“Jangan sampai ada kesalahan! Aku tidak mau ada jejak yang meninggalkan dampak buruk pada kita. Apa kalian paham?” Mereka semua menggangguk patuh seakan Dante adalah seorang pemimpin rapat dan semuanya harus patuh pada perintahnya.
“Lantas bagaimana dengan negara ini? Apa kau ingin menjadikannya sebagai base camp untuk Asia tenggara?” tanya Eddie. Terlihat Dante mengganggukkan kepala.
“Negara ini adalah pilihan yang tepat. Hukum dinegara ini tak sulit untuk dibeli. Pejabatnya sudah biasa menerima suap dan yang paling penting adalah negara ini memiliki jumlah penduduk terbesar di Asia Tenggara dan berada diurutan ke empat didunia..”
Dante diam sejenak lalu melanjutkan ucapannya, “Pangsa pasar kita besar dan salah satu surga dunia ada dinegara ini. Bali dan Lombok akan menjadi target utama kita. Banyak milyarder dan mafia yang bersembunyi disana. Apa kalian sudah paham misiku?” tanya Dante memandangi satu persatu teman-temannya.
“Bagaimana dengan Sumatera?” tanya Hans.
“Sumatera akan menjadi pintu gerbang kita untuk negara-negara tetangga. Masih banyak hutan-hutan yang bisa kita pakai sebagai lokasi persembunyian barang.
“Wow, hebat sekali! Ternyata kau sudah berpikir sejauh itu! Pantas saja kau sudah membeli lahan dan properti disana sejak dua tahun lalu!” ucap Barack sambil terkekeh.
“Akan memudahkan kita memasuki pasar Australia dan Selandia Baru jika menjadikan negara ini sebagai base camp.” ujar Dante yang disambut oleh teman-temannya dengan menyuguhkan ide-ide cemerlang lainnya untuk membantu Dante segera mewujudkan misinya.
Bella yang berdiri disana benar-benar heran karena diacuhkan seakan keberadaanya tak dianggap sama sekali. Kakinya mulai kebas karena berdiri terlalu dengan high heel.
Pfff…..kurang ajar sekali mereka membiarkanku berdiri berjam-jam disini. Apa mereka mengganggap aku ini patung? Mereka tak ada yang menyapaku, tidak ada satupun yang memperlakukanku istimewa.
Aku hanya dibiarkan berdiri disini seperti makhluk tak bernyawa. Bella menggerutu dalam hatinya. Melihat kelima pria yang sedang membicarakan urusan bisnis mereka dengan bahasa yang ada dia mengerti dan ada juga tidak dipahami oleh Bella karena mereka berbicara dengan bahasa campuran Inggris, Italia dan Spanyol. Sebenarnya tidak masalah baginya apa yang sedang mereka bicarakan.
Hanya saja kakinya lelah sudah berdiri lama dan terasa kram. Kakinya mulai bergetar menyangga tubuhnya. Penderitaannya bukan hanya mengenakan high heels tapi juga AC yang dingin membuat tubuhnya menggigil. Tubuhnya hanya ditutupi kain tipis bahkan boleh dibilang polos. Ini benar-benar melelahkan dibandingkan dengan melayani seorang maniak! Gumamnya.
Bella membayangkan salah satu pelanggannya yang paling buruk yang pernah menyiksanya berjam-jam hanya untuk memuaskan hasratnya.
“Baiklah, semuanya sudah jelas. Aku tidak mau ada kesalahan untuk terlaksananya rencana kita ini. Pastikan pasokan senjata aman untuk kawasan A!” Dante terlihat melingkari sebuah lembaran peta dengan spidol.
“Sebentar lagi memasuki tahun baru, jadi aku ingin kalian memastikan anak buahku aman dan tidak terjebak dalam tawuran antar geng atau bentrokan dengan pihak lain yang akan menyita perhatian pihak berwajib. Amankan semua jalur dan pastikan pendistribusian lancar saat malam tahun baru. Jangan lupa perhatikan pelanggan baru kita dan pelanggan kita dinegara-negara sekitar.”
Hampir saja Bella jatuh karena sudah tak tahan lagi kalau saja dia tidak mendengar suara keras Dante yang bicara sambil mencondongkan tubuhnya ke meja. Bella berusaha menegakkan tubuhnya dan menguatkan kakinya agar bisa bertahan lebih lama berdiri disana meskipun tenaganya hampir habis.
“Tenang saja Dante! Serahkan semuanya pada kami. Kami akan melaksanakan perintahmu dengan baik dan tidak akan mengecewakanmu.” ucap Nick.
“Diskusi untuk malam ini cukup sampai disini.” ucap Dante Sebastian sambil melirik jam tangannya.
“Ok. Kalau begitu kita sudah bisa bersenang-senang sekarang! Barack, buka botol yanga da didepanmu itu!”
“Apa? Kenapa harus aku yang membukanya?” lalu Barack melirik kearah Bella. “Hei kenapa kau hanya berdiri saja disana? Tuangkan minuman kami, apa kau lupa tugasmu apa, ha?” tanya Barack yang membuat Bella terkejut.
“Oh...maaf Tuan saya pikir tadi kalian masih sibuk dan tidak ingin diganggu.” Bella melangkah kearah meja.
“Ambilkan es lagi! Es nya tidak cukup lagi!” ujar Nick.
“Baik, Tuan.” jawab Bella. Kenapa harus aku yang membukakan botol minuman? Kenapa tidak ada pelayan lain sih disini? Sudah sekian lama aku tidak melakukan pekerjaan ini, biasanya aku yang dilayani! Dasar brengsek! Gumam Bella menggerutu dalam hati.
Melayani tamu dan menghidangkan minuman diruangan VIP adalah pekerjaan terendah di klub dan sejak lama Bella tidak pernah lagi melakukan pekerjaan itu. Namun dia masih tersenyum dan tidak menunjukkan kekesalannya pada ke lima tamu itu.
“Apa ada kata-kataku yang tidak jelas?” tanya Dante pada temannya saat Bella sedang memegang botol minuman dan hendak membukanya.
Mata tajam Dante Sebastian menatap Bella membuat gadis itu takut dan tak fokus pada botol ditangannya karena dia tidak mengerti apa yang diinginkan oleh Dante.
“Apakah kau ingin kami pergi dari sini? Tanya Eddie.
“Jadi kalimat itu bukan ditujukan padaku, bukan?” tanya Bella dengan suara bergetar.
“Kurasa kau benar Eddie!” ujar Hans. “Sebaiknya kita pergi saja.” Pria itu berdiri lalu matanya tertuju pada Bella. “Mungkin Dante ingin berdua saja dengan wanita ini! Selamat berpesta Dante! Nikmati malammu!”
Keempat pria itupun melangkah pergi bersamaan dengan rasa tak puas karena belum mencicipi Bella. Tapi mereka melemparkan senyum pada Dante sebelum mereka meninggalkan ruangan itu.
Nick menoleh sebelum menutup pintu, “Begitu dong sekali-kali bersenang-senang dan menikmati malam panas bersama wanitamu! Enjoy bro!” ujarnya melambaikan tangan.
Lalu Nick mendekati Barack. “Bro! Karena kau satu-satunya pria lokal diantara kami, kau harus membawa kami ketempat terbaik dan tunjukkan keindahan negara ini!” ujar Nick sambil meletakkan tangannya dibahu Barack.
“Alaaaa….paling juga yang kau maksud kehangatan diantara dua kaki wanita, iyakan? Dari sekian banyak wanita yang tadi dibawa masuk, kenapa kau tidak memilih salah satunya?” ucap Barack malas meladeni.
Hans yang berjalan paling belakang mempercepat langkahnya. “Eddie tunggu aku! Aku juga mau menikmati malam ini bersenang-senang!” ujarnya sambil mensejajarkan langkahnya dengan Eddie.
“Aku belum bersenang-senang malam ini, bagaimana kalau kita meminta Julian membawa ketiga puluh wanita tadi? Apa kalian setuju?” tanya Hans.
“Ide bagus! Kita bisa minum sepuasnya dan turun ke dance floor! Pokoknya malam ini kita harus bersenang-senang sepuasnya. Besok kau harus membawa kami ketempat lain juga ya.” ujar Nick pada Barack.
“Kita lihat saja besok kalau kalian tidak mabok dan tepar sampai besok!” balas Barack.
“Ayolah bro! Kau tahu kebiasaan kita seperti apa! Kita bisa bersenang-senang setiap malam, carikan wnaita-wanita cantik dan terbaik di kota ini!”
Sementara itu didalam ruang eksekutif hanya ada Bella dan Dante Sebastian. Bella membuka botol minuman dan menuangkannya ke gelas dante. Sejujurnya hati Bella merasa lega karena dia tidakharus melayani lima pria sekaligus malam ini. ‘Puffff syukurlah hanya satu orang saja! Memang sih mereka semua tampan tapi aku bisa pingsan kalau harus melayani kelima pria itu.Duh….aku takkan pernah melayani lima pria sekaligus kapanpun, meski dibayar mahal sekalipun! Lagipula pria didepanku ini sangat tampan, hmmmm…...sejauh ini dia pria tertampan dari semua pria yang pernah kulayani.’Tapi kenapa sorot matanya sangat mengerikan? Bella berdecak didalam hatinya dan ada perasaan senang karena akan melayani satu pria saja dan pria itu sangat super tampan dengan tubuh yang kekar berotot. Pikiran Bella melayang kemana-mana memikirkan betapa kuatnya pria itu.“Siapa yang menyuruhmu menuangkan minuman untukku?” suara Dante terdengar sarkas membuat hati Bella berdenyut dan refleks menatap pria dihadapannya
Bella mengeryitkan keningnya, ‘Kenapa dia malah meragukanku? Padahal aku belum melakukan apapun. Benar-benar aneh pria ini! Gumam Bella yang galau mengingat hutangnya akan bertambah sepuluh persen jika tamu ini merasa tak puas. Suasananya hatinya semakin buruk dan dia menyesali keputusan yang sudah diambilnya.“Apa kau tahu sudah berapa kali dia dipakai, hu?” kalimat itu bgeitu menusuk hati Bella dan dia merasa sangat direndahkan. Hatinya sangat sakit mendengar penghinaan pria itu.“Tapi tidak ada yang kecewa dengan pelayanannya, Tuan dante! Karena itulah saya berani mengirimkannya pada anda karena sebelumnya anda sudah menolak yang lainnya. Bella juga punya standard tinggi yang harus dipatuhi para tamu selama ini. Dia tidak menerima tamu sembarangan, selama ini semua tamunya adalah pria-pria terhormat dari kalangan atas.”“Pandai sekali kau bicara! Kau pikir aku peduli siapa tamu yang dilayaninya?” ucapan Julian tadi membuat Dante semakin marah. “Aku tidak puas! Kau paham apa artinya
“Tapi kau tidak punya pilihan! Aku mau kau membayar hutangmu sekarang!”“Aa….tapi saya tidak punya uang sebanyak itu sekarang, Tuan. Aku mohon berilah aku waktu dan kemudahan. Apapun akan kulakukan asalkan jangan menutupklub ini dan tidak memintaku membayar seluruh hutangku sekarang.”“Huh! Ckckck….jadi menurutmu wanita ini yang terbaik disini?” Dante melirik kearah Bella membuat Julian juga mengalihkan pandangannya kearah Bella.“Iya benar sekali Tuan! Itulah alasannya kenapa saya berani menyuruhnya untuk melayani Tuan!”“Berapa yang bisa dihasilkannya setiap malam?” tanya Dante memegang dagunya.“Eh itu…..sebesar tiga puluh lima persen dari penghasilan di klub ini dihasilkan olehnya.” jawab Julian yang tak berani untuk berbohong. Bella memang mesin penghasil uang untuk klub itu.Dante tersenyum sinis, ekspresi tidak suka jelas tergambar diwajahnya. “Aku ingin mendapatkan bayaranku sekarang!” kali ini Dante bicara dengan nada tinggi dan tatapan sinis tetapi matanya tetap fokus pada B
Dia berjalan mengikuti Dante yang berjalan didepan. ‘Puffff untung saja dia menggunakan lift khusus milik Tuan Julian! Kalau tidak, para pekerja akan melihatku dalam keadaan seperti ini. Bisik hati Bella berjalan menundukkan kepala lalu masuk kedalam lift dan berdiri dibelakang Dante.Tak lama mereka tiba dilantai dasar dan Bella berjalan mengikuti Dante. Pria itu berjalan cepat dengan langkah kaki yang panjang sehingga Bella pun terpaksa mempercepat langkahnya. “Tuan!” panggil Bella namun pria itu mengacuhkan.“Ikuti saja aku jika kau tak ingin masalahmu bertambah! Tutup mulut! Aku tidak suka kau banyak bicara!”'Sarah! Aku harus memperingatkan adikku! Bisik Bella sambil terus berjalan mengikuti Dante, dia berjalan menundukkan kepala sehingga rambut panjangnya terurai menutupi wajahnya.‘Aku hanya seorang perempuan hina, hanya pemuas nafsu lelaki! Tapi pria ini kurang ajar sekali tak memberiku sedikitpun kesempatan untuk melindungi tubuhku!’ gumam Bella yang berjalan dibelakang Dante
Sudah beberapa tahun dia tidak pernah lagi menyebut nama Tuhan, hatinya membeku dengan penderitaan serta kekecewaan yang terus dideritanya. Dia sudah tidak tahu apa yang harus dipercaya dan apa yang diinginkannya dalam hidup.Tapi saat ini dia sedang berada dalam titik terendah dalam hidupnya. Dia mengkhawatirkan adiknya, dia tak ingin hidup adiknya berakhir seperti dia. Tak terasa air matanya menetes, sesak didada yang dia rasakan seolah ingin meledak. ‘Ibu…..kuatkan aku ibu. Aku merindukan ibu!’Aku harus kuat tidak peduli apapun yang terjadi padaku, aku harus tegar dan bertahan yang penting adikku aman dan tidak terjadi hal buruk padanya, itu saja sudah cukup! Ucap Bella berusaha menenangkan hatinya. Tiba-tiba dia tersadar jika mobil sudah berhenti. Pintu bagasi terbuka lebar.“Keluar!”Suara bariton diiringi kap bagasi terangkat keatas sehingga pancaran sianr dari lampu menerangi membuat tangan Bella bergerak cepat mematikan lampu ponselnya lalu memasukkan kedalam tas.“Terimakasi
“Maaf aku sudah membuatmu menungguku. Apa kau bisa tidur nyenyak tadi malam sayang?” tanya Dante sambil memeluk pinggang istrinya.“Hmmm…..aku tidak pernah bisa tidur nyenyak tanpamu disisiku, sayang.” ujarnya bermanja-manja dipelukan Dante.“Kau tahu kan bagaimana kelakuan keempat temanku kalau sudah bertemu?”“Iya sayang!” Tatiana tersenyum sambil tangannya memainkan kancing kemeja Dante. “Apakah teman-temanmu mencoba meracunimu dengan minuman dan wanita-wanita itu?”“Tidak ada! Aku mengusir semuanya. Kami hanya membahas hal penting tadi malam. Aku hanya mengijinkan mereka mendatangkan satu wanita terbaik sebagai pelepas penat mata mereka. Hal yang kami bahas tadi malam sangat berat dan setelah selesai, mereka berempat saling memperebutkan wanita itu.”Dante menjelaskan kegiatannya dengan terperinci pada istrinya, dia juga tahu keinginan istrinya. Tangannya masuk kedalam bathrobe yang dikenakan Tatiana dan tangannya menjelajahi area sensitif milik istrinya.“Ahhh…...tahan dulu sayan
“Kau baru bangun sekarang? Apa kau tahu sudah jam berapa ini?” tanya Dante lagi.“Maafkan saya Tuan Dante Sebastian, anda benar saya memang baru bangun. Maaf telah mengecewakan anda. Apa yang harus kulakukan untuk menebus kesalahanku?” tanya Bella tanpa basa-basi. Dia mendekatkan diri pada Dante yang berdiri sambil bersidekap dihadapannya.Bella bersimpuh diujung tempat tidur tepat dihadapan Dante“Kau tahu jam berapa ini?” tanya Dante seraya kedua tangannya menyentuh si kembar yang kemarin malam masih tertutup lambang X.“Tidak tahu, Tuan.” jawab Bella menggelengkan kepala. Matanya melirik kearah nakas lalu mengambil ponselnya. Ha? Ponselku mati lagi? Sementara dikamar itu tidak ada jam dinding.“Lihat jam tanganku!” Dante tahu jika ponsel gadis itu padam. Tangannya masih memainkan puncak kembar dan Bella berusaha menahan rasa geli lalu melirik kearah jam tangan pria itu. Jam terbang Bella sudah tinggi, sentuhan kecil saja tidak akan membuatnya kelimpungan.Tangan Dante masih bermain
Keterlaluan bener sih jadi orang! Dia bahkan tidak menyediakan bathrobe disini. Tak henti-hentinya dia mengomel lalu membuka pintu kamar dan turun ke lantai dasar. “Permisi Tuan.”“Makananku sudah siap?” tanya Dante yang mengalihkan pandangan dari laptop pada Bella.“Aku baru akan menyiapkannya, Tuan. Tapi aku mau jujur pada Tuan kalau aku tidak bisa memasak.”“Aku hanya mau makan, tidak penting kau bisa masak atau tidak.”‘Dasar! Kalau begitu, silahkan saja terima apa yang akan aku buatkan untukmu tuan arogan! Awas saja kalau nanti kau protes ya, gerutu Bella dalam hatinya. Gadis itupun membalikkan badan berjalan menuju dapur karena tak mendapat respon apapun lagi dari Dante yang lebih fokus pada laptopnya.‘Tidak ada pria yang pernah memperlakukanku seperti ini sebelumnya, cuek banget sih jadi orang.’ Bella mengomel pelan sambil membuka kulkas. Hanya ada telur, sosis dan kentang beku. Hmmm….aku buat telur mata sapi saja kalau buat telur dadar tidak ada bahannya.Aku juga bisa goreng