Alaric tidak marah, melainkan tersenyum dengan penuh minat.Tidak ada wanita yang berani bertengkar dengannya. Akan tetapi, ketika Florence melakukannya, Alaric tidak merasa marah, justru merasa menarik.Nada santai pria itu membuat Florence merasa marah. "Alaric, Phoebe nggak punya masalah denganmu. Dia nggak salah. Apakah kamu harus membunuhnya?"Florence seperti singa kecil yang meledak-ledak. Suasana hati Alaric makin bagus, dia mengulurkan tangan untuk mengusap kepala Florence. Ekspresi Florence berubah, dia dengan cepat menoleh untuk menghindari sentuhan Alaric.Tangan besar Alaric menggantung di udara. Dia menyipitkan matanya, kemudian mengusap kepala Florence dengan kuat hingga rambut wanita berantakan.Florence ditekan ke dinding oleh Alaric, dia tidak bisa menghindar sama sekali.Alaric terlalu mendominasi.Alaric harus mendapatkan hal yang dia inginkan, bahkan untuk hal sepele seperti mengusap kepala Florence."Sudah kubilang, bukan aku yang ingin mencelakainya, kamulah yang
Jordan dengan cepat mengetahui keberadaan Silvia dan Phoebe.Dua jam yang lalu, seseorang masuk ke rumah sakit, menyandera Silvia dan Phoebe, kemudian membawa mereka ke sebuah gudang di pinggiran kota. Jordan telah mengirim orang untuk menyelamatkan mereka. Phoebe ketakutan hingga pingsan, sedangkan Silvia terluka. Sekarang mereka dalam perjalanan ke rumah sakit."Apakah kamu sudah menemukan siapa yang melakukannya?" tanya Alaric tanpa ekspresi."Pak Alaric, beberapa pelaku itu melarikan diri. Orang-orang kita sibuk menyelamatkan orang, jadi belum mengetahui latar belakang mereka," kata Jordan dengan hormat."Kinerjamu makin rendah," ujar Alaric dengan nada dingin.Sebenarnya kinerja Jordan sudah sangat cepat karena dapat menemukan orang dalam waktu sesingkat itu. Akan tetapi, Alaric tidak puas. Kulit kepala Jordan merinding."Pak Alaric, kami akan segera menyelidikinya.""Temukan orangnya dengan cara apa pun!"Setelah Alaric selesai berbicara, dia menutup telepon, lalu menatap Florenc
Hal-hal ini diklasifikasikan berdasarkan peringkat bintang. Yang bintang lima adalah yang paling tidak dapat diterima, dan level lainnya diurutkan dalam urutan menurun. Dari tabel, terlihat bahwa bahan yang paling tidak dapat diterima untuk Alaric adalah jeroan, dan beberapa menjengkelkan makanan seperti bawang putih...Florence tidak bisa berkata-kata melihat tabel tersebut.Bisa-bisanya ada orang yang membenci jeruk dan anggur. Alaric begitu pilih-pilih makanan, tetapi dia tidak kekurangan gizi, bahkan bisa tumbuh begitu tinggi.Orang kaya memang sulit untuk diurus.Tak lama kemudian, Jordan mengutus seseorang untuk mengantar beberapa kantong bahan makanan. Selain beberapa sayuran, semuanya adalah bahan-bahan yang sangat mahal.Florence memindahkan bahan-bahan itu ke lemari es, kemudian memilih beberapa hidangan untuk dimasak."Bam!"Florence tidak sengaja menjatuhkan sebotol kecap, kecap hitam menodai sebagian gaunnya.Florence mengerutkan kening, kemudian segera membilas pakaiannya
Florence berbalik untuk mengambil mangkuk. Dia terkejut saat melihat Alaric yang berdiri tidak jauh darinya."Sudah selesai rapat, Pak Alaric."Florence meletakkan sendok, lalu menarik ujung kemeja dengan canggung. "Maaf, gaunku ternoda kecap, jadi aku hanya bisa meminjam pakaianmu dulu."Meski ini bukan pertama kalinya Florence mengenakan pakaian Alaric, dia tetap merasa agak malu. Tidak peduli bagaimana dia menarik ujung kemejanya, itu hanya mencapai bagian tengah pahanya.Alaric menyipitkan matanya. Dia suka melihat Florence mengenakan pakaiannya, tetapi saat ini ... apakah Florence benar-benar ingin dia makan ketika Florence berpakaian seperti itu?Ditatap seperti itu oleh Alaric, Florence pun mengubah topik dengan tidak nyaman. "Aku sudah menyiapkan makanan dan segera bisa dimakan. Kamu bisa menunggu di meja."Mata Alaric menyapu kaki Florence, bayangan kaki Florence yang melingkari pinggangnya terlintas di benaknya. Tanpa berbicara lagi, Alaric berjalan menuju meja makan.Sekalip
Berpikir demikian, Florence pun menghela napas lega. Untung tidak melibatkan Alaric."Mulai sekarang, kamu tinggal di sini bersamaku.""Hah? Kenapa?" Florence sedikit bingung.Alaric berkata dengan tenang. "Orang-orang yang keluar negeri itu hanyalah antek-antek. Ada otak di belakang mereka. Sekarang mereka tahu akulah yang menyelamatkan orang, dalangnya pasti penasaran kenapa aku menyelamatkan Phoebe mereka. Kalau mereka menemukan bahwa aku menyelamatkan kedua orang itu karena kamu ... mereka nggak berani menyentuhku, tapi belum tentu nggak berani menyerangmu. Lebih aman kamu berada di sisiku, paham?"Florence benar-benar tidak kepikiran hal ini. Dia menatap wajah Alaric dengan tatapan rumit.Apakah Alaric takut sesuatu terjadi padanya?Florence menggigit bibirnya. "Seharusnya nggak separah ini."Dia tidak ingin pindah ke Perumahan Lotus. Rasanya seperti tinggal bersama pasangan.Alaric mendengus, nadanya terdengar memaksa. "Aku menyarankanmu untuk jangan memiliki pemikiran bodoh sepe
Ketika Florence tersadar, dia sudah berada di kasur. Tubuh Alaric menindihnya seperti gunung, membuat Florence mustahil untuk melarikan diri."Alaric!"Pria itu mencium Florence lagi. Florence tiba-tiba memalingkan wajah, napasnya memburu. Bulu matanya bergetar hebat. "Batas waktu yang kita tentukan belum sampai. Kamu nggak boleh memaksaku."Pria itu menatap dengan Florence dengan lekat.Sebenarnya Florence agak takut pada Alaric di saat-saat seperti ini.Pertama, karena dia bukan tandingan Alaric.Kedua, Alaric membuatnya merasa sakit.Tentu saja ada kenikmatan, tetapi pada akhirnya Florence hanya merasakan sakit. Tidak peduli Florence sesakit apa, Alaric tidak akan melepaskannya. Karena itu, Florence hanya mengingat rasa sakit pada hal seperti ini.Mungkin karena ketakutan Florence telah menumpuk, entah keberanian dari mana, Florence beradu tatapan dengan Alaric."Pak Alaric, kurasa kamu adalah orang yang bisa memegang omongan, bukan?"Alaric menatap Florence sebentar, kemudian memeg
Suara Alaric seolah masih terdengar di telinganya. Wajah Florence terbakar. Dia tidak mau memikirkan semua itu lagi, menyibak selimut, langsung pergi ke kamar mandi.Dia mengganti pakaian, kemudian berjalan keluar menuju ruang tamu, tetapi dia tidak melihat Alaric.Apakah dia sudah berangkat kerja?"Nyonya sudah bangun?"Pada saat ini, suara hormat seorang wanita paruh baya tiba-tiba terdengar dari belakang.Seorang pelayan yang mengenakan celemek berdiri di ruang makan dengan senyum penuh semangat."Nyonya, aku sudah menyiapkan sarapan. Sebentar lagi sudah boleh makan. Mohon tunggu sebentar."Florence tertegun, lalu tersenyum cerah. "Kamu salah orang. Aku bukan istri Alaric, hanya sekretarisnya.""Kamu bukan? Kalau begitu kamu ...."Wanita ini muncul di rumah Alaric pagi-pagi, tetapi bukan istrinya Alaric. Hubungan antara Florence dan Alaric jelas bukan sekadar sekretaris dan bos.Pelayan itu tersadar dan masih tersenyum. "Maaf, aku salah orang. Semoga Nona nggak marah. Siapa namamu?"
Mereka mengabaikan pendapat Florence.Setelah sarapan, Alaric dan Florence keluar bersama.Jordan menghentikan mobil di depan. Melihat mereka keluar, Jordan pun membuka pintu mobil dengan hormat, Alaric masuk."Pak Alaric, aku berangkat sendiri saja," ucap Florence yang berdiri di samping mobil.Alaric tampak tenang, dia merapikan mansetnya. "Aku nggak masalah, tapi lima belas menit lagi adalah jam kerja. Kamu harus cepat kalau mau naik transportasi umum. Jalan, Jordan."Jordan hampir tidak bisa menahan tawanya. Tentu saja dia tidak segera menutup pintu mobil.Benar saja, setelah mendengar ucapan Alaric, Florence langsung masuk ke dalam mobil.Peraturan Grup Prescott sangat ketat. Sekali terlambat, gajimu akan dipotong satu juta.Jordan tidak bisa menahan senyumnya. Dia menutup pintu mobil, kemudian berjalan ke jok depan untuk mengemudi."Pak Alaric, pagi ini kamu ada beberapa rapat. Siang makan bersama Menteri Perdagangan, sorenya harus berpartisipasi dalam proyek penawaran ...."Jord