Aura di tubuh Arya semakin menakutkan saat amarah ditubuhnya semakin tak bisa Arya tahan, dan itu membuat tiga orang yang menganggunya mulai menujukkan wajah yang pucat.
"Kabur!" teriak Boim dan langsung balik badan sebelum dua rekannya mengikuti dirinya untuk kabur. Arya yang masih marah, merasa heran akan hal itu, namun ia tak sadari semua itu, tak sadari kalau tubuhnya mengeluarkan aura yang sangat menakutkan. "Aku selamat, aku harap mereka tak lagi ganggu diriku," ucap Arya dan terduduk lemas di atas batu-batu yang berada di belakang pondok Sanjaya itu. Namun itu hanya sesaat saja, karena Arya langsung bangkit. "Aku harus lebih kuat, jika tidak, aku akan selamanya berada dalam siksaan mereka!" ucap Arya. *** Perguruan Matahari, merupakan salah satu perguruan yang memiliki nama yang cukup besar di dunia persilatan. Saat ini, Perguruan Matahari dipimpin oleh Ki Badrun, seorang pendekar dengan tingkatan pendekar dewa tahap tiga. Namun, sesungguhnya tingkatan Ki Badrun itu hanya tingkatan biasa saja di dunia persilatan, karena sudah banyak pendekar yang mencapai tingkatan itu, bahkan ada beberapa orang yang sudah mencapai tingkat dewa tahap akhir. Perguruan Matahari di masa lalu, sempat menjadi Perguruan nomor satu di dunia persilatan, namun semua itu mulai mengalami kemunduran sejak Ki Badrun memimpin Perguruan itu. Hal itu karena, Ki Badrun tak terlalu memikirkan bakat, namun ia malah memikirkan biaya. Dia akan menerima siapa saja yang ingin masuk ke perguruan itu, apalagi orang itu mampu membayar mahal. Perguruan Matahari dahulu memiliki banyak murid yang berbakat, dan mereka inilah yang membawa nama perguruan hingga ke puncak. Tapi sekarang, semua itu berbeda, dahulu murid yang berbakat akan dimasukkan ke kelas dalam, dan akan dilatih hingga menjadi pendekar yang mampu memiliki nama di dunia persilatan. Tapi sekarang, murid dalam kebanyakan hanya orang-orang yang mampu membayar, dan itu menjadi satu kemunduran yang nyata di perguruan itu. Boim, Dika dan Turak, adalah contoh anak orang kaya yang masuk ke perguruan itu, masuk karena harta orang tua mereka. Meskipun memiliki bakat yang biasa-biasa saja, tapi mereka masuk ke kelas dalam, dan dilatih oleh guru yang terbaik di perguruan itu. Berbeda jauh dengan, Arya. Arya dibawa oleh Sanjaya, dan saat itu, Arya tidak memiliki bakat, dan bahkan tidak memiliki harta. Hingga, tidak ada perhatian pada Arya, dan bahkan sudah dari awal, Ki Badrun meminta Sanjaya untuk mengusir Arya, karena katanya, keberadaan Arya di perguruan itu hanya akan habiskan sumber daya Perguruan itu. Namun Sanjaya memilih untuk tetap mempertahankan Arya, karena dia tahu, Arya tidak memiliki tempat untuk kembali, hanya Sanjaya yang tahu apa yang telah dialami oleh Arya, hingga Sanjaya membawa bocah itu ke perguruan Matahari. *** "Guru! Murid guru Sanjaya memukulku!" kata Turak melaporkan hal yang berbeda. Turak juga menujukkan luka yang ada di kepalanya, dan itu membuat Guru Tandui, Guru dari Turak sangat marah. "Ketua besar harus tahu akan hal ini!" kata Guru Tandui. Bersama dengan Turak, Guru Tandui membawa bocah itu ke hadapan ketua besar perguruan itu, dan laporkan apa yang dialami oleh muridnya itu. Wajah Ki Badrun sangat marah, dan semua itu karena Turak adalah putra seseorang yang cukup kaya, dan dititipkan di perguruan itu. "Sudah aku katakan pada, Sanjaya! Bocah itu hanya akan membuat masalah di perguruan ini!" kata Ki Badrun. Lelaki berusia enam puluhan tahun itu langsung berjalan cepat, dan menuju ke pondok Sanjaya, dimana Arya berada. "Arya!" teriak Ki Badrun saat ia tiba di depan Pondok Sanjaya. Arya yang sedang istirahat di dalam pondok itu, buru-buru keluar dan berlutut di kaki Ki Badrun. "Ada apa ketua besar?" tanya Arya. Dengan kasar, tangan Ki Badrun menarik tubuh Arya, dan memaksa anak kecil itu untuk berdiri. "Kau memukul, Turak! Apa hak mu melakukan itu?" "Aku hanya membela diri, Ketua besar!" kata Arya. "Bohong! Aku, Boim dan Dika, datang untuk membantunya, namun dia malah melemparkan batu ke arahku!" kata Turak. "Bohong! Dia berbohong, ketua besar!" kata Arya. "Apa kau pikir aku akan lebih percaya padamu, dari pada percaya pada Turak?" kata Ki Badrun. Plakkkkkk! Ki Badrun berikan tamparan yang keras di wajah Arya, dan itu cukup membuat bocah itu jatuh terjerembab ke tanah. "Pergi kau dari sini, dari awal, aku tak pernah menerima dirimu di perguruan ini!" teriak Ki Badrun mengusir Arya. Arya terdiam, dan tak tahu harus berkata apa. Jika dia pergi, Arya jelas tak tahu harus pergi kemana. "Ketua besar, jika kita usir dia, kita tidak akan bisa berikan penjelasan pada, Guru Sanjaya!" kata Guru Tandui. "Kau benar juga, masukkan saja dia ke dalam penjara Perguruan ini, aku ingin dia renungkan apa yang dia lakukan pada Turak!" kata Ki Badrun. "Tidak! Aku tidak bersalah! Kalian yang buta. Mata kalian sungguh sudah buta!" teriak Arya. "Diam kau!" teriak Ki Badrun. Satu pukulan kembali melayang ke wajah Arya, dan anak kecil yang baru berdiri itu kembali jatuh. "Sampai kapan pun kau tidak akan pernah aku terima jadi murid di perguruan ini!" kata Ki Badrun. "Aku tidak bersalah!" kata Arya lagi. "Meskipun kau tak bersalah, namun kau tak berikan keuntungan padaku, jadi kau tetap tak berguna!" "Jadi apa hukuman untuk dia, Ketua?" tanya Guru Tandui. "Aku tahu!" kata Ki Badrun. Ketua Perguruan Matahari itu mendekat ke arah Arya, dan tiba-tiba saja, tangan lelaki itu bergerak cepat. Tukkkkkk! Satu sentuhan dari jari Ki Badrun, itu membuat tubuh Arya, kaku dan tak dapat bergerak lagi. "Turak, kau ingin membalaskan rasa sakitmu, bukan?" kata Ki Badrun. "Iya, ketua!" "Sekarang kau bebas untuk menghajarnya, dia sudah tak bisa berbuat apa-apa!" kata Ki Badrun. Turak tersenyum, dan dia mendekat ke arah Arya dengan sebuah senyuman kemenangan. Plakkkkkk!! Tangan Turak tanpa ragu memberikan tamparan di wajah Arya, dan bocah malang itu pun jatuh tak berdaya ke tanah. "Kau pikir setelah melemparku dengan batu, kau bisa menang dariku? Sampai kapan pun kau tak akan menang!" kata Turak. Plakkkkkk! Bammmmmmm! Di hadapan Ki Badrun dan Guru Tandui, Turak melampiaskan semua amarahnya pada Arya. Bahkan anak kecil itu duduk di dada Arya, dan terus memukuli wajah Arya hingga wajah Arya dipenuhi dengan darah. "Puaskan amarahmu, Turak!" kata Ki Badrun. Cukup lama wajah Arya jadi samsak untuk pukulan Turak, hingga bocah itu merasa puas akan semua itu. "Pergi dari sini, kau bukan murid di perguruan ini!" ucap Turak dengan ludah yang jatuh ke tubuh, Arya.Dengan tubuh yang penuh luka, Arya masuk ke dalam pondok Sanjaya, dan ia berbaring untuk sesaat di dalam pondok itu. Namun, Ki Badrun masuk, dan menarik tubuh pemuda berusia lima belas tahun itu."Apa lagi yang kau tunggu? Pergi dari sini!" teriak Ki Badrun."Aku akan menunggu Guru Sanjaya, kembali!" jawab Arya. "Tidak perlu! Di sini, atau tidaknya Sanjaya, kau akan tetap terusir dari sini!" bentak Guru Badrun.Bahkan dengan kasar, Ketua perguruan matahari itu menyeret tubuh Arya hingga sampai di belakang pondok Sanjaya itu. "Pergi dari sini!" teriak Ki Badrun dan lemparkan tubuh Arya hingga terlempar jauh. Arya hanya bisa menahan rasa sakit di tubuhnya, dan dengan menahan semua rasa sakit itu, Arya berjalan untuk menuju pintu keluar Perguruan itu. "Jangan coba-coba untuk lewat dari pintu Perguruan, pergi lewat hutan!" kata Ki Badrun lagi. Arya hanya bisa menarik napas, dan setelah itu, kaki mungil anak itu masuk ke dalam hutan, dan itu membuat Ki Badrun tersenyum puas. "Dengan
Di tengah-tengah sebuah hutan yang cukup rimba, berdiri sebuah perguruan yang sudah cukup terkenal di dunia persilatan.Perguruan itu bernama Perguruan Matahari, dan itu merupakan perguruan yang sudah berdiri selama ratusan tahun. Selama ratusan tahun ini, Perguruan itu selalu berada di puncak dunia persilatan, namun sejak beberapa tahun belakangan ini, perguruan itu mulai alami kemunduran, karena mereka tak memiliki murid-murid berbakat.Selain itu, Ketua besar perguruan itu juga tidak sekuat ketua-ketua Perguruan sebelumnya, hingga ketua perguruan itu tak terlalu dihargai di dunia persilatan.Di salah satu sudut perguruan itu. Bukkkk!!Seorang pemuda berusia lima belas tahun didorong, hingga tubuhnya terjerembab ke jatuh ke tanah. "Dasar bodoh! Untuk apa kau berada di sini, jika tidak mampu bertahan dari kami?" "Apa salahnya?" teriak pemuda itu. Plakkkkkk!Jawaban untuk pertanyaan anak muda adalah sebuah tamparan yang sangat keras, saking kerasnya itu membuat seluruh tubuh anak
Begitu bayangan misterius itu hilang, Arya langsung tersentak, dan bangun dari tempat tidurnya. Keringat dingin membanjiri sekujur tubuh anak muda itu, dan semua itu karena kejadian yang baru saja dia alami. "Hanya sebuah mimpi!" ucap Arya, dan kembali untuk tidur.Namun, saat ia rebahkan tubuhnya di tempat tidur, dia merasakan ada sesuatu yang mengganjal di punggungnya, dan itu membuat Arya membalikkan alas yang menutupi tempat tidur itu. Mata Arya terbelalak, karena itu adalah sebuah buku kecil yang cukup tebal, dan Arya pun mengambil buku kecil itu."Kitab ilmu kanuragan?" desis Arya tak percaya.Arya kembali ingat akan mimpi yang baru saja dia alami, dan kitab di tangannya seolah-olah menujukkan kalau itu bukan sekedar mimpi saja. "Apakah ini sungguh nyata?" gumam Arya.Arya membuka lembaran kitab itu, dan ia melihat jurus-jurus yang merupakan jurus tingkat tinggi di lembaran-lembaran kitab itu. "Apakah mungkin kalau yang aku alami bukan sebuah mimpi?" gumam Arya.Arya masih
Diam-diam, Arya berlatih dengan mengunakan kitab yang diberikan pemuda misterius lewat mimpinya. Arya tahu perduli akan hari yang dingin, dan memilih untuk latihan di dalam hutan yang cukup luas itu. Hingga saat malam hari datang, barulah Arya kembali ke pondok Sanjaya, itu pun hanya sekedar untuk istirahat saja. "Hari ini sungguh melelahkan!" ucap Arya.Namun, dengan menggunakan kitab itu sebagai acuan untuk berlatih, Arya merasakan kalau dia mendapatkan peningkatan yang nyata.Kitab itu memang mengajarkan semuanya dari nol, hingga Arya merasa kalau semua yang dia latih saat ini benar-benar memulai dari awal lagi. Saat pagi hari, sebelum orang-orang yang menggangunya muncul, Arya kembali masuk ke dalam hutan, dan berlatih dasar-dasar ilmu kanuragan."Sebelum guru kembali, aku sudah harus tuntas dalam latihan dasar ini!" ucap Arya.Semua latihan dasar di kitab itu dipelajari oleh Wira, dari latihan memperkuat otot bawah, hingga semua ototnya dia latih. Dalam waktu satu purnama, t
Saat pagi hari, sebelum Arya bangun dari tidurnya, Sanjaya mengumpulkan banyak batu. Dari batu kecil hingga batu besar, yang mana semua batu itu dikumpulkan di belakang pondoknya. Suara batu-batu yang dikumpulkan, itu membangunkan tidur, Arya, dan bocah itu keluar dan melihat semua batu itu. "Guru, untuk apa semua batu ini?" tanya Arya. "Batu ini akan jadi sasaran latihanmu, Arya!""Batu jadi sasaran latihan?" kata Arya bingung. "Iya! Seperti yang sudah guru katakan kemarin, kau harus memperkuat kedua tangan dan kakimu bukan?""Terus?" Sanjaya tidak menjawab, namun dia menuju ke arah sebuah batu, dan langsung memukul batu itu, dan ia melakukan itu kembali tanpa tenaga dalam. Bammmmmmm!!Batu sasaran pukulan Sanjaya langsung hancur, dan itu terlihat di mata Arya. "Dengan hancurkan batu ini dengan pukulan, maka itu akan memperkuat tinjumu!" kata Sanjaya. Setelah itu, Sanjaya memegang erat sebuah batu, dan dengan satu kali tekan saja, batu itu hancur."Ini akan memperkuat peganga