Share

BAB 7.

“Jangan sampai ada kesalahan! Aku tidak mau ada jejak yang meninggalkan dampak buruk pada kita. Apa kalian paham?” Mereka semua menggangguk patuh seakan Dante adalah seorang pemimpin rapat dan semuanya harus patuh pada perintahnya.

“Lantas bagaimana dengan negara ini? Apa kau ingin menjadikannya sebagai base camp untuk Asia tenggara?” tanya Eddie. Terlihat Dante mengganggukkan kepala.

“Negara ini adalah pilihan yang tepat. Hukum dinegara ini tak sulit untuk dibeli. Pejabatnya sudah biasa menerima suap dan yang paling penting adalah negara ini memiliki jumlah penduduk terbesar di Asia Tenggara dan berada diurutan ke empat didunia..”

Dante diam sejenak lalu melanjutkan ucapannya, “Pangsa pasar kita besar dan salah satu surga dunia ada dinegara ini. Bali dan Lombok akan menjadi target utama kita. Banyak milyarder dan mafia yang bersembunyi disana. Apa kalian sudah paham misiku?” tanya Dante memandangi satu persatu teman-temannya.

“Bagaimana dengan Sumatera?” tanya Hans.

“Sumatera akan menjadi pintu gerbang kita untuk negara-negara tetangga. Masih banyak hutan-hutan yang bisa kita pakai sebagai lokasi persembunyian barang.

“Wow, hebat sekali! Ternyata kau sudah berpikir sejauh itu! Pantas saja kau sudah membeli lahan dan properti disana sejak dua tahun lalu!” ucap Barack sambil terkekeh.

“Akan memudahkan kita memasuki pasar Australia dan Selandia Baru jika menjadikan negara ini sebagai base camp.” ujar Dante yang disambut oleh teman-temannya dengan menyuguhkan ide-ide cemerlang lainnya untuk membantu Dante segera mewujudkan misinya.

Bella yang berdiri disana benar-benar heran karena diacuhkan seakan keberadaanya tak dianggap sama sekali. Kakinya mulai kebas karena berdiri terlalu dengan high heel.

Pfff…..kurang ajar sekali mereka membiarkanku berdiri berjam-jam disini. Apa mereka mengganggap aku ini patung? Mereka tak ada yang menyapaku, tidak ada satupun yang memperlakukanku istimewa.

Aku hanya dibiarkan berdiri disini seperti makhluk tak bernyawa. Bella menggerutu dalam hatinya. Melihat kelima pria yang sedang membicarakan urusan bisnis mereka dengan bahasa yang ada dia mengerti dan ada juga tidak dipahami oleh Bella karena mereka berbicara dengan bahasa campuran Inggris, Italia dan Spanyol. Sebenarnya tidak masalah baginya apa yang sedang mereka bicarakan.

Hanya saja kakinya lelah sudah berdiri lama dan terasa kram. Kakinya mulai bergetar menyangga tubuhnya. Penderitaannya bukan hanya mengenakan high heels tapi juga AC yang dingin membuat tubuhnya menggigil. Tubuhnya hanya ditutupi kain tipis bahkan boleh dibilang polos.  Ini benar-benar melelahkan dibandingkan dengan melayani seorang maniak! Gumamnya.

Bella membayangkan salah satu pelanggannya yang paling buruk yang pernah menyiksanya berjam-jam hanya untuk memuaskan hasratnya.

“Baiklah, semuanya sudah jelas. Aku tidak mau ada kesalahan untuk terlaksananya rencana kita ini. Pastikan pasokan senjata aman untuk kawasan A!” Dante terlihat melingkari sebuah lembaran peta dengan spidol.

“Sebentar lagi memasuki tahun baru, jadi aku ingin kalian memastikan anak buahku aman dan tidak terjebak dalam tawuran antar geng atau bentrokan dengan pihak lain yang akan menyita perhatian pihak berwajib. Amankan semua jalur dan pastikan pendistribusian lancar saat malam tahun baru. Jangan lupa perhatikan pelanggan baru kita dan pelanggan kita dinegara-negara sekitar.”

Hampir saja Bella jatuh karena sudah tak tahan lagi kalau saja dia tidak mendengar suara keras Dante yang bicara sambil mencondongkan tubuhnya ke meja.  Bella berusaha menegakkan tubuhnya dan menguatkan kakinya agar bisa bertahan lebih lama berdiri disana meskipun tenaganya hampir habis.

“Tenang saja Dante! Serahkan semuanya pada kami. Kami akan melaksanakan perintahmu dengan baik dan tidak akan mengecewakanmu.” ucap Nick.

“Diskusi untuk malam ini cukup sampai disini.” ucap Dante Sebastian sambil melirik jam tangannya.

“Ok. Kalau begitu kita sudah bisa bersenang-senang sekarang! Barack, buka botol yanga da didepanmu itu!”

“Apa? Kenapa harus aku yang membukanya?” lalu Barack melirik kearah Bella. “Hei kenapa kau hanya berdiri saja disana? Tuangkan minuman kami, apa kau lupa tugasmu apa, ha?” tanya Barack yang membuat Bella terkejut.

“Oh...maaf Tuan saya pikir tadi kalian masih sibuk dan tidak ingin diganggu.” Bella melangkah kearah meja.

“Ambilkan es lagi! Es nya tidak cukup lagi!” ujar Nick.

“Baik, Tuan.” jawab Bella. Kenapa harus aku yang membukakan botol minuman? Kenapa tidak ada pelayan lain sih disini? Sudah sekian lama aku tidak melakukan pekerjaan ini, biasanya aku yang dilayani! Dasar brengsek! Gumam Bella menggerutu dalam hati.

Melayani tamu dan menghidangkan minuman diruangan VIP adalah pekerjaan terendah di klub dan sejak lama Bella tidak pernah lagi melakukan pekerjaan itu. Namun dia masih tersenyum dan tidak menunjukkan kekesalannya pada ke lima tamu itu.

“Apa ada kata-kataku yang tidak jelas?” tanya Dante pada temannya saat Bella sedang memegang botol minuman dan hendak membukanya.

Mata tajam Dante Sebastian menatap Bella membuat gadis itu takut dan tak fokus pada botol ditangannya karena dia tidak mengerti apa yang diinginkan oleh Dante.

“Apakah kau ingin kami pergi dari sini? Tanya Eddie.

“Jadi kalimat itu bukan ditujukan padaku, bukan?” tanya Bella dengan suara bergetar.

“Kurasa kau benar Eddie!” ujar Hans. “Sebaiknya kita pergi saja.” Pria itu berdiri lalu matanya tertuju pada Bella. “Mungkin Dante ingin berdua saja dengan wanita ini! Selamat berpesta Dante! Nikmati malammu!”

Keempat pria itupun melangkah pergi bersamaan dengan rasa tak puas karena belum mencicipi Bella. Tapi mereka melemparkan senyum  pada Dante sebelum mereka meninggalkan ruangan itu.

Nick menoleh sebelum menutup pintu, “Begitu dong sekali-kali bersenang-senang dan menikmati malam panas bersama wanitamu! Enjoy bro!” ujarnya melambaikan tangan.

Lalu Nick mendekati Barack. “Bro! Karena kau satu-satunya pria lokal diantara kami, kau harus membawa kami ketempat terbaik dan tunjukkan keindahan negara ini!” ujar Nick sambil meletakkan tangannya dibahu Barack.

“Alaaaa….paling juga yang kau maksud kehangatan diantara dua kaki wanita, iyakan? Dari sekian banyak wanita yang tadi dibawa masuk, kenapa kau tidak memilih salah satunya?” ucap Barack malas meladeni.

Hans yang berjalan paling belakang mempercepat langkahnya. “Eddie tunggu aku! Aku juga mau menikmati malam ini bersenang-senang!” ujarnya sambil mensejajarkan langkahnya dengan Eddie.

“Aku belum bersenang-senang malam ini, bagaimana kalau kita meminta Julian membawa ketiga puluh wanita tadi? Apa kalian setuju?” tanya Hans.

“Ide bagus! Kita bisa minum sepuasnya dan turun ke dance floor! Pokoknya malam ini kita harus bersenang-senang sepuasnya. Besok kau harus membawa kami ketempat lain juga ya.” ujar Nick pada Barack.

“Kita lihat saja besok kalau kalian tidak mabok dan tepar sampai besok!” balas Barack.

“Ayolah bro! Kau tahu kebiasaan kita seperti apa! Kita bisa bersenang-senang setiap malam, carikan wnaita-wanita cantik dan terbaik di kota ini!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status