Hari pernikahan Alvarez dan Kylie telah tiba. Semua para tamu dibuat terkejut dengan tampang memuja dari mereka semua. Jika orang terkaya dan berada pasti akan mengadakan pesta menggelegar dan istimewa yang tentunya diadakan di gedung besar atau tempat mewah lainnya.
Namun, lain halnya dengan pernikahan putri bungsu Romina dan Daniel Evans Houston. Pernikahan kali ini sukses membuat para awak media menyorotnya. Bagaimana tidak? Pernikahan tersebut dilaksanakan di alam terbuka yang berdominan warna hijau dan putih. Hiasannya terlihat istimewa dan memukau. Para tamu yang berdatangan. Baik rekan maupun kolega bisnis sangat-sangat memujinya. "Kau benar-benar menggemparkan seluruh dunia Daniel. Aku tidak menyangka. Ini adalah kejutan besar buat dunia," kata rekan bisnis Daniel. Daniel tertawa menanggapi. Tidak hanya satu atau dua orang yang mengatakannya. Melainkan hampir seluruh yang berdatangan. Daniel sangat salut dengan keputusan Alva. Ia tidak menyangka jika laki-laki yang telah resmi menjadi menantunya itu membuatnya menjadi pusat perhatian. "Dia menantu kita, Darling." Romina tertawa mendengarnya. "Aku tidak menyangka putri kita sudah dewasa dan telah menikah," ucap Romina penuh haru. Daniel memeluk istrinya mesra kala melihat genangan air mata yang siap meluncur. "Aku harap kau tidak menangis dan membuat kehebohan di hari pernikahan putri kita, Darling." Romina memukul pundak suaminya. "Kau ini mengacaukan saja, Niel." sungut Romina di pelukan suaminya. Mereka tertawa bersama. Lain hal dengan Math dan istrinya. Sedari tadi Math terus mengekor di belakang Edymar layaknya sebuah lem yang terpisahkan. "Aku akan memukulmu kalau kau masih saja mengikuti Math!" "Bagaimana bisa aku jauh-jauh jika istriku saja sedari tadi menjadi pusat perhatian oleh mata elang di luar sana." "Kau berlebihan suamiku." Math tidak peduli. Ia malah beralih merangkul pinggang istrinya seerat mungkin. "MATH!!!" Suara Edymar kini naik satu oktaf. "Jangan berteriak sayang. Pikirkan calon bayi kita di dalam perutmu. Aku tidak ingin saat dia lahir nanti akan mewarisi sikap sepertimu." Tatapan Edymar menajam dan menusuk. Math malah mengecup singkat bibirnya. "Hentikan tatapanmu itu, Sayang. Jika kau tidak ingin aku menerkammu saat ini juga." Edymar melepas kasar rangkulan Math di pinggangnya dan meninggalkan suaminya seorang diri. Math mengejar istrinya saat menyadari jika istrinya berada dalam mode ngambek sekarang. Alvarez terus tersenyum. Hatinya benar-benar lega usai mengucapkan janji suci pernikahan. Baginya tidak ada yang paling berharga dari apa yang dirasakannya hari ini. Kini dirinya memiliki keluarga kecil yang harus dijaga dan dilindunginya. "Aku bahagia sekali," ucapnya dengan mata berbinar memancarkan sebuah kebahagiaan besar. Kylie menoleh ke samping menghadap pria yang telah resmi menjadi suaminya. Penuntun jalannya di masa depan. "Kau merasakannya?" tanya Alva. Tersirat sebuah keraguan dalam diri Kylie untuk menjawabnya, tapi demi membuat pria di depannya menderita karena telah menikahinya apa pun bisa dilakukannya sekalipun menyakitkan. "Aku merasakannya." Sebuah jawaban yang jauh berbeda dari hati kecilnya. Alva tersenyum bahagia. Tangannya merangkul pinggang sang istri membuatnya menempel pada tubuhnya. "Thank you for being the most beautiful part of my life," katanya samar. "Ho ... ho ... ho ... pengantin baru sudah mulai mesra-mesraan rupanya. Apa kalian tidak bisa menunggu sejenak sebelum kita semua pulang," celetuk Robert. Alva melepaskan rangkulannya pada sang istri. "Memang dasarnya jomlo. Kau tidak akan pernah merasakannya, Rob," sahut Arsen. Kylie memutar bola matanya malas melayani dua orang ini. "Ck, kau pun sama halnya denganku, Sen. Kita lihat saja siapa yang duluan menyusul ke altar nantinya," kata Robbert sombong. "Menjauhlah dari adikku, Kalian!" entah dari mana asalnya. Kini Math sudah berada di antara mereka. "Kehadiran kalian membuat suasana pesta berubah suram," sambungnya tajam. Robbert dan Arsen hanya mendengus. "Boss besar sudah datang sebaiknya kita pergi," ucap mereka bersamaan. Tanpa menunggu jawaban mereka pergi menikmati pesta. Math hanya menggelengkan kepalanya. Alva sendiri terkekeh melihat sikap kakak iparnya itu. "Kakakmu galak sekali ternyata," bisik Alva. "Begitulah dia," jawab Kylie sekenanya. Acara berlangsung dengan lancar. Alva dengan senyum bahagianya, sedangkan Kylie dengan pandangan tak tentu arah. Tidak ada yang tahu apa yang telah direncanakan Kylie saat ini. Sejak tadi otaknya terus bekerja dan berputar. Ia sudah menyiapkan kebahagiaan berubah menjadi penderitaan, dan itu semua akan diberikan kepada suaminya yaitu Alvarez William Hulgo. Dari jauh tempat berdirinya. Seorang wanita tengah mengepalkan kedua tangannya. Ia tidak menyangka jika hal ini berujung pada pernikahan. Melihat raut wajah bahagia dari mempelai pria membuatnya semakin panas. Namun, itu tidak berlangsung lama. Senyum manis mengembang di sekitar bibirnya. "Ini tidak akan bertahan lama. Lihat saja! Aku pernah membuatmu merasakan hal yang sama, lalu menghancurkanmu. Kali ini pun kau akan merasakan kembali hal itu. Kau akan mengalami kehancuran bahkan penderitaan yang teramat sangat. Karena kau akan selalu terjerat dalam permainanku Alvarez. Istrimu itu memang bisa diandalkan. Kylie yang malang. Kau terlalu polos hingga mudah masuk ke dalam jebakanku." *** Acara telah usai Alvarez membawa istrinya langsung ke rumah mereka. Awalnya Daniel dan Romina tidak setuju lantaran mereka tidak siap harus berpisah dengan putri kesayangan mereka secepat itu. Akan tetapi, berkat pengertian yang Alva berikan kepada ayah dan ibu mertuanya. Akhirnya Daniel dan Romina setuju. Kylie sendiri tidak menolaknya. Baginya lebih cepat lebih baik. Dengan begitu akan lebih mudah untuk membuat Alva menderita secara perlahan. "Jadilah istri yang baik, Sayang. Turuti apa kata suamimu. Mulai sekarang dialah pembimbing jalanmu," pesan Romina saat mengantarkannya hingga depan mobil. Pelukan hangat tidak pernah lepas dari dirinya. "Kylie mengerti, Mom," ucap Kylie. Bukannya melepaskan pelukannya Romina malah menangis tersedu-sedu di pelukannya. Daniel sendiri mengelus punggung istrinya. "Jagalah putriku, Son. Selalu sayangi dia dengan hatimu. Dad tidak akan meminta hal lain selama kamu bisa membahagiakannya. Paling tidak, bukan untuk membuatnya bersedih," pesan Daniel pada Alva. "Tentu, Dad. Pasti aku akan melakukannya tanpa kau suruh." Dengan berat hati Romina melepaskan pelukannya. "Ingat pesan mom, Sayang," kata Romina. Kylie mengangguk. Alva sendiri langsung menuntunnya untuk masuk ke mobil. "Sampaikan salamku kepada Kak Math dan kakak ipar, Mom." Romina mengangguk. Di dalam mobil tanpa sadar bulir air mata menetes membasahi pipinya. Alva melihatnya dan langsung menghapusnya dengan ibu jarinya. "Aku berjanji kita akan sering-sering berkunjung ke sini." Janji Alva dengan tatapan teduhnya. Entah untuk alasan apa kepala Kylie mengangguk begitu saja melihat tatapan teduh yang suaminya berikan. Setelah mengucapkannya Alvarez mencium kening istrinya dengan waktu yang lama. Sebelum menjalankan mobilnya meninggalkan kediaman milik keluarga besar Houston. "Mari kita pulang ke rumah kit, Baby," ucapnya. o0oAlvarez turun dari mobilnya. Ia membukakan pintu mobil untuk istrinya keluar. Alva benar-benar memperlakukan Kylie seperti halnya sebuah berlian. Mungkin wanita lain akan sangat terpana saat di perlakukan sedemikian rupa. Tapi untuk kesekian kalinya lagi perlakuan seperti iu sangat tidak berpengaruh oleh diri Kylie sendiri. Kylie tersenyum masam dalam hati muak dengan perlakuan pria yang berstatus suaminya itu. Rasanya ia ingin kabur melarikan diri daripada hidup dengan pria hasil jebakannya.Alvarez menggemgam tangan Kylie saat turun dari mobil. Saat tubuh Kylie telah berdiri dengan sempurna Alvarez merangkul pinggangnya memasuki rumah mereka."Selamat datang di rumah kita, baby." kata Alva.Kylie memasuki rumah mereka. Rumah yang terlihat sederhana tapi memberi kesan elegant bagi penglihatnya. Ekspresi kagum sempat Kylie tunjukka sebelum sebuah tangan kekar memeluk pinggangnya dari belakang."Kamu menyukainya, baby." Kylie mengangguk. Alvarez menjatuhkan wajahnya ke pundak Kylie. M
• Bagiku semuanya terasa hambar. Bahkan aku berinisiatif membuatmu menderita di dalam pernikahan ini.• Kylie Victoria Houston ××× Pagi menjelang yang dirasakan oleh sepasang pengantin baru ini berbeda saat pelupuk mata terbuka. Kehidupan yang dulu telah berubah 360 derajat. Pagi yang biasanya di lalui sendirian kini berganti menjadi sebuah kebersamaan. Tidak ada lagi yang namanya sendirian di dalam ikatan sakral sebuah pernikahan. Tidak adalagi kata aku dan orang lain di dalamnya. Yang ada adalah kata kita di dalamnya. Sebuah pernikahan adalah bentuk lembaran baru yang di bina dan dibangun bersama. Setiap orang selalu mendambakan dimana saat dirinya telah menikah. Bagaimana caranya ia mengurus rumah tangga dan lain sebagainya. Kylie Victoria Houston yang kini telah menyandang status 'Hulgo" di belakang namanya. Membuka mata dan merasakan perbedaan dari biasanya. Sebuah tangan kekar yang memeluk tubuhnya dari belakang. Sejak semalam tangan itu tidak pernah berpindah tempat. Selalu
Sejak kejadian panas di pagi hari itu menimbulkan sedikit perbedaan antara dua orang ini. Yang Satu memilih bersikap seperti biasa saja dan yang satunya memilih mengalihkan suasana agar tidak mengalami kecanggungan. Alva mencoba menetralisasikan suasana. Walaupun di dalam hatinya banyak sekali pertanyaan tentang kejadian tadi. Kejadian itu seolah-olah istrinya menolaknya secara tidak langsung. Tidak ingin berpikir negatif tentang apa yang sebenarnya terjadi, Alva memilih diam sembari tangannya membolak-balikan koran. Kylie datang dengan membawakan secangkir coffee untuk suaminya. "Coffee untukmu," ujarnya. Alva menerimanya dengan hangat. Merasakan kecanggungan yang terjadi antar keduanya Kylie memecahkan keheningan. "Maafkan aku," ucapnya pelan. Bahkan sangat pelan hingga nyaris seperti bisikan. Alva menatap istrinya aneh. Menyadarinya Kylie segera melanjutkan kembali ucapannya. "Kejadian pagi tadi, maafkan aku. Tidak seharusnya aku mendorongmu." Kylie tertunduk dalam. Hal itu me
Bagi Kylie memasak bukanlah hal yang sulit. Memasak baginya adalah hal yang mudah. Namun kenapa banyak sekali kaum wanita yang tidak suka dengan hal memasak. Seperti saat ini, gadis yang sudah berubah status menjadi istri itu tengah melakukan kewajibannya di dapur. Memasak makanan untuk dirinya dan suaminya. Usai tadi menyusun bahan belanjaanya ke dalam kulkas, sekarang waktunya untuk menyiapkan makanan. Di tengah kesibukannya suaminya datang, apalagi jika bukan untuk mengganggu kegiatannya. Entah bagaimana ceritanya hal ini sudah masuk ke dalam list pria itu setiap harinya. Alva datang dengab kedua tangan berada di saku kanan dan kiri celananya. Niat untuk mengganggu sekaligus menggoda istrinya malah dia yang tergoda dengan penampilan istrinya saat ini. Memakai baju santai selengan di sertai celana pendek diatas lutut. Belum lagi rambut panjangnya yang tergerai begitu saja. Kylie membalikkan tubuhnya kemudian bersitatap kepada suaminya.
"Baby! Sayang! Honey! Cinta!!" Kylie memutar bola matanya jengah. "SAYANG! BABY!" Ini tidak bisa di biarkan. Kylie mulai menyerukan suaranya. "Aku disini sayang. Di belakang taman rumah." Tidak mendengar tanggapan suaminya, Kylie berpikir mungkinkah suaminya mendengarnya atau tidak. Tanda tanya di kepalanya akhirnya terjawab saat merasakan pelukan hangat dari belakang tubuhnya. Tubuhnya bersandar dan bersentuhan di dada bidang yang tegap dan kokoh. Siapa lagi pemiliknya jika bukan Alva, suaminya. "Pagi-pagi aku melihatmu tidak ada di sampingku. Rasanya duniaku runtuh." "Dan sekarang aku berada di pelukanmu." Alva terkekeh. "Sudah semestinya begitu. Kamu berada di pelukanku." "Ya..ya..ya., terserahlah." Kylie melepaskan pelukan suaminya. Tetapi Alva tidak membiarkannya begitu saja. Dia malah semakin mempererat pelukannya.
~Mansion's Houston~Segala persiapan bulan madu sudah di persiapkan. Mulai dari tiket, check-in hotel, dan keperluan mereka. Alva melarang istrinya membawa koper yang berisi terlalu banyak pakaian. Dengan alasan dia bisa membelinya nanti ketika di sana. Kabar bulan madu mereka sudah terdengar sampai keluarga Houston. Daniel dan istrinya, Romina tentu merasa sangat senang sekali. Mereka berharap bulan madu anak dan menantunya itu membuahkan hasil. Kylie sendiri memutar bola matanya malas melihat keambiusan mommy-nya."Mom berharap pulang dari kalian bulan madu langsung membawa kabar gembira untuk kita semua.""Mom!" seru Kylie penuh peringatan."Apa? Kenapa? Bukannya itu kan yang di lakukan saat berbulan madu? Membuat baby?" goda Romina kepada putri bungsunya."Mom, kak Edy saja belum brojol tapi mom sudah mengharapkan ke yang lain.""Apa salahnya? Mom hanya menerima bukan membuat. Tentu saja mom senang jika mendapatkan dua cucu s
Nikmatin lagunya yah guys😂Song : Ed Sheran-How would you feel❤❤~~~Penerbangan mereka jatuh pada malam hari. Usai melewati beberapa prosedur memasuki pesawat. Kylie bersama Alva tengah duduk nyaman di kursi kelas atas. Mereka akhirnya berangkat bulan madu sesuai perencanaan mereka. Alva memberitaunya jika tujuan bulan madu mereka adalah di sebuah pulau berada di Australia bernama Lake Mckenzie. Masih terngiang di ingatakan Kylie waktu ia mencari informasi tentang pulau tempat dimana mereka akan menikmati bulan madu.Lake McKenzie, AustraliaLake McKenzie adalah salah satu danau yang airnya murni berasal dari hujan. Tidak dialiri oleh sungai dan tak bermuara ke laut. Selain itu, pasir yang ada di dasar maupun di tepi danau berwarna putih, tidak hanya indah tapi juga lembut saat sedang bersama pasangan berjalan di atasnya. Danau ini juga dikenal memiliki perpaduan warna air biru dan hijau yang jernih serta mempesona. Sangat layak bagi
Perth International Terminal, nama terpajang besar saat mereka menginjakkan kaki di Ausralia. Alvarez mengandeng tangan istrinya Kylie selama perjalanan. Kylie yang bergelayut manja di lengan suaminya. Dan Alva yang setia merangkul pinggang rampinh istrinya membuat mereka tanpa sengaja telah menjadi sorotan pasang mata yang berlalu lalang itudi sekitar.Alvarez berhenti tepat di pinggir jalan, matanya celingukan ke samping kanan kiri menjadikan sebuah tanda tanya bagi Kylie. Lalu selang beberapa detik kemudian tangan Alva terulur keatas dan melambai. Kylie menatap kearah dimana Alva melambaikan tangannya. Lalu datanglah sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan mereka. Kylie memandang suaminya penuh tanya bercampur penasaran Alva hanya membalasnya dengan tersenyum lalu membuka pintu mobil dan mempersilahkan istrinya untuk masuk ke dalam mobil. "Masuklah!"Kylie memandang suaminya seolah bertanya 'kau yakin?'Alva membalasnya dengan tersenyum, "untuk istri tercintaku, jadi masukla
Kylie terbangun, semalam dirinya begitu hanyut oleh untaian kata dari suaminya. "Namamu akan selalu berdetak disini mengikuti jantungku. Dan akan terus mengalir bersama darahku." Kalimat yang membuat dirinya terbangun seakan terus terngiang di kepalanya. Ia meraba sebuah tangan diatas perutnya. Mengelusnya kemudian menggenggam jarinya. Sesaat semuanya kembali hening begitupun dengan pikirannya.Apa yang harus kulakukan? Bisikan hati kecilnya tiba-tiba muncul.Ini salah! Dan Kylie tahu itu. Tidak, lebih tepatnya ini tidak boleh terjadi. Ia tidak mungkin mempunyai perasaan itu. Tangannya meraba dadanya, jantung ini selalu berdetak. Debarannya kembali terasa saat dirinya berada di pelukan suaminya. Kylie tau ia sudah mulai jatuh ke dalam neraka yang di buatnya, bahkan sebelum neraka itu di mulai."Ini tidak boleh terjadi... Tidak! Ini tidak boleh terjadi..." Kylie terus melafalkan kalimat tersebut berulang-ulang."Apa yang tidak boleh terjadi?"Rasa terkejut membuat tubuhnya bergetar.
Kylie keluar dari kamar mandi dan langsung duduk di meja rias depan cermin. Dia mengambil pengering rambut dan melepaskan handuk kecil di kepalanya lalu mulai mengeringkan rambutnya. Suatu kebiasaan yang sering dia lakukan sejak mengenal dunia kecantikan. Waktu itu umurnya masih lima tahun ketika melihat sang ibu melakukan hal ini di setiap keramas. Dibandingkan bermain Kylie lebih suka menirukan gaya ibunya. Mengingat masa kecilnya membuatnya lagi-lagi tersenyum. Kylie meletakkan pengering rambut pada tempatnya. Ia menatap dirinya di pantulan cermin di depannya. Tidak lama, kemudian tangannya mengambil sebuah cream dan mengusapnya di wajahnya. Kebiasaan rutin yang selalu Kylie lakukan. Tidak hanya pada wajah hingga ke bagian leher dan area punggung tangannya turut di berikan.Bel kamarnya berbunyi. Kylie beranjak dari duduknya manisnya. "Siapa?" tanyanya dari dalam. Tidak mungkin ia membukakan pintu begitu saja. Kylie adalah gadis yang sudah mempunyai suami, sangat tidak pantas j
"Al, kemarilah! Lihat pasirnya putih sekali." Seru Kylie dengan wajah sumringahnya. Kakinya menghentak diatas pasir itu sesekali bermain. Tak jarang tingkahnya menjadi sorotan oleh semua orang. Berbeda dengan Alva yang saat ini menekuk wajahnya. Bagaimana tidak, istri cantiknya itu memamerkan tubuhnya di bawah paparan sinar matahari. Yah, mereka saat ini tengah berada di sebuah pantai bernama Lake MacKenzie. "Al kemarilah dan temani aku. Kamu tega membiarkanku bermain sendiri." kesal Kylie karena merasa di abaikan oleh suaminya itu. Alva hanya melirik tidak minat. Niat ingin bermesraan dengan istrinya itu gagal karena pasir putih yang menarik seluruh perhatian Kylie. "Bermain saja sendiri aku tidak minat," ucapnya. "Baiklah terserah saja," abai Kylie. Ia nampak menikmati keindahan pasir putih itu. Mengabaikan suaminya yang terserang dongkol karena ucapan istrinya. Keindahan pasir putih itu memang menyorot penuh seluruh perhatiannya. Ia jadi teringat sewaktu bersama kakaknya du
Perth International Terminal, nama terpajang besar saat mereka menginjakkan kaki di Ausralia. Alvarez mengandeng tangan istrinya Kylie selama perjalanan. Kylie yang bergelayut manja di lengan suaminya. Dan Alva yang setia merangkul pinggang rampinh istrinya membuat mereka tanpa sengaja telah menjadi sorotan pasang mata yang berlalu lalang itudi sekitar.Alvarez berhenti tepat di pinggir jalan, matanya celingukan ke samping kanan kiri menjadikan sebuah tanda tanya bagi Kylie. Lalu selang beberapa detik kemudian tangan Alva terulur keatas dan melambai. Kylie menatap kearah dimana Alva melambaikan tangannya. Lalu datanglah sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan mereka. Kylie memandang suaminya penuh tanya bercampur penasaran Alva hanya membalasnya dengan tersenyum lalu membuka pintu mobil dan mempersilahkan istrinya untuk masuk ke dalam mobil. "Masuklah!"Kylie memandang suaminya seolah bertanya 'kau yakin?'Alva membalasnya dengan tersenyum, "untuk istri tercintaku, jadi masukla
Nikmatin lagunya yah guys😂Song : Ed Sheran-How would you feel❤❤~~~Penerbangan mereka jatuh pada malam hari. Usai melewati beberapa prosedur memasuki pesawat. Kylie bersama Alva tengah duduk nyaman di kursi kelas atas. Mereka akhirnya berangkat bulan madu sesuai perencanaan mereka. Alva memberitaunya jika tujuan bulan madu mereka adalah di sebuah pulau berada di Australia bernama Lake Mckenzie. Masih terngiang di ingatakan Kylie waktu ia mencari informasi tentang pulau tempat dimana mereka akan menikmati bulan madu.Lake McKenzie, AustraliaLake McKenzie adalah salah satu danau yang airnya murni berasal dari hujan. Tidak dialiri oleh sungai dan tak bermuara ke laut. Selain itu, pasir yang ada di dasar maupun di tepi danau berwarna putih, tidak hanya indah tapi juga lembut saat sedang bersama pasangan berjalan di atasnya. Danau ini juga dikenal memiliki perpaduan warna air biru dan hijau yang jernih serta mempesona. Sangat layak bagi
~Mansion's Houston~Segala persiapan bulan madu sudah di persiapkan. Mulai dari tiket, check-in hotel, dan keperluan mereka. Alva melarang istrinya membawa koper yang berisi terlalu banyak pakaian. Dengan alasan dia bisa membelinya nanti ketika di sana. Kabar bulan madu mereka sudah terdengar sampai keluarga Houston. Daniel dan istrinya, Romina tentu merasa sangat senang sekali. Mereka berharap bulan madu anak dan menantunya itu membuahkan hasil. Kylie sendiri memutar bola matanya malas melihat keambiusan mommy-nya."Mom berharap pulang dari kalian bulan madu langsung membawa kabar gembira untuk kita semua.""Mom!" seru Kylie penuh peringatan."Apa? Kenapa? Bukannya itu kan yang di lakukan saat berbulan madu? Membuat baby?" goda Romina kepada putri bungsunya."Mom, kak Edy saja belum brojol tapi mom sudah mengharapkan ke yang lain.""Apa salahnya? Mom hanya menerima bukan membuat. Tentu saja mom senang jika mendapatkan dua cucu s
"Baby! Sayang! Honey! Cinta!!" Kylie memutar bola matanya jengah. "SAYANG! BABY!" Ini tidak bisa di biarkan. Kylie mulai menyerukan suaranya. "Aku disini sayang. Di belakang taman rumah." Tidak mendengar tanggapan suaminya, Kylie berpikir mungkinkah suaminya mendengarnya atau tidak. Tanda tanya di kepalanya akhirnya terjawab saat merasakan pelukan hangat dari belakang tubuhnya. Tubuhnya bersandar dan bersentuhan di dada bidang yang tegap dan kokoh. Siapa lagi pemiliknya jika bukan Alva, suaminya. "Pagi-pagi aku melihatmu tidak ada di sampingku. Rasanya duniaku runtuh." "Dan sekarang aku berada di pelukanmu." Alva terkekeh. "Sudah semestinya begitu. Kamu berada di pelukanku." "Ya..ya..ya., terserahlah." Kylie melepaskan pelukan suaminya. Tetapi Alva tidak membiarkannya begitu saja. Dia malah semakin mempererat pelukannya.
Bagi Kylie memasak bukanlah hal yang sulit. Memasak baginya adalah hal yang mudah. Namun kenapa banyak sekali kaum wanita yang tidak suka dengan hal memasak. Seperti saat ini, gadis yang sudah berubah status menjadi istri itu tengah melakukan kewajibannya di dapur. Memasak makanan untuk dirinya dan suaminya. Usai tadi menyusun bahan belanjaanya ke dalam kulkas, sekarang waktunya untuk menyiapkan makanan. Di tengah kesibukannya suaminya datang, apalagi jika bukan untuk mengganggu kegiatannya. Entah bagaimana ceritanya hal ini sudah masuk ke dalam list pria itu setiap harinya. Alva datang dengab kedua tangan berada di saku kanan dan kiri celananya. Niat untuk mengganggu sekaligus menggoda istrinya malah dia yang tergoda dengan penampilan istrinya saat ini. Memakai baju santai selengan di sertai celana pendek diatas lutut. Belum lagi rambut panjangnya yang tergerai begitu saja. Kylie membalikkan tubuhnya kemudian bersitatap kepada suaminya.
Sejak kejadian panas di pagi hari itu menimbulkan sedikit perbedaan antara dua orang ini. Yang Satu memilih bersikap seperti biasa saja dan yang satunya memilih mengalihkan suasana agar tidak mengalami kecanggungan. Alva mencoba menetralisasikan suasana. Walaupun di dalam hatinya banyak sekali pertanyaan tentang kejadian tadi. Kejadian itu seolah-olah istrinya menolaknya secara tidak langsung. Tidak ingin berpikir negatif tentang apa yang sebenarnya terjadi, Alva memilih diam sembari tangannya membolak-balikan koran. Kylie datang dengan membawakan secangkir coffee untuk suaminya. "Coffee untukmu," ujarnya. Alva menerimanya dengan hangat. Merasakan kecanggungan yang terjadi antar keduanya Kylie memecahkan keheningan. "Maafkan aku," ucapnya pelan. Bahkan sangat pelan hingga nyaris seperti bisikan. Alva menatap istrinya aneh. Menyadarinya Kylie segera melanjutkan kembali ucapannya. "Kejadian pagi tadi, maafkan aku. Tidak seharusnya aku mendorongmu." Kylie tertunduk dalam. Hal itu me