Antara Aku, Suami, dan Maduku

Antara Aku, Suami, dan Maduku

last updateLast Updated : 2023-07-22
By:  ZizaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
65Chapters
7.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Memiliki seorang suami yang dingin membuat Esha harus terus menelan kekecewaan. Esha juga selalu disalahkan atas kegagalannya dalam memberikan pewaris dalam keluarga Prawiryo. Bahkan, tak jarang ibu mertua Esha dan keluarga lain menuduhnya mandul. Bertahun-tahun Bram selalu memperlakukan Esha semaunya, membawa wanita lain masuk ke dalam rumahnya dan tak pernah memberikan nafkah batin bagi istrinya. Esha menginginkan perceraian, namun Bram menolak dan tetap membiarkan Esha menjadi istrinya. Setahun setelah pernikahan kedua suaminya, baru Esha tahu bahwa semua masalah ini adalah karena Bram yang mandul dan tak bisa ‘bangun’. Esha dan istri kedua Bram yang terjebak dalam pernikahan menyakitkan seperti ini, lantas membuat rencana agar Bram menyesali perbuatannya. Namun siapa sangka, ada alasan dibalik itu semua. Tidak ada manusia yamg benar-benar sempurna, dan tak ada manusia yang benar-benar bisa dipercaya. Esha menemukan fakta diantara dia, suami dan juga madunya.

View More

Chapter 1

Nafkah Batin

TING!

TING!

“Sebentar, mas!”

Buru-buru, Esha segera meraih cardigan hitam dan memakainya sembari berlari kecil menuju pintu utama.

Sekilas, Esha melirik ke arah jam gantung besar yang berada di dinding ruang tamu. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Sembari menutup bibirnya yang terus menguap, Esha berusaha lebih cepat untuk membuka pintu.

KLAK! KLAK!

“Lama sekali kamu!” ujar Bram dengan nada bicara tinggi.

“Aku yang seharusnya bertanya. Darimana saja kamu mas jam segini baru pulang?”

Bram tak kunjung menjawabnya. Ia hanya menatap Esha dengan tatapan yang ambigu. Tak lebih dari tiga menit, Bram lantas masuk ke dalam rumah dan segera membersihkan diri.

Lagi dan lagi, Esha harus bersabar dalam menghadapi suaminya. Ia ingin sekali meminta jawaban atas pertanyaannya tadi, tapi Esha mengalah karena sepertinya Bram sedang tertekan oleh pekerjaannya.

Sudah lebih dari tiga hari, Bram selalu pulang malam. Esha juga selalu menanyakan hal yang sama. Darimana dan bagaimana keadaan mas Bram. Tak jarang, Esha selalu menunggu kepulangan Bram sampai tertidur di meja makan karena kelelahan menyiapkan makan malam terbaik untuk suaminya.

Namun setiap kali Esha menyambutnya, Bram seolah enggan untuk menghampiri atau sekedar mencicipi masakan Esha. Mau bagaimana lagi, Bram juga pulang terlalu larut. Sudah pasti ia kehilangan nafsu makannya.

“Mas … apa kamu akan terus menerus tidur di sofa?”

Esha sengaja menanti Bram di atas ranjangnya. Berharap Bram akan kembali segar setelah membersihkan diri dan mereka bisa memadu kasih bersama. Namun kekecewaan kembali Esha rasakan, tatkala ia mengetahui bahwa Bram hanya mengambil sebuah bantal dari sisinya dan bergerak menuju ke sofa.

Merasa diabaikan, Esha lantas sedikit memekik, “Mas!?”

“Apa? Kau mau apa? Tidurlah di situ, masih untung aku tidak memintamu tidur di sini dan aku yang di ranjang!”

“Memang apa yang salah denganku, Mas? apa kamu tidak ingin kita tidur bersama?”

“Tidak. Aku lelah.”

“Sampai kapan kamu tidak akan memberikan nafkah untukku, Mas? apa aku begitu menjijikkan bagimu?”

“Aku lelah, Esha. Apa kau tidak mendengarnya?”

“Sudah dua tahun kamu mengatakan hal yang sama. Tidakkah itu hal yang aneh? Kalau kau tak ingin menyentuhku setidaknya jangan menghindariku, Mas … jangan membuat aku merasa seperti kotoran yang engkau benci.”

“Terserah apa katamu. Mulai besok, kita akan pindah rumah agar aku bisa tidur di ranjang terpisah!”

Esha tak bisa menahan rasa kecewanya. Ia kesulitan menelan salivanya mendengar suaminya yang seolah begitu jijik terhadapnya.

Dan yang lebih membuatnya sakit hati, Esha benar-benar tak habis pikir dengan sikap suaminya. Bagaimana bisa ia tidak pernah disentuh oleh suaminya lagi sejak hari-hari pertama pernikahannya?

Terlebih, kini usia pernikahan mereka sudah menginjak tiga tahun. Esha ingat betul berapa kali Bram dan dirinya saling menikmati romansa malam awal pernikahannya. Tak lebih dari lima kali.

Hingga detik ini, Esha masih tak mengerti apa yang ia lakukan pada suaminya hingga Bram benar-benar tidak tertarik untuk menyentuh tubuhnya sama sekali. Alhasil, Esha berusaha memejamkan matanya secara paksa meskipun bulir-bulir air mata masih terus membasahi kedua pipinya.

“Mas ... aku sudah menyiapkan bekal untukmu, dan yang ini sudah aku ambilkan sarapan untukmu di piring,” ujar Esha dengan begitu lembut dan perhatian.

Tak hanya kepada suaminya, Esha juga menyiapkan sarapan pagi untuk mertuanya, Ibu Lidya dan Pak Prawiryo. Setiap hari, Esha harus menyiapkan sarapan untuk mereka. Beruntung, ada Bi Ningsih yang membantu selama Esha mengalami kerepotan di dapur.

Bram melirik sekilas ke wajah mama dan papanya. Ia lantas mengangguk dan ikut bergabung ke meja makan. Mungkin, kalau tak ada mama dan papanya, Bram tak akan mau untuk ikut sarapan bersama di pagi ini.

“Masakan Esha ini enak lo… kamu kan menantu papa satu-satunya, jangan sampai lelah. Papa nggak mau kamu sampai sakit karena kelelahan…” ujar Prawiryo yang memulai percakapan dalam meja makan.

“Ah, enggak Pah … sudah jadi kewajiban bagi Esha untuk menyiapkan hal-hal semacam ini…” senyum Esha mulai mengembang.

“Hmm, ya ya …. Oiya Bram, bagaimana kantor? Katanya akan ada launching produk baru hari ini?”

“Iya, Pah. Beberapa hari belakang ini memang ada meeting dadakan karena kita harus kejar target. Banyak sekali yang harus dikerjakan… Rasanya, Bram hampir tak punya waktu untuk mengurus perusahaan lainnya.”

Prawiryo lantas mulai berhenti mengunyah. “Iya.. ini juga yang papa pikirkan. Kalau bukan kamu yang mengurusnya, papa juga ragu. Intinya, papa tidak akan percaya jika bukan keluarga papa sendiri yang mengurus perusahaan kita yang di Bandung. Apa lebih baik papa jual saja ya, kita investasikan dengan saham yang lebih dekat dan mudah dijangkau.”

Tiba-tiba saja mama Lidya ikut bersuara. “Jangan dijual, Pah. Hmm, coba saja kalau mereka bisa segera punya anak laki-laki. Pasti semuanya mudah. Esha, kamu segera hamil dong. Minum jamu atau herbal apa gitu biar rahimmu subur!”

Uhukkk!

Esha lantas tersedak. Ia segera mengambil tissue dan menutup bibirnya. Jujur saja, Esha terkejut. Bagaimana bisa pembicaraan kantor mengarah pada kehamilan seseorang?

“Mama bicara apa sih, kita sendiri saja hanya bisa punya anak laki-laki satu. Nggak baik bicara begitu, Ma. Nanti juga Esha akan segera memberikan cucu kok, tenang saja.”

Esha dan Bram tak menanggapi. Esha hanya tersenyum getir sementara Bram terlihat acuh dan tak ambil pusing.

“Tapi harus laki-laki. Lagipula Bram ini hebat bisa mengurus 8 dari 10 aset kita. Dan ingat, Pah … jangan di jual. Susah payah papa mengumpulkan semua aset ini. semua orang juga tahu dengan kekayaan papa! Akan jadi apa anak cucu kita jika saham itu dijual,” sahut mama Lidya dengan gaya bicaranya bak ibu-ibu sosialita yang silau akan harta dan kekayaan.

“Kalau tak boleh dijual, bagaimana jika Esha saja yang mengurusnya? Papa pikir itu ide yang bagus, nanti biar papa urus untuk pergantian kepemilikannya.”

“Eh, tidak usah Pah.. aku --”

Mama Lidya menunjukkan ekspresi yang kesal dengan ucapan suaminya. Seolah, ia menganggap bahwa Esha tak akan mampu untuk mengurus sebuah perusahaan besar miliknya.

“Papa yakin Esha bisa. Kalau mama tidak percaya biar kita kasih kesempatan dulu. Ok?”

Bram sama sekali tidak memberi tanggapannya terkait hal ini. Ia masih asik mengunyah sembari menunjukkan senyum tipisnya. Di hadapan kedua orang tuanya, Bram sama sekali tidak mempermasalahkan soal hubungan rumah tangganya dengan Esha.

Ia juga sama sekali tidak keberatan dengan apa yang Esha minta atau apa yang Esha terima. Bram benar-benar bersikap seolah ia adalah seorang suami yang akan selalu ada untuk mendukung istrinya.

“Oiya mah, pah … hari ini aku dan Esha akan pindah rumah. sore nanti aku akan minta mang Ujang untuk mengangkat barang-barang kita. Meski tak begitu besar, aku yakin rumah baruku akan cukup nyaman untuk istriku. Ya kan sayang?”

Tentu saja Esha terkejut. Ia tak menyangka bahwa suaminya benar-benar serius dengan perkataannya semalam.

‘Hanya untuk berpisah kamar dan ranjang denganku, sampai harus pindah rumah seperti ini? Benar-benar keterlaluan kamu ya Mas! sampai kapan kamu akan menutupi kekuranganmu sebagai suami di hadapan kedua orang tuamu ini!’ pikir Esha.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
65 Chapters
Nafkah Batin
TING!TING!“Sebentar, mas!”Buru-buru, Esha segera meraih cardigan hitam dan memakainya sembari berlari kecil menuju pintu utama. Sekilas, Esha melirik ke arah jam gantung besar yang berada di dinding ruang tamu. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Sembari menutup bibirnya yang terus menguap, Esha berusaha lebih cepat untuk membuka pintu.KLAK! KLAK!“Lama sekali kamu!” ujar Bram dengan nada bicara tinggi. “Aku yang seharusnya bertanya. Darimana saja kamu mas jam segini baru pulang?”Bram tak kunjung menjawabnya. Ia hanya menatap Esha dengan tatapan yang ambigu. Tak lebih dari tiga menit, Bram lantas masuk ke dalam rumah dan segera membersihkan diri.Lagi dan lagi, Esha harus bersabar dalam menghadapi suaminya. Ia ingin sekali meminta jawaban atas pertanyaannya tadi, tapi Esha mengalah karena sepertinya Bram sedang tertekan oleh pekerjaannya.Sudah lebih dari tiga hari, Bram selalu pulang malam. Esha juga selalu menanyakan hal yang sama. Darimana dan bagaimana keadaan mas Bram. T
last updateLast Updated : 2022-05-30
Read more
Aku ingin Cerai!
Dua tahun kemudian…“Kamu benar-benar keterlaluan, Mas!” Wajah Esha merah meradang ketika ia tahu ada seorang wanita yang baru saja keluar dari rumahnya. Bola matanya tajam tak mengerjap sama sekali. Deru napasnya semakin terdengar keras menunjukkan betapa sesak dadanya.Dengan santai, Bram menarik ujung bibirnya. “Apa yang salah denganku? Kau tidak lihat aku sedang bekerja di ruanganku. Kamu pulang dengan kemarahan seperti itu, kamu pikir kamu hebat?”Kini giliran Esha yang berkacak pinggang, seolah menunjukkan bahwa ia memang hebat bukan?“Dengar ya, Mas. aku sudah tak ambil pusing dengan sikapmu yang tak pernah memberikanku nafkah. Sampai pada titik aku mendengar bahwa kamu main gila dengan sekretarismu, aku tak peduli! Tapi sekarang apa, kau bahkan berani membawa perempuan lain masuk ke rumah ini?”Bram lantas berdiri dari kursi panasnya. Ia bertepuk tangan riuh sembari berjalan mendekat ke arah Esha. Senyumnya masih sama, tak nampak terkejut atau bersalah sama sekali.“Oh oh oh,
last updateLast Updated : 2022-05-30
Read more
Istri Baru Mas Bram
“Ceraikan aku sekarang juga, Mas!” pinta Esha yang sedang berusaha menahan tangisnya.“Cerai? Kenapa? Apa alasanmu meminta aku untuk menceraikanmu? Aku benar-benar tidak sengaja, Esha. Maafkan aku…”“Aku… aku tidak tahan dengan semua ini. Kamu pikir mudah hidup dengan beban kecurigaan keluargamu, kamu bahkan tidak membelaku tadi. Itu bukan kali pertama mereka menyebutku wanita tidak normal. Aku tidak mandul, Mas! Lalu sekarang? Kau terus memperlakukanku seperti ini. Batinku benar-benar tersiksa, Mas!!”Esha murka. Ia tidak tahan lagi. Namun Esha masih bisa menahan suaranya agar tak di dengar oleh orang asing yang tak seharusnya tahu akan masalah rumah tangganya.“Aku tidak tahan lagi, habis sudah kesabaranku untuk hidup bersamamu. Jadi ku mohon, ceraikan aku sekarang juga, Mas…”Suara Esha terdengar semakin lirih. Seolah ia memang benar menginkan sebuah perceraian. Sementara Bram, ia menatap Esha tanpa menunjukkan eskpresi apapun. Sengaja ia membiarkan Esha untuk menyelesaikan kalimat
last updateLast Updated : 2022-05-30
Read more
Fakta tentang Suami Esha
‘Satu tahun sudah sejak pernikahan mas Bram yang kedua, mama dan papa terlihat begitu bahagia. Memang, tak jauh berbeda dengan ekspresi mereka kala mas Bram baru menikahiku… tapi, rasanya tetap menyesakkan bagi istri tua seperti aku ini,’ gumam Esha yang terus membatin.Tatapan Esha sendu. Ia tak ingin mendekat, dan memilih melihat interaksi mereka dari kejauhan. Ada mas Bram, Alysa, Ibu Lidya dan Pak Prawiryo. Dengan dalih tubuhnya yang merasa lelah dan sedang kurang fit, Esha memilih untuk menyaksikan mereka dari balkon lantai dua.‘Apa aku pergi saja dan memulai kehidupan yang baru? Tapi bagaimana bisa sementara statusku masih menjadi istri mas Bram. Beberapa kali aku mencoba menggugatnya, ia selalu bisa menarikku kembali dengan seribu macam cara dan membantah gugatanku. Huft, kalau begini caranya aku tetap akan terikat dengannya. Tega sekali dia menyiksa batinku seperti ini…’Hidup serumah dengan istri kedua, tentunya bukan hal yang mudah. Esha benar-benar seperti istri yang tak b
last updateLast Updated : 2022-05-30
Read more
Hanya ingin Kejujuran
Pertemuannya bersama dengan Alysa tiga hari yang lalu, membuat Esha tak bisa berhenti berpikir dengan keras. Setiap kali ia menyelesaikan tugas-tugas kantornya, Esha selalu teringat akan hal itu.Yang jelas, satu hal yang Esha pikirkan. Bagaimana bisa ia tidak tahu dan tak berpikir bahwa Bram yang justru mengalami masalah kesuburan?‘Apa mungkin … Mas Bram tak ingin menceraikan aku karena ia khawatir kelainannya ini akan diketahui banyak orang, begitu?’‘Apa ia tak pernah mendiskusikan ini dengan dokter langganannya? Kenapa pula mas Bram tak pernah menceritakan ini kepadaku? Ahh, banyak sekali yang ingin aku tanyakan padanya termasuk kapan tepatnya mas Bram mengalami hal ini?’Setelah berpikir dengan sangat keras, Esha masih belum menemukan solusi dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang melayang di kepalanya. Meskipun Esha sudah berusaha untuk memejamkan mata dan menenangkan diri, pertanyaan itu tetap menghantui dirinya.‘Kalau begini caranya, aku tidak akan pernah bisa fokus dala
last updateLast Updated : 2022-05-30
Read more
Rencana Esha dan Alysa
AKU DAN MADUKU – 6“Mulutmu itu benar-benar keterlaluan, Esha!!? Kau –” “Apa?! Apa, mas! tampar aku sekarang kalau kamu mau. Aku nggak ada masalah soal itu, sebab aku memang mengatakan hal yang benar. Iya kan?”Telapak tangan kiri Bram memang sudah melayang ke udara. Namun sisi malaikatnya telah berhasil membujuk Bram agar berhenti memukul wajah Esha dengan sekuat – kuatnya.“Kenapa tidak jadi? Pukul saja aku, Mas! aku lelah dengan semua kebohongan kamu. Mau sampai kapan kamu terus saja menutupinya dariku?” pekik Esha dengan suara yang masih terdengar tinggi.Bram menarik napasnya dalam-dalam. Ia juga menutup kedua pelupuk matanya meski hanya sekilas. “Kamu tidak tahu apa – apa, Esha. Ini bukan seperti yang kau bayangkan. Aku tidak pernah tidur dengan perempuan manapun, dan aku bukan laki – laki yang ada di pikiranmu itu.”Esha tersenyum miris. “Baiklah, Mas. kalau kamu masih tak ingin bercerita apapun padaku, aku bisa terima itu. Aku tidak akan menuntut banyak darimu. Aku hanya ingi
last updateLast Updated : 2022-07-21
Read more
Alysa, sang istri muda
Aku, Suami, dan Maduku – 7PLAK!TOS!“Good job!” ujar Esha menghentakkan telapak tangannya pada telapak tangan milik Alysa. Gadis muda dengan pengalaman yang mungkin lebih mengerikan dari Esha.Keduanya sama – sama mengukir senyum picik yang terlihat sama untuk menghantarkan kepergian Bram ke kantornya pagi ini.Selang beberapa menit sampai kemudian suara deru mobil Bram menghilang dari pendengaran mereka, Alysa kemudian bertanya pada Esha. “Apa yang harus aku lakukan untuk mbak?” Esha tersenyum sepintas dan mengalihkan pandangannya. “Kamu hanya harus membuat suasana hatinya memburuk disaat aku membangunnya dengan susah payah. Kita hanya harus memainkan perasaannya dalam beberapa hari ke depan.”“Untuk?” sambung Alysa kembali dengan suara yang setengah berbisik. Ia khawatir jika ada orang yang mendengar pembicaraan mereka berdua di sini.“Untuk apa lagi? Untuk membuatnya bisa menghargai perasaan orang. Sesederhana itu! Untuk saat ini aku hanya ingin dia merasakan peranku selama ini
last updateLast Updated : 2022-07-21
Read more
Sifat dan Karakter Alysa
AKU DAN MADUKU – 8“Bagaimana? Mudah bekerja sebagai sekretaris bagi suamimu ini, hem?” seru Bram yang sengaja menyindir Alysa sembari menertawakan cara bekerja Alysa yang berantakan.“Terus saja seperti itu! Kau sendiri yang memintaku untuk mencari kesibukan, Mas. kamu pikir aku mau bekerja seperti ini! ini hanya pekerjaan – pekerjaan yang hanya cocok dilakukan oleh Mbak Esha!” tukasnya dengan wajah yang kusut.“Itu lah kenapa kamu tidak akan bisa bersaing dengan Esha. Kamu tahu dia bahkan bisa mengurus satu perusahaan yang telah papa berikan padanya. Sementara kamu sudah terbiasa dengan kehidupan mewahmu. Bagaimana mungkin kamu bisa menyesuaikan dengan semua pekerjaan yang ada?”“Halaah … Esha lagi, Esha lagi. Muak rasanya aku selalu kamu bandingkan dengan dia, Mas. Tidakkah aku bahkan lebih cantik dan lebih menawan darinya bukan?”Alysa lantas berdiri dan berjalan ke arah Bram yang masih duduk bersila di atas sofa putihdi ruangannya. Ia masih menatap Alysa dengan tawanya yang merem
last updateLast Updated : 2022-07-23
Read more
Bumbu Rumah Tangga
Antara AKU, Suami dan MADUKU – 9‘Apa yang terjadi dengan Mas Bram … ini pasti ada kaitannya dengan Alysa. Dia pasti tahu tentang sesuatu yang melibatkan Mas Bram.’ Esha tengah bergumam dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa memang argumennya itu benar.Sebab memang belum pernah sebelumnya Mas Bram nampak sangat terbebani seperti itu. Padahal, sejak kemarin atau bahkan dua hari yang lalu, hubungan mereka bertiga masih terbilang baik – baik saja. Hanya ada pertengkaran kecil yang menjadi bumbu – bumbu rumah tangga mereka seperti hari – hari sebelumnya.“Aku harus tanyakan hal ini pada Alysa nantinya, bagaimana mungkin Mas Bram bisa menjadi terpuruk seperti itu? Mungkinkah karena urusan kantor? aku rasa tidak ….”Tepat setelah ia menyelesaikan kalimatnya, Bram telah selesai berbincang dengan Papa Prawiryo dan kini, ia tengah berbalik menuju ke arah EshaSeketika ekspresi wajah Esha menjadi setingkat lebih cerah seperti matahari. Ia melemparkan senyumnya seolah memang ia tengah menyambut
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more
Perayaan Ulang Tahun
Antara AKU, SUAMI, DAN MADUKU – 10“Mas Bram mungkin bisa memberikan uang dan seluruh harta kekayaannya, tapi tidak dengan sentuhan – sentuhannya. Jika kamu memang ingin aku membuat Mas Bram merasa bersalah dan mengatakan semuanya padamu dengan mulutnya sendiri, aku akan membantumu. Itu hal yang sangat mudah bagiku.” Esha sempat terkesiap dengan ucapan Alysa hingga bibirnya terasa kelu. Meski sejujurnya Esha pun juga tahu bagaimana watak Alysa yang sangat keras kepala, namun tetap saja rasanya Esha sangat terkejut menghadapi wanita dengan karakter seperti itu.‘Alysaa benar-benar tidak mudah dikendalikan. Dia bukan gadis polos seusianya…’ batin Esha nampak berargumen sendiri.“Terima kasih atas usahamu untuk itu, tapi tak perlu berlebihan. Kau punya batasan karena bagaimanapun dia tetap suamimu, Alysa.” Esha mencoba bersikap bijak untuk mengembalikan keadaan.Alysa terkekeh. “Baiklah, aku juga tahu itu. Dia memang suamiku selagi ia bisa memenuhi kebutuhanku. Tapi coba kau pikir mbak,
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status