Sang Penari Pujaan Hati

Sang Penari Pujaan Hati

last updateLast Updated : 2023-05-15
By:  pramudining Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating. 1 review
122Chapters
3.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Rumor negatif mengenai profesi penari dan juga strata sosial yang berbeda menjadi alasan utama Jelita tidak mendapat restu dari keluarga Wandra Danurweda, kekasihnya. Walau demikian, Wandra tetap berusaha mendapatkan restu demi bisa bersama dengan Jelita. Tindakan nekat menghamili kekasihnya adalah salah satu caranya. Lalu, berhasilkah keduanya bersatu dalam ikatan pernikahan atau justru kisah mereka kandas di tengah jalan dan menghilang ditelan waktu?

View More

Chapter 1

1. Sang Penari

Happy Reading

*****

Alunan musik tradisional khas kota Banyuwangi mengiringi tarian seorang perempuan bermahkotakan omprok dengan ornamen tokoh Antasena. Salah satu tokoh pewayangan. Tangan kanannya memegang kipas, sedangkan tangan kirinya memainkan sampur yang menggantung pada leher. Pinggulnya bergoyang selaras dengan perpindahan kaki dan gerakan bahu.Dialah Jelita, sang penari Gandrung yang cukup terkenal di desa ini.

Wandra menatap sang kekasih penuh kekaguman walaupun di sampingnya ada perempuan yang selalu menentang hubungan mereka. Tak masalah, dia sudah menuruti semua kemauan orang tuanya. Suatu saat kelak, dia akan menagih janji mereka.

"Apa perempuan seperti itu yang akan menjadi menantu Mama? Menjijikkan," ucap perempuan dengan dress berbahan brokat dan rambut disanggul bawah.

"Kenapa mesti merasa jijik, Ma? Jelita, hanya menyalurkan bakat dan alhamdulillah, dia bisa membantu perekonomian keluarganya dari hasil menari," bela Wandra.

"Kamu nggak lihat banyak lelaki yang menari bersamanya. Memandang dengan sangat buas pada setiap lekukan tubuh. Di mana harga diri sebagai perempuan kalau sudah seperti itu. Tubuhnya menjadi konsumsi publik. Kita ini keluarga terpandang dan berpendidikan, Dra. Jangan membuat malu dengan menjalin hubungan dengan gadis seperti itu." Ajeng Candra Ningsih menatap tajam ke arah putranya.

"Ma, kita sering bahas masalah ini. Aku juga sudah menuruti semua kemauan Mama dan Papa. Mengambil kuliah sesuai jurusan yang kalian mau. Lalu, apakah sekarang tentang urusan asmara dan jodoh kalian juga akan mengaturnya?"

"Lihat itu?" tunjuk Ajeng pada Jelita.

"Gadis yang nggak bisa menjaga diri yang akan kamu nikahi? Mama nggak sudi, Dra."

Mata Wandra membulat sempurna. Seorang pria dewasa tengah menari dengan penuh gairah. Sesekali tangannya terlihat akan menyilipkan uang saweran pada kemban yang dikenakan sang kekasih. Wandra tak bisa diam saja saat pujaannya diperlakukan seperti itu.

"Eh, Mas. Jangan asal nyerobot, budayakan antri. Jika belum mendapat selendang dari penari, ya, diem dulu," kata si lelaki menghalangi Wandra untuk menari bersama kekasihnya.

Jelita mulai tidak fokus. Memang sudah menjadi tahapan dalam tarian Gandrung, jika sudah selesai acara jejer. Maka penari akan memberikan selendang pada para tamu untuk menari bersama dengan gerakan menggoda. Biasanya tamu yang pertama kali mendapat selendang adalah tamu penting dalam acara tersebut.

"Nggak bisa. Saya juga adalah salah satu tamu penting dalam acara ini. Sampeyan itu sopo sampai berani berkata keras pada saya? Belum tahu saya siapa, ya?" balas Wandra tak kalah sengit.

Masih dengan gerakan pinggul dan permainan kipas di tangan, Jelita mengembuskan nafas panjang. Mengapa lelaki yang berstatus kekasihnya ini tidak mau mengerti posisinya sekarang.

Tanpa diduga, Wandra yang sudah berada pada jarak dekat dengan Jelita. Ketika wajahnya sudah akan menyentuh pipi perempuan itu, lengannya dicekal oleh seseorang. Tamparan keras mendarat di pipi.

"Pulang, Ndra. Malu-maluin Mama saja kamu ini."

"Mama!" bentak Wandra keras.

Seluruh tamu undangan pada acara resepsi pernikahan salah satu orang ternama di kota ini menatap ke arah ibu dan anak itu. Bisik-bisik pun berdengung, sementara Jelita tak lagi menghiraukan perdebatan yang terjadi. Walau ada luka tak kasat mata, tetapi dia tetap harus menjalankan tugasnya sebagai penari, menghibur semua tamu undangan.

Satu jam sebelum acara itu dimulai, perempuan yang telah menampar Wandra di depan umum itu sudah mendatanginya di ruangan khusus. Tempat untuk merias dan berganti pakaian para pemain serta penari gandrung.

"Harusnya kamu nggak hadir pada acara ini, Lit. Saya sudah memperingatkanmu untuk tidak menampakkan wajah di depan Wandra. Apa peringatan itu masih kurang jelas?"

Jelita cuma bisa menatap perempuan pemilik nama Ajeng yang kini berdiri di hadapannya. Matanya mulai merebak, hampir saja aliran deras itu turun membanjiri pipi jika tak ingat bahwa riasannya sudah sempurna. "Saya cuma melaksanakan tugas, Bu. Demi Allah, nggak ada keinginan saya untuk ketemu sama Mas Wandra. Saya juga nggak tahu kalau dia sedang berada di rumah."

"Bohong, kamu pasti sudah menelpon putraku dan memberitahu bahwa kamu sedang menari di acara ini. Kalau tidak, mana mungkin dia ngotot ingin menghadiri resepsi pernikahan teman yang selalu membuatnya jengkel."

"Maaf, Bu. Saya harus segera bersiap. Sebentar lagi sudah waktunya saya menari." Jelita sengaja mengucapkannya. Cara halus agar perempuan itu tak lagi mengomel seperti sekarang.

"Dasar penari murahan, nggak punya etika sama sekali. Orang tua masih ngomong malah ditinggal."

Jelita, hanya bisa mengelus dada. Membiarkan perempuan itu keluar.

Sekarang, di saat tariannya sedang berlangsung. Sosok Wandra berhasil mengacau dan Ajeng pasti akan semakin membencinya. Sejak dulu, perempuan yang telah melahirkan Wandra itu memang tak pernah menyetujui hubungan mereka.

Jelita dengan status sosial yang biasa saja dan Wandra dengan segala kekayaan serta jabatan dari kedua orang tuanya. Belum lagi profesi yang mulai digeluti perempuan itu makin menambah kesenjangan di antara keduanya. Sebuah jalinan cinta yang tak akan pernah mudah untuk bisa bersatu dalam ikatan suci bernama pernikahan.

Bukan tak mendengar bisik-bisik dari para tamu yang mengejek tentangnya. Jelita, hanya ingin bersikap profesional. Mungkin bagi sebagian orang di kota itu, profesi sebagai penari Gandrung adalah hal yang sangat negatif.

Makin banyak lelaki yang ingin menari dengan Jelita. Selain wajah yang cantik dan bentuk tubuh seksi, tarian gadis itu juga sangat luwes. Menggiurkan bagi sebagian kaum Adam untuk terus mendekatinya.

Salah seorang tamu bahkan terlihat antusias menari lebih dekat dengan Jelita.

"Setelah menari, apa kamu mau ikut aku bermalam di hotel?" bisiknya ketika si lelaki berhasil mendekatkan wajah pada telinga sang penari.

Berusaha terus memainkan kipas dan sampur, Jelita membalas ucapan lelaki itu. "Maaf, saya bukan penari yang seperti itu. Anda sudah salah menafsirkan profesi saya."

"Halah! Nggak usah munafik. Semua penari Gandrung itu bisa di booking. Kenapa mesti jual mahal? Aku berani bayar tinggi untuk malam panjang kita," katanya masih tak mau menyerah.

Jelita langsung mendorong lelaki itu dan melemparkan selendang pada tamu lain. Sorot mata sang lelaki tajam menguliti seluruh tubuh sang penari.

"Jangan main-main denganku, cantik. Habis kamu hari ini," ancam lelaki itu berani dan setelahnya dia mengamuk pada pemilik acara. Berteriak keras mengatakan bahwa pelayanan dalam acara itu tak memuaskan sama sekali.

Para penabuh menghentikan alunan musik yang mengiringi Jelita pun demikian dengan gadis itu. Berhenti menari dan ketakutan.

Salah satu dari penabuh sekaligus pemilik sanggar yang menaungi Jelita, maju mendekati lelaki itu.

"Pak,  tolong jangan begini. Ini adalah pesta resepsi pernikahan. Bukan acara Gandrung yang seperti biasanya."

"Anak buahmu sok jual mahal. Kita semua tahu bagaimana sebenarnya kehidupan seorang penari Gandrung?"

Sebelum lelaki itu meneruskan ucapannya, satu tamparan melayang di pipinya. Semua mata menatap tajam, berani sekali dia menampar lelaki pemilik nama Bagaskara Andra Wijaya.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
pramudining
cerita ini Insya Allah bakalan update tiap hari. so, pantengin terus kelanjutannya, ya.
2022-11-24 07:28:42
2
122 Chapters
1. Sang Penari
Happy Reading*****Alunan musik tradisional khas kota Banyuwangi mengiringi tarian seorang perempuan bermahkotakan omprok dengan ornamen tokoh Antasena. Salah satu tokoh pewayangan. Tangan kanannya memegang kipas, sedangkan tangan kirinya memainkan sampur yang menggantung pada leher. Pinggulnya bergoyang selaras dengan perpindahan kaki dan gerakan bahu.Dialah Jelita, sang penari Gandrung yang cukup terkenal di desa ini. Wandra menatap sang kekasih penuh kekaguman walaupun di sampingnya ada perempuan yang selalu menentang hubungan mereka. Tak masalah, dia sudah menuruti semua kemauan orang tuanya. Suatu saat kelak, dia akan menagih janji mereka."Apa perempuan seperti itu yang akan menjadi menantu Mama? Menjijikkan," ucap perempuan dengan dress berbahan brokat dan rambut disanggul bawah. "Kenapa mesti merasa jijik, Ma? Jelita, hanya menyalurkan bakat dan alhamdulillah, dia bisa membantu perekonomian keluarganya dari hasil menari," bela Wandra. "Kamu nggak lihat banyak lelaki yang m
last updateLast Updated : 2022-09-24
Read more
2. Nasib Gadis Miskin
Happy Reading*****"Saya memang seorang penari Gandrung, tapi nggak jual diri demi mendapatkan banyak uang. Ingat itu, Pak." Jelita menjauh dari acara tersebut. Perlahan musik mulai mengalun lagi walau dengan penari pengganti.Di rumah sang pemilik hajatan, Jelita dan pemilik sanggar itu meminta maaf karena sudah mengacaukan acara mereka. "Nggak masalah, Mbak. Mungkin tamu saya yang kebangetan," ucap sang pemilik hajat. "Saya tidak bisa melanjutkan acara ini dengan penarinya Jelita. Bagi saya sebagai pemimpin sanggar, kenyamanan dan keamanan para menari adalah yang utama. Tolong sampaikan pada tamu Bapak bahwa semua penari di sanggar saya tidak melakukan pekerjaan sampingan selain menari. Tidak ada istilah menemani tamu laki-laki walau telah mendapat selendang dari penari," kata pria dengan kisaran umur 50 tahunan."Saya ngerti, Pak. Sekali lagi, tolong maafkan kelakuan tamu saya." Pria dengan baju batik itu menangkupkan kedua tangannya.Setelah berpamitan pada sang pemilik hajatan
last updateLast Updated : 2022-10-14
Read more
3. Rencana Wandra
Happy Reading*****Hari mulai gelap ketika Jelita sampai pada alamat yang dikirimkan Wandra. Ya, lelaki yang mengiriminya chat dengan ancaman itu adalah sang kekasih. Melihat sekeliling yang cukup sepi, gadis itu mulai bergidik ngeri. Sebuah perumahan yang baru beberapa buah ditempati, berada lumayan jauh dari desanya. Entah milik siapa, kediaman itu. Jelita tak ambil pusing. Dia segera menekan bel yang berada di luar pagar. Khawatir jika Wandra nekat melakukan hal-hal tak diinginkan. Sedikit menaikkan garis bibir, Wandra membukakan pintu pagar. "Selamat datang, Sayang. Kamu nggak kesulitan mencari alamat yang aku tulis tadi, kan?"Dari ujung kaki hingga ujung kepala, Jelita memeriksa keadaan kekasihnya. "Mas, kamu baik-baik saja?""Iya, aku baik-baik saja." Si pria merentangkan tangan. Memutar badan agar sang kekasih bisa melihat keadaannya. "Lalu, kenapa Mas?""Itu karena, aku mau kamu datang ke sini. Kalau nggak ada ancaman, kamu nggak bakalan jauh-jauh datang menemuiku.""Ngga
last updateLast Updated : 2022-10-28
Read more
4. Desakan
Happy Reading*****Wandra pulang dengan wajah semringah karena rencananya telah berhasil bahkan sapaan mamanya tak dihiraukan. Dia terus berjalan ke arah kamarnya. Segera menghubungi sang kekasih. Namun panggilannya belum juga terjawab.Sementara di rumah, jelita sudah bersiap pergi melakukan tugasnya sebagai penari. Ada acara yang harus dia datangi sebagai penari utama sanggar milik Sularso. Walau kepalanya masih sangat berat, gadis itu mengabaikannya. Sesampainya di ruang tamu, Setiawan sedang meminum teh yang dibuatkan oleh bibinya."Kamu baik-baik saja, Lit?""Baik, Mas. Cuma agak pusing sedikit. Entah mengapa padahal semalam aku baik-baik saja. Ayo berangkat sekarang, Mas. Nggak enak kalau sampai Bapak nunggu. Kemarin, dia sudah mewanti-wanti supaya aku nggak telat." Jelita memanggil ibunya yang masih sibuk di dapur. Tentu saja dengan segala kesibukannya mencuci pakaian para tetangga yang meminta bantuannya."Kalian sudah mau berangkat?" Puspa mengulurkan tangannya agar dicium o
last updateLast Updated : 2022-10-28
Read more
5. Pengakuan
Happy Reading*****Inilah keputusan Jelita. Jemarinya lincah menuliskan sesuatu pada kertas di dalam map yang diberikan Pambudi. Setelahnya, gadis itu menyerahkan map yang sudah diisi kepada Pak Camat. "Silakan ambil, Pak. Saya harap njenengan lega setelah melihatnya. Maaf, saya harus mengganti baju. Tolong tinggalkan saya sendirian."Secara sadar, Pambudi telah diremehkan oleh gadis di depannya. Sebagai seorang camat, dia diusir secara halus. Namun, melihat apa yang dilakukan Jelita tadi, dia tersenyum. Walau belum dilihatnya sama sekali. "Baik, Bapak akan pergi. Terima kasih sudah memenuhi semua keinginan Bapak. Semoga kamu bisa menemukan seorang lelaki yang bisa menerima profesimu saat ini." Pambudi keluar ruangan itu dengan perasaan lega. Sepeninggal Pambudi, Jelita mulai melepaskan ornamen dan hiasan serta jepit yang terpasang pada tubuhnya. Dia melakukannya dengan cepat karena tak mau sang kekasih menunggu lama. Beberapa menit kemudian Jelita keluar. Berharap sang kekasih t
last updateLast Updated : 2022-10-31
Read more
6. Perjuangan
Happy Reading****Keluar dari kediaman keluarga Wandra dengan penuh air mata, lengan Jelita ditarik Setiawan. "Mau berapa kali kamu akan menyakiti dirimu sendiri? Sudah tahu kalian nggak mungkin bersama. Kenapa masih ngeyel?" bentak Setiawan, "ayo pulang!""Mas Wawan kenapa bisa ada di sini?" kata Jelita tergagap. Belum selesai dengan pengakuan Wandra tadi. Kini, kehadiran Setiawan malah membuatnya bingung. "Aku sengaja mengikutimu. Mas, nggak mau kamu ambil resiko berbahaya lagi. Ayo naik," perintah Setiawan kasar dan sedikit memaksa. Jelita yang memang sedang kalut menurut saja pada permintaan sepupunya. Sepanjang perjalanan, hanya isakan yang terdengar oleh indera Setiawan. Sungguh membuat lelaki itu miris dan jengkel sekaligus. Mengapa bisa Jelita dibutakan oleh cinta. Jelas-jelas dirinya dan Wandra tidak bisa bersama. "Mas bisa nggak kalau kita nggak pulang dulu?""Pengen ke mana?""Pengen ke taman. Setidaknya, mataku nggak sembab dan mengeluarkan air lagi. Kasihan Ibu jika
last updateLast Updated : 2022-10-31
Read more
7. Perjuangan 2
Happy Reading*****Setengah berlari, Wandra mencoba mengejar perempuan itu. Tangannya segera menyentuh pundak si wanita. Namun, ketika menoleh alangkah kecewanya hati Wandra. "Siapa, ya? Jangan berani-beraninya melecehkan saya," ucap wanita itu tak terima. "Maaf, Mbak. Saya kira sampeyan adalah teman saya." Cepat Wandra meminta maaf dengan wajah penuh penyesalan serta kedua tangannya yang menangkup di depan dada. "Jangan sembarangan menyentuh perempuan lain jika nggak kenal, Mas. Sampeyan bisa kena pasal pelecehan. Inget itu!" Si wanita segera berlalu, meninggalkan Wandra yang cuma bisa terdiam. Dilihat dari belakang, memang postur tubuh dan juga siluet perempuan itu mirip sekali dengan Jelita. Namun, wajah mereka sangat jauh berbeda. Wandra berbalik arah dan mencari tempat duduk yang sesuai dengan tiketnya. Sementara di belahan bumi lain, tepatnya di sebuah intstitut. Risma mengikuti test masuk perguruan tinggi seni. Demi mewujudkan impiannya dan juga memperbaiki citra negatif
last updateLast Updated : 2022-10-31
Read more
8. Terpasung di Hati
Happy Reading*****"Siapa namanya?""Nama lengkapnya aku nggak Tahu, Lit. Cuma para atasan sering banget manggil Wandra."Jantung Jelita serasa copot mendengar nama itu disebut. Setelah sekian lama baru kali ini ada yang memanggil nama itu. Meneguhkan hati bahwa belum tentu adalah orang yang sama. Jelita tersenyum kecut menatap Mahesa. "Oh," jawab Jelita."Ada yang aneh dengan nama itu? Kenapa mukamu langsung berubah. Jangan-jangan kamu punya hubungan spesial dengan seseorang bernama Wandra. Bener gitu, Non?"Jelita merutuki dirinya sendiri karena telah bereaksi berlebihan tadi. Harusnya, dia ingat bahwa Mahesa terlalu peka dengan orang di sekitarnya. Apalagi jika menyangkut tentangnya. Bukan tidak tahu dengan segala perhatian yang diberikan cowok itu selama ini. Namun, hati Jelita telah membeku, baginya urusan cinta menjadi nomor kesekian. "Ditanya malah melamun. Pacarmu namanya Wandra, ya?"Seketika Jelita menggeleng. "Sembarangan kamu, Mas. Mana ada aku punya pacar. Emang kamu l
last updateLast Updated : 2022-11-02
Read more
9. Tarian itu Mengingatkanmu
Happy Reading*****Selain bekerja, di kita Yogyakarta ini, Wandra juga terus berusaha mencari keberadaan Jelita. Hampir seminggu, tetapi jejak sang gadis masih belum terdeteksi sama sekali. Harus dengan cara apalagi lelaki itu mengetahui keberadaan kekasihnya.Tak banyak yang Wandra minta, cukup bisa bertemu dengan Jelita dan bertanya tentang kebenaran surat itu. Jika memang benar Jelita sudah menikah dan bahagia dengan lelaki pilihannya, mungkin Wandra akan mundur. Namun, dia tak akan pernah berniat melupakan gadis itu. Biarlah tak menikah selamanya jika bukan dengan Jelita. Itulah prinsipnya. Wandra mengaduk-aduk jus jeruk yang sejak tadi ada di hadapannya. Sementara, sahabatnya yang tak lain adalah Mahesa masih menerima telepon. Sejak tadi, Mahesa terus saja tertawa dan berkata-kata romantis, seolah-olah orang yang diajaknya bicara adalah kekasihnya. Makan siang mereka jadi terganggu akibat perbuatan masing-masing. "Ngelamun terooss," goda Mahesa melihat pandangan kosong lelaki
last updateLast Updated : 2022-11-02
Read more
10. Awal Pertemuan
Happy Reading*****Suara sorak sorai dan tepukan tangan menggema seantero gedung bahkan sampai keluar. Wandra mematung di tempatnya berdiri. Segera masuk kembali ingin melihat siapa sebenarnya yang membawakan tarian khas tanah kelahirannya sampai seluruh penonton bertepuk tangan. Akan tetapi, sesampainya di dalam gedung kembali. Sang penari telah turun dari panggung. "Kenapa seperti orang bingung, Ndra? Ada yang sedang kamu cari?" tanya Shinta. Perempuan itu memegang lengan si lelaki yang sudah dianggap ponakan sendiri. "Iya, Tan. Saya penasaran sama tarian yang dibawakan penari barusan. Apa tarian Gandrung yang berasal dari Banyuwangi?" tanya Wandra."Iya benar. Memang tari Gandrung yang dibawakan barusan." Shinta mengerutkan kening. Mencoba membaca apa yang sedang Wandra pikirkan. "Siapa penarinya, Tan?""Salah satu pengajar di sanggar Tante. Mahasiswa di perguruan tinggi Seni fakultas seni pertunjukan program studi tari," jelas Shinta panjang lebar seolah dia ingin menunjukkan
last updateLast Updated : 2022-11-02
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status