Share

Bab 3

Rachel merasa sangat malu. Selama ini dia selalu pendiam dan konservatif, tetapi hari ini dia benar-benar melewati semua batasan dan mempermalukan diri sendiri.

Begitu menyadari bahwa tangannya masih memegang handuk Darian, Rachel pun buru-buru menyerahkan handuk itu kembali kepada Darian dengan wajah yang merah padam seperti kepiting rebus. "Ma ... maaf! Aku nggak sengaja!"

Astaga, tolong selamatkan dia!

Rachel terkesan seperti seorang tukang intip nan mesum!

Darian mengenakan jubah mandi dengan tenang, pinggangnya tertutup rapat oleh sabuk jubah mandi. Warna hitam pada jubah mandi itu membuat Darian tampak berwibawa dan bermartabat.

Darian pun berbalik badan dan berjalan keluar dari kamar mandi. Rachel mengikutinya dengan kepala yang tertunduk lesu. Dia termangu menatap punggung Darian yang bertubuh tinggi, rasanya seperti sedang bermimpi.

Setelah keluar dari kamar mandi, Rachel pun berdiri dengan canggung.

"Sini," perintah Darian sambil berjalan membawa kotak P3K ke sofa.

Rachel pun berjalan berjingkat dan duduk di kursi. Darian membuka kotak P3K, lalu refleks mengernyit saat melihat celana ketat Rachel.

Darian berbalik badan dan mengambil gunting.

Rachel sontak mematung. "Kamu mau ngapain?"

Jangan bilang Darian hendak membunuhnya karena dia sudah melihat suatu rahasia atau semacamnya dari pria itu?

Akan tetapi, Darian ternyata menggunakan gunting itu untuk merobek celana Rachel.

Darian menggunting hingga cukup tinggi, sampai ke pangkal kaki Rachel. Itu karena posisi luka Rachel yang cukup tinggi. Akan tetapi, celana dalam Rachel yang bermotif bunga jadi ikut terlihat.

"Hei, tunggu dulu!" pekik Rachel dengan panik, wajahnya kembali memerah.

"Jangan gerak-gerak," ujar Darian, tangannya yang besar menahan lutut Rachel.

"Aku nggak berani bergerak."

Wajar saja Rachel tidak berani bergerak, dia takut gunting yang sedang Darian gunakan itu akan secara tidak sengaja menusuknya.

Karena Rachel sudah secara tidak sengaja melihat bagian tubuh Darian, sekarang pria itu juga melihat kakinya. Anggap saja mereka impas.

Sebuah luka panjang di pangkal kaki Rachel yang putih mulus dan jenjang itu terus mengucurkan darah.

Posisi mereka saat ini begitu dekat sampai-sampai Rachel hanya bisa terpaku menatap Darian.

Tadi Rachel habis melihat foto-foto di buku nikah. Sarah mengedit foto-foto mereka menjadi satu, kelihatannya cukup realistis.

Akan tetapi, foto itu ternyata hanya sepersepuluh dari ketampanan Darian yang sebenarnya. Dari posisi Rachel, dia bisa melihat dengan jelas batang hidung Darian yang lurus dan tinggi, serta garis wajah yang tajam. Wajah Darian itu benar-benar tampan paripurna, seperti mahakarya para dewa yang dibuat dengan sangat teliti.

Ternyata sopir Keluarga Hanjaya tampan juga.

Darian mengeluarkan beberapa helai kapas dan mencelupkannya ke dalam obat merah, lalu memegang lutut Rachel dan menotolkan kapas itu ke atas lukanya.

Rachel nyaris melompat karena rasa sakit yang tajam menusuk itu. Dia curiga Darian sengaja melakukannya.

"Sakit .... Aduh! Aduh, sakit! Pe ... pelan-pelan sedikit!" pekik Rachel kesakitan.

Setelah beberapa saat diobati, mata Rachel pun menjadi berkaca-kaca. Dia berusaha sebisa mungkin agar jangan menangis, wajahnya jadi pucat dan terlihat menyedihkan.

"Tahan, ini sakit sedikit."

Rachel mengepalkan tangannya dan menggertakkan gigi untuk menahan rasa perih yang menghujamnya.

Beberapa saat kemudian, Darian selesai mengobati luka Rachel. Dia pun membereskan semuanya sambil berkata, "Sudah. Jangan sampai lukanya kena air selama dua hari ke depan."

"Te ... terima kasih."

"Ayo kita bicara," kata Darian dengan tiba-tiba.

"Mau bicara apa?" tanya Rachel sambil menatap Darian dengan bingung.

Jangan-jangan Darian ingin meminta kompensasi?

Rachel sama sekali tidak punya uang, uangnya habis untuk membiayai pengobatan rawat inap ibunya yang mahal. Rachel bahkan hidup seorang diri dengan sehemat mungkin.

Rachel tidak punya uang dan nyawanya juga hanya ada satu!

Darian menatap mata Rachel yang terlihat kebingungan, lalu menyilangkan tangannya di depan dada dan berkata dengan tenang, "Sekarang kita adalah suami istri yang sah, kita sudah dapat buku nikahnya."

Sudah dapat buku nikah .... Pasangan sah ....

Rasanya otak Rachel kembali berhenti bekerja.

Tunggu .... Bukankah buku nikah mereka itu palsu? Sarah sengaja membuat buku nikah itu demi membantu Rachel semata! Sarah bilang pernikahan mereka tidak akan tercatat ke dalam data negara!

Sorot tatapan Darian pun menjadi makin serius.

Dia tahu Sarah melakukan semua ini demi membantunya.

Ayahnya kabur ke perusahaan cabang Kota Bansar karena merasa kesal hidupnya terus diatur oleh kakeknya. Kakeknya yang kecewa pun sekarang mengincar Darian.

Tadi Darian langsung memutuskan dalam sekejap untuk memaafkan kesalahan Rachel. Lebih baik dia menjadikan wanita ini sebagai istrinya sehingga kakeknya tidak berhak ikut campur dalam kehidupannya lagi.

Teman baik Sarah pasti boleh juga.

"Karena sekarang kamu adalah istriku, kita harus membuat kesepakatan," kata Darian lagi dengan tegas.

"Tunggu, tunggu ..." sela Rachel. Dia pun bertanya dengan bingung, "Bukannya buku nikah kita itu palsu?"

"Siapa bilang palsu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status