Share

Sang Penghancur Langit
Sang Penghancur Langit
Penulis: Martimbul siregar

Berkah Petir

Di tengah-tengah sebuah hutan yang cukup rimba, berdiri sebuah perguruan yang sudah cukup terkenal di dunia persilatan.

Perguruan itu bernama Perguruan Matahari, dan itu merupakan perguruan yang sudah berdiri selama ratusan tahun.

Selama ratusan tahun ini, Perguruan itu selalu berada di puncak dunia persilatan, namun sejak beberapa tahun belakangan ini, perguruan itu mulai alami kemunduran, karena mereka tak memiliki murid-murid berbakat.

Selain itu, Ketua besar perguruan itu juga tidak sekuat ketua-ketua Perguruan sebelumnya, hingga ketua perguruan itu tak terlalu dihargai di dunia persilatan.

Di salah satu sudut perguruan itu.

Bukkkk!!

Seorang pemuda berusia lima belas tahun didorong, hingga tubuhnya terjerembab ke jatuh ke tanah.

"Dasar bodoh! Untuk apa kau berada di sini, jika tidak mampu bertahan dari kami?"

"Apa salahnya?" teriak pemuda itu.

Plakkkkkk!

Jawaban untuk pertanyaan anak muda adalah sebuah tamparan yang sangat keras, saking kerasnya itu membuat seluruh tubuh anak muda itu merasakan rasa sakitnya.

"Ikat dan buang dia dari sini! Aku tidak suka pada manusia miskin seperti dia!"

Tanpa ada yang bicara, anak muda bertubuh kurus itu, kedua kaki dan tangan diikat, dan mulutnya disumpal pakai kain hingga dia tak bisa bersuara lagi.

Tidak memiliki kemampuan untuk melawan, anak muda itu dengan pasrah harus rela tubuhnya diangkat, dan dibuang ke belakang perguruan itu.

Pasrah dan tak memiliki harapan, itulah yang dirasakan oleh anak muda itu, bahkan hingga hari akan malam, tetap tidak ada yang datang untuk menolong anak muda itu.

Namun, ternyata dewa masih sayang pada anak muda itu, seorang lelaki berusia empat puluhan tahun melihat pemuda yang terikat itu.

"Arya! Apa yang terjadi padamu?" kata orang itu.

Dia buru-buru membuka semua ikatan pada pemuda bernama Arya itu, dan buru-buru memeluk bocah itu demi memberikan anak kecil kurus itu ketenangan.

"Guru Sanjaya! Apa salahku?" tanya bocah itu dengan suara yang lirih.

Pertanyaan bocah kecil itu membuat hati guru Sanjaya sungguh sakit, karena bocah itu merupakan bocah yang dia bawa ke perguruan itu.

Tapi sayangnya, bocah itu tidak memiliki bakat yang hebat, hingga dia sering dikucilkan, dan bahkan sering mendapatkan perlakuan yang tak layak.

Tidak hanya sekali atau dua kali anak kecil itu mendapatkan perlakuan seperti itu, namun sudah berkali-kali dan bahkan tak bisa dihitung lagi.

"Mari kita pulang!" kata Guru Sanjaya.

Lelaki berusia empat puluhan tahun itu menggendong tubuh Arya, dan membawa bocah kecil itu ke kediamanku yang berada di utara perguruan matahari itu.

"Mulai hari ini, kau akan tinggal di sini! Jangan keluar dari sini, dan jika kau ingin berlatih, aku yang akan mendidikmu!" kata Guru Sanjaya.

Pemuda tanggung berusia lima belas tahun itu hanya diam, dan memang hanya bersama dengan Guru Sanjaya, dia akan merasa tenang.

Tiga tahun yang lalu, saat Guru Sanjaya membawa dirinya ke perguruan itu, dia memang sudah tinggal di pondok Sanjaya.

Hanya saja, saat itu Sanjaya mendapatkan misi, hingga Arya harus dipindahkan ke tempat khusus para murid.

Namun, sejak saat itulah, perlakuan demi perlakuan buruk mulai didapatkan oleh Arya, hingga hari ini, saat Sanjaya pulang, dia akhirnya menemukan Arya dalam keadaan yang buruk.

"Istirahatlah, Arya! Guru sudah ada di sini, dan kau tidak perlu takut lagi!" kata Guru Sanjaya sambil mengelus rambut Arya.

"Terima kasih, guru!" ucap Arya.

Sanjaya melirik ke arah Arya yang sudah tertidur, dan setelah itu meninggalkan pondoknya.

"Aku harus tahu, apa saja yang sudah dialami oleh murdiku selama aku tidak ada di perguruan ini?" ucap Sanjaya.

***

Tengah malam, di saat orang-orang sedang tidur dengan sangat lelapnya.

Jledaaarrrrrrr!!

Suara ledakan yang sangat dahsyat terdengar di udara, dan cahaya biru turun dari langit, yang mana cahaya itu masuk ke dalam sebuah pondok kecil yang ada di sisi utara perguruan matahari.

Cahaya biru itu melayang-layang di atas tubuh seorang anak kecil yang tidur dengan pulasnya.

Tak berapa lama, cahaya biru itu berubah menjadi satu sosok tubuh pemuda yang sangat tampan, dan memiliki mata yang sangat berwibawa.

"Bangun!" ucap anak muda misterius itu.

Sangat pelan, namun suara itu dipenuhi dengan tekanan yang sangat kuat, hingga membuat anak muda yang berada di dalam pondok itu membuka matanya.

"Siapa kau?" tanya anak kecil itu.

"Kau tidak perlu tahu aku siapa, namun asal kau tahu, kau sudah dipilih sebagai pemilik berkah petir!" kata orang itu.

"Berkah petir, apa itu?"

"Kekuatan dari elemen petir, dan aku pastikan kalau kau akan menjadi yang terkuat yang pernah ada di negeri ini!" kata sosok itu.

"Hahahah! Jangan bercanda, aku hanya manusia yang tidak memiliki bakat, tubuhku tidak akan bisa menerima itu!"

Sosok pemuda tampan itu tersenyum, dan ia menyentuh kepala anak muda itu, dan hawa hangat pun masuk ke dalam tubuh bocah berusia lima belas tahun itu.

Rasa hangat itu menjalar, dan bocah itu mulai merasakan kalau hawa hangat itu berubah menjadi panas.

"Argggggg! Apa yang kau lakukan padaku?" teriak anak muda itu.

Cukup lama hawa panas itu bersemayam di tubuh anak kecil itu, hingga anak kecil itu hanya bisa meraung dan meronta.

"Guru! Tolong aku!" teriak anak kecil itu.

Namun, jeritan anak kecil itu tidak berguna, karena suaranya seolah-olah tertahan di tenggorokannya.

Cukup lama hawa panas itu menguasai tubuh Arya, hingga perlahan-lahan hawa panas itu mulai hilang.

"Terima ini!" kata pemuda misterius itu dan letakkan sesuatu di tangan Arya.

"Apa ini?"

Arya melihat benda yang diberikan oleh pemuda itu, dan itu adalah sebuah kitab pusaka.

Belum juga Arya paham akan semua itu, pemuda misterius itu memasukkan sesuatu ke tangan Arya, dan itu seperti sarung tangan.

"Tunggu! Apa lagi ini?"

Namun, semuanya telah terjadi, dan anak kecil itu merasakan kalian sarung tangan itu berubah menjadi sesuatu yang membuat ia seolah-olah memiliki baju besi.

"Dan ini berkah terakhir yang akan jadi milikmu!" kata lelaki itu lagi.

Lelaki itu mengeluarkan sebuah keris dari ruang hampa, dan melemparkan keris itu ke atas.

Keris itu melayang-layang untuk sejenak di udara, dan setelah itu meluncur turun ke bawah, dan masuk ke dalam kepala Arya.

Untuk yang ke sekian kalinya Arya menjerit sekeras mungkin, namun suara jeritan itu lagi-lagi tertahan di tenggorokannya.

Brukkkkkk!!

Arya jatuh karena semua rasa sakit yang ia rasakan, dia jatuh dan tak sadarkan diri.

Pemuda itu gerakkan tangannya, dan tubuh Arya pun kembali ke tempat tidurnya.

"Aku akan melihat perkembanganmu, Arya! Mari kita lihat, apakah kau sungguh mampu memiliki semua itu?" ucap pemuda misterius itu sebelum akhirnya hilang tanpa bekas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status