Share

TIDAK SABAR

Author: Rosemala
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

231

“Kita menikah lagi sekarang juga, Mas.”

Hening menyergap setelah kalimat Mentari barusan. Kalimat yang dikira Samudra hanya rengekan karena kekesalan wanita itu terhadap Ratri. Samudra menatap sang wanita dengan senyum tertahan.

“Sayang … Mas sedang meminta pendapat kamu. Iya, kita akan menikah lagi. Itu pasti. Tapi sekarang Mas sedang serius. Mas ….”

“Dan aku juga serius, Mas!” Mentari memotong tajam. “Ayo kita menikah sekarang juga,” lanjutnya tegas.

“Sayang ….” Samudra mengangkat tangannya tanda meminta pengertian sang wanita. Senyum geli berusaha ia sembunyikan.

“Kita sedang membahas masalah Ratri. Dan ….”

“Dan satu-satunya solusi memang menikah lagi secepatnya, Mas.” Lagi, Mentari memotong. Wajahnya sangat serius.

Samudra bergeming. Matanya memancarkan tatapan lelah. Sungguh, ia berharap solusi untuk masalah ini. Bukan keinginan keras kepala Mentari. Dan satu yang baru ia tahu jika Mentari masih tetap yang dulu. Yang sifat kekanak-kanakkan masih belum bisa diganggu meski kini
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (39)
goodnovel comment avatar
Yulianis Ali
hati ku senang...mentari bahagia lagi...
goodnovel comment avatar
Aisyah rajab
Samudra bodoh bin stupid otaknya soal nikah hanya sebatas selangkangan saja. pria payah
goodnovel comment avatar
Aidasatri Yudianti
Ayo Samudra gak usah pake mikir lama ... darurot
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   AHLI SEJARAH

    232“Maaf ya, Sayang, baru bisa memberikan pernikahan yang alakadarnya dulu.” Samudra menatap wanita yang baru selesai bermake-up sendiri. Sementara ia baru saja dipakaikan jas longgar yang terdapat kancing di belakang punggungnya.Tadi Hamish datang atas permintaannya untuk membawakan barang-barang yang diperlukan. Tidak banyak sebenarnya. Hanya sebuah jas untuknya, set make up sederhana untuk Mentari dan sebuah cincin berlian. Meski dadakan dan terburu-buru, ia tetap ingin ada kesan istimewa pernikahan ulangnya ini.Tetap ingin meninggalkan kesan mendalam untuk dikenang di kemudian hari. Juga sebagai pengingat betapa berbesar hatinya Mentari menjalani pernikahan sederhana di rumah sakit. Semua untuk pelajaran hidup ke depannya agar ia lebih hati-hati menjaga lisan dan tentu lebih matang dalam mengambil keputusan. Apalagi yang berkaitan dengan pernikahan, ikatan yang sakral.“Mas janji setelah sembuh nanti, akan adakan pesta untuk pernikahan ulang kita. Kamu boleh minta acara yang sep

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   SEKONYONG-KONYONG

    233“Tidak ada, dok. Kita mulai saja.” Samudra langsung menjawab agar cepat selesai. Ia malas harus mendengar sindiran-sindiran lainnya dari dokter pribadi ibunya itu. Bukan apa-apa, banyak orang asing di sana.Walaupun penghulu dan beberapa pria lainnya yang hadir di sana seolah tidak peduli, tetap saja ia tidak nyaman.“Oh, ya. Ini suami saya yang akan menjadi salah satu saksi pernikahan kamu Dek, Sam.” Dokter Rena menunjuk seorang pria berkemeja putih yang tersenyum. Tentu saja Samudra familiar dengan wajah sang pria walaupun tidak kenal dekat.“Dan ini, Bapak Husein marbot masjid di sekitar sini saksi lainnya.”Pria seusia Samudra yang berdiri di samping suami dokter Rena, tersenyum dan mengangguk.“Lalu ini Bapak Penghulu, dan sisanya Bapak ini imam masjid yang akan menjadi wali hakim Mentari. Benar kan, Nak Tari ini sudah tidak memiliki keluarga laki-laki dari pihak ayah?” tanya dokter Rena lagi untuk meyakinkan.“Iya, dok. Saya sebatang kara.” Mentari menjawab pelan. Tetiba hat

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   MIMPI?

    234Ruangan mendadak sepi, bahkan cenderung tegang. Tidak ada yang bersuara. Samudra, Mentari, dan Ratri larut dalam keterkejutan. Sementara beberapa pria yang dibawa dokter Rena mengerutkan kening mereka dalam keheranan. Hanya dokter Rena yang tetap santai. Wanita seumuran Benny itu memassukkan kedua tangan ke dalam saku jas putihnya.“B-bu … Wid-dya ….” Bibir Ratri bergetar menyebut nama itu. Sepasang matanya bahkan tak berkedip sejak tadi untuk memastikan jika dirinya tidak salah melihat. Tubuhnya yang semula berontak, kini mematung dalam pegangan dua laki-laki besar itu.“Ya, kenapa?” Wanita ber-sweeter dan ber-syal rajut di lehernya yang duduk di kursi roda, menggerakkan tangannya. Meminta seorang wanita muda yang mendampinginya untuk mendorong kursi rodanya.“Kamu pikir saya hantu? Oh, saya lupa jika kamu memang menginginkan saya mati agar bisa tetap mengatakan wasiat palsu saya.” Lanjut wanita sepuh dengan tatapan tak lepas dari wajah Ratri.Awalnya, semua orang mengira kursi r

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   TANGIS HARU

    235Tangis Samudra kembali pecah sesaat setelah mengucapkan kalimat sakral yang kembali mengikat dirinya dengan Mentari. Ia emosional, benar-benar tak dapat mengendalikan dirinya. Tak lagi memikirkan rasa malu di depan semua orang, tangis itu kembali tumpah ruah.Tentu saja bukan lagi tangis kesedihan seperti yang pernah menemaninya di awal-awal kehilangan dua wanita tercintanya. Kali ini, tangisannya luapan dari rasa haru dan bahagia yang tiada tara karena ternyata Tuhan tidak setega itu padanya.Tangisnya karena rasa haru yang membuncah. Hari ini, detik-detik ini, ia telah dapat memeluk lagi dua wanitanya dalam waktu bersamaan.Hadiah indah yang berlipat-lipat ini, siapa yang bisa mendapatkannya?Hari ini ia hanya berencana menikah lagi dengan Mentari, tapi siapa sangka jika hari ini juga ia mendapatkan ibunya lagi.Maka, nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan?Hari ini ia bukan hanya mendapatkan lagi istri. Tapi juga ibunya. Kebahagiaan yang berlipat itu tak mungkin tidak ia syukuri.

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   MATI KUTU

    236“Kita mulai dari mana?” tanya Widya selepas Hamish dan dua laki-laki besar keluar ruangan. Ia mengisyaratkan tiga laki-laki itu untuk meninggalkan ruangan karena ingin bicara pribadi. Sementara wanita muda asisten pribadinya, tetap dibiarkan di sana.“Ratri Setyaningrum.” Widya bersuara lagi karena Ratri diam saja. Tatapannya masih menghujam. Bahkan semakin tajam. “Seperti namamu, kamu memang setia padaku, ya. Memiliki loyalitas tinggi, kerjamu sempurna, karenanya aku memakaimu dalam jangka yang lama.” Sang wanita sepuh menjeda kalimatnya.Sepasang suami istri yang baru saja halal lagi, berdempetan memperhatikan. Pun dengan wanita muda yang disinyalir asisten pribadi Widya. Dengan megambil jarak, ia memperhatikan interaksi antara bosnya dengan mantan asisten sebelum dirinya.Wanita muda itu sangat mengerti kenapa ia tidak disuruh keluar seperti halnya Hamish dan yang lainnya. Padahal ia sangat tahu yang akan dibicarakan Widya sangat pribadi. Walaupun Widya tidak mengatakan apa pun,

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   PENGAKUAN

    237Hampir semua mata membelalak. Terutama Samudra. Kalimat yang diucapkan Ratri barusan, bagai suara gelegar petir yang mampu membuat semua jantung di ruangan itu berhenti memompa darah untuk beberapa saat.Bagaimana tidak? Dengan lantang dan sangat percaya diri, wanita itu mengatakan hal yang tidak pernah disangka siapa pun. Bagaimana mungkin seseorang mencintai orang yang bahkan belum ditemuinya?Yang membuat shock semua orang di sana, Ratri mengatakan hal itu dengan tanpa malu sedikit pun. Seolah itu bukan hal memalukan. Mengatakan jatuh cinta pada laki-laki beristri di depan istri serta ibunya.Mentari bahkan merasakan lututnya mendadak lemas. Bukan apa-apa, kemarin ia begitu mempercayai ucapan Ratri hingga semakin membenci Samudra dan berburuk sangka terhadap ibu mertuanya. Padahal wanita di depannya ini sudah menyembunyikan perasaan begitu lama, bahkan mungkin sudah mendendam padanya sejak dulu karena ia menikah dengan pria pujaannya.Bagaimana mungkin ia begitu percaya dengan

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   FANS BERAT

    238“A-apa maksud anda, Pak?” Ratri bertanya gagap. Sikapnya yang beberapa saat lalu terlihat begitu percaya diri dan tenang, kini ada kepanikan di sana. Namun, tidak lama, wanita itu sudah bisa menguasai dirinya kembali.“Aku rasa tidak perlu menjelaskannya, Ratri. Seperti kata ibuku, kamu gadis cerdas. Pasti mengerti maksudku tanpa aku perjelas. Sebenarnya, sejak awal aku merasa ada kejanggalan. Tapi berusaha tidak berburuk sangka padamu, karena kamu orang yang sangat aku percaya di kantor. Aku juga berusaha mempertahankanmu meskipun istriku ingin kamu hengkang dari perusahaannya. Kamu tahu kenapa?” tanya Samudra lemah.“Karena tadinya aku sangat percaya sama kamu, Rarti. Selain itu, seperti yang kita semua tahu, prosedur pemecatan karyawan tidak mudah, dan aku tidak mau ribet. Aku ingin kamu tetap di sana sebagai tangan kananku. Tapi, kebenaran harus tetap ditegakkan, bukan?”“A-anda menuduh saya, Pak?” Ratri bertanya lagi.“Oh tidak, tidak. Aku hanya menghimbau agar kamu bersiap-s

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   TAMU SIAPA?

    239Jangan bayangkan perasaan Mentari saat ini. Bahkan untuk bernapas pun rasanya sangat sulit. Bagaimana tidak? Pelayan di rumah mengatakan ada tamu wanita yang datang. Dan ia yakin itu bukan ibu mertuanya.Jika Widya yang ke sana, pasti mengabari ia atau Samudra lebih dulu. Lalu, siapa? Ratri?Ini yang ia takutkan. Wanita itu datang ke sana untuk menyakiti kedua anaknya. Seperti yang sering ia lihat di film-film. Cinta ditolak penculikan bertindak.Meskipun sudah meminta Deti tidak membukakan pintu, dan padahal juga sang tamu tak diundang sudah diamankan, karena Samudra langsung menelepon pihak keamanan di sana, tetap saja kecemasan itu meraja. Ia yakin kalau sosok misterius seperti Ratri, bisa melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya. Buktinya mengatakan kebohongan atas nama orang yang dikira sudah meninggal saja mampu ia lakukan tanpa kecurigaan.Mentari memijat pelipis. Kepalanya berdenyut. Kini, ia dalam perjalanan pulang. Tadi, tanpa drama lagi Samudra langsung menyuruhnya p

Latest chapter

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEJUTAN

    376Sore hari Nuri dikejutkan dengan kedatangan Rendra yang menjemputnya ke rumah baru mereka. Rendra meminta Nuri segera bersiap karena akan diantar ke suatu tempat. Katanya atas permintaan Bastian. Sementara Bastian sendiri tidak mengatakan apa pun, padahal waktu istirahat siang tadi mereka sempat bicara di telepon.Walaupun heran, tak ayal Nuri menurut karena sudah sangat mengenal orang kepercayaan Samudra yang dulu selalu melindungi dirinya dan Bastian itu.Rendra mengatakan ini kejutan, dan sebenarnya Bastian melarangnya untuk mengatakan lebih dulu, tapi terpaksa ia katakan karena awalnya Nuri menolak ikut. Dan benar saja, pengawal merangkap sopir itu pertama membawanya ke sebuah salon kecantikan. Di sana Nuri didandani sangat cantik. Gaun malam indah berwarna hitam membalut tubuh sintalnya. Nuri sampai pangling melihat bayangan dirinya sendiri di cermin.“Sebenarnya kita mau ke mana, Pak? Aa Bastian di mana?” tanya Nuri saat mereka sudah kembali berada di dalam mobil. Rendra memb

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KERESAHAN NURI

    375Kehidupan kembali berjalan normal setelah mereka pulang ke tanah air. Mereka melanjutkan hidup masing-masing dengan tetap membawa kehangatan keluarga yang semakin terjalin erat. Waktu seminggu liburan seolah menjadi isi ulang energi agar lebih bersemangat dalam menjalani hidup yang sesungguhnya. Antusiasme efek isi ulang itu sangat berdampak dirasakan Mentari dan Samudra. Rasa cinta mereka pun bertambah berkali-kali lipat. Rasanya tidak ada lagi yang mereka inginkan dalam hidup selain tetap bersama.Pagi ini, seperti biasa Mentari mengantar suaminya yang akan berangkat ke kantor, hingga ke mobil yang menunggu di halaman. Tangannya yang mengait erat di lengan Samudra, juga kepalanya yang menyandarm anja selama berjalan hingga halaman, menandakan jika ikatan itu tak akan terpisahkan. Beberapa kecupan di wajah mentari menjadi salam perpisahan setiap kali Samudra akan berangkat ke kantor. Baginya, satu kecupan saja tidak cukup.Mentari melambaikan tangan saat mobil mulai bergerak meni

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEHANGATAN KELUARGA

    374Keesokan paginya, sinar matahari menyelinap melalui celah tirai, menerangi kamar hotel dengan cahaya keemasan. Mentari membuka matanya perlahan dan melihat Samudra masih tertidur lelap di sampingnya. Ia tersenyum kecil, merasa beruntung bisa menikmati momen ini.Perlahan, ia mengulurkan tangan, menyelipkan jemarinya di antara rambut Samudra yang acak-acakan, merasakan kelembutan helai-helainya yang sudah mulai memutih di beberapa bagian. Tanpa sadar, hatinya berdesir melihat wajah damai yang semakin hari semakin menambah kadar cintanya.Ia teringat perjalanan cinta mereka yang penuh liku—berawal dari nikah dadakan karena pergantian mempelai laki-laki, salah paham, kecurigaan, dipisahkan fitnah, hingga akhirnya berlabuh dalam cinta yang mendalam. Sekarang, mereka punya segalanya yang ia impikan: pernikahan yang harmonis, anak kembar yang lucu, dan waktu berharga berdua seperti pagi ini. Ia merasa amat bersyukur."Mas …" bisiknya penuh kelembutan, meski ia tahu suaminya belum benar-b

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   MENGENANG

    373“Akhirnya ….” Samudra menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk berukuran besar di kamar hotelnya. Pria itu telentang dengan kedua tangan terbuka lebar dan kedua kaki menjuntai ke lantai. Entah ada keajaiban apa, tiba-tiba saja Bastian memaksa membawa si kembar ke kamarnya, katanya ingin mengajak mereka menginap di sana.Seperti mendapat durian runtuh, tentu saja Samudra merasa lega. Bagaimana tidak? Dua anaknya ingin bermain naik kuda-kudaan di punggungnya. Dua sekaligus.“Makanya, nikah jangan terlalu tua. Biar anak pas aktif-aktifnya, papanya masih strong ngajak mainnya,” ledek Mentari sambil melihat Samudra yang ngos-ngosan melayani kedua anaknya.“Kalau Mas nikah muda, pasti bukan sama kamu.”Mentari mengernyitkan keningnya.“Iya, kan? Kalau Mas nikah umur dua puluhan, pasti bukan sama kamu, karena saat itu kamu masih bau kencur. Mungkin masih ingusan. Belum bisa dinikahi.”Mentari memutar bola mata, tapi ucapan Samudra ada benarnya. Selisih usia mereka cukup jauh. Kalau Samudr

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEBAHAGIAAN SEMPURNA

    372Pagi itu, matahari Paris menyentuh lembut jendela kamar hotel tempat Nuri dan Bastian menginap. Begitu Nuri membuka jendela, aroma bunga musim semi menyeruak ke dalam kamar, membawa sensasi kebahagiaan yang sempurna.Paris di musim semi adalah lukisan hidup: pohon-pohon sakura bermekaran di taman-taman kota, bunga-bunga aneka warna menghiasi jalanan, dan angin yang sejuk membelai wajahnya, membuat wanita itu tersenyum.Nuri berbalik menghadap ranjang tempat Bastian masih terlelap. Pertarungan panas mereka tadi malam memang menyisakan kelelahan yang teramat. Pantas jika sang suami masih nyenyak. Namun, agenda hari ini padat, dan Nuri tidak mau melewatkannya.Terlebih, hari ini mereka akan menikmatinya bersama keluarga Samudra.Nuri berjalan menuju pintu, lalu keluar dan mendatangi kamar sebelah tempat Samudra dan keluarganya menginap.Ia langsung mengetuk pintu. Tidak menunggu lama, Mentari membukanya.“Hai, Nur. Sudah cantik aja, nih. Sepertinya kamu sudah siap ya, jalan-jalan.” M

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEINDAHAN

    371Panik, Bastian berjalan ke arah kios tempat terakhir kali ia melihat Nuri. Ia menanyakan pada beberapa orang di sekitarnya dengan menyebutkan ciri-ciri Nuri, namun tak seorang pun mengetahui istrinya.Aneh, dalam sekejap saja, Nuri hilang seolah ditelan bumi.Pikiran Bastian mulai dipenuhi kekhawatiran. Ini negara orang, dan Nuri baru ke sini. Tidak bisa bahasa Prancis maupun Inggris. Bagaimana kalau ia tersesat?Bastian memutuskan untuk menghubungi Nuri melalui ponsel, tapi panggilannya tak tersambung.“Nomornya tidak aktif,” gumamnya, merasakan kekhawatiran yang semakin besar. Ia terus mencoba, namun hasilnya tetap sama. Napasnya mulai tak beraturan, bayangan buruk terus menghantui pikirannya.Bagaimana jika Nuri diculik? Atau tersesat jauh? Ini Paris, negara yang asing bagi istrinya.Tanpa berpikir panjang, ia mulai menyusuri setiap sudut jalan, berharap bisa menemukan sosok Nuri yang entah kenapa bisa hilang secepat ini.Langkah Bastian semakin cepat, dadanya mulai terasa sesa

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   PARIS

    370Paris menyambut dua keluarga itu dengan segala pesonanya yang melegenda. Bastian, Nuri, Samudra beserta Mentari dan juga si kembar, turun dari taksi di depan hotel bergaya klasik yang berada di jantung kota.Gedung hotel itu berarsitektur ala Eropa kuno dengan detail balkon berornamen besi tempa dan jendela besar berbingkai kayu putih. Setiap sudutnya tampak seperti lukisan, begitu indah dan romantis. Paris memang terkenal dengan pesona abadinya, dan hari itu, senyum tak pernah lepas dari bibir Nuri.Wanita mungil itu langsung membulatkan mulutnya. Tak henti-henti ia mengagumi kota mode itu semenjak menginjakkan kaki di bandara Charles de Gaulle tadi.“Aa….” Nuri memekik seraya menyatukan kedua tangannya yang terkepal di depan dada. Tubuhnya sedikit membungkuk. “Kita benar-benar di Paris, ya?” tanyanya polos tanpa melihat Bastian karena pandangannya terus menyapu seluruh sudut kota.Bastian tersenyum. Pun dengan Samudra dan Mentari yang ikut mendengar. Antara bahagia yang Bastian

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   RUMAH BARU

    369Bastian mengusap wajahnya setelah mengembuskan napas berkali-kali. Laki-laki itu duduk di sofa dengan wajah menunduk, kedua siku bertumpu di atas pahanya.Suara langkah ayah dan adiknya semakin memudar di kejauhan, membawa kelegaan sekaligus kepedihan yang menyatu dalam dadanya. Rasa lelah dan berat di dadanya mulai bergulir. Ia tahu, sejak saat ini, hubungan dengan keluarga tidak akan sama lagi.Ia yakin, meski tadi sudah menjabat tangannya karena paksaan sang ayah, Andra tidak akan begitu saja melupakan semua ini. Dan Richard? Bastian sangat yakin bahwa mulai saat ini pria itu akan membatasi diri dalam memberikan kasih sayang dan perhatian padanya karena khawatir menimbulkan kecemburuan dari anaknya yang lain.Padahal Bastian sudah sangat bahagia memiliki keluarga. Siapa sangka kebahagiaannya harus diwarnai dengan drama kecemburuan dari adiknya yang berlanjut dengan percobaan merebut istrinya.Sebuah tepukan mampir di pundak Bastian. Sentuhan itu seperti jangkar yang membawanya

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   DILEMA AYAH

    368Kedua tangan Bastian kembali mengepal kuat. Wajahnya yang sempat tenang kini kembali memerah dan tegang. Andai bukan karena gelengan Nuri yang menunjukkan ketakutan dan tatapan memohon dari Samudra agar ia tetap tenang, wajah Andra yang sudah babak-belur itu mungkin akan dibuatnya semakin tak berwujud.Bastian menahan napas, padahal dadanya sudah naik-turun dengan cepat."Aa..." Nuri mendekat. "Jangan dengarkan dia. Dia hanya mengada-ngada. Itu sama sekali tidak benar. Aa tahu saya hanya menyukai Aa." Wajah Nuri pucat, sorot ketakutan terpancar jelas. Tangannya meraih tangan Bastian."Saya hanya menganggapnya sebagai adik. Tidak lebih," lanjut Nuri mengiba. "Kalaupun tadi saya menemuinya, itu karena dia bilang mau pamitan sebelum ke Yogya. Kami tidak sempat bertemu sebelum kita kembali ke sini." Suara Nuri terdengar lirih dan bergetar."Sungguh, kalau saya tahu akan seperti ini, saya akan membangunkan Aa saat dia menelepon dari depan pintu. Aa, percayalah pada saya. Dia gila kalau

DMCA.com Protection Status