Susi dan Gerby menuju sebuah restoran makanan Romansia yang baru.Mereka berdua makan sambil berbicara. Susi tanpa sadar minum beberapa gelas anggur karena banyak pikiran.Saat keluar dari restoran, Susi merasa mulai mabuk dan kepala yang sedikit berat.Gerby memanggilkan sopir untuk mengantarnya ke Kediaman Martin.Susi memegang keningnya sambil berjalan terhuyung-huyung ke kamarnya. Dia bahkan langsung masuk ke kamar mandi tanpa menutup pintu."Tuan Nefan sudah pulang, ya." Nefan yang lelah setelah seharian bekerja dan perjamuan bisnis pun akhirnya tiba di rumah.Bibi Nurma bersama kepala pelayan menyambutnya di depan pintu."Ya," jawab Nefan sambil membawa tasnya ke atas.Nefan berhenti sesaat ketika melewati kamar Billy. Barusan dia ingin pergi, dia melihat pintu kamar yang terbuka dan suara aliran air dari dalam.Malam ini Nefan minum lumayan banyak alkohol. Di bawah rangsangan alkohol, Nefan menjadi sangat penasaran, bahkan tidak bisa menahan godaan dan masuk ke dalam kamar.Tida
Nefan berusaha keras menghela napas yang dalam, bahkan berkali-kali memberi tahu dirinya kalau Susi adalah istri adiknya dan tidak ada hubungan apa pun dengannya.Dia pun mengepalkan tangan dengan erat dan menahan api yang membara di dalam hatinya.Akan tetapi, godaan itu terus berlangsung.Setelah Susi melepaskan semua pakaiannya, dia masuk ke dalam bak mandi dan menyalakan pancuran air.Susi memejamkan matanya membiarkan air mengalir di tubuhnya.Kedua tangan mengusap tubuhnya dari leher, dada, perut, pinggang dan ke bawah.Rambut hitam panjang tergerai di depan dada, bibir merah dengan kilauan yang menggoda seolah sedang menggoda Nefan.Napas Nefan menjadi semakin terburu-buru! Tatapan matanya bahkan mulai membara.Nefan berusaha untuk memadamkan api di hatinya, tapi api itu tidak bisa dipadamkan! Melainkan menjadi semakin membara seolah mau membakarnya!Nefan tergila-gila ingin memilikinya.Namun, di saat Nefan mau melangkah ke dalam kamar mandi, dia tetap memilih untuk membalikkan
Siapa sangka kalau dirinya tanpa sadar hanya menjadi pawang Nefan.Nefan jelas-jelas masih tidak bisa melupakan Susi.Kalau tidak, bagaimana mungkin Nefan begitu malam masih masuk ke kamarnya?'Siapa yang tahu hal menjijikkan apa yang telah mereka lakukan di dalam?'Rubi mengepalkan tangannya dengan sangat tidak puas.'Kenapa Susi sudah menikah dengan Billy, tapi Nefan masih merindukannya?''Apakah ini alasannya Nefan mau menikah palsu denganku?''Ternyata selama ini Nefan selalu memikirkan wanita lain dan wanita itu adalah Susi, istri dari adiknya sendiri.'Tatapan Rubi dipenuhi dengan kebencian.Keesokan paginya saat Susi bangun dan selesai mandi, dia membuka pintu untuk turun ke bawah sarapan."Setelah menikah dengan Keluarga Martin, apakah kamu mengira nggak ada yang tahu apa yang kamu lakukan di belakang?"Suara sindiran seorang wanita muncul dari belakang. Susi langsung menoleh, ternyata itu adalah Rubi.Entah sejak kapan Rubi muncul di depan kamarnya hingga mengejutkan Susi."Ka
Setelah mengatakannya, Rubi pun pergi dengan sombong.Susi memegang wajahnya yang kesakitan. Susi merasa sangat marah dan sedih saat menatap kepergian Rubi.Ini bukan pertama kalinya Rubi meragukan Susi dan Nefan, tapi tamparan Rubi hari ini benar-benar keterlaluan.Kalau Rubi bukan kakak iparnya, Susi tidak akan begitu sabar dalam menghadapinya.Rubi selalu mencari masalah dengan kecurigaannya.Sejak Susi menikah dengan Billy, dia selalu berjaga jarak dengan Nefan, bahkan tidak pernah melewati batas. Akan tetapi, Rubi malah selalu curiga kalau Susi menggoda suaminya.Susi merasa sangat sedih! Dia ingin menghubungi Billy untuk menceritakan kesedihan di Kediaman Martin.Sebelum dia mengeluarkan ponselnya, sebuah suara langkah kaki tiba-tiba muncul dari belakang.Bagaimana Susi menghadapi orang dengan wajah seperti ini?Susi langsung membalikkan badannya berjalan kembali ke kamar sendiri.Namun, saat Susi mau menutup pintu, sebuah tangan tiba-tiba menahan pintunya.Susi mendongak dengan
Jehian menyipitkan matanya dengan ekspresi sulit di tebak, dia menanyakan balik, "Apa yang kulihat?"Susi tercengang dengan ekspresi sedikit canggung, dia pun mulai bingung.Apa Jehian tidak melihat apa pun dan hanya menebak saja?Kalau begitu, Susi tidak perlu mengaku karena itu juga terlihat seakan-akan Susi sedang mengadu.Susi mendongak dan tersenyum menjawab, "Aku baik-baik saja."Tatapan Jehian langsung menjadi sangat muram, jari tangan yang dingin sekali lagi menyentuh di wajah Susi yang bengkak kemerahan. Jehian berkata dengan nada teguran, "Bukankah kamu lumayan kuat saat menendangku? Kenapa kamu bisa ditindas oleh Rubi?""Siapa yang bilang aku ditindas?!" jawab Susi secara langsung karena mendengar Jehian sedang menghinanya.Jehian memainkan alisnya, lalu menatapnya dengan senyuman nakal berkata, "Aku tadi sudah melihatnya.""Kamu!" Susi tidak menyangka Nefan benar-benar melihat apa yang telah terjadi. Susi pun merasa canggung, bahkan ingin kabur. "Lepaskan aku! Ini bukan mas
Sebelum Susi selesai bicara, bibirnya sudah dicium oleh Jehian.Jehian menggunakan kekuatan lidahnya untuk membuka giginya secara paksa, kemudian mengisap semua aura Susi.Aura panas yang dipancarkan dari seluruh tubuh Jehian mengepung Susi seperti badai yang melahapnya! Semakin Susi melawan, maka Jehian akan semakin galak!Ciuman yang mendominasi dan penuh hasrat seperti percikan api yang menyebar di antara mereka.Awalnya Susi masih melakukan perlawanan, perlahan-lahan tubuhnya pun mulai tidak terkendali karena ciuman panas dari Jehian.Pikiran Susi menjadi sangat kacau! Entah sejak kapan dirinya digendong oleh Jehian dan ditahan di atas sofa.Susi sudah tidak sadar dan semua pakaian sudah terlepaskan.Napas yang sedikit dingin menyentuh kulitnya berhasil menyadarkan Susi.Susi langsung membuka matanya dan mendorong Jehian. "Jangan! Jangan begitu ...."Namun, bagaimana Jehian yang sudah digoda akan berhenti begitu saja?Perlawanan yang tidak membuahkan hasil apa pun membuat Susi memu
"Jehian! Hubunganku dengan suamiku sangat baik! Kamu jangan memprovokasi di depanku!" Susi mendongak untuk bertatapan dengannya dengan sangat marah, bahkan daun telinganya juga mulai memerah karena terlalu emosi."Jehian? Kenapa kamu nggak memanggilku paman lagi?" tanya Jehian sambil mendekatinya dengan tatapan yang seksi.Susi segera mengulurkan tangannya untuk menahan dada Jehian yang mendekat. "Apa kamu masih berhak menjadi seniorku?""Aku nggak tertarik menjadi seniormu, aku lebih tertarik menjadi pasanganmu," ujar Jehian dengan tatapan yang panas."Kamu!" Susi sangat terkejut hingga melototinya.Jehian terus menatapnya, lalu berkata dengan nada sindiran, "Bukankah kamu bilang hubunganmu dengan suamimu sangat baik? Mari kulihat sebaik apa hubungan kalian."Setelah mengatakannya, Jehian langsung pergi tanpa menoleh lagi.Susi melihat bayangan belakangnya dengan kebingungan. Dia terus memikirkan kata-kata Jehian, "Mari kulihat sebaik apa hubungan kalian."Susi merasa ada maksud lain
Suasana di ruang kantor kembali menjadi sangat hening.Susi terdiam di tempat, dia butuh waktu yang lama untuk menyadarkan dirinya."Oke, aku sudah mengerti. Kamu keluar saja dulu, aku ingin menenangkan diriku," ujar Susi sambil memijat kening dan melambaikan tangannya.Vincent meliriknya dengan prihatin, dia bahkan terus menoleh ke belakang ketika berjalan keluar.Susi tersenyum padanya dan berlagak santai berkata, "Tenanglah, aku baik-baik saja. Ini sudah bukan pertama kalinya."Vincent pun benar-benar lega setelah mendengar kata-kata Susi, lalu dia meninggalkan kantornya Susi.Vincent pun benar-benar lega setelah mendengar kata-kata Susi, lalu dia meninggalkan kantornya Susi.Susi mengeluarkan ponselnya kemudian menghubungi Billy.Respons dari panggilan itu adalah suara mesin wanita yang mengatakan kalau ponselnya sudah dinonaktifkan.Susi marah hingga tidak bisa mengendalikan dirinya, dia bahkan langsung melemparkan gelas kaca di meja kerja."Klang!" Suara pecah yang nyaring disert