Share

Guru Yang Marah

last update Last Updated: 2024-11-06 11:48:07

"Mungkin Tandui, tahu sesuatu tentang kepergian, Arya?" kata Sanjaya dan begitu dia keluar dari ruangan Ki Badrun dia langsung menuju ke rumah Guru Tandui, salah satu guru di perguruan matahari itu.

"Arya, sesungguhnya kau ada dimana?" gumam Sanjaya menjadi gelisah.

"Selamat datang kembali, rivalku!" kata guru Tandui pada Sanjaya. Menyambut kedatangan orang yang dia anggap sebagai saingan di perguruan itu.

"Kita sudah berumur Tandui, jangan anggap aku rival mu lagi!" kata Sanjaya.

"Sampai kapanpun kau adalah rival ku!" kata guru Tandui.

"Terserah padamu, Tandui. Eh, apa kau tahu muridku pergi kemana?" tanya Sanjaya.

"Mengenai itu ... !"

Sanjaya melihat guru Tandui menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Dan itu membuat Sanjaya curiga.

"Ada apa, Tandui?" tanya Sanjaya.

"Muridmu mengacau!" kata Tandui.

"Mengacau? Apa maksudnya?" tanya Sanjaya.

"Setelah kepergianmu, dia membuat kekacauan di perguruan ini, dan setelah itu dia pergi, mungkin dia malu!" kata guru Tandui.

"Benarkah itu, Tandui?" tanya Sanjaya.

"Untuk apa aku berbohong, Sanjaya?" kata guru Tandui.

Sanjaya merasa masih ada yang disembunyikan oleh guru Tandui, tapi dia tidak dapat menebak apa yang di sembunyikan oleh guru Tandui.

Sanjaya memutuskan kembali ke pondoknya, dan akan selidiki apa sesungguhnya yang sudah terjadi.

Tapi dia melihat sepucuk surat usang di atas tempat tidurnya, sudah sangat usang dan sudah sangat sulit untuk membacanya.

Hanya ada beberapa kata yang dapat di baca oleh Sanjaya.

"Tandui? Dipukuli?" gumam Sanjaya.

Darah Sanjaya naik, dia yakin jika Arya sudah dipersulit oleh Tandui dan murid-muridnya.

"Ini tidak akan aku maafkan!" kata Sanjaya.

Sanjaya dengan wajah merah, masih bercampur dengan rasa lelah mendatangi pondok guru Tandui.

"Tandui! Keluar kau Tandui! Kau ingin bertarung denganku, bukan?" teriak Sanjaya tepat di halaman pondok guru Tandui.

"Ada apa denganmu, Sanjaya?" teriak Tandui.

"Tidak usah banyak bicara!"

Haaaaaaaaaaa!!

Sanjaya alirkan tenaga dalam ke seluruh tubuhnya, dan menyerang ke arah guru Tandui.

Tapi Tandui yang memang tidak ingin dilukai menahan serangan Sanjaya, dan kini dua rival itu saling serang dan saling berusaha menjatuhkan.

Bammmmmmm!!

Dua pukulan mereka beradu, dan Sanjaya kalah dalam adu tenaga dalam itu, tapi Tandui tahu itu karena Sanjaya sedang dalam kondisi kelelahan.

Sanjaya mencabut pedangnya, dan itu membuat Tandui pucat, dia tahu bagaimana Sanjaya menguasai jurus pedang matahari.

"Cabut senjatamu, Kita akhiri sekarang, kita akhiri siapa yang mati hari ini!" kata Sanjaya.

Tandui menelan ludahnya sendiri, meskipun Sanjaya dalam kondisi kelelahan, tapi dia tahu Sanjaya tidak akan mungkin dapat dia kalahkan.

"Apa masalahmu, Sanjaya?" tanya Tandui.

Tandui sudah lupa jika dia pernah mengerjai Arya, itu sudah terjadi belasan purnama yang lalu.

"Tidak usah banyak tanya, segera cabut senjatamu, atau kau akan mati tanpa sempat sempat memakainya!" kata Sanjaya.

Haaaaaaaaaaa!!

Sanjaya bergerak menyerang guru Tandui, dan tidak memberikan kesempatan bagi guru Tandui untuk membalas serangannya.

Tranggggg!!

Saat satu serangan akan mengenai guru Tandui satu pedang menahan gerakan Sanjaya, dan Sanjaya langsung hentikan serangannya.

"Ada apa ini Sanjaya? Kau baru kembali? Apa kau belum puas bertarung di kerajaan lingga?" bentak satu suara, dan dia tak lain adalah Ki Badrun ketua Perguruan Matahari itu.

"Maafkan aku ketua, tapi dia sudah melewati batas," kata Sanjaya.

"Apa maksudmu Sanjaya? Aku bingung!" kata Tandui.

"Bingung? Bukankah kau yang membuat Surya keluar dari perguruan ini?" bentak Sanjaya.

"Ohh bocah tak ada guna itu? Aku memang memaksa dia keluar dari perguruan ini, asal aku tahu, dia tidak memiliki bakat apapun, hanya habiskan sumber daya saja," kata guru Tandui.

"Kau sungguh keterlaluan, asal kau tahu, dia itu anak yatim piatu yang kedua orang tuanya dibunuh oleh saudara ayahnya, tidak jauh berbeda denganmu!" kata Sanjaya dengan wajah marah.

"Yatim piatu?" desis guru Tandui pucat dan tak percaya.

"Pikirkan sendiri, apakah dia masih hidup? Dimana dia akan tinggal! Itu alasanku membawa dia kemari, seperti guru dulu membawamu kemari!" tandas Sanjaya.

"Cukup! Tidak usah ribut soal anak yang tak berguna itu!" bentak Ki Badrun.

"Tidak berguna?" kata Sanjaya dan melihat tajam ke arah Ki Badrun.

"Iya, dia memang tidak berguna, dan hanya membuat masalah bagi perguruan ini!"

"Sepertinya di perguruan ini ada persekongkolan untuk membuang Arya?" kata Sanjaya.

"Tidak, semua itu tidak ada!" kata Guru Tandui.

"Sudahlah, aku akan mencari muridku itu, mungkin aku masih bisa temukan dia!" kata Sanjaya.

"Sanjaya, tunggu!" teriak Tandui.

"Ada apa lagi?"

"Apakah dia sungguh yatim piatu?" tanya Guru Tandui.

"Iya, nasib Arya bahkan jauh lebih buruk dari pada kita! Tapi sepertinya kau tak akan tahu itu, karena kau sudah melupakan masa lalumu!" kata Sanjaya dan meninggalkan kediaman Guru Tandui itu.

"Arya, tunggu guru, dan guru akan membawamu kembali ke perguruan ini!" kata Sanjaya.

***

Satu tahun telah berlalu, dan sudah pasti perubahan besar sudah terjadi pada Arya, yang mana kini telah mencapai sebuah tingkatan kependekaran yang cukup tinggi.

Dengan segala bakat baru yang dia dapatkan, dan juga segala hal keistimewaan yang diberikan sosok misterius itu, Arya mampu mencerna semua jurus yang berada di kitab itu.

Bahkan kini, pemuda yang telah berusia hampir tujuh belas tahun itu, telah mampu bertahan di dunia persilatan, kecuali dia melawan tokoh tingkat tinggi, barulah mungkin dia akan tewas.

Jurus yang dipejari oleh Arya adalah jurus pedang naga, dan itu sebuah jurus tingkat tinggi, yang mana sesungguhnya mustahil bagi seorang bocah seperti Arya untuk mampu menguasai jurus itu.

Tapi, karena Arya adalah sosok yang terpilih, semua itu terasa tak terlalu sulit, dan semua itu membuat Arya sungguh bersemangat.

Jika Arya lelah berlatih ilmu kanuragan, maka dia akan mempelajari ilmu pengobatan, dan semua itu juga demi bekalnya jika dia akan keluar dari dalam hutan itu.

"Guru! Aku akan datang, dan memastikan kalau kau baik-baik saja di perguruan itu!" kata Arya.

Sesungguhnya, Arya sering datang ke pondok Sanjaya, dan saat merasa kalau dia tak mungkin lagi berada di perguruan itu, pada saat itulah, Arya menyisipkan sebuah surat yang ditemukan oleh Sanjaya di pondoknya.

"Aku sudah menguasai sepuluh dari dua puluh lima jurus pedang naga, rasanya sungguh tak terduga!" kata Arya sambil membolak-balik kitab ilmu kanuragan yang sempurna itu.

Saat itulah, mata Arya melihat sebuah gambar pedang di kitab itu, dan entah mengapa gambar pedang itu seperti hidup.

"Aap maksudnya ini?" kata Arya dan mengusap gambar pedang itu.

Pada saat itulah, cahaya biru keluar dari kitab itu, dan itu membuat Arya tanpa sadar membuang kitab itu.

"Apa lagi ini?" ucap anak muda itu.

Related chapters

  • Sang Penghancur Langit    Pusaka Pedang Urat Petir

    Arya masih diam dan melihat saat Cahaya biru itu memancar dari kitab ilmu kanuragan yang diberikan padanya. Dan pada saat itulah sesuatu terjadi pada kitab itu, yang mana perlahan-lahan muncul sebuah pedang pusaka yang memiliki pamor yang sangat menakutkan. "Tidak mungkin!" kata Arya dan mendekat ke arah pedang itu. Jledaaarrrrrrr!!!Suara ledakan yang begitu dahsyat terdengar saat Arya memegang gagang pedang itu, dan itu sungguh suara ledakan yang sangat dahsyat."Apa maksudnya ini?" tanya Arya, dan masih terus pegangi gagang pedang yang baru saja keluar dari kitab pusaka itu. Bahkan, tanpa ragu, Arya mencabut pedang itu, dan pamor yang begitu kuat pun dirasakan oleh Arya keluar dari pedang itu. Jledaaarrrrrrr!Suara ledakan yang lebih keras lagi terdengar, dan itu lebih keras dari ledakan yang sebelumnya."Pedang urat petir!" ucap Arya membaca nama pedang itu di bilah pedang yang baru saja dia cabut itu. Hanya sesaat saja tulisan itu ada di bilah pedang itu, karena setelah itu

    Last Updated : 2024-11-06
  • Sang Penghancur Langit    Ketakutan Golongan Hitam

    Di Utara kerajaan lingga, tepatnya di hutan rimba daun, hutan yang penuh dengan kelelawar yang sudah hidup ratusan tahun.Di tengah hutan yang lebat itu berdiri sebuah perguruan hitam yang cukup ditakuti di dunia persilatan. Perguruan Walet Merah."Apa ini?" gumam Ki Hasta, pendekar berjuluk Iblis Walet itu mendapatkan sebuah petunjuk yang membuat keringat di tubuhnya mengucur dengan deras."Tubuh petir? Pemilik kitab pusaka legendaris?" gumam Ki Hasta.Ki Hasta merupakan tokoh sesat yang sudah berusia ratusan tahun, dan sudah melewati generasi demi generasi.Dengan kemampuan tenaga dalam yang tinggi, Ki Hasta mampu menekan ketuaan pada dirinya. Meskipun saat ini dia terlihat berusia tujuh puluhan tahun, sesungguhnya usianya sudah lebih dari dua ratus tahun."Ini tidak dapat dibiarkan, bisa-bisa dunia hitam akan dihancurkan olehnya!" kata Ki Hasta, ketakutan.Tidak hanya petunjuk tentang pemilik tubuh petir, meskipun wajahnya tidak terlihat, Ki Hasta juga menemukan letak keberadaan pe

    Last Updated : 2024-11-07
  • Sang Penghancur Langit    Menyerang Perguruan Matahari

    "Kita serang Perguruan Matahari dari tiga arah mata angin, aku akan dari sisi selatan!" kata Ki Hasta."Aku dari sisi barat!""Baik, aku akan dari sisi timur, pintu masuk perguruan itu," kata Nyai Kedasih.Tiga ketua perguruan hitam itu sudah mendekati Perguruan Matahari, dan berpisah menuju arah serangan yang sudah mereka sepakati.Ki Hasta, ketua Perguruan Walet Merah terlebih dahulu membawa semua muridnya menuju sisi selatan, meninggalkan Ki Gering dan Nyai Kedasih."Apa kau percaya padanya, Nyai?" tanya Ki Gering."Aku tidak tahu, tapi aku setuju karena aku benci pada Ki Badrun, ketua perguruan matahari," jawab Nyai Kedasih."Jadi itu alasanmu, ikut menyerang perguruan ini?" tanya Ki Gering."Iya, aku tidak terlalu yakin dengan firasat Ki Hasta," ucap Nyai Kedasih.Ki Gering diam, dia terpaku melihat Nyai Kedasih yang sudah meninggalkan dirinya, membawa semua murid perempuan yang dia bawa dari perguruannya.Kini tinggal Ki Gering dan semua murid perguruan yang dia bawa."Kenapa gu

    Last Updated : 2024-11-07
  • Sang Penghancur Langit    Datangnya Bantuan

    "Bagaimana ketua Badrun? Apa kau akan tetap tak mengatakan dimana pemilik tubuh petir itu?" tanya ketua hasta."Sudah aku katakan, aku tidak tahu menahu tentang tubuh petir yang kau katakan itu," teriak Ki Badrun.Hiaaaaatttt!!Ki Badrun sudah mencabut pedangnya, dan saat dia alirkan tenaga dalam, pedangnya mengeluarkan cahaya merah. Itulah pamor dari pedang matahari.Ki hasta hanya tersenyum, meskipun mereka berasal dari jaman yang sama, tapi kemampuan ku hasta masih berada satu tingkat di atas Ki Badrun."Senjata mu akan segera tumpul!" kata Ki hasta.Wutttt ... whuuutt ... whuttttt..!!Ki Hasta memutar senjatanya, sebuah senjata berupa tongkat panjang dimana di ujung memiliki ukiran burung walet."Tidak akan aku biarkan!"Ki Badrun mulai gunakan jurus pedang matahari, jurus yang menggunakan kekuatan panas sebagai inti dari serangannya.Tapi Ki Hasta bukan tidak tahu semua itu, dan menunggu serangan Ki Badrun.Tranggggg!!Dua senjata andalan mereka beradu, dan tangan Ki Badrun berge

    Last Updated : 2024-11-08
  • Sang Penghancur Langit    Memilih Mundur

    Arya, yang meninggalkan hutan, menuju ke arah kota Mekar, dan ia merasakan kalau orang-orang yang dia jumpai selama dalam perjalanan memiliki kemampuan yang cukup tinggi.Arya mengambil kitab pusaka yang ada dibalik bajunya."Tapi setelah aku kuasai dengan sempurna kitab ini, aku yakin, aku pasti mampu kalahkan mereka!" ucap Arya. Arya, saat meninggalkan hutan kematian memang belum sepenuhnya kuasai seluruh jurus yang ada di dalam kitab itu.Arya merasa sudah saatnya dia tinggalkan tempat latihannya, dan sambil berkelana Arya akan berlatih dirinya dan juga melatih jurus yang ada di dalam kitab itu.Kitab pusaka itu merupakan kitab yang paling sempurna bagi seorang pendekar yang menggunakan tangan kosong.Selain jurus utama, dalam kitab itu juga ada jurus tapak petir, jurus jari petir dan jurus tangan kosong yang lain, serta jurus pedang yang tak kalah hebatnya. Karena banyaknya jurus yang terkandung dalam kitab tinju pusaka, maka Arya putuskan untuk meninggalkan hutan kematian.Jika

    Last Updated : 2024-11-08
  • Sang Penghancur Langit    Perintah Ketua Badrun

    Dengan bantuan dari Kuil Suci, keadaan di perguruan matahari mulai kondusif, meskipun itu tidak menutupi jika perguruan itu akan kehilangan pamor di dunia persilatan."Maafkan kami ketua Badrun, kami terlambat datang!" kata Biksu Suci pada ketua besar perguruan matahari.Wajah dari Biksu Suci terlihat tidak bagus, dia merasa sangat bersalah."Tidak, Biksu Suci. Aku malah sangat berterima kasih pada Biksu Suci, jika bukan karena Biksu Suci, mungkin perguruanku sudah rata dengan tanah," kata ketua Badrun.Wajah Biksu Suci tetap saja tidak baik, dia seperti memikirkan sesuatu."Siapa pemilik tubuh petir itu, ya?" ucap Biksu Suci."Aku juga berpikiran sama, Biksu Suci. Ki Hasta mengatakan jika pemilik tubuh petir itu berasal dari perguruan ku ini, padahal aku tidak tahu apa-apa," kata ketua Badrun."Tapi aku merasa ada sesuatu yang berhubungan antara dia dengan perguruan ini, atau mungkin dengan seseorang di perguruan ini," ucap Biksu Suci."Seseorang?" gumam ketua Badrun.Ketua Badrun da

    Last Updated : 2024-11-09
  • Sang Penghancur Langit    Si Pengintip

    Dengan mengganti pakaian menjadi warna kuning, Arya berjalan menyusuri ibukota kerajaan Lingga, kota Mawar Putih."Inikah ibukota?' ucap Arya yang begitu kagum dengan kemegahan kota mawar putih. Kota yang bangunannya tertata dengan baik."Tapi kenapa kota ini seperti baru terjadi kekacauan?" gumam Arya.Seperti yang Arya ucapkan, kota Mawar Putih memang baru saja terjadi renovasi di berbagai sudut kota itu, Arya tidak tahu jika kota mawar putih, baru saja terjadi perebutan kekuasaan.Arya duduk di emperan toko yang ada di kota itu, ingin memasuki sebuah rumah makan tapi Arya sudah kehabisan uang."Nasib seorang pendekar memang sangat menyedihkan," ucap Arya.Arya memang tidak memiliki bekal selama perjalanan, dan ia hanya memiliki sedikit koin emas dan semua itu sudah habis saat Arya memulai perjalanan."Hei anak muda! Apa kau seorang pendekar?'Arya menoleh, dan yang ada didekatnya adalah seorang lelaki usia empat puluhan tahun."Hanya pendekar biasa, paman!" jawab Arya."Dari usiamu

    Last Updated : 2024-11-09
  • Sang Penghancur Langit    Kecurigaan Arya

    Mahapatih kerajaan Lingga saat ini, Mahapatih Ragajaya. Mahapatih yang terkenal dengan jurus tangan kosongnya."Ada apa Mahapatih? Kenapa tidak bicara saat berada di ruang pertemuan?" tanya raja Sembara karena Mahapatih Ragajaya mengutarakan sebuah ide.Ide Mahapatih itu adalah meminta bantuan dari perguruan gunung emas, perguruan yang merupakan Mahapatih itu berasal."Aku tidak ingin salah satu punggawa kerajaan mengatakan aku mengambil muka, pada yang mulia," kata Mahapatih Ragajaya."Kau benar juga Mahapatih, baik! Aku setuju jika itu memang untuk menjaga putriku!" kata raja Sembara."Iya Mahapatih! Kau juga harus bantu menjaga putri lembayung!" kata ratu Rumi."Pasti yang mulia ratu!" kata Mahapatih Ragajaya dan meninggalkan ruangan pribadi raja Sembara.Mahapatih Ragajaya, sesungguhnya adalah Mahapatih yang baru saja di angkat. Dia bertugas baru satu purnama, dia mulai bertugas setelah Mahapatih sebelumnya mengundurkan diri setelah perang saudara berakhir.Mahapatih Jagaraga awal

    Last Updated : 2024-11-10

Latest chapter

  • Sang Penghancur Langit    Perjanjiannya Hutang

    "Pergilah! kami tidak ingin membunuhmu!" kata Ki Hura."Membunuhku? Aku tidak ada urusan dengan kalian, tapi dengan pemilik kedai ini!" ucap Arya.Arya menatap Wardana dengan pandangan yang penuh dengan pertanyaan."Apa perjanjian antara paman, dengan juragan Bentra?" tanya Arya."Perjanjian kami aku akan bayar setelah dua belas purnama, dan sampai waktu itu tiba, aku harus bayar bunganya tiap bulan!" jawab Wardana."Sudah berapa purnama berjalan, paman?" tanya Arya."Kalau tidak salah, baru delapan purnama!" jawab Wardana."Anda yang salah juragan, saat ini paman Wardana hanya wajib membayar bunga, belum semua hutangnya!" kata Arya dan berbalik kepada juragan Bentra."Aku tidak peduli, aku ingin dia bayar semuanya, lagian siapa kau? Apa urusanmu?" kata juragan Bentra sinis."Aku siapa? Aku yang memberikan modal untuk paman Wardana untuk membuka kembali usahanya, jika kau meminta semua modalnya, sudah pasti kami akan rugi!" jawab Arya."Apa? Kau yang memberikan modal? Apa kau tidak sa

  • Sang Penghancur Langit    Pelanggan Pertama

    "Masalah apa antara kita?" tanya Arya."Kirana!" "Jadi ini karena gadis itu? Apa kalian utusan juragan Bentra?" tanya Arya."Bukan urusanmu, sekarang kami minta kau pergi dari kota ini, atau kau akan babak belur!" ancam mereka.Plakkkkkk!!Arya tidak ingin bicara lebih lama, Arya langsung menampar wajah salah satu pemuda itu hingga berputar bagaikan gasing."Bagaimana mungkin?"Bammmmmmmmm!!Arya memberikan pukulan pada orang Kedua, dan langsung jatuh karena merasakan perutnya bagaikan diaduk dalam bejana.Bukkkkkk!!Arya angkat kakinya, dan sebuah tendangan ke dagu orang yang ketiga membuat ketiga orang itu menyerah tanpa perlawanan.Arya jongkok di depan orang yang mengancamnya."Jika kalian masih berani menunjukkan wajah kalian dihadapanku, maka bukan hanya luka yang aku berikan, tapi kematian, ingat itu!" kata Arya balik mengancam.Setelah itu Arya meninggalkan tempat itu, dan memilih kembali ke rumah Wardana, dia sedikit khawatir karena dia sudah diancam, dan memiliki hubungan d

  • Sang Penghancur Langit    Modal Untuk Wardana

    "Membantu! Dengan apa Arya?" tanya Kirana."Sudah, kau tidak perlu cemberut lagi, ayo kita ke rumahmu, aku akan membantu kalian!" kata Arya."Tapi?" kata Kirana."Atau kau memang suka lelaki tua itu?" goda Arya."Jaga mulutmu!" kata Kirana.Arya dan Kirana memasuki kota Gambalang, dan beberapa pasang mata melihat kedatangan Arya dan Kirana yang seperti terlihat sepasang kekasih di hadapan mata banyak orang."Siapa pemuda itu?""Mana aku tahu!" "Kita beritahu pada juragan Bentra, pasti juragan tidak akan suka ada yang berani dekati gadis yang dia inginkan.""Kau benar! Tapi apa dia akan memberikan pekerjaan memberikan pelajaran pada kita?" tanya rekannya."Semoga saja iya!" ucap rekannya.Arya dan Kirana terus berjalan hingga mereka sampai di rumah Kirana, dan mata Wardana begitu tajam menatap Arya, seolah menatap dengan penuh tanda tanya."Saya Arya, paman!" kata Arya memperkenalkan dirinya sebelum Wardana bertanya."Aku tidak ingin tanyakan siapa namamu, tapi aku ingin tanyakan apa

  • Sang Penghancur Langit    Gadis Pembayar Hutang

    "Kirana putriku, maafkan ayah! tapi ayah sungguh tidak tahu lagi, apa yang harus ayah lakukan!" kata lelaki itu meminta maaf pada putrinya itu."Kenapa tidak ayah saja yang gantikan, Kirana!" ucap gadis itu."Jika saja nyawa bisa gantikan, maka akan ayah lakukan, putriku!" kata ayahnya.Lelaki itu adalah Wardana. Lelaki yang dahulu adalah seorang pedagang di kota Gambalang, tapi usahanya hancur, dan mau tidak mau dia harus meminta pinjaman pada juragan Bentra.Juragan Bentra tahu jika Wardana memiliki seorang gadis yang cantik, dan dia dengan senang hati memberikan pinjaman itu, dengan bunga yang tidak tinggi.Tapi meskipun Wardana sudah berusaha keras, tetap saja usahanya gagal. Dan kini, tenggak waktu pembayaran bulanan sudah mulai mendekati waktunya, Wardana tidak tahu harus mencari dari mana lagi.Wardana sesungguhnya tidak tahu, jika semua kegagalan yang terjadi di usaha itu ada ikut campur dari juragan Bentra, itu karena juragan Bentra sudah inginkan tubuh Kirana, putri Wardana.

  • Sang Penghancur Langit    Bandit Gunung

    "Hahahaha! Apakah kau sadar diri yang bicara itu anak muda? lihat sekelilingmu? Apa kau tidak lihat jika kami lebih banyak darimu?" bentak pemimpin dari gerombolan yang sudah mengurung Arya.Arya hanya menatap sinis, dan tak memandang sedikit jika gerombolan orang itu akan memberikan dia hadangan.Haaaaaaaaaaa!!Arya keluarkan tenaga dalam yang besar, dan itu mengejutkan mereka semua."Siapa anak muda ini?" ucap pemimpin gerombolan itu pucat. Bahkan tanpa sadar kakinya mundur ke belakang."Ketua Hosun, bagaimana ini? Dia sangat kuat!" ucap anak buah gerombolan bandit gunung."Kita salah memilih korban!" kata ketua Hosun."Jadi apa yang akan kita lakukan?""Untuk apa kau tanyakan itu? Bukankah sudah sering seperti ini, jika menemukan lawan yang kuat, kita memilih mundur!" jawab ketua Hosun."MUNDUR ... CARI TEMPAT YANG MEMBUAT KALIAN HIDUP!" teriak ketua Hosun pada seluruh anak buahnya.Arya kaget, tidak dia sangka jika ketua dari kelompok bandit gunung itu akan memilih kabur.Huppppp!

  • Sang Penghancur Langit    Dendam Ki Beling

    Berkali-kali Ki Beling menyerang dengan tendangan dan pukulan, tapi tidak ada satupun serangan yang mampu melukai dan mengenai Arya.Haaaaaaaaaaa!!Dan setiap Arya menyerang balik, maka Ki Beling akan kewalahan menahan setiap serangan Arya.Plakkkkkk!!Satu jotosan Arya mengenai ulu hati Ki beling, dan kakek tua itu terjungkal ke belakang."Kurang ajar! Bocah ini sangat kuat, aku tidak akan mampu menghadapi dia saat ini.Hiaaatttt!!Ki beling melepaskan satu pukulan jarak jauh, dan itu bukan mengarah pada Arya, tapi pada Wanto."Wanto!! menghindar!" teriak Arya.Tapi Arya melihat jika Wanto tidak akan mampu mengindari pukulan itu.Whusssssssss!!Arya bergerak cepat, dan menubruk tubuh Wanto agar pemuda itu terhindar dari serangan Ki Beling."Ini yang aku tunggu!" gumam Ki beling.Huppppp!!Ki beling mencoba ambil langkah seribu, tapi wajahnya pucat pasi saat Arya sudah ada di hadapannya."Bagaimana mungkin? Kapan dia bergerak?" gumam Ki beling.Bammmmmmmmm!!Saat Arya memberikan seran

  • Sang Penghancur Langit    Guru Yang Baik

    Sosok itu kaget karena merasakan getaran dari suara Arya, sosok itu menoleh dan anak muda itu bisa melihat jika sosok itu memiliki wajah yang menyeramkan, menakutkan dan pastinya akan membuat orang ketakutan."Aku tak yakin jika dia siluman! Aku tidak merasakan aura siluman dari orang ini, dia pasti manusia yang menyamar!" gumam Arya.Huppppp!!Arya melompat ke arah atap, dimana makhluk yang seperti siluman itu berada. Dan mendarat tak jauh dari sosok yang menjadi siluman itu."Kau bukan siluman!" kata Arya menunjuk sosok itu.Sosok itu menatap Arya dengan dalam, dan jelas Arya melihat mata manusia pada sosok itu."Siapa kau?" tanya Arya.Haaaaaaaaaaa!!Sosok itu bergerak, dan memberikan satu serangan pada Arya, tapi Arya dengan cepat bergerak menghindar dari serangan itu."Sudah pasti kau bukan siluman!"Arya mendarat, dan langsung memberikan serangan balasan pada sosok itu.Plakkkkkk!!Dua tangan mereka beradu, dan itu membuat tubuh makhluk itu terlempar ke belakang."Kurang ajar!"

  • Sang Penghancur Langit    Perguruan Pengungsi

    Arya menatap ke arah datangnya anak panah itu, dan merasakan energi lebih dari satu orang berada tidak jauh dari tempat Arya istirahat."Aku tidak ingin membuat masalah, aku hanya seorang pengelana!" teriak Arya.Whusssssssss!!Jawaban dari teriakan Arya adalah belasan anak panah yang melesat dengan kecepatan yang tinggi. Anak panah itu diluncurkan dengan bantuan tenaga dalam.Tapi, hanya dengan tangannya sudah sudah mampu menyapu anak panah itu hingga rontok ke tanah."Sudah aku katakan aku tidak ingin ada masalah!" teriak Arya lagi.Kali ini tidak ada jawaban, bahkan Arya merasakan jika orang-orang yang menyerangnya menjauh dan pancaran energi mereka hilang tak berbekas."Sialan! Mereka kabur!" ucap Arya.Arya menatap ke langit, dan dia merasa jika hari akan segera petang."Sebaiknya aku melihat apa ada pemukiman penduduk di sekitar hutan ini," kata Arya."Gondola, kau bersantai dulu disini, aku akan mencari tempat untukku!" kata Arya pada kuda gondola.Arya berjalan santai, tapi te

  • Sang Penghancur Langit    Permainan Ketua Harsah

    Ki sepat langsung berbalik saat dengar suara itu. "Aku sudah yakin jika yang datang itu adalah dirimu, Ki Rembang!" kata Ki sepat dan berjalan ke arah Ki Rembang."Hahahaha! Tenyata dirimu, sepat!" kata Ki Rembang yang mengenal Ki sepat.Dua orang yang datang dari jaman yang sama itu berpelukan, karena terlalu lama mereka tidak bertemu."Jika aku tahu kau membuat perguruan disini, sudah pasti aku akan sering singgah, sepat. Aku hampir dua atau tiga purnama selalu datang ke kota ini!" kata Ki Rembang."Datang ke kota ini? Untuk apa?" tanya ku sepat."Adipati adalah menantuku, Andini adalah cucuku!" jawab Ki Rembang."Sungguh?" tanya Ki sepat tidak percaya."Iya, untuk apa aku berdusta!" jawab Ki Rembang.Setelah basa-basi itu semuanya diam."Kau tadi mengatakan jika ada seseorang yang ingin hancurkan menantuku, dan ingin kuasai kota, siapa yang kau maksud, Sepat?" tanya Ki Rembang."Saat ini masih diselidiki muridku, Danu. Yang aku curigai adalah juragan Handoko, dia memiliki akses ke

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status