Share

Bab 9

Setelah meninggalkan Grup Haryan, Rachel tidak langsung kembali ke rumah Keluarga Hanjaya. Dia justru mencari rumah yang bisa disewa di Kota Bansar dengan ponselnya.

Meskipun dia sudah secara tidak sengaja menikah dengan sopir Keluarga Hanjaya, dia tidak berani tinggal di rumah Keluarga Hanjaya. Bisa gawat jika dia malah bertemu dengan pemilik aslinya, jadi lebih baik menghindari sekalian.

Ibunya mengalami kecelakaan beberapa tahun yang lalu dan koma. Sekarang, ibunya hanya bisa terbaring di rumah sakit swasta di Kota Darsa dan membutuhkan banyak biaya setiap bulannya.

Rachel bisa memenuhi kebutuhannya secara pas-pasan dengan menjual jasa menggambar mural. Dia mungkin bisa punya uang lebih apabila dia menabung.

Itu sebabnya dia tidak pernah berfoya-foya, dia menggunakan setiap sen uangnya dengan bijak.

Setelah membayar biaya pengobatan ibunya bulan ini, uang Rachel pun menipis. Dia harus memilih kontrakannya dengan hati-hati.

Setelah membanding-bandingkan informasi, Rachel akhirnya memilih apartemen yang agak jauh dari pusat kota, tetapi dekat dengan akses transportasi umum untuk memudahkan perjalanan.

Setelah melihat apartemen itu dan lingkungan sekitarnya, Rachel merasa puas dan membayar uang muka selama satu bulan sewa. Setelah itu, dia akan membayar sewa per tiga bulan.

Saat itulah Rachel teringat untuk menelepon Darian.

Namun, dia sontak menyadari bahwa dia tidak memiliki nomor telepon Darian. Mereka hanyalah dua orang asing yang terikat dengan buku nikah sah. Mereka bahkan tidak punya nomor telepon satu sama lain.

Lagi pula, barang-barang Rachel masih ada di rumah Keluarga Hanjaya. Sepertinya mau tidak mau dia harus pulang untuk mengambilnya dulu.

Di vila Keluarga Hanjaya.

Sarah menatap Rachel sambil tersenyum, lalu bertanya dengan senyuman misterius, "Rachel, kamu mau tinggal dengan ... pria yang kujodohkan untukmu? Wah, syukurlah!"

Sarah tersenyum lebar membayangkan betapa indahnya melihat kehidupan kakaknya yang selama ini anti dengan kaum hawa itu akan segera berubah.

Sarah sangat bersemangat seolah-olah habis diberikan suntikan obat atau semacamnya. Seandainya saja dia bisa melihat perkembangan hubungan Rachel dan Darian dari jarak dekat setiap harinya!

Rachel merasa aneh dengan antusiasme dan binar di sorot tatapan Sarah.

Sekarang, dia jadi bertanya-tanya apa mungkin Sarah-lah yang mendalangi kasus buku nikahnya.

"Bukan begitu, aku nggak nyaman tinggal di rumahmu."

"Apanya yang nggak nyaman? Rumahku itu rumahmu!" bantah Sarah segera.

"Aku nggak nyaman tinggal di rumah Keluarga Hanjaya, jadi sudahlah," tolak Rachel dengan tegas.

Sarah berpikir hubungan Rachel dan kakak laki-lakinya mungkin akan berkembang lebih cepat jika mereka tinggal bersama, jadi dia tidak menghentikan Rachel.

Sarah pun mendorong koper Rachel ke arah Rachel sambil berkata, "Ya sudah, kamu boleh pindah. Aku sudah mencatat alamatmu, kapan-kapan aku akan mengunjungimu. Nih! Aku sudah mengemasi kopermu, cepat bawa."

Setelah meninggalkan rumah Keluarga Hanjaya, Rachel jadi memikirkan Darian.

Meskipun mereka belum benar-benar menjadi pasangan suami istri, setidaknya dia tetap harus memberi tahu Darian bahwa dia tidak akan tinggal di rumah Keluarga Hanjaya.

Itu sebabnya tadi dia meminta nomor telepon Darian kepada Sarah. Rachel pun mengeluarkan ponselnya dan menelepon Darian.

Dering tersambung terdengar, diikuti dengan jawaban otomatis. "Nomor yang Anda tuju sedang sibuk, silakan coba lagi ...."

Rachel menutup telepon dengan sedikit mengernyit.

Karena Darian masih sibuk, lebih baik dia pindahan dulu.

Setelah memindahkan semua barangnya ke dalam apartemen, Rachel pun menelepon Darian lagi.

Sudah dua jam berlalu, tetapi nomor Darian masih sibuk?

Padahal Darian tidak terlihat tipe yang akan mengobrol lama di telepon.

Sudahlah, Rachel juga tidak perlu banyak kontak dengan pria asing itu. Rachel hanya membutuhkan sosok Darian untuk menemaninya pergi ke pesta pertunangan Michael dan Jesslyn.

Rachel segera melupakan Darian.

Apartemen yang Rachel sewa berada di posisi yang cukup tinggi, dia harus menaiki beberapa anak tangga. Taksi tidak bisa langsung ke sana, jadi Rachel harus turun di persimpangan dan menyeret kopernya ke atas.

Rachel berjuang menaiki tangga sambil membawa kopernya, tetapi ternyata kopernya berat sekali. Baru beberapa langkah saja napas Rachel sudah terengah-engah, dahinya bahkan sampai berkeringat.

Sementara itu, Rolls-Royce milik Darian kebetulan lewat di lampu merah tidak jauh dari sana.

"Pak Darian, itu Nona Rachel," ujar Jefri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status