Share

Bab 89

Ketika Florence tersadar, dia sudah berada di kasur. Tubuh Alaric menindihnya seperti gunung, membuat Florence mustahil untuk melarikan diri.

"Alaric!"

Pria itu mencium Florence lagi. Florence tiba-tiba memalingkan wajah, napasnya memburu. Bulu matanya bergetar hebat. "Batas waktu yang kita tentukan belum sampai. Kamu nggak boleh memaksaku."

Pria itu menatap dengan Florence dengan lekat.

Sebenarnya Florence agak takut pada Alaric di saat-saat seperti ini.

Pertama, karena dia bukan tandingan Alaric.

Kedua, Alaric membuatnya merasa sakit.

Tentu saja ada kenikmatan, tetapi pada akhirnya Florence hanya merasakan sakit. Tidak peduli Florence sesakit apa, Alaric tidak akan melepaskannya. Karena itu, Florence hanya mengingat rasa sakit pada hal seperti ini.

Mungkin karena ketakutan Florence telah menumpuk, entah keberanian dari mana, Florence beradu tatapan dengan Alaric.

"Pak Alaric, kurasa kamu adalah orang yang bisa memegang omongan, bukan?"

Alaric menatap Florence sebentar, kemudian memeg
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status