Di tengah-tengah sebuah hutan yang cukup rimba, berdiri sebuah perguruan yang sudah cukup terkenal di dunia persilatan.
Perguruan itu bernama Perguruan Matahari, dan itu merupakan perguruan yang sudah berdiri selama ratusan tahun. Selama ratusan tahun ini, Perguruan itu selalu berada di puncak dunia persilatan, namun sejak beberapa tahun belakangan ini, perguruan itu mulai alami kemunduran, karena mereka tak memiliki murid-murid berbakat. Selain itu, Ketua besar perguruan itu juga tidak sekuat ketua-ketua Perguruan sebelumnya, hingga ketua perguruan itu tak terlalu dihargai di dunia persilatan. Di salah satu sudut perguruan itu. Bukkkk!! Seorang pemuda berusia lima belas tahun didorong, hingga tubuhnya terjerembab ke jatuh ke tanah. "Dasar bodoh! Untuk apa kau berada di sini, jika tidak mampu bertahan dari kami?" "Apa salahnya?" teriak pemuda itu. Plakkkkkk! Jawaban untuk pertanyaan anak muda adalah sebuah tamparan yang sangat keras, saking kerasnya itu membuat seluruh tubuh anak muda itu merasakan rasa sakitnya. "Ikat dan buang dia dari sini! Aku tidak suka pada manusia miskin seperti dia!" Tanpa ada yang bicara, anak muda bertubuh kurus itu, kedua kaki dan tangan diikat, dan mulutnya disumpal pakai kain hingga dia tak bisa bersuara lagi. Tidak memiliki kemampuan untuk melawan, anak muda itu dengan pasrah harus rela tubuhnya diangkat, dan dibuang ke belakang perguruan itu. Pasrah dan tak memiliki harapan, itulah yang dirasakan oleh anak muda itu, bahkan hingga hari akan malam, tetap tidak ada yang datang untuk menolong anak muda itu. Namun, ternyata dewa masih sayang pada anak muda itu, seorang lelaki berusia empat puluhan tahun melihat pemuda yang terikat itu. "Arya! Apa yang terjadi padamu?" kata orang itu. Dia buru-buru membuka semua ikatan pada pemuda bernama Arya itu, dan buru-buru memeluk bocah itu demi memberikan anak kecil kurus itu ketenangan. "Guru Sanjaya! Apa salahku?" tanya bocah itu dengan suara yang lirih. Pertanyaan bocah kecil itu membuat hati guru Sanjaya sungguh sakit, karena bocah itu merupakan bocah yang dia bawa ke perguruan itu. Tapi sayangnya, bocah itu tidak memiliki bakat yang hebat, hingga dia sering dikucilkan, dan bahkan sering mendapatkan perlakuan yang tak layak. Tidak hanya sekali atau dua kali anak kecil itu mendapatkan perlakuan seperti itu, namun sudah berkali-kali dan bahkan tak bisa dihitung lagi. "Mari kita pulang!" kata Guru Sanjaya. Lelaki berusia empat puluhan tahun itu menggendong tubuh Arya, dan membawa bocah kecil itu ke kediamanku yang berada di utara perguruan matahari itu. "Mulai hari ini, kau akan tinggal di sini! Jangan keluar dari sini, dan jika kau ingin berlatih, aku yang akan mendidikmu!" kata Guru Sanjaya. Pemuda tanggung berusia lima belas tahun itu hanya diam, dan memang hanya bersama dengan Guru Sanjaya, dia akan merasa tenang. Tiga tahun yang lalu, saat Guru Sanjaya membawa dirinya ke perguruan itu, dia memang sudah tinggal di pondok Sanjaya. Hanya saja, saat itu Sanjaya mendapatkan misi, hingga Arya harus dipindahkan ke tempat khusus para murid. Namun, sejak saat itulah, perlakuan demi perlakuan buruk mulai didapatkan oleh Arya, hingga hari ini, saat Sanjaya pulang, dia akhirnya menemukan Arya dalam keadaan yang buruk. "Istirahatlah, Arya! Guru sudah ada di sini, dan kau tidak perlu takut lagi!" kata Guru Sanjaya sambil mengelus rambut Arya. "Terima kasih, guru!" ucap Arya. Sanjaya melirik ke arah Arya yang sudah tertidur, dan setelah itu meninggalkan pondoknya. "Aku harus tahu, apa saja yang sudah dialami oleh murdiku selama aku tidak ada di perguruan ini?" ucap Sanjaya. *** Tengah malam, di saat orang-orang sedang tidur dengan sangat lelapnya. Jledaaarrrrrrr!! Suara ledakan yang sangat dahsyat terdengar di udara, dan cahaya biru turun dari langit, yang mana cahaya itu masuk ke dalam sebuah pondok kecil yang ada di sisi utara perguruan matahari. Cahaya biru itu melayang-layang di atas tubuh seorang anak kecil yang tidur dengan pulasnya. Tak berapa lama, cahaya biru itu berubah menjadi satu sosok tubuh pemuda yang sangat tampan, dan memiliki mata yang sangat berwibawa. "Bangun!" ucap anak muda misterius itu. Sangat pelan, namun suara itu dipenuhi dengan tekanan yang sangat kuat, hingga membuat anak muda yang berada di dalam pondok itu membuka matanya. "Siapa kau?" tanya anak kecil itu. "Kau tidak perlu tahu aku siapa, namun asal kau tahu, kau sudah dipilih sebagai pemilik berkah petir!" kata orang itu. "Berkah petir, apa itu?" "Kekuatan dari elemen petir, dan aku pastikan kalau kau akan menjadi yang terkuat yang pernah ada di negeri ini!" kata sosok itu. "Hahahah! Jangan bercanda, aku hanya manusia yang tidak memiliki bakat, tubuhku tidak akan bisa menerima itu!" Sosok pemuda tampan itu tersenyum, dan ia menyentuh kepala anak muda itu, dan hawa hangat pun masuk ke dalam tubuh bocah berusia lima belas tahun itu. Rasa hangat itu menjalar, dan bocah itu mulai merasakan kalau hawa hangat itu berubah menjadi panas. "Argggggg! Apa yang kau lakukan padaku?" teriak anak muda itu. Cukup lama hawa panas itu bersemayam di tubuh anak kecil itu, hingga anak kecil itu hanya bisa meraung dan meronta. "Guru! Tolong aku!" teriak anak kecil itu. Namun, jeritan anak kecil itu tidak berguna, karena suaranya seolah-olah tertahan di tenggorokannya. Cukup lama hawa panas itu menguasai tubuh Arya, hingga perlahan-lahan hawa panas itu mulai hilang. "Terima ini!" kata pemuda misterius itu dan letakkan sesuatu di tangan Arya. "Apa ini?" Arya melihat benda yang diberikan oleh pemuda itu, dan itu adalah sebuah kitab pusaka. Belum juga Arya paham akan semua itu, pemuda misterius itu memasukkan sesuatu ke tangan Arya, dan itu seperti sarung tangan. "Tunggu! Apa lagi ini?" Namun, semuanya telah terjadi, dan anak kecil itu merasakan kalian sarung tangan itu berubah menjadi sesuatu yang membuat ia seolah-olah memiliki baju besi. "Dan ini berkah terakhir yang akan jadi milikmu!" kata lelaki itu lagi. Lelaki itu mengeluarkan sebuah keris dari ruang hampa, dan melemparkan keris itu ke atas. Keris itu melayang-layang untuk sejenak di udara, dan setelah itu meluncur turun ke bawah, dan masuk ke dalam kepala Arya. Untuk yang ke sekian kalinya Arya menjerit sekeras mungkin, namun suara jeritan itu lagi-lagi tertahan di tenggorokannya. Brukkkkkk!! Arya jatuh karena semua rasa sakit yang ia rasakan, dia jatuh dan tak sadarkan diri. Pemuda itu gerakkan tangannya, dan tubuh Arya pun kembali ke tempat tidurnya. "Aku akan melihat perkembanganmu, Arya! Mari kita lihat, apakah kau sungguh mampu memiliki semua itu?" ucap pemuda misterius itu sebelum akhirnya hilang tanpa bekas.Begitu bayangan misterius itu hilang, Arya langsung tersentak, dan bangun dari tempat tidurnya. Keringat dingin membanjiri sekujur tubuh anak muda itu, dan semua itu karena kejadian yang baru saja dia alami. "Hanya sebuah mimpi!" ucap Arya, dan kembali untuk tidur.Namun, saat ia rebahkan tubuhnya di tempat tidur, dia merasakan ada sesuatu yang mengganjal di punggungnya, dan itu membuat Arya membalikkan alas yang menutupi tempat tidur itu. Mata Arya terbelalak, karena itu adalah sebuah buku kecil yang cukup tebal, dan Arya pun mengambil buku kecil itu."Kitab ilmu kanuragan?" desis Arya tak percaya.Arya kembali ingat akan mimpi yang baru saja dia alami, dan kitab di tangannya seolah-olah menujukkan kalau itu bukan sekedar mimpi saja. "Apakah ini sungguh nyata?" gumam Arya.Arya membuka lembaran kitab itu, dan ia melihat jurus-jurus yang merupakan jurus tingkat tinggi di lembaran-lembaran kitab itu. "Apakah mungkin kalau yang aku alami bukan sebuah mimpi?" gumam Arya.Arya masih
Diam-diam, Arya berlatih dengan mengunakan kitab yang diberikan pemuda misterius lewat mimpinya. Arya tahu perduli akan hari yang dingin, dan memilih untuk latihan di dalam hutan yang cukup luas itu. Hingga saat malam hari datang, barulah Arya kembali ke pondok Sanjaya, itu pun hanya sekedar untuk istirahat saja. "Hari ini sungguh melelahkan!" ucap Arya.Namun, dengan menggunakan kitab itu sebagai acuan untuk berlatih, Arya merasakan kalau dia mendapatkan peningkatan yang nyata.Kitab itu memang mengajarkan semuanya dari nol, hingga Arya merasa kalau semua yang dia latih saat ini benar-benar memulai dari awal lagi. Saat pagi hari, sebelum orang-orang yang menggangunya muncul, Arya kembali masuk ke dalam hutan, dan berlatih dasar-dasar ilmu kanuragan."Sebelum guru kembali, aku sudah harus tuntas dalam latihan dasar ini!" ucap Arya.Semua latihan dasar di kitab itu dipelajari oleh Wira, dari latihan memperkuat otot bawah, hingga semua ototnya dia latih. Dalam waktu satu purnama, t
Saat pagi hari, sebelum Arya bangun dari tidurnya, Sanjaya mengumpulkan banyak batu. Dari batu kecil hingga batu besar, yang mana semua batu itu dikumpulkan di belakang pondoknya. Suara batu-batu yang dikumpulkan, itu membangunkan tidur, Arya, dan bocah itu keluar dan melihat semua batu itu. "Guru, untuk apa semua batu ini?" tanya Arya. "Batu ini akan jadi sasaran latihanmu, Arya!""Batu jadi sasaran latihan?" kata Arya bingung. "Iya! Seperti yang sudah guru katakan kemarin, kau harus memperkuat kedua tangan dan kakimu bukan?""Terus?" Sanjaya tidak menjawab, namun dia menuju ke arah sebuah batu, dan langsung memukul batu itu, dan ia melakukan itu kembali tanpa tenaga dalam. Bammmmmmm!!Batu sasaran pukulan Sanjaya langsung hancur, dan itu terlihat di mata Arya. "Dengan hancurkan batu ini dengan pukulan, maka itu akan memperkuat tinjumu!" kata Sanjaya. Setelah itu, Sanjaya memegang erat sebuah batu, dan dengan satu kali tekan saja, batu itu hancur."Ini akan memperkuat peganga
Aura di tubuh Arya semakin menakutkan saat amarah ditubuhnya semakin tak bisa Arya tahan, dan itu membuat tiga orang yang menganggunya mulai menujukkan wajah yang pucat. "Kabur!" teriak Boim dan langsung balik badan sebelum dua rekannya mengikuti dirinya untuk kabur. Arya yang masih marah, merasa heran akan hal itu, namun ia tak sadari semua itu, tak sadari kalau tubuhnya mengeluarkan aura yang sangat menakutkan."Aku selamat, aku harap mereka tak lagi ganggu diriku," ucap Arya dan terduduk lemas di atas batu-batu yang berada di belakang pondok Sanjaya itu. Namun itu hanya sesaat saja, karena Arya langsung bangkit."Aku harus lebih kuat, jika tidak, aku akan selamanya berada dalam siksaan mereka!" ucap Arya. ***Perguruan Matahari, merupakan salah satu perguruan yang memiliki nama yang cukup besar di dunia persilatan.Saat ini, Perguruan Matahari dipimpin oleh Ki Badrun, seorang pendekar dengan tingkatan pendekar dewa tahap tiga.Namun, sesungguhnya tingkatan Ki Badrun itu hanya t
Dengan tubuh yang penuh luka, Arya masuk ke dalam pondok Sanjaya, dan ia berbaring untuk sesaat di dalam pondok itu. Namun, Ki Badrun masuk, dan menarik tubuh pemuda berusia lima belas tahun itu."Apa lagi yang kau tunggu? Pergi dari sini!" teriak Ki Badrun."Aku akan menunggu Guru Sanjaya, kembali!" jawab Arya. "Tidak perlu! Di sini, atau tidaknya Sanjaya, kau akan tetap terusir dari sini!" bentak Guru Badrun.Bahkan dengan kasar, Ketua perguruan matahari itu menyeret tubuh Arya hingga sampai di belakang pondok Sanjaya itu. "Pergi dari sini!" teriak Ki Badrun dan lemparkan tubuh Arya hingga terlempar jauh. Arya hanya bisa menahan rasa sakit di tubuhnya, dan dengan menahan semua rasa sakit itu, Arya berjalan untuk menuju pintu keluar Perguruan itu. "Jangan coba-coba untuk lewat dari pintu Perguruan, pergi lewat hutan!" kata Ki Badrun lagi. Arya hanya bisa menarik napas, dan setelah itu, kaki mungil anak itu masuk ke dalam hutan, dan itu membuat Ki Badrun tersenyum puas. "Dengan
"Mungkin Tandui, tahu sesuatu tentang kepergian, Arya?" kata Sanjaya dan begitu dia keluar dari ruangan Ki Badrun dia langsung menuju ke rumah Guru Tandui, salah satu guru di perguruan matahari itu. "Arya, sesungguhnya kau ada dimana?" gumam Sanjaya menjadi gelisah."Selamat datang kembali, rivalku!" kata guru Tandui pada Sanjaya. Menyambut kedatangan orang yang dia anggap sebagai saingan di perguruan itu. "Kita sudah berumur Tandui, jangan anggap aku rival mu lagi!" kata Sanjaya."Sampai kapanpun kau adalah rival ku!" kata guru Tandui."Terserah padamu, Tandui. Eh, apa kau tahu muridku pergi kemana?" tanya Sanjaya."Mengenai itu ... !"Sanjaya melihat guru Tandui menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Dan itu membuat Sanjaya curiga. "Ada apa, Tandui?" tanya Sanjaya."Muridmu mengacau!" kata Tandui."Mengacau? Apa maksudnya?" tanya Sanjaya."Setelah kepergianmu, dia membuat kekacauan di perguruan ini, dan setelah itu dia pergi, mungkin dia malu!" kata guru Tandui."Benarkah itu, Tand
Arya masih diam dan melihat saat Cahaya biru itu memancar dari kitab ilmu kanuragan yang diberikan padanya. Dan pada saat itulah sesuatu terjadi pada kitab itu, yang mana perlahan-lahan muncul sebuah pedang pusaka yang memiliki pamor yang sangat menakutkan. "Tidak mungkin!" kata Arya dan mendekat ke arah pedang itu. Jledaaarrrrrrr!!!Suara ledakan yang begitu dahsyat terdengar saat Arya memegang gagang pedang itu, dan itu sungguh suara ledakan yang sangat dahsyat."Apa maksudnya ini?" tanya Arya, dan masih terus pegangi gagang pedang yang baru saja keluar dari kitab pusaka itu. Bahkan, tanpa ragu, Arya mencabut pedang itu, dan pamor yang begitu kuat pun dirasakan oleh Arya keluar dari pedang itu. Jledaaarrrrrrr!Suara ledakan yang lebih keras lagi terdengar, dan itu lebih keras dari ledakan yang sebelumnya."Pedang urat petir!" ucap Arya membaca nama pedang itu di bilah pedang yang baru saja dia cabut itu. Hanya sesaat saja tulisan itu ada di bilah pedang itu, karena setelah itu
Di Utara kerajaan lingga, tepatnya di hutan rimba daun, hutan yang penuh dengan kelelawar yang sudah hidup ratusan tahun.Di tengah hutan yang lebat itu berdiri sebuah perguruan hitam yang cukup ditakuti di dunia persilatan. Perguruan Walet Merah."Apa ini?" gumam Ki Hasta, pendekar berjuluk Iblis Walet itu mendapatkan sebuah petunjuk yang membuat keringat di tubuhnya mengucur dengan deras."Tubuh petir? Pemilik kitab pusaka legendaris?" gumam Ki Hasta.Ki Hasta merupakan tokoh sesat yang sudah berusia ratusan tahun, dan sudah melewati generasi demi generasi.Dengan kemampuan tenaga dalam yang tinggi, Ki Hasta mampu menekan ketuaan pada dirinya. Meskipun saat ini dia terlihat berusia tujuh puluhan tahun, sesungguhnya usianya sudah lebih dari dua ratus tahun."Ini tidak dapat dibiarkan, bisa-bisa dunia hitam akan dihancurkan olehnya!" kata Ki Hasta, ketakutan.Tidak hanya petunjuk tentang pemilik tubuh petir, meskipun wajahnya tidak terlihat, Ki Hasta juga menemukan letak keberadaan pe
"Segera cari perlindungan!" teriak ratu Narini saat melihat bola api yang begitu besar. Bola api energi yang meluncur cepat ke arah pulau siluman ular hijau itu.Mata semua orang menatap ke udara, dan seolah tidak menggubris perkataan ratu ular itu."Apa kalian tidak dengarkan apa yang aku katakan?" teriak ratu ular lagiJledaaarrrrrrr!!Satu bola api menghantam bagian kota siluman, dan gempa keras tercipta akibat benturan bola api itu dengan pulau siluman ular itu.Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!Teriakan histeris, teriakan ketakutan pun terdengar saat warga siluman itu mulai sadari jika mereka berada dalam target serangan dari makhluk yang mereka tidak tahu.Satu persatu, hingga semuanya kabur tidak tentu arah, semuanya mencari keselamatan untuk diri sendiri, disitulah sikap mementingkan diri sendiri terlihat."Putri Nagini! Putri Nagini!" teriak Arya mencari putri ular itu.Tapi karena ramainya manusia, tidak ada yang mendengar suara teriakan Arya itu.Dan saat itulah, warna hitam di langit be
"Ada apa ini?" Semua mata tidak berhenti menatap ke atas langit, dan tidak ada yang tahu apa sesungguhnya yang sedang dan apa yang akan terjadi.Ratu Narini berdiri dari kursi kebesaran yang di duduki, dan dia berdiri di halaman istana."Ada apa ini?" ucapnya dan seperti semua siluman yang ada, mereka menatap ke udara. Ratu Narini juga menatap ke atas langit."Pasti sesuatu akan terjadi, tapi apa?" gumam ratu Narini.Semuanya masih menunggu dan menatap perubahan langit yang semakin lama semakin gelap, bahkan suasana sudah seperti malam hari dan itu semakin mencekam menakutkan.Awan hitam itu tiba-tiba berubah menjadi merah, dan kembali sebuah kejutan bagi wajah kaget dan takut yang ada di bawah langit."Apa lagi ini?" teriak mereka tidak tahu harus berbuat apa.Cahaya merah yang ada di langit itu berubah menjadi gumpalan merah, dan semakin lama semakin besar, gumpalan merah itu bagaikan gumpalan kumpulan energi yang begitu besar."Ini tidak mungkin," kata ratu Narini kaget."Ada apa
Keadaan hening di halaman istana kerajaan ular hijau, semuanya orang menunggu siapa lawan pertama yang akan berani hadapi Arya."Kita harus memberikan luka padanya, aku tahu kita tidak akan menang dari dia. Tapi dengan melukai di satu titik aku yakin dia akan terluka parah," kata salah satu orang dari kelompok di depan Arya."Benar, saat dia sudah terluka orang ketiga akan selesaikan dan kalahkan dia.""Iya. Seperti itulah yang aku maksud itu," ucap orang yang bicara itu."Kalau begitu aku yang duluan maju," kata pemuda bernama Seno."Baik, kau harus menyerang di satu titik saja, kami akan lihat, dimana kau menyerang," kata rekannya.Tiga orang itu memang sudah dipilih akan jadi lawan bagi tantangan yang diberikan pada Arya, karena mereka bertiga lah yang pantas jadi pendamping putri Nagini, begitu lah menurut mereka."Bertahan yang lama Seno," kata rekannya memberikan peringatan pada Seno."Sudah pasti! Aku tidak mudah dia kalahkan," kata Seno yakin pada kemampuan yang dia miliki.Hi
Putri Nagini sejenak menatap Arya kencana, dia tidak suka dengan kejujuran dari perkataan Arya."Dan satu lagi tuan putri, aku pernah bilang jika aku sudah memiliki seorang istri, jadi jangan sampai istriku celaka hanya karena kecemburuan yang ada pada dirimu, nantinya," kata Arya peringatkan putri Nagini.Kembali, gadis itu ular itu diam. Dia sesungguhnya tidak ingin terima jika Arya sudah menikah. Tapi sebelum dia ucapkan apa-apa, Arya sudah buat penegasan sendiri."Aku harap tuan putri, pahami apa yang aku maksud tadi," kata Arya."Aku akan coba pahami, tapi itu jika kau adil menjadi seorang suami," kata putri Nagini."Aku tidak tahu apakah aku akan adil atau tidak, tapi aku akan berusaha," jawab Arya.Arya tinggalkan putri Nagini dan masuk ke dalam kamarnya, dia melepaskan rasa lelahnya setelah selesaikan semua yang dia inginkan di lima lorong istana."Belum selesai masalah yang satu, sudah datang masalah yang baru. Aku tidak menyangka jika air mata dewa ini akan jadi masalah yang
Setelah lelaki tua itu selesai bicara dengan Arya, suasana berubah menjadi gelap, dan gemuruh terdengar. Itulah akhir dari bulan purnama merah yang sedang terjadi di atas langit."Selamat tinggal anak muda, ingat semua janjimu itu," kata lelaki tanpa nama itu."Pasti kek, Arya pasti akan ingat semua yang sudah Arya janjikan," kata Arya.Setelah itu keadaan pun berubah, Arya tidak lagi berada di dalam lorong ke lima, tapi berada di atas, lebih tepatnya Arya sudah di hadapan para penonton yang melihat keadaan dari atas."Arya!"Putri Nagini, begitu melihat pujaan hatinya keluar dari lima lorong istana langsung berlari dan memeluk erat tubuh pemuda itu."Aku tahu Arya, kau tahu pasti kembali, aku selalu tahu itu," kata Nagini dengan isak tangis air mata yang membasahi pakaian kuning emas Arya kencana."Tuan putri, jangan membuat malu!" kata Arya."Tidak Arya, aku tidak akan malu!" kata putri Nagini yang sedikitpun tidak mau lepaskan pelukan dari Arya.Arya tidak dapat lagi untuk memaksa
Lestari kaget saat Arya mengucapkan sesuatu, yaitu dia ingat dengan tujuannya datang ke lorong ke empat itu.Plakkkkkk!!Arya menampar tubuh lestari dengan sangat keras."Apa yang sudah kau lakukan pada diriku?" bentak Arya."Arya! Apa kau lupa, aku ini adalah Lestari, seorang bidadari yang sudah kau pilih!" kata Lestari."Pilih? Aku tidak pernah kenal dengan dirimu!" bentak Arya."Tidak! Ini tidak boleh terjadi!" kata Lestari sangat histeris.Aaaaaaaaaaaaaa!!Lestari semakin histeris karena Arya tidak kenal dengan dirinya."Ini semua, taman ini, danau ini, apa kau lupakan semua itu?" tanya Lestari dan kembali tunjukkan keindahan danau buatan dari jurus ilusi lestari."Danau apa? Taman apa? Yang aku lihat hanyalah lorong gelap yang tidak berarti!" bentak Arya."Tidak! Ini tidak boleh terjadi, aku tidak boleh gagal!" kata Lestari.Haaaaaaaaaaa!!Lestari menyerang dengan cakar yang tajam.Bammmmmmmmm!!Arya meninju cakar dari Lestari dan itu membuat gadis penyamar itu terdorong dan mer
Hawa sejuk langsung menerpa Arya begitu dia masuk ke lorong yang ketiga, dan Arya tidak tahu jika sesungguhnya dia sudah masuk ke lorong yang keempat.Saat gerbang lima lorong terbuka, sesungguh lorong pertama tidaklah ada, yang ada adalah lorong kedua, itu yang membuat banyak nyawa yang tidak dapat diselamatkan.Arya merasakan hawa yang indah, hawa yang begitu menyenangkan hatinya, dan itu Arya nikmati.Satu tangan halus menarik tangan Arya, dan membawa anak muda itu untuk memasuki sebuah rumah yany begitu bagus."Apa ini?" tanya Arya bingung.Arya seolah berada dalam hipnotis, tidak dapat kendalikan dirinya sendiri, dan Arya seolah ikuti apa kemauan dari hawa sejuk itu.Arya dibawa duduk ke sebuah meja, dan disungguhkan dengan minuman yang begitu menyegarkan tenggorokan Arya."Inikah surga?" gumam Arya dan begitu menikmati segala suguhan yang sudah ada dihadapannya."Apakah kau menikmati semuanya anak muda?' Satu suara yang begitu lembut terdengar di telinga Arya, dan Arya tak mamp
Adu pedang antara Arya dan manusia bertanduk masih berlanjut di lorong kedua dan Arya terlihat kalah dalam adu pedang itu.Tranggggg!!Manusia bertanduk kembali mengayunkan golok besarnya, dan Arya menahan, tapi kembali tenaga besar di tunjukkan oleh manusia bertanduk itu, dan itu membuat Arya harus menunduk, bahkan membuat Arya harus bertumpu di lantai lorong kedua.Crasssssss!!Pelan-pelan golok di tangan manusia bertanduk melukai pundak Arya kencana, dan itu mengeluarkan rasa perih bercampur darah.Haaaaaaaaaaa!!Arya mendorong keras golok manusia bertanduk itu, dan lemparkan pedang pemberian ki Bara pada manusia bertanduk itu.Tranggggg!Manusia bertanduk menepis pedang lemparan Arya dengan goloknya, dan itu membuat Arya tanpa senjata."Tanpa senjata kau akan kalah!" kata manusia bertanduk itu."Aku tanpa senjata, siapa bilang?" ucap Arya.Manusia bertanduk menatap tajam pada Arya, dan heran dengan ucapan Arya.Haaaaaaaaaaa!"Pedang urat petir!" teriak Arya.Jledaaarrrrrrr!Pedang
Arya berjalan di dalam lorong kedua dari lima lorong yang harus Arya lalui untuk sampai di telaga mata dewa."Anak muda! Apakah kau mau lanjut atau menerima hadiah sebuah mustika ini?"Satu suara tanpa wujud terdengar di ruangan itu, dan itu mengejutkan Arya, karena Arya tidak merasakan sedikitpun pancaran energi dari suara itu.Tidak hanya itu, di hadapan Arya juga jatuh sebuah mustika berwarna putih pekat, dan itu sangat menarik perhatian Arya."Itu adalah mustika angin, bukankah istrimu berelemen angin, pasti itu sangat berguna!" kata suara itu lagi.Arya kaget, dia tidak menyangka jika suara itu tahu tentang istrinya, lembayung senja."Aku ataupun istriku tidak butuh mustika ini, aku akan lanjutkan," jawab Arya.Mustika di hadapan Arya hilang begitu Arya menolak mustika itu, dan begitu juga dengan suara itu, tak terdengar lagi ada sahutan dari suara itu.Arya meneruskan langkah kakinya, dia merasakan ada energi kuat di depan sana."Apa yang akan aku hadapi di dalam sana?" tanya Ar