Beranda / Pendekar / SERULING SAKTI SANG NAGA / 186. PERJANJIAN DENGAN MONGOLIA

Share

186. PERJANJIAN DENGAN MONGOLIA

Penulis: Evita Maria
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-15 20:15:23

Yu Ping melangkah memasuki ger megah milik Raja Batu Khan, aroma dupa wangi bercampur dengan bau kulit dan wol yang khas, menyambut kedatangannya.

Jubah putihnya yang bersih kontras dengan interior ger yang didominasi warna merah dan emas. Ia berhenti beberapa langkah di hadapan singgasana Raja Batu Khan, lalu membungkuk memberi hormat.

"Yu Ping dari negeri Qi menghadap Yang Mulia Raja Batu Khan," ucap Yu Ping dengan suara yang jernih dan tenang.

Raja Batu Khan, meski usianya telah menginjak enam puluh tahun, masih terlihat gagah dan berwibawa. Janggutnya yang mulai memutih terawat rapi, matanya tajam memancarkan kebijaksanaan. Ia menatap Yu Ping dengan sorot mata penuh tanda tanya..

Panglima Taban, yang berdiri di samping singgasana, bergerak mendekati Raja. Ia membungkuk hormat sebelum berbisik di telinga sang Raja, suaranya begitu pelan hingga hanya Raja yang bisa mendengarnya.

"Paduka, pemuda ini telah mengalahkan hamba dalam pertarungan, namun ia melakukannya tanpa melukai harga
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   187. PESTA PERNIKAHAN

    Hari yang dinantikan seluruh rakyat Mongolia telah tiba. Ribuan ger -kemah- putih berjajar rapi, membentuk lautan kanvas yang kontras dengan hijau nya rerumputan. Aroma daging panggang dan airag -minuman tradisional Mongolia- bercampur dengan wangi bunga liar, menciptakan atmosfer pesta yang meriah.Di tengah-tengah kompleks ger, berdiri sebuah ger raksasa yang dihiasi dengan kain-kain sutra berwarna merah dan emas. Inilah pusat perayaan pernikahan agung antara Yu Ping, Putra Mahkota Kerajaan Qi, dan Putri Sayana, bunga Mongolia yang cantik jelita.Di dalam ger utama, Yu Ping berdiri tegap dalam balutan jubah kebesaran berwarna merah dengan sulaman emas. Wajahnya yang tampan terlihat sedikit tegang, tetapi tetap bersikap tenang. Di sampingnya, Putri Sayana anggun dalam gaun tradisional Mongolia yang dihiasi dengan batu-batu permata, rambutnya yang hitam legam disanggul tinggi dengan hiasan mutiara.Raja Batu Khan berdiri di hadapan pasangan pengantin, senyum lebar menghiasi wajahnya ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   188. PERPECAHAN

    Di tengah lapangan luas, ribuan prajurit Mongolia berbaris rapi, tombak dan perisai mereka berkilau tertimpa cahaya mentari. Raja Batu Khan berdiri di atas panggung kayu yang dihiasi kain-kain sutra berwarna merah dan emas. Jubah kebesarannya melambai tertiup angin gurun yang kering. Di sampingnya, Yu Ping berlutut, mengenakan baju zirah Mongolia yang mewah namun terasa berat di tubuhnya.Dengan suara menggelegar, Raja Batu Khan berseru, "Hari ini, di hadapan para dewa langit dan bumi, aku, Batu Khan, mengangkat Yu Ping sebagai Pangeran Mongolia sekaligus Jenderal Perang!"Sorakan riuh membahana dari barisan prajurit. Yu Ping bangkit berdiri, wajahnya memancarkan keteguhan hati meski hatinya berdebar kencang. Raja Batu Khan memasangkan sebuah penutup kepala dari wool tebal ke atas kepala nya sebagai simbol kepercayaan dan tanggung jawab besar yang kini dipikulnya."Terima kasih, Yang Mulia," ucap Yu Ping, suaranya tegas dan mantap. "Aku berjanji akan memimpin pasukan Mongolia dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   189. SERBUK PELEMAS OTOT

    Beberapa hari berlalu setelah aksi unjuk rasa di Perbatasan Timur.Di markas besar, Jenderal Xiao duduk dengan wajah lelah di balik meja kerjanya. Di hadapannya terhampar peta strategi pertahanan Perbatasan Timur. Xin Ru, kakak angkat Yu Ping, berdiri di sampingnya dengan raut wajah cemas.“Bagaimanakah nasib Yu Ping?” gumam Jenderal Xiao, seperti sedang berbicara kepada dirinya sendiri. “Aku sangat mengkhawatirkan keadaannya.”“Jenderal Xiao,” Xin Ru tersenyum, mencoba menghibur pria tua itu. “Saya yakin Yu Ping baik-baik saja. Dia adalah pendekar tanpa tanding, tak ada apapun yang dapat menghalangi dirinya mencapai tujuan.”Meski berkata begitu, Xin Ru sebenarnya juga sangat gelisah. Sudah berhari-hari tak ada kabar dari Yu Ping, sedangkan kondisi Perbatasan Timur sedang tidak kondusif. Penduduk kota diliputi kegelisahan dan hilangnya kepercayaan pada kebijaksanaan Jenderal mereka.Tiba-tiba pintu terbuka, Ketua Bu Tong, Xun Huan, dan Ketua Pedang Langit, Ru Chen, memasuki ruangan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   190. PENGKHIANAT

    Malam merangkak perlahan di Perbatasan Timur, membawa kesunyian yang tidak biasa. Bulan purnama menggantung rendah di langit, menyinari jalan-jalan kosong dengan cahaya peraknya yang temaram. Di dalam rumah-rumah, penduduk kota telah terlelap lebih awal dari biasanya. Rasa lelah yang tak wajar mendera mereka, memaksa mata-mata yang biasanya masih terjaga kini terpejam rapat. Bahkan para peronda yang seharusnya berjaga, kini tak terlihat batang hidungnya.Di benteng pertahanan, prajurit-prajurit yang seharusnya waspada kini tergeletak tak berdaya. Suara dengkur halus terdengar dari pos-pos penjagaan, menandakan kelelahan yang tak tertahankan telah mengambil alih kesadaran mereka.Di tengah kesunyian itu, sebuah bayangan hitam berkelebat di pelataran kediaman Jenderal Xiao Gang. Sosok itu bergerak dengan lincah namun hati-hati, matanya yang tajam memeriksa sekeliling. Tak ada tanda-tanda penjagaan, bahkan kamar para tamu yang terdiri dari pendekar-pendekar berilmu tinggi dan Jenderal

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   191. SAMPAI TITIK DARAH TERAKHIR

    "Serbu!" teriak Qi Yun lantang, suaranya membelah keheningan malam.Seketika, ratusan ribu prajurit bergerak bersama-sama dari tiga sisi. Suara derap langkah kaki dan ringkikan kuda memenuhi udara, bagai gemuruh badai yang menerjang. Pasukan berkuda melesat cepat dari sisi barat dan timur, debu beterbangan di belakang mereka.Di garis depan, para pemanah mulai melepaskan anak panah berapi. Ratusan titik api meluncur di udara, menciptakan pemandangan mengerikan namun menakjubkan. Anak-anak panah itu jatuh di berbagai sudut kota, memicu kebakaran yang dengan cepat menyebar.Infanteri bergerak maju dengan formasi rapat, perisai mereka membentuk dinding besi yang tak tertembus. Mereka siap menghancurkan siapapun yang mencoba melawan.Kegelapan malam tiba-tiba terbelah oleh kilatan cahaya obor. Di atas benteng yang semula tampak kosong, muncul ratusan pemanah berbaris rapi. Armor mereka berkilau tertimpa cahaya api, menciptakan pemandangan yang menakjubkan.Di tengah barisan itu, Jenderal

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   192. BERTEMU MUSUH BEBUYUTAN

    Suara retakan terdengar memekakkan telinga ketika pintu gerbang perbatasan timur akhirnya menyerah pada hantaman balok kayu yang kesekian kali. Bagai air bah yang menembus bendungan, prajurit istana bersenjata pedang dan tombak berhamburan masuk, diiringi teriakan perang.Di hadapan mereka, para pendekar dari berbagai sekte berdiri tegak. Wajah mereka keras oleh tekad meski hati mereka tahu kemungkinan menang sangatlah tipis.Ru Chen menoleh pada Xun Huan yang berdiri di sampingnya, mata memancarkan keberanian dan kesedihan. "Saudara Xun, sungguh suatu kebanggaan bisa mati bersamamu!" ujarnya, suaranya sedikit bergetar namun penuh ketulusan.Xun Huan membalas tatapan sahabatnya, matanya berkaca-kaca. "Demikian juga denganku, Saudara Ru!" Namun tiba-tiba, suara lantang Liu Kang, si Harimau dari Utara, memecah atmosfer suram itu. "Jangan bicara begitu!" sergahnya, matanya berkilat penuh semangat. "Yu Ping pasti datang menyelamatkan kita. Jangan menyerah!"Feng Huang menghela napas bera

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   193. MELARIKAN DIRI

    Yu Ping menatap Qi Yun lekat-lekat, matanya menyiratkan pergulatan batin yang hebat. Akhirnya, ia menurunkan mata pedang patah yang ditodongkan ke kening musuhnya itu. "Aku memberikanmu kesempatan kedua untuk berubah, Qi Yun," ujarnya dengan suara tegas. Qi Yun terdiam, matanya memancarkan keragu-raguan dan kelegaan. ‘Setidaknya aku masih memiliki kesempatan untuk meloloskan diri,’ pikirnya.Yu Ping memberi isyarat pada dua orang prajurit Mongolia di dekatnya, "Ikat orang ini dengan rantai besi, pastikan dia tidak bisa melarikan diri!"“Meskipun ku ampuni, kau harus tetap mengikuti aturan hukum yang berlaku di negeri ini!” ujar Yu Ping pada suami Qing Ning. Suara gemerincing rantai besi terdengar ketika tangan dan Qi Yun diikat dengan rantai besi yang berat hingga sulit untuk bergerak. Sementara itu, di sekeliling mereka, pasukan istana kocar-kacir. Teriakan ketakutan dan dentingan senjata memenuhi udara ketika sebagian prajurit tertangkap, sebagian terbunuh, dan sisanya melarikan d

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   194. API CEMBURU

    Malam itu, sebuah pedati tua yang ditarik dua ekor kuda keluar perlahan dari pintu gerbang Perbatasan Timur. Roda kayunya berderit pelan, memecah kesunyian malam yang dingin.Di bagian depan pedati, duduk dua sosok berjubah hitam dengan penutup kepala,seorang laki-laki tua dan seorang gadis muda. Wajah mereka tersembunyi dalam bayangan, namun ketegangan terlihat jelas dari postur tubuh mereka. Di bagian belakang, terdapat tumpukan karung beras tertutup terpal, menyembunyikan sesuatu - atau seseorang - di bawahnya.Yu Ping berdiri di atas benteng, pandangan mata tak lepas dari pedati yang perlahan menjauh. Pikirannya berkecamuk, beragam emosi bergulat dalam benaknya."Mengapa kau melepaskan dia?" Sebuah suara lembut terdengar di belakangnya.Yu Ping menoleh, mendapati Xin Ru berdiri di sana. Mata gadis itu memancarkan kesedihan yang tak terucapkan.Yu Ping menghela napas panjang, suaranya sarat dengan beban berat yang ia pikul. "Dia adalah seorang suami dan seorang ayah, dia juga adala

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18

Bab terbaru

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   FINAL BONUS : PERPISAHAN

    Di puncak Gunung Kunlun yang menjulang tinggi, kabut tipis menyelimuti puncak-puncak batu yang tajam. Udara dingin pegunungan menerpa wajah dua sosok yang berdiri tegap di atas jembatan batu kuno. Yu Ping dan kakak angkatnya, Xin Ru, berdiri berdampingan, mata mereka menatap jauh ke dalam jurang yang dalam dan gelap di bawah.Yu Ping, mengenakan pakaian kerajaan dengan garis emas di sepanjang tepi kain sutra yang terjuntai hingga nyaris menyentuh tanah, menggenggam seruling emas di tangan, dan sebuah golok hitam diselipkan di belakang punggung. Di sampingnya, Xin Ru berdiri dengan postur waspada, matanya yang tajam menyapu sekeliling, siap menghadapi apapun yang mungkin terjadi."Kau yakin dia akan muncul?" tanya Xin Ru, suaranya nyaris berbisik.Yu Ping mengangguk pasti, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Aku yakin, karena dia adalah guruku.” Dengan gerakan perlahan, Yu Ping mengangkat seruling ke bibirnya. Ia menarik napas dalam, lalu mulai meniup. Nada-nada lembut mengalir d

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   BONUS CHAPTER 3 : PELANTIKAN RAJA

    Aula kerajaan Qi dipenuhi oleh kemegahan dan kemewahan. Dinding-dinding berukir emas berkilau di bawah cahaya ribuan lilin yang menerangi ruangan. Aroma dupa yang manis mengambang di udara, menciptakan suasana sakral yang teduh.Di tengah aula, Yu Ping berdiri tegap, mengenakan jubah kerajaan berlapis emas. Wajahnya tenang berwibawa, mencerminkan seorang yang berhati lembut namun juga tegas. Kasim Liu, berlutut di hadapannya, menyodorkan mahkota dan jubah emas kerajaan di atas bantal beludru merah.Dengan gerakan perlahan, Yu Ping mengambil mahkota itu dan meletakkannya di atas kepala. Jubah emas kemudian disampirkan di bahunya, melengkapi penampilannya sebagai seorang raja. Seketika itu juga, seluruh ruangan dipenuhi oleh suara gemerisik kain—para Jenderal dan Menteri berlutut, memberikan penghormatan kepada raja baru mereka.Di samping singgasana raja, dua wanita cantik duduk dengan anggun. Di sisi kiri, Sayana, dengan pakaian mewah dan perhiasan yang gemerlap, tersenyum anggun. Mat

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   BONUS CHAPTER 2 : BENIH PENDEKAR IBLIS

    Mentari bersinar cerah di atas Kota Xianfeng, cahayanya memantul dari atap-atap bangunan. Udara dipenuhi oleh semangat dan kegembiraan yang menggelora, seiring dengan persiapan pelantikan Yu Ping sebagai raja baru Negeri Qi.Hiruk pikuk keramaian terdengar dari setiap sudut kota, sementara di dalam istana, para pelayan berlarian kesana-kemari, sibuk dengan persiapan acara yang akan berlangsung selama tujuh hari tujuh malam.Di aula utama istana, Kepala Pelayan, seorang pria paruh baya dengan wajah serius namun berwibawa, tampak kewalahan menerima bingkisan hadiah yang terus berdatangan. Utusan dari berbagai negeri jiran dan perwakilan sekte-sekte aliran putih dari seluruh penjuru negeri silih berganti memasuki ruangan, membawa persembahan untuk raja baru mereka."Yang Mulia pasti akan sangat senang melihat sem

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   BONUS CHAPTER 1 : PEMAKAMAN

    Suasana suram menyelimuti pemakaman keluarga kerajaan. Angin semilir membelai dedaunan pohon-pohon tua yang mengelilingi area sakral itu. Di tengah keheningan, sosok Yu Ping berlutut di depan sebuah makam yang masih baru. Tangannya gemetar memegang beberapa batang hio yang telah dinyalakan, asapnya mengepul tipis ke udara. Dengan hati-hati, ia menancapkan hio-hio tersebut ke dalam hiolo -tempat dupa yang terbuat dari logam berukir indah- yang terletak tepat di depan batu nisan ibunya, Xian Lian.Yu Ping menatap lekat nama yang terukir di batu nisan itu. Matanya yang berkaca-kaca menyiratkan kesedihan mendalam. Ia menghela napas berat sebelum berbisik lirih, suaranya nyaris terbawa angin."Ibu," ucap si pemuda dengan nada bergetar, "sekian lama aku mendambakan pertemuan dengan orang tua kandungku. Tapi mengapa, ketika akhirnya kita dipertemukan, waktu begitu kejam membatasi kebersamaan kita?"Jemarinya perlahan menelusuri ukiran nama ibunya di batu nisan. "Qi Yun sungguh beruntung,"

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   204. DUEL MAUT

    Kedua pendekar muda itu berhadapan di udara, aura mereka yang bertolak belakang - keemasan milik Yu Ping dan kegelapan milik Qi Yun - bertabrakan, menciptakan gelombang energi yang membuat udara bergetar."Qi Yun," balas Yu Ping, suaranya tenang namun penuh ketegasan. "Hentikan semua ini! Terlalu banyak nyawa yang telah melayang."Qi Yun tertawa sinis. "Hentikan? Tidak akan! Hari ini, salah satu dari kita akan mati!"Bersamaan dengan itu Qi Yun mengayunkan goloknya, menciptakan gelombang energi hitam yang melesat ke arah Yu Ping. Yu Ping dengan sigap mengeluarkan seruling saktinya, bersiap menghadapi pertarungan yang akan menentukan nasib kerajaan Qi.Di bawah, pasukan kedua belah pihak menghentikan pertempuran sejenak, mata mereka tertuju ke langit di mana dua sosok pemimpin mereka akan bertarung hingga titik darah penghabisan. Mereka tahu, hasil pertarungan ini akan menentukan tidak hanya nasib mereka, tapi juga masa depan seluruh kerajaan.Langit di atas Xianfeng menjadi arena perta

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   203. PERTEMPURAN TERAKHIR

    Di atas benteng kokoh, di kotaraja Xianfeng, Qi Yun berdiri tegak, jubah perang yang berat dan berkilauan menambah kegagahannya. Matanya yang tajam menatap ke kejauhan, menanti kedatangan musuh yang ia tahu pasti akan tiba.Berita kekalahan para Jenderal Perang dan pasukannya telah sampai ke telinganya, dibawa oleh prajurit-prajurit yang berhasil meloloskan diri dari pertempuran.Suasana di atas benteng sunyi senyap, hanya deru napas para pasukan yang merasa tegang memecah keheningan. Mereka telah mendengar desas-desus tentang kesaktian Yu Ping, dan ketakutan mulai merayapi hati mereka. Namun, di bawah tatapan dingin Qi Yun, tak seorang pun berani menunjukkan keraguan."Pasukan siap, Pangeran!" lapor seorang perwira. "Pemanah, infanteri, dan pelontar batu telah mengambil posisi."Qi Yun mengangguk singkat, matanya tak lepas memandang langit. Tak lama kemudian, apa yang ditunggunya muncul. Dari kejauhan, terlihat pasukan Yu Ping yang mulai mendekat. Mereka berhenti agak jauh dari bent

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   202. PENANTIAN JENDERAL TUA

    Asap pertempuran mengepul di berbagai sudut kota, menandai jejak perjuangan pasukan Yu Ping dalam perjalanan mereka menuju Xianfeng. Satu demi satu, pertempuran dimenangkan oleh Yu Ping dan pasukannya. Namun, kemenangan demi kemenangan ini tidak membuat Yu Ping lengah. Sebaliknya, instingnya sebagai strategi perang mulai menangkap pola yang mencurigakan.Yu Ping berdiri di atas bukit kecil, memandang ke arah kota yang masih diselimuti asap pertempuran. Matanya yang tajam menyipit, menganalisis situasi dengan cermat. Perlahan, sebuah kesimpulan terbentuk di benaknya."Dia ingin pasukan kita kelelahan saat tiba di Xianfeng," gumam Yu Ping, lebih kepada dirinya sendiri. Nada suaranya lebih kepada kekaguman namun juga mengandung kejengkelan. "Dasar licik!"Panglima Sung yang berdiri di sampingnya, menangkap gumaman itu. Dengan wajah serius, ia bertanya, "Apa yang harus kita lakukan, Jenderal Yu Ping?" Suaranya penuh hormat dan kesiapan. "Kami siap melakukan apapun perintahmu!"Yu Ping ter

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   201. PUTRA MAHKOTA

    Pemandangan itu menyadarkan Qi Xiang akan kenyataan yang mengerikan: ia benar-benar berhadapan dengan Raja Iblis. Ketakutan yang luar biasa mencengkeram hatinya, membuatnya gemetar hebat."B-baik," ujar Qi Xiang terbata-bata, keringat dingin membasahi dahinya. "Akan kulakukan apapun yang kau mau asal bunuh Yu Ping dan antek-anteknya untukku."Sebuah senyum tipis tersungging di bibir Qi Yun. "Bagus," ujarnya, suaranya dingin dan tanpa emosi. "Sekarang lakukan sesuatu untukku! Bebaskan ibuku dari penjara, obati luka-lukanya dan biarkan ia menempati kamar ratu.""A-apa?" Qi Xiang terkejut, tidak menyangka permintaan semacam ini akan datang dari Qi Yun."Kau merampas itu darinya," desis Qi Yun, matanya berkilat-kilat penuh ancaman. "Aku akan mengembalikan martabatnya seperti semula!"Qi Xiang, yang kini tak lebih dari boneka di tangan Qi Yun, tak berkutik. Ia hanya bisa mengangguk pasrah, menyadari bahwa hidupnya kini bergantung pada keinginan pemuda di hadapannya ini."Baik ... baik …,"

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   200. PERJANJIAN DENGAN RAJA IBLIS

    Di dalam penjara bawah tanah istana yang lembab dan dingin, suara rintihan tertahan memecah keheningan. Seorang wanita, dengan rambut kusut dan pakaian compang-camping, terikat dengan kedua tangan terentang di atas sebuah papan kayu yang kasar. Wajahnya yang cantik kini penuh dengan luka dan lebam, hasil dari penyiksaan brutal yang baru saja ia alami.Ma Yin, dengan senyum puas tersungging di bibirnya, berdiri di hadapan wanita itu. Cambuk di tangannya masih basah oleh darah."Yang Mulia Ratu," ujarnya dengan nada mengejek, "ternyata Anda sungguh tangguh ... sudah dicambuk dan dihajar berulang kali tetapi masih berdiri tegak!"Xian Lian, mantan Ratu yang kini diperlakukan bagai penjahat kelas berat, hanya diam. Kepalanya tertunduk, seolah tak lagi memiliki kekuatan untuk mengangkatnya.Ma Yin melangkah mendekat, suara sepatunya bergema di dinding-dinding sel. "Seandainya Anda mau bekerja sama, tentu hal ini tak akan sampai terjadi."Tangan kanan Raja itu kini berada tepat di depan Xia

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status