Share

Bab 5

"Eh, itu .... Aku ... kayaknya ...." Rachel berujar dengan ragu, sepertinya dia merasa agak malu. "Aku merasa kalau harus mendadak berhubungan dengan pria asing itu .... Jadi, menurutku kita ...."

Darian pun mengernyit, dia tidak menduga akan hal ini.

Dia langsung menyela ucapan Rachel, "Aku nggak akan maksa kalau kamu memang nggak mau."

Rachel sontak merasa lega.

Jika memang begitu, maka Rachel tidak perlu merasa khawatir. Darian terlihat seperti seorang pria sejati, dia pasti tidak akan ingkar janji.

Darian menatap Rachel dengan sorot tatapan yang terlihat serius.

Ternyata wanita satu ini konservatif juga, ya. Namun, Darian juga bukan tipe pria yang harus melakukannya. Yang terpenting baginya adalah menemukan seseorang yang bisa berperan sebagai istrinya.

Darian pun bangkit berdiri, lalu berkata dengan sopan, "Kamu tidur di sini saja malam ini."

Setelah itu, Darian membuka pintu kamar. Dia berjalan menuju kamar Sarah untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang adiknya itu katakan kepada Rachel.

Begitu melihat Darian keluar, Rachel pun langsung menghela napas dengan lega.

Darian duduk di kursi ruang kerja, sorot tatapannya yang tajam menatap Sarah yang menunduk hingga kepalanya nyaris menyentuh dadanya. Darian pun berujar dengan suaranya yang rendah dan tegas.

"Mencuri dokumen, menikahkanku, lalu mabuk .... Sarah Hanjaya! Apa masih ada hal lain yang nggak berani kamu lakukan, hah?"

"Maaf, Kak, aku salah." Sarah segera meminta maaf, lalu menambahkan, "Tapi, aku itu lagi membantu Kakak!"

"Membantuku?" Darian balas tersenyum dengan sinis.

Sarah membusungkan dadanya dan menjawab dengan jujur, "Bukannya Kakek selalu ingin menjodohkan dan mengendalikan Kakak? Sekarang Kakek nggak akan bisa lagi karena Kakak sudah menikah! Hehehe .... Aku pintar, 'kan?"

Sorot tatapan Darian menjadi makin tajam.

Ternyata sesuai dengan dugaannya.

"Kamu bilang apa padanya?" tanya Darian.

Mata Sarah pun berbinar dengan licik, dia memberi tahu rencananya membantu Rachel menipu Michael dan Jesslyn kepada Darian.

Akan tetapi, Sarah tidak berani mengungkapkan keinginan egoisnya bahwa dia memang tulus ingin Rachel menjadi kakak iparnya. Selama Darian dan Rachel mau menjalankan rencana ini, Sarah yakin dia pasti akan berhasil!

"Kakak membantunya mempermalukan bajingan itu dan dia akan membantumu menangani Kakek!" kata Sarah sambil tersenyum. "Kalian berdua sama-sama mendapatkan apa yang kalian butuhkan. Nanti setelah Kakak resmi mengambil alih perusahaan, Kakak tinggal pisah saja dengannya dan nggak usah punya hubungan apa-apa lagi! Semuanya beres!"

Mata Darian pun memicing. "Sopir?"

"Iya! Rachel itu jujur sekali! Kalau dia sampai tahu identitas Kakak yang sebenarnya, dia pasti nggak akan setuju nikah dadakan dengan Kakak!"

Justru Sarah bisa langsung mengurus buku nikah palsu itu berkat Rachel yang benar-benar mengira buku nikah itu palsu. Jika tidak, Sarah pasti harus menghabiskan banyak waktu untuk berbohong kepada sahabatnya.

Darian hanya terdiam selama beberapa saat.

Pantas saja Rachel terus mengatakan bahwa Darian adalah si sopir. Ternyata Sarah tidak memberitahukan identitas asli Darian kepada Rachel.

...

Keesokan paginya, Rachel terbangun karena ada telepon darurat.

Suara seorang wanita paruh baya yang galak pun terdengar dari ujung telepon sana. "Kenapa kamu belum datang? Katanya mau melukis mural!"

Telepon dari kliennya!

Rachel langsung bangun dan segera meminta maaf. "Maaf, aku akan segera ke sana. Tenang saja."

Setelah menenangkan si klien, Rachel pun langsung berganti pakaian dan keluar rumah sambil membawa ranselnya.

Sewaktu masih kuliah, Rachel mengambil mata kuliah pilihan seni. Setelah lulus, Rachel mencari nafkah sekaligus untuk merawat ibunya dengan menjadi seorang muralis lepas.

Kali ini, Jesslyn sengaja berpura-pura menjadi orang asing dan memberikan pesanan kepada Rachel di Kota Bansar agar Rachel bisa bertemu dengan Michael.

Jesslyn benar-benar licik!

Sesampainya di lantai bawah, Rachel bertemu dengan Darian yang sudah mengenakan setelan jas rapi.

Darian mengenakan kemeja dan celana panjang berwarna hitam, auranya terkesan misterius dan dingin. Potongan kemeja itu menampilkan bahu Darian yang tegap, celananya yang berpotongan rapi membuat pria itu tampak berwibawa dan bermartabat.

Pandangan Darian sontak tertuju pada ransel Rachel.

Rachel pun langsung menjelaskan, "Aku keluar dulu sebentar, ada kerjaan."

Darian mengangguk tanpa bertanya apa-apa lagi.

Rachel sedang terburu-buru, jadi dia bergegas membuka pintu dan berjalan pergi tanpa berkata apa pun kepada Darian.

Tepat pada saat itu, ponsel di saku Darian berdering.

Darian membuka pintu sambil mengangkat telepon, suara Jefri pun terdengar dari ujung sana. "Pak Darian, Bu Adel ingin ada hiasan kartun raksasa di dinding luar perusahaan."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status