aku akan memukulmu kalau kau masih saja mengikuti Math!"

"Bagaimana bisa aku jauh-jauh jika istriku saja sedari tadi menjadi pusat perhatian oleh mata elang di luar sana."

"Kau berlebihan suamiku."

Math tidak peduli. Ia malah beralih merangkul pinggang istrinya seerat mungkin.

"MATH!!!" Suara Edymar kini naik satu oktaf.

"Jangan berteriak sayang. Pikirkan calon bayi kita di dalam perutmu. Aku tidak ingin saat dia lahir nanti akan mewarisi sikap sepertimu."

Tatapan Edymar menajam dan menusuk. Math malah mengecup singkat bibirnya. "Hentikan tatapanmu itu, Sayang. Jika kau tidak ingin aku menerkammu saat ini juga."

Edymar melepas kasar rangkulan Math di pinggangnya dan meninggalkan suaminya seorang diri. Math mengejar istrinya saat menyadari jika istrinya berada dalam mode ngambek sekarang.

Alvarez terus tersenyum. Hatinya benar-benar lega usai mengucapkan janji suci pernikahan. Baginya tidak ada yang paling berharga dari apa yang dirasakannya hari ini. Kini dirinya memiliki keluarga kecil yang harus dijaga dan dilindunginya.

"Aku bahagia sekali," ucapnya dengan mata berbinar memancarkan sebuah kebahagiaan besar.

Kylie menoleh ke samping menghadap pria yang telah resmi menjadi suaminya. Penuntun jalannya di masa depan.

"Kau merasakannya?" tanya Alva.

Tersirat sebuah keraguan dalam diri Kylie untuk menjawabnya, tapi demi membuat pria di depannya menderita karena telah menikahinya apa pun bisa dilakukannya sekalipun menyakitkan.

"Aku merasakannya." Sebuah jawaban yang jauh berbeda dari hati kecilnya.

Alva tersenyum bahagia. Tangannya merangkul pinggang sang istri membuatnya menempel pada tubuhnya.

"Thank you for being the most beautiful part of my life," katanya samar.

"Ho ... ho ... ho ... pengantin baru sudah mulai mesra-mesraan rupanya. Apa kalian tidak bisa menunggu sejenak sebelum kita semua pulang," celetuk Robert.

Alva melepaskan rangkulannya pada sang istri.

"Memang dasarnya jomlo. Kau tidak akan pernah merasakannya, Rob," sahut Arsen.

Kylie memutar bola matanya malas melayani dua orang ini.

"Ck, kau pun sama halnya denganku, Sen. Kita lihat saja siapa yang duluan menyusul ke altar nantinya," kata Robbert sombong.

"Menjauhlah dari adikku, Kalian!" entah dari mana asalnya. Kini Math sudah berada di antara mereka. "Kehadiran kalian membuat suasana pesta berubah suram," sambungnya tajam.

Robbert dan Arsen hanya mendengus. "Boss besar sudah datang sebaiknya kita pergi," ucap mereka bersamaan. Tanpa menunggu jawaban mereka pergi menikmati pesta.

Math hanya menggelengkan kepalanya. Alva sendiri terkekeh melihat sikap kakak iparnya itu.

"Kakakmu galak sekali ternyata," bisik Alva.

"Begitulah dia," jawab Kylie sekenanya.

Acara berlangsung dengan lancar. Alva dengan senyum bahagianya, sedangkan Kylie dengan pandangan tak tentu arah. Tidak ada yang tahu apa yang telah direncanakan Kylie saat ini. Sejak tadi otaknya terus bekerja dan berputar. Ia sudah menyiapkan kebahagiaan berubah menjadi penderitaan, dan itu semua akan diberikan kepada suaminya yaitu Alvarez William Hulgo.

Dari jauh tempat berdirinya. Seorang wanita tengah mengepalkan kedua tangannya. Ia tidak menyangka jika hal ini berujung pada pernikahan. Melihat raut wajah bahagia dari mempelai pria membuatnya semakin panas. Namun, itu tidak berlangsung lama. Senyum manis mengembang di sekitar bibirnya.

"Ini tidak akan bertahan lama. Lihat saja! Aku pernah membuatmu merasakan hal yang sama, lalu menghancurkanmu. Kali ini pun kau akan merasakan kembali hal itu. Kau akan mengalami kehancuran bahkan penderitaan yang teramat sangat. Karena kau akan selalu terjerat dalam permainanku Alvarez. Istrimu itu memang bisa diandalkan. Kylie yang malang. Kau terlalu polos hingga mudah masuk ke dalam jebakanku."

***

Acara telah usai Alvarez membawa istrinya langsung ke rumah mereka. Awalnya Daniel dan Romina tidak setuju lantaran mereka tidak siap harus berpisah dengan putri kesayangan mereka secepat itu. Akan tetapi, berkat pengertian yang Alva berikan kepada ayah dan ibu mertuanya. Akhirnya Daniel dan Romina setuju. Kylie sendiri tidak menolaknya. Baginya lebih cepat lebih baik. Dengan begitu akan lebih mudah untuk membuat Alva menderita secara perlahan.

"Jadilah istri yang baik, Sayang. Turuti apa kata suamimu. Mulai sekarang dialah pembimbing jalanmu," pesan Romina saat mengantarkannya hingga depan mobil. Pelukan hangat tidak pernah lepas dari dirinya.

"Kylie mengerti, Mom," ucap Kylie. Bukannya melepaskan pelukannya Romina malah menangis tersedu-sedu di pelukannya.

Daniel sendiri mengelus punggung istrinya.

"Jagalah putriku, Son. Selalu sayangi dia dengan hatimu. Dad tidak akan meminta hal lain selama kamu bisa membahagiakannya. Paling tidak, bukan untuk membuatnya bersedih," pesan Daniel pada Alva.

"Tentu, Dad. Pasti aku akan melakukannya tanpa kau suruh."

Dengan berat hati Romina melepaskan pelukannya. "Ingat pesan mom, Sayang," kata Romina.

Kylie mengangguk. Alva sendiri langsung menuntunnya untuk masuk ke mobil.

"Sampaikan salamku kepada Kak Math dan kakak ipar, Mom."

Romina mengangguk.

Di dalam mobil tanpa sadar bulir air mata menetes membasahi pipinya. Alva melihatnya dan langsung menghapusnya dengan ibu jarinya.

"Aku berjanji kita akan sering-sering berkunjung ke sini." Janji Alva dengan tatapan teduhnya. Entah untuk alasan apa kepala Kylie mengangguk begitu saja melihat tatapan teduh yang suaminya berikan.

Setelah mengucapkannya Alvarez mencium kening istrinya dengan waktu yang lama. Sebelum menjalankan mobilnya meninggalkan kediaman milik keluarga besar Houston.

"Mari kita pulang ke rumah kit, Baby," ucapnya.

o0o

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status