Beranda / Fantasi / Sang Penghancur Langit / Kecurigaan Guru Sanjaya

Share

Kecurigaan Guru Sanjaya

last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 11:11:44

Diam-diam, Arya berlatih dengan mengunakan kitab yang diberikan pemuda misterius lewat mimpinya.

Arya tahu perduli akan hari yang dingin, dan memilih untuk latihan di dalam hutan yang cukup luas itu.

Hingga saat malam hari datang, barulah Arya kembali ke pondok Sanjaya, itu pun hanya sekedar untuk istirahat saja.

"Hari ini sungguh melelahkan!" ucap Arya.

Namun, dengan menggunakan kitab itu sebagai acuan untuk berlatih, Arya merasakan kalau dia mendapatkan peningkatan yang nyata.

Kitab itu memang mengajarkan semuanya dari nol, hingga Arya merasa kalau semua yang dia latih saat ini benar-benar memulai dari awal lagi.

Saat pagi hari, sebelum orang-orang yang menggangunya muncul, Arya kembali masuk ke dalam hutan, dan berlatih dasar-dasar ilmu kanuragan.

"Sebelum guru kembali, aku sudah harus tuntas dalam latihan dasar ini!" ucap Arya.

Semua latihan dasar di kitab itu dipelajari oleh Wira, dari latihan memperkuat otot bawah, hingga semua ototnya dia latih.

Dalam waktu satu purnama, terlihat perbedaan yang nyata pada tubuh Arya, yang mana ototnya yang awalnya biasa saja, kini telah tumbuh, dan jika ada yang melihat itu, pasti akan banyak yang heran.

"Ini sungguh kitab yang hebat!" puji Arya karena dia merasakan perbedaan setelah berlatih dibawah bimbingan kitab itu.

Hanya dalam satu purnama, Arya telah selesai dalam tahap dasar-dasar ilmu kanuragan, dan dia akan masuk ke jurus awal dari kitab itu.

"Hari akan malam, sebaiknya aku istirahat! Besok aku akan lanjutkan latihanku!" kata Arya.

Bocah itu memilih untuk kembali ke pondok Sanjaya, dan menunggu besok hari karena dia akan memulai latihan ilmu kanuragan.

Saat Arya masuk ke pondok, hidungnya mencium bau makanan, dan wajah bocah itu tahu kalau gurunya pasti telah kembali.

Namun, itu jelas membuat semua rencana Arya berantakan, karena dia akan berlatih besok, dan jika gurunya ada di pondok itu mungkin dia tak akan bisa berlatih untuk sementara waktu.

"Kau dari mana, Arya?" tanya Guru Sanjaya yang baru kembali dari misinya.

"Aku baru latihan di pinggiran hutan, Guru!"

"Pinggiran hutan?"

"Iya, guru! Jika aku latihan di sini, murid-murid yang ini akan ganggu diriku!" jawab Arya.

"Maafkan guru yang tak bisa menjagamu, Arya!" kata Sanjaya.

Namun, saat Sanjaya melihat ke arah Arya, dia melihat ada perubahan besar pada muridnya itu.

Otot tubuh Arya benar-benar telah berubah, padahal selama satu tahun dibawah bimbingan Sanjaya, Arya tak berubah seperti yang dia lihat saat ini.

"Latihan apa yang dilakukan oleh, Arya? Apa mungkin dia berlatih dengan cara yang lain?" gumam Sanjaya.

Guru dari Arya itu jelas curiga, karena baginya peningkatan yang dialami oleh Arya sungguh sesuatu yang tak biasa.

"Arya, duduklah, ada yang ingin guru tanyakan padamu!" kata Sanjaya.

Arya tahu, gurunya pasti curiga padanya, karena itu Arya memikirkan cara agar gurunya tak curiga padanya.

"Latihan apa yang kau jalani, Arya?" tanya Guru Sanjaya.

Pertanyaan itu mungkin pertanyaan biasa, namun jika Arya salah menjawab, maka gurunya pasti akan marah padanya.

Apalagi Sanjaya tahu, Arya bukan murid yang memiliki bakat seperti murid lain yang ada di perguruan itu, karena itulah dia benar-benar curiga.

Ditambah Arya berlatih di pinggiran hutan, Sanjaya takut, Arya berlatih dibawah bimbingan siluman yang ada di hutan itu.

"Arya berlatih sesuai dengan bimbingan dari guru!" jawab Arya.

"Benarkah itu?" tanya Sanjaya.

"Iya, guru! Aku berlatih sesuai dengan arahan dan petunjuk dari guru!" jawab Arya.

Sanjaya jelas tak percaya akan hal itu, dan dengan sedikit kasar, Sanjaya menarik tangan Arya, dan memeriksa tubuh bocah itu.

"Tidak ada! Di tubuhnya tidak ada aura siluman!" gumam Sanjaya dan melepaskan tangan Arya.

Namun, tatapan mata Sanjaya masih terus tertuju pada Arya, dia masih tak lepaskan rasa curiga pada bocah itu.

"Tunjukkan pada guru latihan yang kau lakukan!" kata Sanjaya.

"Baik, guru!"

Keduanya keluar, dan sama-sama turun dari pondok, dan keduanya berada di halaman belakang pondok Sanjaya.

"Lakukan!" kata Sanjaya.

Arya tidak ragu, dan menujukkan latihan yang diajarkan oleh Sanjaya padanya, dan latihan dasar itu memang benar-benar jauh lebih mantap dari saat latihan Arya yang pertama kalinya.

"Kau meningkat, Arya!" kata Sanjaya.

"Iya, guru! Mungkin guru sudah jarang melihat Arya latihan, hingga guru tak tahu peningkatan yang Arya alami!" kata bocah itu.

Sanjaya terdiam, dan sadar kalau dia memang selama ini sangat jarang berada di perguruan matahari, hingga dia jarang mendidik Arya secara langsung.

"Guru yang salah!" ucap Sanjaya.

Arya melepaskan napas lega, karena kecurigaan gurunya sepertinya sudah hilang, dan itu membuat Arya selamat untuk saat ini.

"Kau sudah melewati latihan dasar, dan sudah semestinya kau belajar ilmu kanuragan, Arya!" kata Sanjaya.

"Benarkah itu, guru?" tanya Arya pura-pura bodoh.

Padahal jika saja Guru Sanjaya tidak kembali, dia akan memulai latihan yang baru, yaitu berlatih ilmu kanuragan dengan jurus tangan kosong.

"Arya, kau menyukai jurus tangan kosong, atau jurus pedang?" tanya Sanjaya.

"Sepertinya aku lebih suka jurus tangan kosong, guru!" jawab Arya.

"Kalau begitu, kau harus berlatih lebih keras Arya, jurus tangan kosong membutuhkan kekuatan pada tangan!" kata Sanjaya.

Setelah itu, Sanjaya berjalan ke arah sebuah pohon di belakang pondok itu.

"Lihat kekuatan tangan kosong, guru!" kata Sanjaya.

Bammmmmmm!!

Sanjaya memukul pohon itu, tanpa menggunakan sedikit pun tenaga dalam, namun hasilnya sungguh membuat mata Arya terbelalak.

Kulit pohon itu langsung koyak, dan semua itu dilakukan tanpa sedikit pun tenaga dalam.

"Jika kau menyukai ilmu tangan kosong, perkuat tangan dan kakimu, keduanya harus seperti besi karena itu yang menentukan kemampuan seorang pendekar tangan kosong, Arya!" kata Sanjaya.

"Baik, guru! Aku akan berlatih lebih keras lagi!" kata Arya.

"Untuk beberapa hari ini, guru masih akan berada di perguruan ini, dan guru akan tunjukkan padamu, dasar-dasar dari ilmu kanuragan perguruan ini!"

"Arya paham, guru!" kata bocah itu.

Arya sesungguhnya tidak ingin melakukan hal itu, namun dia tak memiliki pilihan, dia tak ingin gurunya curiga jika dia menolak keinginan gurunya itu.

"Kalau begitu, mari kita masuk, kau harus istirahat, karena besok kau akan mulai latihan yang sesungguhnya! Latihan yang akan menyiksa kedua tanganmu!" kata Sanjaya.

Arya angguk kepala, dan mengikuti Sanjaya yang masuk ke dalam pondok di pinggiran perguruan itu.

Namun, sesekali Sanjaya masih tetap melirik pada Arya, karena dia masih cukup yakin kalau ada hal yang mencurigakan dari muridnya itu.

"Aku harus cari tahu, latihan apa yang dilakukan oleh Arya?" gumam lelaki itu.

Namun, Guru Sanjaya tak tahu, Arya juga memiliki rencana lain, yang menurut Arya, itu akan memupus kecurigaan gurunya kepada dirinya.

Bab terkait

  • Sang Penghancur Langit    Latihan Perkuat Tangan

    Saat pagi hari, sebelum Arya bangun dari tidurnya, Sanjaya mengumpulkan banyak batu. Dari batu kecil hingga batu besar, yang mana semua batu itu dikumpulkan di belakang pondoknya. Suara batu-batu yang dikumpulkan, itu membangunkan tidur, Arya, dan bocah itu keluar dan melihat semua batu itu. "Guru, untuk apa semua batu ini?" tanya Arya. "Batu ini akan jadi sasaran latihanmu, Arya!""Batu jadi sasaran latihan?" kata Arya bingung. "Iya! Seperti yang sudah guru katakan kemarin, kau harus memperkuat kedua tangan dan kakimu bukan?""Terus?" Sanjaya tidak menjawab, namun dia menuju ke arah sebuah batu, dan langsung memukul batu itu, dan ia melakukan itu kembali tanpa tenaga dalam. Bammmmmmm!!Batu sasaran pukulan Sanjaya langsung hancur, dan itu terlihat di mata Arya. "Dengan hancurkan batu ini dengan pukulan, maka itu akan memperkuat tinjumu!" kata Sanjaya. Setelah itu, Sanjaya memegang erat sebuah batu, dan dengan satu kali tekan saja, batu itu hancur."Ini akan memperkuat peganga

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sang Penghancur Langit    Ketidakadilan Ketua Perguruan

    Aura di tubuh Arya semakin menakutkan saat amarah ditubuhnya semakin tak bisa Arya tahan, dan itu membuat tiga orang yang menganggunya mulai menujukkan wajah yang pucat. "Kabur!" teriak Boim dan langsung balik badan sebelum dua rekannya mengikuti dirinya untuk kabur. Arya yang masih marah, merasa heran akan hal itu, namun ia tak sadari semua itu, tak sadari kalau tubuhnya mengeluarkan aura yang sangat menakutkan."Aku selamat, aku harap mereka tak lagi ganggu diriku," ucap Arya dan terduduk lemas di atas batu-batu yang berada di belakang pondok Sanjaya itu. Namun itu hanya sesaat saja, karena Arya langsung bangkit."Aku harus lebih kuat, jika tidak, aku akan selamanya berada dalam siksaan mereka!" ucap Arya. ***Perguruan Matahari, merupakan salah satu perguruan yang memiliki nama yang cukup besar di dunia persilatan.Saat ini, Perguruan Matahari dipimpin oleh Ki Badrun, seorang pendekar dengan tingkatan pendekar dewa tahap tiga.Namun, sesungguhnya tingkatan Ki Badrun itu hanya t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sang Penghancur Langit    Terusir

    Dengan tubuh yang penuh luka, Arya masuk ke dalam pondok Sanjaya, dan ia berbaring untuk sesaat di dalam pondok itu. Namun, Ki Badrun masuk, dan menarik tubuh pemuda berusia lima belas tahun itu."Apa lagi yang kau tunggu? Pergi dari sini!" teriak Ki Badrun."Aku akan menunggu Guru Sanjaya, kembali!" jawab Arya. "Tidak perlu! Di sini, atau tidaknya Sanjaya, kau akan tetap terusir dari sini!" bentak Guru Badrun.Bahkan dengan kasar, Ketua perguruan matahari itu menyeret tubuh Arya hingga sampai di belakang pondok Sanjaya itu. "Pergi dari sini!" teriak Ki Badrun dan lemparkan tubuh Arya hingga terlempar jauh. Arya hanya bisa menahan rasa sakit di tubuhnya, dan dengan menahan semua rasa sakit itu, Arya berjalan untuk menuju pintu keluar Perguruan itu. "Jangan coba-coba untuk lewat dari pintu Perguruan, pergi lewat hutan!" kata Ki Badrun lagi. Arya hanya bisa menarik napas, dan setelah itu, kaki mungil anak itu masuk ke dalam hutan, dan itu membuat Ki Badrun tersenyum puas. "Dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Sang Penghancur Langit    Guru Yang Marah

    "Mungkin Tandui, tahu sesuatu tentang kepergian, Arya?" kata Sanjaya dan begitu dia keluar dari ruangan Ki Badrun dia langsung menuju ke rumah Guru Tandui, salah satu guru di perguruan matahari itu. "Arya, sesungguhnya kau ada dimana?" gumam Sanjaya menjadi gelisah."Selamat datang kembali, rivalku!" kata guru Tandui pada Sanjaya. Menyambut kedatangan orang yang dia anggap sebagai saingan di perguruan itu. "Kita sudah berumur Tandui, jangan anggap aku rival mu lagi!" kata Sanjaya."Sampai kapanpun kau adalah rival ku!" kata guru Tandui."Terserah padamu, Tandui. Eh, apa kau tahu muridku pergi kemana?" tanya Sanjaya."Mengenai itu ... !"Sanjaya melihat guru Tandui menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Dan itu membuat Sanjaya curiga. "Ada apa, Tandui?" tanya Sanjaya."Muridmu mengacau!" kata Tandui."Mengacau? Apa maksudnya?" tanya Sanjaya."Setelah kepergianmu, dia membuat kekacauan di perguruan ini, dan setelah itu dia pergi, mungkin dia malu!" kata guru Tandui."Benarkah itu, Tand

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Sang Penghancur Langit    Pusaka Pedang Urat Petir

    Arya masih diam dan melihat saat Cahaya biru itu memancar dari kitab ilmu kanuragan yang diberikan padanya. Dan pada saat itulah sesuatu terjadi pada kitab itu, yang mana perlahan-lahan muncul sebuah pedang pusaka yang memiliki pamor yang sangat menakutkan. "Tidak mungkin!" kata Arya dan mendekat ke arah pedang itu. Jledaaarrrrrrr!!!Suara ledakan yang begitu dahsyat terdengar saat Arya memegang gagang pedang itu, dan itu sungguh suara ledakan yang sangat dahsyat."Apa maksudnya ini?" tanya Arya, dan masih terus pegangi gagang pedang yang baru saja keluar dari kitab pusaka itu. Bahkan, tanpa ragu, Arya mencabut pedang itu, dan pamor yang begitu kuat pun dirasakan oleh Arya keluar dari pedang itu. Jledaaarrrrrrr!Suara ledakan yang lebih keras lagi terdengar, dan itu lebih keras dari ledakan yang sebelumnya."Pedang urat petir!" ucap Arya membaca nama pedang itu di bilah pedang yang baru saja dia cabut itu. Hanya sesaat saja tulisan itu ada di bilah pedang itu, karena setelah itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Sang Penghancur Langit    Ketakutan Golongan Hitam

    Di Utara kerajaan lingga, tepatnya di hutan rimba daun, hutan yang penuh dengan kelelawar yang sudah hidup ratusan tahun.Di tengah hutan yang lebat itu berdiri sebuah perguruan hitam yang cukup ditakuti di dunia persilatan. Perguruan Walet Merah."Apa ini?" gumam Ki Hasta, pendekar berjuluk Iblis Walet itu mendapatkan sebuah petunjuk yang membuat keringat di tubuhnya mengucur dengan deras."Tubuh petir? Pemilik kitab pusaka legendaris?" gumam Ki Hasta.Ki Hasta merupakan tokoh sesat yang sudah berusia ratusan tahun, dan sudah melewati generasi demi generasi.Dengan kemampuan tenaga dalam yang tinggi, Ki Hasta mampu menekan ketuaan pada dirinya. Meskipun saat ini dia terlihat berusia tujuh puluhan tahun, sesungguhnya usianya sudah lebih dari dua ratus tahun."Ini tidak dapat dibiarkan, bisa-bisa dunia hitam akan dihancurkan olehnya!" kata Ki Hasta, ketakutan.Tidak hanya petunjuk tentang pemilik tubuh petir, meskipun wajahnya tidak terlihat, Ki Hasta juga menemukan letak keberadaan pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Sang Penghancur Langit    Menyerang Perguruan Matahari

    "Kita serang Perguruan Matahari dari tiga arah mata angin, aku akan dari sisi selatan!" kata Ki Hasta."Aku dari sisi barat!""Baik, aku akan dari sisi timur, pintu masuk perguruan itu," kata Nyai Kedasih.Tiga ketua perguruan hitam itu sudah mendekati Perguruan Matahari, dan berpisah menuju arah serangan yang sudah mereka sepakati.Ki Hasta, ketua Perguruan Walet Merah terlebih dahulu membawa semua muridnya menuju sisi selatan, meninggalkan Ki Gering dan Nyai Kedasih."Apa kau percaya padanya, Nyai?" tanya Ki Gering."Aku tidak tahu, tapi aku setuju karena aku benci pada Ki Badrun, ketua perguruan matahari," jawab Nyai Kedasih."Jadi itu alasanmu, ikut menyerang perguruan ini?" tanya Ki Gering."Iya, aku tidak terlalu yakin dengan firasat Ki Hasta," ucap Nyai Kedasih.Ki Gering diam, dia terpaku melihat Nyai Kedasih yang sudah meninggalkan dirinya, membawa semua murid perempuan yang dia bawa dari perguruannya.Kini tinggal Ki Gering dan semua murid perguruan yang dia bawa."Kenapa gu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Sang Penghancur Langit    Datangnya Bantuan

    "Bagaimana ketua Badrun? Apa kau akan tetap tak mengatakan dimana pemilik tubuh petir itu?" tanya ketua hasta."Sudah aku katakan, aku tidak tahu menahu tentang tubuh petir yang kau katakan itu," teriak Ki Badrun.Hiaaaaatttt!!Ki Badrun sudah mencabut pedangnya, dan saat dia alirkan tenaga dalam, pedangnya mengeluarkan cahaya merah. Itulah pamor dari pedang matahari.Ki hasta hanya tersenyum, meskipun mereka berasal dari jaman yang sama, tapi kemampuan ku hasta masih berada satu tingkat di atas Ki Badrun."Senjata mu akan segera tumpul!" kata Ki hasta.Wutttt ... whuuutt ... whuttttt..!!Ki Hasta memutar senjatanya, sebuah senjata berupa tongkat panjang dimana di ujung memiliki ukiran burung walet."Tidak akan aku biarkan!"Ki Badrun mulai gunakan jurus pedang matahari, jurus yang menggunakan kekuatan panas sebagai inti dari serangannya.Tapi Ki Hasta bukan tidak tahu semua itu, dan menunggu serangan Ki Badrun.Tranggggg!!Dua senjata andalan mereka beradu, dan tangan Ki Badrun berge

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08

Bab terbaru

  • Sang Penghancur Langit    Hancur Pulau Siluman

    "Segera cari perlindungan!" teriak ratu Narini saat melihat bola api yang begitu besar. Bola api energi yang meluncur cepat ke arah pulau siluman ular hijau itu.Mata semua orang menatap ke udara, dan seolah tidak menggubris perkataan ratu ular itu."Apa kalian tidak dengarkan apa yang aku katakan?" teriak ratu ular lagiJledaaarrrrrrr!!Satu bola api menghantam bagian kota siluman, dan gempa keras tercipta akibat benturan bola api itu dengan pulau siluman ular itu.Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!Teriakan histeris, teriakan ketakutan pun terdengar saat warga siluman itu mulai sadari jika mereka berada dalam target serangan dari makhluk yang mereka tidak tahu.Satu persatu, hingga semuanya kabur tidak tentu arah, semuanya mencari keselamatan untuk diri sendiri, disitulah sikap mementingkan diri sendiri terlihat."Putri Nagini! Putri Nagini!" teriak Arya mencari putri ular itu.Tapi karena ramainya manusia, tidak ada yang mendengar suara teriakan Arya itu.Dan saat itulah, warna hitam di langit be

  • Sang Penghancur Langit    Peringatan Ratu Narini

    "Ada apa ini?" Semua mata tidak berhenti menatap ke atas langit, dan tidak ada yang tahu apa sesungguhnya yang sedang dan apa yang akan terjadi.Ratu Narini berdiri dari kursi kebesaran yang di duduki, dan dia berdiri di halaman istana."Ada apa ini?" ucapnya dan seperti semua siluman yang ada, mereka menatap ke udara. Ratu Narini juga menatap ke atas langit."Pasti sesuatu akan terjadi, tapi apa?" gumam ratu Narini.Semuanya masih menunggu dan menatap perubahan langit yang semakin lama semakin gelap, bahkan suasana sudah seperti malam hari dan itu semakin mencekam menakutkan.Awan hitam itu tiba-tiba berubah menjadi merah, dan kembali sebuah kejutan bagi wajah kaget dan takut yang ada di bawah langit."Apa lagi ini?" teriak mereka tidak tahu harus berbuat apa.Cahaya merah yang ada di langit itu berubah menjadi gumpalan merah, dan semakin lama semakin besar, gumpalan merah itu bagaikan gumpalan kumpulan energi yang begitu besar."Ini tidak mungkin," kata ratu Narini kaget."Ada apa

  • Sang Penghancur Langit    Tiga Lawan Untuk Arya

    Keadaan hening di halaman istana kerajaan ular hijau, semuanya orang menunggu siapa lawan pertama yang akan berani hadapi Arya."Kita harus memberikan luka padanya, aku tahu kita tidak akan menang dari dia. Tapi dengan melukai di satu titik aku yakin dia akan terluka parah," kata salah satu orang dari kelompok di depan Arya."Benar, saat dia sudah terluka orang ketiga akan selesaikan dan kalahkan dia.""Iya. Seperti itulah yang aku maksud itu," ucap orang yang bicara itu."Kalau begitu aku yang duluan maju," kata pemuda bernama Seno."Baik, kau harus menyerang di satu titik saja, kami akan lihat, dimana kau menyerang," kata rekannya.Tiga orang itu memang sudah dipilih akan jadi lawan bagi tantangan yang diberikan pada Arya, karena mereka bertiga lah yang pantas jadi pendamping putri Nagini, begitu lah menurut mereka."Bertahan yang lama Seno," kata rekannya memberikan peringatan pada Seno."Sudah pasti! Aku tidak mudah dia kalahkan," kata Seno yakin pada kemampuan yang dia miliki.Hi

  • Sang Penghancur Langit    Rencana Ki Bara

    Putri Nagini sejenak menatap Arya kencana, dia tidak suka dengan kejujuran dari perkataan Arya."Dan satu lagi tuan putri, aku pernah bilang jika aku sudah memiliki seorang istri, jadi jangan sampai istriku celaka hanya karena kecemburuan yang ada pada dirimu, nantinya," kata Arya peringatkan putri Nagini.Kembali, gadis itu ular itu diam. Dia sesungguhnya tidak ingin terima jika Arya sudah menikah. Tapi sebelum dia ucapkan apa-apa, Arya sudah buat penegasan sendiri."Aku harap tuan putri, pahami apa yang aku maksud tadi," kata Arya."Aku akan coba pahami, tapi itu jika kau adil menjadi seorang suami," kata putri Nagini."Aku tidak tahu apakah aku akan adil atau tidak, tapi aku akan berusaha," jawab Arya.Arya tinggalkan putri Nagini dan masuk ke dalam kamarnya, dia melepaskan rasa lelahnya setelah selesaikan semua yang dia inginkan di lima lorong istana."Belum selesai masalah yang satu, sudah datang masalah yang baru. Aku tidak menyangka jika air mata dewa ini akan jadi masalah yang

  • Sang Penghancur Langit    Akhir Bulan Merah

    Setelah lelaki tua itu selesai bicara dengan Arya, suasana berubah menjadi gelap, dan gemuruh terdengar. Itulah akhir dari bulan purnama merah yang sedang terjadi di atas langit."Selamat tinggal anak muda, ingat semua janjimu itu," kata lelaki tanpa nama itu."Pasti kek, Arya pasti akan ingat semua yang sudah Arya janjikan," kata Arya.Setelah itu keadaan pun berubah, Arya tidak lagi berada di dalam lorong ke lima, tapi berada di atas, lebih tepatnya Arya sudah di hadapan para penonton yang melihat keadaan dari atas."Arya!"Putri Nagini, begitu melihat pujaan hatinya keluar dari lima lorong istana langsung berlari dan memeluk erat tubuh pemuda itu."Aku tahu Arya, kau tahu pasti kembali, aku selalu tahu itu," kata Nagini dengan isak tangis air mata yang membasahi pakaian kuning emas Arya kencana."Tuan putri, jangan membuat malu!" kata Arya."Tidak Arya, aku tidak akan malu!" kata putri Nagini yang sedikitpun tidak mau lepaskan pelukan dari Arya.Arya tidak dapat lagi untuk memaksa

  • Sang Penghancur Langit    Air Telaga Mata Dewa

    Lestari kaget saat Arya mengucapkan sesuatu, yaitu dia ingat dengan tujuannya datang ke lorong ke empat itu.Plakkkkkk!!Arya menampar tubuh lestari dengan sangat keras."Apa yang sudah kau lakukan pada diriku?" bentak Arya."Arya! Apa kau lupa, aku ini adalah Lestari, seorang bidadari yang sudah kau pilih!" kata Lestari."Pilih? Aku tidak pernah kenal dengan dirimu!" bentak Arya."Tidak! Ini tidak boleh terjadi!" kata Lestari sangat histeris.Aaaaaaaaaaaaaa!!Lestari semakin histeris karena Arya tidak kenal dengan dirinya."Ini semua, taman ini, danau ini, apa kau lupakan semua itu?" tanya Lestari dan kembali tunjukkan keindahan danau buatan dari jurus ilusi lestari."Danau apa? Taman apa? Yang aku lihat hanyalah lorong gelap yang tidak berarti!" bentak Arya."Tidak! Ini tidak boleh terjadi, aku tidak boleh gagal!" kata Lestari.Haaaaaaaaaaa!!Lestari menyerang dengan cakar yang tajam.Bammmmmmmmm!!Arya meninju cakar dari Lestari dan itu membuat gadis penyamar itu terdorong dan mer

  • Sang Penghancur Langit    Ilusi Tingkat Tinggi

    Hawa sejuk langsung menerpa Arya begitu dia masuk ke lorong yang ketiga, dan Arya tidak tahu jika sesungguhnya dia sudah masuk ke lorong yang keempat.Saat gerbang lima lorong terbuka, sesungguh lorong pertama tidaklah ada, yang ada adalah lorong kedua, itu yang membuat banyak nyawa yang tidak dapat diselamatkan.Arya merasakan hawa yang indah, hawa yang begitu menyenangkan hatinya, dan itu Arya nikmati.Satu tangan halus menarik tangan Arya, dan membawa anak muda itu untuk memasuki sebuah rumah yany begitu bagus."Apa ini?" tanya Arya bingung.Arya seolah berada dalam hipnotis, tidak dapat kendalikan dirinya sendiri, dan Arya seolah ikuti apa kemauan dari hawa sejuk itu.Arya dibawa duduk ke sebuah meja, dan disungguhkan dengan minuman yang begitu menyegarkan tenggorokan Arya."Inikah surga?" gumam Arya dan begitu menikmati segala suguhan yang sudah ada dihadapannya."Apakah kau menikmati semuanya anak muda?' Satu suara yang begitu lembut terdengar di telinga Arya, dan Arya tak mamp

  • Sang Penghancur Langit    Melawan Manusia Bertanduk

    Adu pedang antara Arya dan manusia bertanduk masih berlanjut di lorong kedua dan Arya terlihat kalah dalam adu pedang itu.Tranggggg!!Manusia bertanduk kembali mengayunkan golok besarnya, dan Arya menahan, tapi kembali tenaga besar di tunjukkan oleh manusia bertanduk itu, dan itu membuat Arya harus menunduk, bahkan membuat Arya harus bertumpu di lantai lorong kedua.Crasssssss!!Pelan-pelan golok di tangan manusia bertanduk melukai pundak Arya kencana, dan itu mengeluarkan rasa perih bercampur darah.Haaaaaaaaaaa!!Arya mendorong keras golok manusia bertanduk itu, dan lemparkan pedang pemberian ki Bara pada manusia bertanduk itu.Tranggggg!Manusia bertanduk menepis pedang lemparan Arya dengan goloknya, dan itu membuat Arya tanpa senjata."Tanpa senjata kau akan kalah!" kata manusia bertanduk itu."Aku tanpa senjata, siapa bilang?" ucap Arya.Manusia bertanduk menatap tajam pada Arya, dan heran dengan ucapan Arya.Haaaaaaaaaaa!"Pedang urat petir!" teriak Arya.Jledaaarrrrrrr!Pedang

  • Sang Penghancur Langit    Lorong Kedua

    Arya berjalan di dalam lorong kedua dari lima lorong yang harus Arya lalui untuk sampai di telaga mata dewa."Anak muda! Apakah kau mau lanjut atau menerima hadiah sebuah mustika ini?"Satu suara tanpa wujud terdengar di ruangan itu, dan itu mengejutkan Arya, karena Arya tidak merasakan sedikitpun pancaran energi dari suara itu.Tidak hanya itu, di hadapan Arya juga jatuh sebuah mustika berwarna putih pekat, dan itu sangat menarik perhatian Arya."Itu adalah mustika angin, bukankah istrimu berelemen angin, pasti itu sangat berguna!" kata suara itu lagi.Arya kaget, dia tidak menyangka jika suara itu tahu tentang istrinya, lembayung senja."Aku ataupun istriku tidak butuh mustika ini, aku akan lanjutkan," jawab Arya.Mustika di hadapan Arya hilang begitu Arya menolak mustika itu, dan begitu juga dengan suara itu, tak terdengar lagi ada sahutan dari suara itu.Arya meneruskan langkah kakinya, dia merasakan ada energi kuat di depan sana."Apa yang akan aku hadapi di dalam sana?" tanya Ar

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status