Begitu bayangan misterius itu hilang, Arya langsung tersentak, dan bangun dari tempat tidurnya.
Keringat dingin membanjiri sekujur tubuh anak muda itu, dan semua itu karena kejadian yang baru saja dia alami. "Hanya sebuah mimpi!" ucap Arya, dan kembali untuk tidur. Namun, saat ia rebahkan tubuhnya di tempat tidur, dia merasakan ada sesuatu yang mengganjal di punggungnya, dan itu membuat Arya membalikkan alas yang menutupi tempat tidur itu. Mata Arya terbelalak, karena itu adalah sebuah buku kecil yang cukup tebal, dan Arya pun mengambil buku kecil itu. "Kitab ilmu kanuragan?" desis Arya tak percaya. Arya kembali ingat akan mimpi yang baru saja dia alami, dan kitab di tangannya seolah-olah menujukkan kalau itu bukan sekedar mimpi saja. "Apakah ini sungguh nyata?" gumam Arya. Arya membuka lembaran kitab itu, dan ia melihat jurus-jurus yang merupakan jurus tingkat tinggi di lembaran-lembaran kitab itu. "Apakah mungkin kalau yang aku alami bukan sebuah mimpi?" gumam Arya. Arya masih berpikir, dan setelah itu memilih untuk simpan kitab itu, seolah-olah mengganggap yang terjadi padanya memang hanya sebuah mimpi saja. "Tidak mungkin aku seseorang yang dipilih, pasti semua itu hanya mimpi. Siapalah diriku ini? Hanya orang yang tak memiliki bakat!" ucap Arya dan memilih untuk melanjutkan tidurnya. *** Beberapa hari telah berlalu sejak mimpi itu datang, dan Arya sudah mulai melupakan tentang mimpi itu. "Arya!" panggil Guru Sanjaya. "Ada apa guru?" "Guru akan kembali melakukan misi yang baru, dan kau harus tinggal di perguruan ini!" Wajah Arya langsung berubah, dan menunjukkan rasa takut, dia sungguh takut akan mendapatkan gangguan dari para murid perguruan itu. "Apakah guru tidak bisa membawa, Arya?" tanya anak kecil itu sambil pegangi jubah Sanjaya. "Ini tidak akan lama, Arya! Guru yakin, kau akan baik-baik saja!" kata Guru Sanjaya. Arya hanya bisa menarik napas yang dalam, dan ia merasa kalau kepergian Sanjaya, akan kembali membuat dia jadi sasaran dari murid-murid yang tak suka padanya. "Selama guru dalam misi, ada baiknya kau berlatih, latih apa saja yang kau sukai, dan satu lagi, jangan keluar dari sini!" "Baik, guru!" kata Arya. Meskipun merasa berat hati, Arya terpaksa melepaskan gurunya yang akan melakukan misi di luar Perguruan itu, misi yang diberikan oleh ketua perguruan itu. "Aku akan antarkan guru!" kata Arya. Sanjaya tersenyum, dan dengan kasih sayangnya, dia memegang tangan mungil Arya, dan mereka berdua berjalan hingga ke gerbang perguruan itu. "Hati-hati guru, ingat untuk segera kembali!" kata Arya. "Sudah pasti! Perguruan ini adalah rumah guru, dan guru tidak akan lupakan hal itu!" kata Sanjaya. Sanjaya lambaikan tangannya, sebelum naik ke pelana kuda, dan langsung tinggalkan perguruan itu. Arya balik badan, dan melirik ke segala arah, takut kalau-kalau murid dan yang selalu menyiksanya akan datang ke arahnya. Setelah merasa aman, Arya langsung berlari cepat, menuju pondok Sanjaya, dan saat sampai, anak kecil itu langsung melepaskan napas yang lega. "Kemana lagi tempat yang aman untukku? Di desa aku selalu disiksa, di sini pun aku disiksa! Sampai kapan aku akan disiksa?" ucap anak kecil itu. Baru saja Arya duduk di lantai pondok itu, satu teriakan sudah terdengar dari luar. "Arya! Keluar kau!" Tubuh Arya merinding, karena dia cukup mengenal suara itu, suara dari murid yang sering menyiksa dirinya. "Aku tidak ingin disiksa lagi!" ucap Arya. Arya ambil kitab yang dia simpan, dan masukkan ke balik punggungnya, dan setelah itu menuju ke pintu belakang. Huppppp! Arya melompat dari pintu belakang, dan setelah itu kabur ke dalam hutan yang ada di belakang pondok Sanjaya itu. "Dia kabur dari belakang, kejar dia!" teriak salah satu murid yang melihat Arya kabur. Arya semakin ketakutan, dan langsung berlari secepat mungkin, hingga ia benar-benar masuk ke dalam hutan itu. Tiga murid yang mengejar Arya langsung tertinggal, dan mereka bingung akan hal itu. Dan saat itu juga mereka kehilangan jejak Arya. "Kenapa dia bisa secepat itu?" "Entahlah, mungkin dia sudah tahu tentang hutan ini, hingga kita kehilangan jejaknya!" "Sungguh sialan, kita tiba bisa lampiaskan amarah padanya, namun aku yakin, lain kali pasti bisa!" "Iya! Mari kita pergi!" Tiga murid yang mengejar Arya itu memilih untuk pergi, karena mereka benar-benar telah kehilangan jejak Arya. Sementara itu, Arya sudah cukup jauh masuk ke dalam hutan, dan baru berhenti saat ia sampai di bawah sebuah pohon yang sangat besar. Napas anak kecil itu ngos-ngosan karena berlari cepat, namun ia merasa senang karena selamat dari kejaran tiga murid yang usil itu. "Aku selamat!" ucap Arya dan sandarkan tubuhnya di pohon yang cukup besar itu. Napas Arya masih belum teratur, dan semua itu karena rasa lelah baru berlari kencang meninggalkan tiga murid yang selalu menyiksa dirinya. Sambil sandarkan tubuhnya, Arya melihat ke sekelilingnya, dan merasa kalau dia telah berada di tengah-tengah hutan itu. "Ini adalah hutan terlarang, apakah tidak salah aku masuk ke hutan ini?" kata Arya. Arya tahu semua itu dari Guru Sanjaya, dan gurunya itu melarang Arya untuk masuk ke hutan yang kata Guru Sanjaya adalah hutan yang sangat berbahaya. Karena hal itu pula, tubuh Arya merinding ketakutan, bahkan Arya merasa kalau saat ini dia sedang diawasi puluhan pasang mata dari segala arah. "Aku hanya anak kecil, jangan makan aku!" teriak Arya. Suara Arya sangat keras, dan itu mengherankan bagi anak kecil itu. "Eh, sejak kapan aku memiliki suara sekeras ini?" kata Arya. Arya juga ingat kalau saat dia berlari, kecepatannya jauh lebih cepat dari pada yang biasanya, dan semua itu sungguh sesuatu yang membuat Arya bingung. "Apakah semua ini memiliki hubungan dengan mimpi yang aku alami?" kata Arya. Semua yang Arya alami itu sungguh menjadi suatu hal yang membuat dia bingung, namun ia belum bisa mendapatkan jawaban dari semua hal itu. Selain itu, Arya juga masih bingung, bingung apakah dia harus tetap berada di hutan itu atau kembali ke pondok Sanjaya. "Dari pada dapatkan siksaan, sebaiknya aku membaca-baca kitab ini!" kata Arya sambil ambil kitab yang ada di punggungnya. Arya membuka kitab itu, dan semua yang berada di kitab itu sungguh membuat Arya geleng-geleng kepala. "Ini sungguh sebuah kitab yang sempurna, bahkan ini akan membuat diriku bisa belajar dari nol!" ucap Arya. Kitab itu memang kitab yang melatih seseorang dari nol hingga menjadi seorang pendekar yang kuat, dan semua itu memang diperuntukkan untuk Arya. "Aku akan berlatih dengan bimbingan kitab ini!" ucap anak kecil itu.Diam-diam, Arya berlatih dengan mengunakan kitab yang diberikan pemuda misterius lewat mimpinya. Arya tahu perduli akan hari yang dingin, dan memilih untuk latihan di dalam hutan yang cukup luas itu. Hingga saat malam hari datang, barulah Arya kembali ke pondok Sanjaya, itu pun hanya sekedar untuk istirahat saja. "Hari ini sungguh melelahkan!" ucap Arya.Namun, dengan menggunakan kitab itu sebagai acuan untuk berlatih, Arya merasakan kalau dia mendapatkan peningkatan yang nyata.Kitab itu memang mengajarkan semuanya dari nol, hingga Arya merasa kalau semua yang dia latih saat ini benar-benar memulai dari awal lagi. Saat pagi hari, sebelum orang-orang yang menggangunya muncul, Arya kembali masuk ke dalam hutan, dan berlatih dasar-dasar ilmu kanuragan."Sebelum guru kembali, aku sudah harus tuntas dalam latihan dasar ini!" ucap Arya.Semua latihan dasar di kitab itu dipelajari oleh Wira, dari latihan memperkuat otot bawah, hingga semua ototnya dia latih. Dalam waktu satu purnama, t
Saat pagi hari, sebelum Arya bangun dari tidurnya, Sanjaya mengumpulkan banyak batu. Dari batu kecil hingga batu besar, yang mana semua batu itu dikumpulkan di belakang pondoknya. Suara batu-batu yang dikumpulkan, itu membangunkan tidur, Arya, dan bocah itu keluar dan melihat semua batu itu. "Guru, untuk apa semua batu ini?" tanya Arya. "Batu ini akan jadi sasaran latihanmu, Arya!""Batu jadi sasaran latihan?" kata Arya bingung. "Iya! Seperti yang sudah guru katakan kemarin, kau harus memperkuat kedua tangan dan kakimu bukan?""Terus?" Sanjaya tidak menjawab, namun dia menuju ke arah sebuah batu, dan langsung memukul batu itu, dan ia melakukan itu kembali tanpa tenaga dalam. Bammmmmmm!!Batu sasaran pukulan Sanjaya langsung hancur, dan itu terlihat di mata Arya. "Dengan hancurkan batu ini dengan pukulan, maka itu akan memperkuat tinjumu!" kata Sanjaya. Setelah itu, Sanjaya memegang erat sebuah batu, dan dengan satu kali tekan saja, batu itu hancur."Ini akan memperkuat peganga
Aura di tubuh Arya semakin menakutkan saat amarah ditubuhnya semakin tak bisa Arya tahan, dan itu membuat tiga orang yang menganggunya mulai menujukkan wajah yang pucat. "Kabur!" teriak Boim dan langsung balik badan sebelum dua rekannya mengikuti dirinya untuk kabur. Arya yang masih marah, merasa heran akan hal itu, namun ia tak sadari semua itu, tak sadari kalau tubuhnya mengeluarkan aura yang sangat menakutkan."Aku selamat, aku harap mereka tak lagi ganggu diriku," ucap Arya dan terduduk lemas di atas batu-batu yang berada di belakang pondok Sanjaya itu. Namun itu hanya sesaat saja, karena Arya langsung bangkit."Aku harus lebih kuat, jika tidak, aku akan selamanya berada dalam siksaan mereka!" ucap Arya. ***Perguruan Matahari, merupakan salah satu perguruan yang memiliki nama yang cukup besar di dunia persilatan.Saat ini, Perguruan Matahari dipimpin oleh Ki Badrun, seorang pendekar dengan tingkatan pendekar dewa tahap tiga.Namun, sesungguhnya tingkatan Ki Badrun itu hanya t
Dengan tubuh yang penuh luka, Arya masuk ke dalam pondok Sanjaya, dan ia berbaring untuk sesaat di dalam pondok itu. Namun, Ki Badrun masuk, dan menarik tubuh pemuda berusia lima belas tahun itu."Apa lagi yang kau tunggu? Pergi dari sini!" teriak Ki Badrun."Aku akan menunggu Guru Sanjaya, kembali!" jawab Arya. "Tidak perlu! Di sini, atau tidaknya Sanjaya, kau akan tetap terusir dari sini!" bentak Guru Badrun.Bahkan dengan kasar, Ketua perguruan matahari itu menyeret tubuh Arya hingga sampai di belakang pondok Sanjaya itu. "Pergi dari sini!" teriak Ki Badrun dan lemparkan tubuh Arya hingga terlempar jauh. Arya hanya bisa menahan rasa sakit di tubuhnya, dan dengan menahan semua rasa sakit itu, Arya berjalan untuk menuju pintu keluar Perguruan itu. "Jangan coba-coba untuk lewat dari pintu Perguruan, pergi lewat hutan!" kata Ki Badrun lagi. Arya hanya bisa menarik napas, dan setelah itu, kaki mungil anak itu masuk ke dalam hutan, dan itu membuat Ki Badrun tersenyum puas. "Dengan
"Mungkin Tandui, tahu sesuatu tentang kepergian, Arya?" kata Sanjaya dan begitu dia keluar dari ruangan Ki Badrun dia langsung menuju ke rumah Guru Tandui, salah satu guru di perguruan matahari itu. "Arya, sesungguhnya kau ada dimana?" gumam Sanjaya menjadi gelisah."Selamat datang kembali, rivalku!" kata guru Tandui pada Sanjaya. Menyambut kedatangan orang yang dia anggap sebagai saingan di perguruan itu. "Kita sudah berumur Tandui, jangan anggap aku rival mu lagi!" kata Sanjaya."Sampai kapanpun kau adalah rival ku!" kata guru Tandui."Terserah padamu, Tandui. Eh, apa kau tahu muridku pergi kemana?" tanya Sanjaya."Mengenai itu ... !"Sanjaya melihat guru Tandui menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Dan itu membuat Sanjaya curiga. "Ada apa, Tandui?" tanya Sanjaya."Muridmu mengacau!" kata Tandui."Mengacau? Apa maksudnya?" tanya Sanjaya."Setelah kepergianmu, dia membuat kekacauan di perguruan ini, dan setelah itu dia pergi, mungkin dia malu!" kata guru Tandui."Benarkah itu, Tand
Arya masih diam dan melihat saat Cahaya biru itu memancar dari kitab ilmu kanuragan yang diberikan padanya. Dan pada saat itulah sesuatu terjadi pada kitab itu, yang mana perlahan-lahan muncul sebuah pedang pusaka yang memiliki pamor yang sangat menakutkan. "Tidak mungkin!" kata Arya dan mendekat ke arah pedang itu. Jledaaarrrrrrr!!!Suara ledakan yang begitu dahsyat terdengar saat Arya memegang gagang pedang itu, dan itu sungguh suara ledakan yang sangat dahsyat."Apa maksudnya ini?" tanya Arya, dan masih terus pegangi gagang pedang yang baru saja keluar dari kitab pusaka itu. Bahkan, tanpa ragu, Arya mencabut pedang itu, dan pamor yang begitu kuat pun dirasakan oleh Arya keluar dari pedang itu. Jledaaarrrrrrr!Suara ledakan yang lebih keras lagi terdengar, dan itu lebih keras dari ledakan yang sebelumnya."Pedang urat petir!" ucap Arya membaca nama pedang itu di bilah pedang yang baru saja dia cabut itu. Hanya sesaat saja tulisan itu ada di bilah pedang itu, karena setelah itu
Di Utara kerajaan lingga, tepatnya di hutan rimba daun, hutan yang penuh dengan kelelawar yang sudah hidup ratusan tahun.Di tengah hutan yang lebat itu berdiri sebuah perguruan hitam yang cukup ditakuti di dunia persilatan. Perguruan Walet Merah."Apa ini?" gumam Ki Hasta, pendekar berjuluk Iblis Walet itu mendapatkan sebuah petunjuk yang membuat keringat di tubuhnya mengucur dengan deras."Tubuh petir? Pemilik kitab pusaka legendaris?" gumam Ki Hasta.Ki Hasta merupakan tokoh sesat yang sudah berusia ratusan tahun, dan sudah melewati generasi demi generasi.Dengan kemampuan tenaga dalam yang tinggi, Ki Hasta mampu menekan ketuaan pada dirinya. Meskipun saat ini dia terlihat berusia tujuh puluhan tahun, sesungguhnya usianya sudah lebih dari dua ratus tahun."Ini tidak dapat dibiarkan, bisa-bisa dunia hitam akan dihancurkan olehnya!" kata Ki Hasta, ketakutan.Tidak hanya petunjuk tentang pemilik tubuh petir, meskipun wajahnya tidak terlihat, Ki Hasta juga menemukan letak keberadaan pe
"Kita serang Perguruan Matahari dari tiga arah mata angin, aku akan dari sisi selatan!" kata Ki Hasta."Aku dari sisi barat!""Baik, aku akan dari sisi timur, pintu masuk perguruan itu," kata Nyai Kedasih.Tiga ketua perguruan hitam itu sudah mendekati Perguruan Matahari, dan berpisah menuju arah serangan yang sudah mereka sepakati.Ki Hasta, ketua Perguruan Walet Merah terlebih dahulu membawa semua muridnya menuju sisi selatan, meninggalkan Ki Gering dan Nyai Kedasih."Apa kau percaya padanya, Nyai?" tanya Ki Gering."Aku tidak tahu, tapi aku setuju karena aku benci pada Ki Badrun, ketua perguruan matahari," jawab Nyai Kedasih."Jadi itu alasanmu, ikut menyerang perguruan ini?" tanya Ki Gering."Iya, aku tidak terlalu yakin dengan firasat Ki Hasta," ucap Nyai Kedasih.Ki Gering diam, dia terpaku melihat Nyai Kedasih yang sudah meninggalkan dirinya, membawa semua murid perempuan yang dia bawa dari perguruannya.Kini tinggal Ki Gering dan semua murid perguruan yang dia bawa."Kenapa gu
Arya merasa semuanya kembali tenang, Arya kini sudah kembali menguasai dirinya. "Terimakasih guru!" kata Arya yang kembali berlutut pada Ki manunggal Wahid."Aku adalah gurumu, aku selalu inginkan yang terbaik untukmu, cucuku!" kata Ki Manunggal Wahid."Apakah sudah saatnya kau kembali ke tubuhku, guru?" tanya Arya."Benar! Memang itu yang harus kau lakukan!" kata Ki Manunggal Wahid.Arya angguk kepala, meskipun dia masih ingin bercerita panjang lebar dengan Ki Manunggal Wahid, tapi Arya sadar jika dia saat ini di butuhkan di dunia nyata."Aku akan berikan sisa-sisa yang aku miliki untukmu!" kata Ki Manunggal Wahid."Apa itu guru?" tanya Arya.Ki Manunggal Wahid memegang tangan Arya, dan yang dia berikan adalah seluruh kemampuan, seluruh tehknik tertinggi yang dia miliki dalam memainkan jurus pedang naga.Arya kaget, tapi sekaligus sangat terharu."Satu hal lagi, belajarlah untuk kendalikan ilmu meringankan tubuh!" kata Ki manunggal Wahid.arya menggaruk kepalanya, dia memang belum
Orang yang menangkap tangan Arya tersenyum, dan itu adalah senyum yang begitu hangat menurut Arya."Jangan mendekat kesana, wahai diriku, itu akan mengubah diriku juga!" kata orang itu.Yang ada dihadapan Arya adalah orang yang memiliki wajah seperti dirinya, tubuh seperti dirinya, bahkan sedikitpun tidak ada beda antara Arya dengan dirinya."Siapa kau?" tanya Arya."Siapa aku? Aku adalah kau, kau adalah aku! Kita adalah atau kesatuan yang tidak dapat dipisahkan!" "Aku tidak memahami semua ini," kata Arya."Kau tidak usah pahami semua itu, cukup kau terima saja diriku!" kata tubuh lain Arya itu."Menerima dirimu?" tanya Arya."Iya!"Hahahahahahaha!!"Untuk apa kau terima sesuatu yang membuat dirimu lemah, wahai diriku!"Dari daratan hitam itu terdengar suara, dan saat Arya menoleh kesana, Arya juga melihat orang yang sama seperti dirinya , hanya saja orang itu memilik sikap yang jauh berbeda."Kemarilah!' kata orang yang mirip Arya di daratan hitam."Jangan dengarkan dia, dia hanya i
Ki Pratap tak mampu lagi menggerakkan badannya, dia begitu tertekan karena tekanan yang dikeluarkan ketua Son Chong.Tangan ketua Son Chong mencekik leher Ki Pratap, dan matanya menatap tajam."Aku bisa saja mematahkan lehermu dengan mudahnya, tapi kau sudah berusaha untukku! Mulai sekarang kau adalah bagian dari kelompok tengkorak! Apa kau paham?" ucap ketua Son pada Ki Pratap.Ki Pratap tak mampu menjawab, suaranya tertahan karena cekikan di lehernya."Tugasmu sekarang, cari makam pemilik tubuh petir itu sampai dapat, jika tidak kau temukan dalam beberapa purnama ke depan, jangan salahkan aku jika kau akan tewas," kata ketua Son Chong memberikan ancaman sekalian melepaskan cengkeraman di leher Ki Pratap.Dengan segera, dan dengan tubuh yang ketakutan, Ki Pratap berlutut pada ketua Son."Aku ... Aku akan lakukan, aku akan setia pada ketua!" kata Ki Pratap."Pergilah dari sini!" usir ketua Son Chong.Dengan segera, dan dengan gerakan yang cepat, Ki Pratap kabur dari ruangan itu."Dasa
Asap tebal membumbung tinggi ke atas udara, asap itu muncul dari perguruan bulan biru yang berada di atas puncak gunung biru. Kini Perguruan itu sudah rata dengan tanah."Itu, ketua! Segera bantu dia!"Guru pengajar segera membawa tubuh nyai Sendana menjauh dari api yang semakin besar, dan kini mereka berkumpul bersama dengan murid-murid perguruan yang semuanya semuanya adalah murid perempuan."Apa yang akan kita lakukan?" tanya salah satu guru pengajar."Kita bangunkan dulu ketua dari pingsannya, setelah itu ketua yang tentukan semuanya.""Kalian benar!" Semua guru pengajar berkeliling di sekitar tubuh nyai Sendana, dan beberapa guru memberikan bantuan dengan mengalirkan hawa murni."Bagaimana?""Mungkin tidak lama lagi, ketua akan membuka matanya!" Seperti yang dikatakan guru pengajar itu, mata nyai Sendana perlahan mulai terbuka, dan yang pertama terlihat di pandangannya adalah, warna merah yang terlihat masih kabur."Apa itu apa?" gumam nyai Sendana."Api?"Mata nyai Sendana lan
"Apa ini?" kata nyai Sendana dengan wajah yang pucat."Ada apa guru?" tanya senja pada gurunya itu."Kau tunggu disini, aku merasakan sesuatu yang buruk mendekati perguruan!" kata nyai Sendana."Sesuatu yang buruk seperti apa guru?" tanya senja."Jangan banyak tanya, segera kau ambil pedang naga angin itu, kau sudah berhak membawanya," kata nyai Sendana.Setelah ucapkan itu, nyai Sendana meninggalkan ruangan pribadinya, meninggalkan senja sendirian di dalam ruangan itu.Senja masih menatap pedang naga angin dengan begitu berbinar, matanya begitu bercahaya karena melihat pedang itu.Senja ambil pedang naga angin, dan menimang sarung pedang itu, senja seolah lupakan tentang keberadaan batu yang seperti mulut gua, dan lupakan peringatan gurunya.Sementara itu, nyai Sendana yang meninggalkan senja sudah sampai di halaman perguruan."Semua guru pengajar berkumpul, aku merasakan akan ada serangan!" teriak nyai Sendana dengan mengerahkan kekuatan tenaga dalam yang tinggi.Semuanya guru penga
Seperti biasa, kegiatan di perguruan bulan biru berjalan seperti semestinya. Tidak ada hal yang terlalu membuat perguruan itu melakukan kesibukan yang berlebihan.Sudah satu purnama berlalu sejak kematian Arya, dan kebohongan nyai Sendana masih terus berlanjut."Senja, gerakan tanganmu harus kau perhalus, jurus itu bukan jurus kasar!" kata nyai Sendana yang kini jadi guru bagi senja. Gadis muda yang dulu adalah putri keraton, tapi demi membalas dendam dia lepaskan semua hidup mewahnya."Baik, guru! Senja akan ulangi!" kata gadis itu.Sejak permintaan Senja pada nyai Sendana, guru besar Perguruan Bulan Biru itu sangat telaten melatih Senja, bahkan satu demi satu bakat dari Senja mulai terlihat."Bakatnya terpendam, dan jika belajar pada guru yang salah, dia akan jadi golongan hitam yang kuat!" kata nyai Sendana."Senja! Kemari lah! Hentikan dulu latihan mu!" kata nyai Sendana."Ada apa guru?" tanya Senja dan menghentikan latihan yang sedang dia lakukan."Istirahatlah! Besok kau akan me
"Resi Raspati!"Lelaki pengganggu Arya dan Arya sama-sama menoleh dan kaget karena yang menghentikan mereka adalah pemilik perguruan roh itu.Lelaki pengganggu Arya berlutut pada Resi Raspati, dan menunjukkan rasa hormat yang begitu dalam pada Resi Raspati."Dia ... dia yang memulai semua ini, Resi? Dia pukul aku, ini buktinya!" kata lelaki itu dan menujukkan luka pada Resi Raspati."Aku sudah melihat semua itu Juhari, sudah aku lihat!' ucap resi Raspati."Iya resi, dia sejak awal sudah mencari masalah denganku!" kata Juhari.Resi Raspati tersenyum."Berikan kitab itu padaku, Juhari!" kata resi Raspati.Juhari dengan sangat membungkuk tanda hormat memberikan kitab tinju penggetar langit pada resi Raspati."Arya, ini kitab mu!' kata resi Raspati memberikan kitab itu pada Surya, sementara Juhari diam membisu."Ada apa ini Resi? kenapa kitab itu diberikan kembali padanya?" tanya Juhari."Kitab itu memang miliknya Juhari!" ucap resi Raspati."Tapi dia harus diusir dari sini!" kata Juhari.
Baru beberapa saat saja Nyai Sendawa mengunci gua obat, sesuatu terjadi di dalam gua obat. Dan sesuatu itu terjadi pada Arya.Asap tebal yang menyelubungi tubuh Arya perlahan meresap masuk kedalam tubuh Arya, dan menarik roh anak muda itu keluar dari tubuhnya.Roh Arya berdiri di samping tubuh kasarnya, dan melihat dengan begiru terpenjarat tidak percaya."Apa aku sudah mati?" gumam roh Arya.Arya mencoba memasuki tubuhnya.Whussssss!!Sesuatu kekuatan yany begitu besar mendorong roh Arya hingga terbuang jauh. Sampai Arya berkali-kali mencoba, tapi hasilnya tetap saja sama."Tidak, aku belum mati!" kata Arya tidak percaya dengan keadaan tubuhnya yang memang sudah seperti mayat. pucat memutih."Biarkan tubuhmu menerima pengobatan!"Satu suara terdengar, dan suara itu berasal dari seseorang yang Arya kenali."Resi Raspati?" tanya Arya tidak percaya."Iya, ini memang aku!" kata Resi Raspati."Apa yang harus kau lakukan, Resi?" tanya Arya."Banyak hal yang harus kau lakukan, termasuk berl
Nyai Sendana mendekati tubuh Arya, dan dia memeriksa tubuh Arya."Ada apa dengan tubuh anak muda ini?" gumam Nyai Sendana.Jarinya menyentuh tubuh Arya, tapi sesuatu yang kuat malah menyentrum jarinya."Ada apa ini?'Nyai Sendana menarik jarinya dengan cepat, dan kaget dengan keadaan Arya."Bagaimana ketua? Apa kita akan membawa dia?' tanya salah satu guru pengajar di Perguruan Bulan Biru."Aku juga bingung bagaimana membawa tubuhnya, tubuhnya mengalirkan sesuatu yang kuat," kata Nyai Sendana.Semua perempuan yang datang dari Perguruan Bulan Biru itu mengelilingi tubuh Arya, seolah berpikir bagaimana membawa tubuh pemuda itu."Aku akan periksa lagi kondisinya!' kata Nyai Sendana.Kali ini saat dia memeriksa, dia kaget, dia merasakan jika tubuh Arya sudah mengalirkan energi yang kuat lagi, tapi yang dia rasakan adalah hampir seluruh jaringan tubuh dan peredaran darah Arya sudah rusak parah.Dengan segera, nyai Sendana membawa Arya, dan terbang melesat menuju Perguruan Bulan Biru."Ketu