“Maaf nona. Saya tidak tahu apa-apa.” ujar pelayan itu lalu pergi meninggalkan Belinda. Ruangan itu kembali hening, Belinda merasa pasrah pada nasib, dia ibarat tahanan yang sudah melakukan kejahatan besar sehingga dia dikurung, dirantai dan matanya ditutup.
Tak ada yang bisa dia lakukan, yang dia tahu ada pelayan yang datang memberinya makanan, membasuh tubuhnya dan memakaikannya pakaian. Dunianya gelap, dia tidak bisa melihat apapun.
...****...
Kini hari-hari Belinda berada dalam kegelapan. Dia mulai terbiasa dengan gelap meskipun dia sering ketakutan, dia tidak bisa membedakan siang dan malam. Matanya masih ditutup dengan kain, hanya dua hari sekali penutup mata itu dibuka.
Tapi dia tidak bisa melihat apapun karena setiap kali penutup matanya dibuka, ruangan tempatnya dikurung gelap gulita, semua lampu dan dimatikan. Seorang pelayan akan membantunya membasuh wajah. Dia tidak pernah bisa melihat ruangan tempatnya dikurung, yang dia tahu ada penjaga yang menjaga diluar pintu ruangannya.
Dua minggu kemudian, pintu terbuka dan beberapa derap langkah memasuki ruangan dan berjalan menghampirinya.
“Nona, apakah anda sudah bangun?” tanya pelayan yang biasa datang.
“Emmm…..ada apa?”
“Disini ada seorang dokter yang akan memeriksa anda.”
“Tidak perlu! Aku tidak sakit! Pergi sana!” teriaknya. Dia lelah dan tak berdaya, hampir tiap malam seorang pria masuk keruangan itu dan menyentuhnya hingga seluruh tubuhnya terasa sakit dan remuk.
“Ini perintah Tuan kami. Tolong kerjasamanya dan selesaikan tugasmu nona.”
“Aku bosan mendengar kata-kata itu. Aku sudah melayaninya, apa itu belum cukup? Kapan tugasku akan selesai? Kenapa tidak kalian bunuh saja aku?”
“Tuan kami akan melepaskan nona jika tugasmu sudah selesai. Sekarang turuti saja perintahnya, biarkan dokter memeriksamu.”
“Terserah!”
Dokter pun memeriksa kondisi kesehatan Belinda sesuai perintah Tuan Besar. Setelah selesai, dia pun bergegas keluar ruangan bersama pelayan. Ruangan itu kembali hening, hanya suara napas Belinda saja yang terdengar menderu memenuhi ruangan yang berada diruang bawah tanah sebuah rumah mewah diatas perbukitan yang menghadap ke laut lepas.
“Bagaimana hasilnya?” tanya seorang pria yang duduk di sofa sambil menghisap cerutu. Wajahnya memiliki rahang kuat dan tegas, wajahnya dingin dengan tatapan mata yang tajam menghunus.
“Maaf Tuan. Kondisi tubuhnya lemah, dan sepertinya dia tertekan dan depresi berada diruang gelap itu. Ini saya resepkan vitamin dan obat untuknya.” ujar dokter itu.
“Apakah dia hamil?”
“Tidak ada tanda-tanda kehamilan.”
“Hem….asistenku akan mentransfer bayaranmu.”
“Baik. Terimakasih Tuan. Saya permisi.” ujar dokter itu lalu membungkuk hormat dan pergi.
“Pengawal! Pergilah ke apotik dan beli sesuai yang ada diresep.” perintah pria itu.
“Baik, Tuan.”
Pria itu kembali menghisap cerutunya, tatapannya ke jendela besar yang mengarah ke pantai. Dia menghela napas panjang lalu meletakkan cerutunya. Pikirannya jauh menerawang, sesekali tampak dia mengeryitkan keningnya, tatapan matanya tajam dan dingin. Tak ada seorangpun yang melihatnya akan mampu menelusuri jalan pikiran pria itu.
“Tuan, ini obat dan vitamin yang sudah saya beli.” ujar seorang pengawal yang sudah kembali dari apotik. “Apakah ada perintah lain yang bisa saya kerjakan?”
“Berikan obat itu pada kepala pelayan dan suruh dia segera menemuiku!”
“Baiklah, Tuan. Saya permisi.” ujar pengawal itu sambil membungkuk hormat dan pergi. Tak berapa lama kepala pelayan datang menemui pria itu.
“Saya datang, Tuan. Apa yang bisa saya lakukan.”
“Berikan obat dan vitamin itu pada gadis itu, pastikan dia memakannya setiap hari dan berikan dia makanan bergizi. Siapkan dia untuk malam ini!” pria itu menatap tajam kearah pelayan itu.
“Baik, akan saya lakukan sesuai perintah Tuan.”
Pria itu mengangkat tangannya dan memberikan kode menyuruh kepala pelayan itu pergi. Pria itupun pergi menuju kamar utama.
...****...
Tepat pukul sembilan malam, pria bertubuh kekar dan berwajah dingin itu memasuki sebuah ruangan gelap yang berada dibawah tanah. Dua orang pengawal berjaga-jaga didepan pintu ruangan itu, saat mereka melihat kedatangan tuannya, mereka pun membungkuk memberi hormat dan membukakan pintu. Setelah dia masuk pintu pun tertutup kembali, dia menyalakan lampu dinding.
Hanya seberkas cahaya temaram dari lampu dinding yang menerangi ruangan itu membuat suasana romantis, diatas ranjang tampak seorang gadis terbaring dengan kedua kaki dan tangan terikat.
Malam ini, gadis itu tampak menggairahkan dengan mengenakan lingerie berwarna merah sangat kontras dengan kulit putih mulusnya.
Sudut bibir pria itu terangkat melihat penampakan didepannya, ada kepuasan dalam hatinya melihat hasil kerja kepala pelayan yang dimintanya untuk menyiapkan gadis itu malam ini. Tanpa mengeluarkan suara dia berjalan mendekati ranjang, matanya memindai seluruh tubuh gadis itu.
Perlahan tangan besarnya mulai menyentuh paha. “Siapa itu? Berhenti! Jangan menyentuhku!” suara teriakan gadis itu terdengar.
Pria itu semakin liar menjamah setiap bagian gadis itu tanpa peduli teriakan marah sipemilik, tangan besarnya merobek lingeri yang dikenakan gadis itu menampilkan tubuh polos nan mulus.
Tak ingin membuang waktunya, dia mengambil sebuah saputangan dan menyumpal mulut gadis itu yang tak henti mengumpat marah. Hanya dengan satu hentakan penyatuan pun terjadi, karena mulutnya disumpal gadis itu hanya bisa mengeluarkan suara-suara lemah.
Sama seperti malam-malam sebelumnya, pria itu melakukan penyatuan sepanjang malam. Kekuatannya diatas ranjang membuat gadis itu kembali pingsan dan tak menyadari sudah berapa lama pria itu menikmati tubuhnya.
Saat pagi menjelang, dia terbangun karena merasakan sesuatu yang dingin menyentuh tubuhnya. Dia bisa merasakan jika seorang pelayan sedang membersihkan tubuhnya dengan handuk basah. “Apa yang kau lakukan? Aku mohon ijinkan aku mandi sekali saja!” ujarnya memelas.
“Hiks…..hiks….hiks….kenapa kalian begitu kejam padaku? Sudah berapa lama aku disekap disini tanpa bisa melihat apapun?” tangisnya pilu.
“Nona, sebentar lagi dua orang pelayan akan datang untuk memandikanmu. Aku hanya mengelap saja karena Tuan yang memerintahkan.”
“Pergi! Tuanmu sangat kejam dan menyiksaku hampir setiap malam! Apa kalian tidak punya hati, ha? Kau juga perempuan tapi kenapa kau tidak mau menolongku?”
“Maaf---maaf saya tidak bisa melakukan apapun. Nona cukup bersabar saja hingga masanya tiba nona akan keluar dari sini. Biarkan kami merawat nona selama berada disini.”
“Hiks….hiks….aku sudah tak sanggup lagi. Bisakah kamu minta Tuanmu melepaskan ikatanku?”
Pelayan tak menyahut, mereka melanjutkan pekerjaan memandikan Belinda dengan tangan dan kaki yang dirantai, lalu mengeringkan rambut dan mengenakan pakaiannya. Seorang pelayan memberishkan ruangan. Setiap harinya ruangan itu dibersihkan dan mengganti seprai setiap kali tuan mereka selesai memuaskan hasratnya.
Belinda kembali duduk diranjang dengan tangan dan kaki diikat serta mata yang masih ditutup kain. Suara derap langkah dan pintu tertutup menandakan para pelayan sudah keluar dan meninggalkan Belinda sendirian diruang gelap itu.
“Suatu hari nanti jika aku bisa keluar dari tempat ini dengan selamat, aku pastikan akan membalaskan dendamku pada kalian semua yang sudah menghancurkan hidupku! Ayah…..kau orang pertama yang akan kucari, kau harus membayar perbuatanmu padaku!” gumam Belinda menitikkan airmata. Meskipun kecil harapannya untuk keluar dari tempat itu tapi dia berusaha menghibur dirinya dan kuat untuk bertahan.
Empat tahun kemudian, disebuah kamar hotel yang bersebelahan dengan kelab malam mewah yang terletak di pusat kota.“Apakah anda puas dengan layananku?”“Hemm….malam ini kau sangat menggairahkan! Aku puas dengan pelayananmu honey, kau selalu bisa memenuhi imajinasiku. Aku suka dengan gaya barumu Bella!” pria itu bicara sambil memainkan puncak kenikmatan milik Bella yang masih berbaring dibawahnya.“Tuan, aku harap anda bermurah hati malam ini. Aku butuh tambahan untuk membayar sewa apartemenku dan kuharap pemberian anda sepadan dengan kepuasan yang anda dapatkan.”“Aku paham maksudmu honey. Jangan khawatir aku akan memenuhi kebutuhanmu dan aku akan memberikan bonus padamu atas pelayananmu malam ini.”“Benarkah? Aku senang mendengarnya Tuan Jeff! Saya yakin anda akan memberikan bonus yang besar kali ini, iyakan? Aku sudah memberikan pelayanan ekstra padamu.”“Apakah kau tidak aku jika aku menebusmu saja Bella? Kau bisa menjadi simpananku dan aku akan memenuhi semua kebutuhanmu. Kau akan
“Bellaku sayangku, apa kau ingin merampokku?” tanya Madam Wendy terkejut mendengar permintaan Bella.“Tidak Madam, tentu saja tidak! Mana mungkin aku melakukan hal buruk padamu? Madam sudah sangat baik padaku tapi tubuhku sangat lelah hari ini jadi aku merasa itulah bayaran yang setimpal untuk hari ini.”Madam Wendy terdiam sejenak berpikir dan membisu diseberang sana. Bellaa masih menunggunya dengan sabar karena permintaan Bella bukanlah sesuatu yang mudah dikabulkan. Jumlah yang dimintanya sangat besar dan tentunya Madam Wendy akan berpikir cermat.“Baiklah, aku setuju tapi sekali kau gagal dan membuat kesalahan maka hutangmu akan bertambah sepuluh persen dan semua bayaranmu dari Tuan Dante adalah milik klub! Bagaimana apa kau setuju?”Bella yang mendengar ucapan Madam Wendy terkejut, dia merubah posisi duduknya dia tidak percaya bahwa permintaannya baru saja dikabulkan oleh Madam Wendy. Toh bukan hal yang sulit baginya untuk membuat semua pria tunduk dan jatuh kepelukannya.“Bagaim
“Sudah cukup sempurna sayangku! Tubuhnya sangat halus dan mulus, lekukan tubuhmu tampak sempurna. Pasti Tuan Dante akan menyukaimu!” Madam Wendy etrsenyum puas lalu membuka pintu.“Tunggu! Apa aku harus berjalan keluar dengan pakaian seperti ini?” tanya Bella memicingkan mata dengan tatapan tak berdaya.Ini pertama kalinya dia berpakaian seperti itu mempertontonkan tubuhnya pada semua orang. Begitu dia keluar dari ruangan itu maka semua pengunjung klub akan melihatnya.“Iya sayang! Kau jangan khawatir, tidak akan ada pengunjung lain yang akan melihatmu karena kau hanya masuk kedalam ruangan didepan itu!” jawab Madam Wendy sehingga membuat mata Bella terbelalak tak percaya.“Hah? Ruangan itu juga disewakan pada tamu?” tanya Bella lagi dengan heran.“Hanya tamu spesial! Karena itu kau harus bisa memuaskan tamu spesial kita. Malam ini adalah malam spesial untukmu, Bella sayangku!”Seketika detak jantung Bella mulai tak normal, tubuhnya mulai bergetar ada kekhawatiran dihatinya. Seandainy
“Jangan sampai ada kesalahan! Aku tidak mau ada jejak yang meninggalkan dampak buruk pada kita. Apa kalian paham?” Mereka semua menggangguk patuh seakan Dante adalah seorang pemimpin rapat dan semuanya harus patuh pada perintahnya.“Lantas bagaimana dengan negara ini? Apa kau ingin menjadikannya sebagai base camp untuk Asia tenggara?” tanya Eddie. Terlihat Dante mengganggukkan kepala.“Negara ini adalah pilihan yang tepat. Hukum dinegara ini tak sulit untuk dibeli. Pejabatnya sudah biasa menerima suap dan yang paling penting adalah negara ini memiliki jumlah penduduk terbesar di Asia Tenggara dan berada diurutan ke empat didunia..”Dante diam sejenak lalu melanjutkan ucapannya, “Pangsa pasar kita besar dan salah satu surga dunia ada dinegara ini. Bali dan Lombok akan menjadi target utama kita. Banyak milyarder dan mafia yang bersembunyi disana. Apa kalian sudah paham misiku?” tanya Dante memandangi satu persatu teman-temannya.“Bagaimana dengan Sumatera?” tanya Hans.“Sumatera akan me
Sementara itu didalam ruang eksekutif hanya ada Bella dan Dante Sebastian. Bella membuka botol minuman dan menuangkannya ke gelas dante. Sejujurnya hati Bella merasa lega karena dia tidakharus melayani lima pria sekaligus malam ini. ‘Puffff syukurlah hanya satu orang saja! Memang sih mereka semua tampan tapi aku bisa pingsan kalau harus melayani kelima pria itu.Duh….aku takkan pernah melayani lima pria sekaligus kapanpun, meski dibayar mahal sekalipun! Lagipula pria didepanku ini sangat tampan, hmmmm…...sejauh ini dia pria tertampan dari semua pria yang pernah kulayani.’Tapi kenapa sorot matanya sangat mengerikan? Bella berdecak didalam hatinya dan ada perasaan senang karena akan melayani satu pria saja dan pria itu sangat super tampan dengan tubuh yang kekar berotot. Pikiran Bella melayang kemana-mana memikirkan betapa kuatnya pria itu.“Siapa yang menyuruhmu menuangkan minuman untukku?” suara Dante terdengar sarkas membuat hati Bella berdenyut dan refleks menatap pria dihadapannya
Bella mengeryitkan keningnya, ‘Kenapa dia malah meragukanku? Padahal aku belum melakukan apapun. Benar-benar aneh pria ini! Gumam Bella yang galau mengingat hutangnya akan bertambah sepuluh persen jika tamu ini merasa tak puas. Suasananya hatinya semakin buruk dan dia menyesali keputusan yang sudah diambilnya.“Apa kau tahu sudah berapa kali dia dipakai, hu?” kalimat itu bgeitu menusuk hati Bella dan dia merasa sangat direndahkan. Hatinya sangat sakit mendengar penghinaan pria itu.“Tapi tidak ada yang kecewa dengan pelayanannya, Tuan dante! Karena itulah saya berani mengirimkannya pada anda karena sebelumnya anda sudah menolak yang lainnya. Bella juga punya standard tinggi yang harus dipatuhi para tamu selama ini. Dia tidak menerima tamu sembarangan, selama ini semua tamunya adalah pria-pria terhormat dari kalangan atas.”“Pandai sekali kau bicara! Kau pikir aku peduli siapa tamu yang dilayaninya?” ucapan Julian tadi membuat Dante semakin marah. “Aku tidak puas! Kau paham apa artinya
“Tapi kau tidak punya pilihan! Aku mau kau membayar hutangmu sekarang!”“Aa….tapi saya tidak punya uang sebanyak itu sekarang, Tuan. Aku mohon berilah aku waktu dan kemudahan. Apapun akan kulakukan asalkan jangan menutupklub ini dan tidak memintaku membayar seluruh hutangku sekarang.”“Huh! Ckckck….jadi menurutmu wanita ini yang terbaik disini?” Dante melirik kearah Bella membuat Julian juga mengalihkan pandangannya kearah Bella.“Iya benar sekali Tuan! Itulah alasannya kenapa saya berani menyuruhnya untuk melayani Tuan!”“Berapa yang bisa dihasilkannya setiap malam?” tanya Dante memegang dagunya.“Eh itu…..sebesar tiga puluh lima persen dari penghasilan di klub ini dihasilkan olehnya.” jawab Julian yang tak berani untuk berbohong. Bella memang mesin penghasil uang untuk klub itu.Dante tersenyum sinis, ekspresi tidak suka jelas tergambar diwajahnya. “Aku ingin mendapatkan bayaranku sekarang!” kali ini Dante bicara dengan nada tinggi dan tatapan sinis tetapi matanya tetap fokus pada B
Dia berjalan mengikuti Dante yang berjalan didepan. ‘Puffff untung saja dia menggunakan lift khusus milik Tuan Julian! Kalau tidak, para pekerja akan melihatku dalam keadaan seperti ini. Bisik hati Bella berjalan menundukkan kepala lalu masuk kedalam lift dan berdiri dibelakang Dante.Tak lama mereka tiba dilantai dasar dan Bella berjalan mengikuti Dante. Pria itu berjalan cepat dengan langkah kaki yang panjang sehingga Bella pun terpaksa mempercepat langkahnya. “Tuan!” panggil Bella namun pria itu mengacuhkan.“Ikuti saja aku jika kau tak ingin masalahmu bertambah! Tutup mulut! Aku tidak suka kau banyak bicara!”'Sarah! Aku harus memperingatkan adikku! Bisik Bella sambil terus berjalan mengikuti Dante, dia berjalan menundukkan kepala sehingga rambut panjangnya terurai menutupi wajahnya.‘Aku hanya seorang perempuan hina, hanya pemuas nafsu lelaki! Tapi pria ini kurang ajar sekali tak memberiku sedikitpun kesempatan untuk melindungi tubuhku!’ gumam Bella yang berjalan dibelakang Dante