“Sudah cukup sempurna sayangku! Tubuhnya sangat halus dan mulus, lekukan tubuhmu tampak sempurna. Pasti Tuan Dante akan menyukaimu!” Madam Wendy etrsenyum puas lalu membuka pintu.
“Tunggu! Apa aku harus berjalan keluar dengan pakaian seperti ini?” tanya Bella memicingkan mata dengan tatapan tak berdaya.
Ini pertama kalinya dia berpakaian seperti itu mempertontonkan tubuhnya pada semua orang. Begitu dia keluar dari ruangan itu maka semua pengunjung klub akan melihatnya.
“Iya sayang! Kau jangan khawatir, tidak akan ada pengunjung lain yang akan melihatmu karena kau hanya masuk kedalam ruangan didepan itu!” jawab Madam Wendy sehingga membuat mata Bella terbelalak tak percaya.
“Hah? Ruangan itu juga disewakan pada tamu?” tanya Bella lagi dengan heran.
“Hanya tamu spesial! Karena itu kau harus bisa memuaskan tamu spesial kita. Malam ini adalah malam spesial untukmu, Bella sayangku!”
Seketika detak jantung Bella mulai tak normal, tubuhnya mulai bergetar ada kekhawatiran dihatinya. Seandainya dia gagal maka konsekuensi yang harus ditanggungnya cukup berat.
Dia pun menyemangati dirinya bahwa dia harus berhasil untuk mendapatkan uang lebih banyak malam ini. Tapi pikirannya tak tenang memikirkan tamu seperti apa yang akan dilayaninya.
Ruangan didepannya adalah ruangan eksekutif dan untuk pertama kalinya dia akan masuk keruangan itu. Selama ini tidak ada seorangpun yang berani masuk keruangan itu.
Dia hanya berharap semoga orang itu tidak membuat Bella menanggung sepuluh persen tambahan hutang. Setelah menghela napas dalam-dalam, diapun melangkah mantap kedalam ruangan itu.
Ceklek!
Pintu terbuka. “Selamat malam Tuan Dante! Ini adalah wanita yang sudah saya janjikan pada anda!”
“Hem. Keluarlah!”
“Tunggu Tuan Julian!” bisik Bella dengan wajah pucat.
“Silahkan layani Tuan Dante!” Julian bicara dengan suara berbisik pada Bella.
“Iya. Tapi----bukankah saya hanya khusus melayani Tuan Dante saja?” tanya Bella lirih.
“Dia datang bersama teman-temannya, lakukan apapun yang diinginkannya. Ingat ya jangan kecewakan dia!”
Glek!
Bella menelan ludahnya tak menjawab apapun karena ketakutan.
“Ingat ya Bella! Kalau sampai Tuan Dante kecewa dengan pelayananmu maka hutangmu akan bertambah sepuluh persen sebagai hukuman! Mengerti?”
Julian keluar sambil menutup pintu. Dia meninggalkan Bella dengan perasaan yang tidak karuan menatap orang-orang yang berada didalam ruangan itu. Dia mengedarkan pandangannya mencari orang yang bernama Dante Sebastian.
Matanya terbelalak melihat ada lima orang pria disana. Oh tidak! Ini buruk….sangat buruk! Ini pertama kalinya bagiku kenapa harus melayani lima orang?
Rasa takut dan cemas muncul didalam hati Bella dan keringat dingin mulai keluar didalam ruangan yang dingin itu. Kedua tangannya mengepal sambil menggeram marah dalam hatinya. ‘Kurang ajar kau Madam Wendy! Kau menjebakku!’
Tiba-tiba sebuah suara memecahkan keheningan. “Coba tunjukkan keahlianmu. Tuan Julian sampai mengatakan kalau kau wanita paling istimewa di klub ini dan kau yang terbaik disini!”
“A---aku….” sejenak Bella kehilangan kata-kata tapi dengan cepat dia menguasai diri dan senyum merekah diwajahnya.
“Apakah mereka mengatakan kalau aku adalah yang terbaik dan sangat istimewa disini?” tanya Bella berusaha menutupi kegugupannya . Ah…..sudah kepalang tanggung aku sudah menerima tawaran Madam Wendy untuk bayaranku malam ini, aku tidak bisa mundur lagi! Semoga tubuhku kuat melayani mereka semua, anggap saja seperti melayani satu orang. Aku bisa dan aku harus kuat! Bisik hati Bella berusaha tenang dan dia bertekad untuk melakukan yang terbaik.
“Aku sangat penasaran dengan keistimewaanmu! Apa yang dimaksud oleh Julian sebagai wanita terbaik?” tanya seorang pria tinggi bertubuh tegap yang duduk paling ujung sebelah kanan. Dia melangkah mendekati Bella. Ini adalah sesuatu yang tidak diharapkan oleh Bella sekarang.
“Hemmm…...” pria bergumam pelan sambil memperhatikan lekuk tubuh Bella dengan tatapan gairah yang biasa ditunjukkan setiap pria pada Bella. Hanya saja kali ini situasinya berbeda, hal itu mmebuat Bella merasa cemas dan tertekan.
“Bagaimana menurut penilaian anda Tuan?” akhirnya dia bisa mengeluarkan kalimat itu saat pria itu menggelilinginya dan kini berdiri dihadapannya.
“Bolehlah! Aku setuju dengan Julian, menurutku kau hampir sempurna! Semua pas, cuma ada sesuatu yang mengganggu. Tahi lalat itu sangat mengganggu tapi terlihat eksotik karena letaknya tidak biasa. Siapa namamu?” ucapan pria itu membuat temannya yang duduk ditengah mengalihkan perhatian memandang Bella.
Biasanya dia tidak peduli pada wanita malam tapi saat ini netranya justru terpanggil untuk memperhatikan wanita itu dan enggan untuk berpaling. Tadi dia tidak terlalu memperhatikan dan saat dia melihat tahi lalat yang diucapkan oleh temannya, dia merasa semakin tertarik. Ada aura kuat yang terpancar dari tubuh wanita itu seakan mampu memukau siapapun yang memandangnya.
“Namaku Bella, Tuan.”
Pria itu semakin mendekat dan menggerakkan tangannya ingin menyentuh tubuh Bella.
“Jauhkan tangamu dari tubuhnya, Eddie!” sebuah suara keras terdengar dari seorang pria yang duduk ditengah membuat pria yang bernama Eddie segera menghentikan gerakan tangannya. Pria itupun segera melangkah mundur dan duduk kembali.
“Apa kau berminat dengannya?” Eddie bertanya pada orang yang tadi berteriak padanya.
“Ini pertama kalinya kau melarang Eddie menguji kelayakan seorang wanita! Ayolah...dia hanya seorang wanita malam! Ada apa denganmu Dante?” ujar seorang pria yang duduk disisi paling kiri berseberangan dengan Eddie.
“Ya benar! Apa kau ingin berpesta malam ini Dante?” pria yang duduk diantara Eddie dan Dante ikut berkomentar sambil menyesap minuman beralkohol. Tapi pria bernama Dante itu hanya berdecak.
Tidak ada satu ucapanmu yang keluar dari bibirnya tapi pandangannya lurus menatap Bella dengan dingin. Para teman-temannya tidak mengerti melihat sikap Dante malam ini, mereka hanya diam.
Bella yang ditatap dengan dingin oleh Dante merasakan intimidasi yang kuat sehingga membuatnya bergidik ngeri. Ini pertama kalinya seseorang menatapnya seperti itu, tatapan yang tajam, dingin dan tidak ada sedikitpun ketertarikan
Wah, apakah pria ini yang bernama Dante Sebastian? Teman-temannya saja takut padanya, aduh…..bagaimana nasib sepuluh persenku kalau begini? Semoga saja aku tidak mengecewakan? Bella merasakan kepalanya tiba-tiba sakit.
“Sampai dimana tadi pembicaraan kita?” tanya Dante pada teman-temannya setelah dia memindai Bella. Dia pun segera mengalihkan perhatiannya pada Ipad ditangannya.
“Ah iya. Tadi kita sampai pada pengiriman barang ke Eropa Timur ada sedikit kendala di pelabuhan!” Eddie mengingatkan tentang pengiriman senjata yang sedang bermasalah.
“Aku sudah menyelesaikan soal itu jadi sudah tidak ada masalah lagi.” ujar pria yang berada diantara Dante dan Eddie. Pria itu bernama Hans.
“Jangan sampai ada kesalahan! Aku tidak mau ada jejak yang meninggalkan dampak buruk pada kita. Apa kalian paham?” Mereka semua menggangguk patuh seakan Dante adalah seorang pemimpin rapat dan semuanya harus patuh pada perintahnya.“Lantas bagaimana dengan negara ini? Apa kau ingin menjadikannya sebagai base camp untuk Asia tenggara?” tanya Eddie. Terlihat Dante mengganggukkan kepala.“Negara ini adalah pilihan yang tepat. Hukum dinegara ini tak sulit untuk dibeli. Pejabatnya sudah biasa menerima suap dan yang paling penting adalah negara ini memiliki jumlah penduduk terbesar di Asia Tenggara dan berada diurutan ke empat didunia..”Dante diam sejenak lalu melanjutkan ucapannya, “Pangsa pasar kita besar dan salah satu surga dunia ada dinegara ini. Bali dan Lombok akan menjadi target utama kita. Banyak milyarder dan mafia yang bersembunyi disana. Apa kalian sudah paham misiku?” tanya Dante memandangi satu persatu teman-temannya.“Bagaimana dengan Sumatera?” tanya Hans.“Sumatera akan me
Sementara itu didalam ruang eksekutif hanya ada Bella dan Dante Sebastian. Bella membuka botol minuman dan menuangkannya ke gelas dante. Sejujurnya hati Bella merasa lega karena dia tidakharus melayani lima pria sekaligus malam ini. ‘Puffff syukurlah hanya satu orang saja! Memang sih mereka semua tampan tapi aku bisa pingsan kalau harus melayani kelima pria itu.Duh….aku takkan pernah melayani lima pria sekaligus kapanpun, meski dibayar mahal sekalipun! Lagipula pria didepanku ini sangat tampan, hmmmm…...sejauh ini dia pria tertampan dari semua pria yang pernah kulayani.’Tapi kenapa sorot matanya sangat mengerikan? Bella berdecak didalam hatinya dan ada perasaan senang karena akan melayani satu pria saja dan pria itu sangat super tampan dengan tubuh yang kekar berotot. Pikiran Bella melayang kemana-mana memikirkan betapa kuatnya pria itu.“Siapa yang menyuruhmu menuangkan minuman untukku?” suara Dante terdengar sarkas membuat hati Bella berdenyut dan refleks menatap pria dihadapannya
Bella mengeryitkan keningnya, ‘Kenapa dia malah meragukanku? Padahal aku belum melakukan apapun. Benar-benar aneh pria ini! Gumam Bella yang galau mengingat hutangnya akan bertambah sepuluh persen jika tamu ini merasa tak puas. Suasananya hatinya semakin buruk dan dia menyesali keputusan yang sudah diambilnya.“Apa kau tahu sudah berapa kali dia dipakai, hu?” kalimat itu bgeitu menusuk hati Bella dan dia merasa sangat direndahkan. Hatinya sangat sakit mendengar penghinaan pria itu.“Tapi tidak ada yang kecewa dengan pelayanannya, Tuan dante! Karena itulah saya berani mengirimkannya pada anda karena sebelumnya anda sudah menolak yang lainnya. Bella juga punya standard tinggi yang harus dipatuhi para tamu selama ini. Dia tidak menerima tamu sembarangan, selama ini semua tamunya adalah pria-pria terhormat dari kalangan atas.”“Pandai sekali kau bicara! Kau pikir aku peduli siapa tamu yang dilayaninya?” ucapan Julian tadi membuat Dante semakin marah. “Aku tidak puas! Kau paham apa artinya
“Tapi kau tidak punya pilihan! Aku mau kau membayar hutangmu sekarang!”“Aa….tapi saya tidak punya uang sebanyak itu sekarang, Tuan. Aku mohon berilah aku waktu dan kemudahan. Apapun akan kulakukan asalkan jangan menutupklub ini dan tidak memintaku membayar seluruh hutangku sekarang.”“Huh! Ckckck….jadi menurutmu wanita ini yang terbaik disini?” Dante melirik kearah Bella membuat Julian juga mengalihkan pandangannya kearah Bella.“Iya benar sekali Tuan! Itulah alasannya kenapa saya berani menyuruhnya untuk melayani Tuan!”“Berapa yang bisa dihasilkannya setiap malam?” tanya Dante memegang dagunya.“Eh itu…..sebesar tiga puluh lima persen dari penghasilan di klub ini dihasilkan olehnya.” jawab Julian yang tak berani untuk berbohong. Bella memang mesin penghasil uang untuk klub itu.Dante tersenyum sinis, ekspresi tidak suka jelas tergambar diwajahnya. “Aku ingin mendapatkan bayaranku sekarang!” kali ini Dante bicara dengan nada tinggi dan tatapan sinis tetapi matanya tetap fokus pada B
Dia berjalan mengikuti Dante yang berjalan didepan. ‘Puffff untung saja dia menggunakan lift khusus milik Tuan Julian! Kalau tidak, para pekerja akan melihatku dalam keadaan seperti ini. Bisik hati Bella berjalan menundukkan kepala lalu masuk kedalam lift dan berdiri dibelakang Dante.Tak lama mereka tiba dilantai dasar dan Bella berjalan mengikuti Dante. Pria itu berjalan cepat dengan langkah kaki yang panjang sehingga Bella pun terpaksa mempercepat langkahnya. “Tuan!” panggil Bella namun pria itu mengacuhkan.“Ikuti saja aku jika kau tak ingin masalahmu bertambah! Tutup mulut! Aku tidak suka kau banyak bicara!”'Sarah! Aku harus memperingatkan adikku! Bisik Bella sambil terus berjalan mengikuti Dante, dia berjalan menundukkan kepala sehingga rambut panjangnya terurai menutupi wajahnya.‘Aku hanya seorang perempuan hina, hanya pemuas nafsu lelaki! Tapi pria ini kurang ajar sekali tak memberiku sedikitpun kesempatan untuk melindungi tubuhku!’ gumam Bella yang berjalan dibelakang Dante
Sudah beberapa tahun dia tidak pernah lagi menyebut nama Tuhan, hatinya membeku dengan penderitaan serta kekecewaan yang terus dideritanya. Dia sudah tidak tahu apa yang harus dipercaya dan apa yang diinginkannya dalam hidup.Tapi saat ini dia sedang berada dalam titik terendah dalam hidupnya. Dia mengkhawatirkan adiknya, dia tak ingin hidup adiknya berakhir seperti dia. Tak terasa air matanya menetes, sesak didada yang dia rasakan seolah ingin meledak. ‘Ibu…..kuatkan aku ibu. Aku merindukan ibu!’Aku harus kuat tidak peduli apapun yang terjadi padaku, aku harus tegar dan bertahan yang penting adikku aman dan tidak terjadi hal buruk padanya, itu saja sudah cukup! Ucap Bella berusaha menenangkan hatinya. Tiba-tiba dia tersadar jika mobil sudah berhenti. Pintu bagasi terbuka lebar.“Keluar!”Suara bariton diiringi kap bagasi terangkat keatas sehingga pancaran sianr dari lampu menerangi membuat tangan Bella bergerak cepat mematikan lampu ponselnya lalu memasukkan kedalam tas.“Terimakasi
“Maaf aku sudah membuatmu menungguku. Apa kau bisa tidur nyenyak tadi malam sayang?” tanya Dante sambil memeluk pinggang istrinya.“Hmmm…..aku tidak pernah bisa tidur nyenyak tanpamu disisiku, sayang.” ujarnya bermanja-manja dipelukan Dante.“Kau tahu kan bagaimana kelakuan keempat temanku kalau sudah bertemu?”“Iya sayang!” Tatiana tersenyum sambil tangannya memainkan kancing kemeja Dante. “Apakah teman-temanmu mencoba meracunimu dengan minuman dan wanita-wanita itu?”“Tidak ada! Aku mengusir semuanya. Kami hanya membahas hal penting tadi malam. Aku hanya mengijinkan mereka mendatangkan satu wanita terbaik sebagai pelepas penat mata mereka. Hal yang kami bahas tadi malam sangat berat dan setelah selesai, mereka berempat saling memperebutkan wanita itu.”Dante menjelaskan kegiatannya dengan terperinci pada istrinya, dia juga tahu keinginan istrinya. Tangannya masuk kedalam bathrobe yang dikenakan Tatiana dan tangannya menjelajahi area sensitif milik istrinya.“Ahhh…...tahan dulu sayan
“Kau baru bangun sekarang? Apa kau tahu sudah jam berapa ini?” tanya Dante lagi.“Maafkan saya Tuan Dante Sebastian, anda benar saya memang baru bangun. Maaf telah mengecewakan anda. Apa yang harus kulakukan untuk menebus kesalahanku?” tanya Bella tanpa basa-basi. Dia mendekatkan diri pada Dante yang berdiri sambil bersidekap dihadapannya.Bella bersimpuh diujung tempat tidur tepat dihadapan Dante“Kau tahu jam berapa ini?” tanya Dante seraya kedua tangannya menyentuh si kembar yang kemarin malam masih tertutup lambang X.“Tidak tahu, Tuan.” jawab Bella menggelengkan kepala. Matanya melirik kearah nakas lalu mengambil ponselnya. Ha? Ponselku mati lagi? Sementara dikamar itu tidak ada jam dinding.“Lihat jam tanganku!” Dante tahu jika ponsel gadis itu padam. Tangannya masih memainkan puncak kembar dan Bella berusaha menahan rasa geli lalu melirik kearah jam tangan pria itu. Jam terbang Bella sudah tinggi, sentuhan kecil saja tidak akan membuatnya kelimpungan.Tangan Dante masih bermain