“Maaf aku sudah membuatmu menungguku. Apa kau bisa tidur nyenyak tadi malam sayang?” tanya Dante sambil memeluk pinggang istrinya.“Hmmm…..aku tidak pernah bisa tidur nyenyak tanpamu disisiku, sayang.” ujarnya bermanja-manja dipelukan Dante.“Kau tahu kan bagaimana kelakuan keempat temanku kalau sudah bertemu?”“Iya sayang!” Tatiana tersenyum sambil tangannya memainkan kancing kemeja Dante. “Apakah teman-temanmu mencoba meracunimu dengan minuman dan wanita-wanita itu?”“Tidak ada! Aku mengusir semuanya. Kami hanya membahas hal penting tadi malam. Aku hanya mengijinkan mereka mendatangkan satu wanita terbaik sebagai pelepas penat mata mereka. Hal yang kami bahas tadi malam sangat berat dan setelah selesai, mereka berempat saling memperebutkan wanita itu.”Dante menjelaskan kegiatannya dengan terperinci pada istrinya, dia juga tahu keinginan istrinya. Tangannya masuk kedalam bathrobe yang dikenakan Tatiana dan tangannya menjelajahi area sensitif milik istrinya.“Ahhh…...tahan dulu sayan
“Kau baru bangun sekarang? Apa kau tahu sudah jam berapa ini?” tanya Dante lagi.“Maafkan saya Tuan Dante Sebastian, anda benar saya memang baru bangun. Maaf telah mengecewakan anda. Apa yang harus kulakukan untuk menebus kesalahanku?” tanya Bella tanpa basa-basi. Dia mendekatkan diri pada Dante yang berdiri sambil bersidekap dihadapannya.Bella bersimpuh diujung tempat tidur tepat dihadapan Dante“Kau tahu jam berapa ini?” tanya Dante seraya kedua tangannya menyentuh si kembar yang kemarin malam masih tertutup lambang X.“Tidak tahu, Tuan.” jawab Bella menggelengkan kepala. Matanya melirik kearah nakas lalu mengambil ponselnya. Ha? Ponselku mati lagi? Sementara dikamar itu tidak ada jam dinding.“Lihat jam tanganku!” Dante tahu jika ponsel gadis itu padam. Tangannya masih memainkan puncak kembar dan Bella berusaha menahan rasa geli lalu melirik kearah jam tangan pria itu. Jam terbang Bella sudah tinggi, sentuhan kecil saja tidak akan membuatnya kelimpungan.Tangan Dante masih bermain
Keterlaluan bener sih jadi orang! Dia bahkan tidak menyediakan bathrobe disini. Tak henti-hentinya dia mengomel lalu membuka pintu kamar dan turun ke lantai dasar. “Permisi Tuan.”“Makananku sudah siap?” tanya Dante yang mengalihkan pandangan dari laptop pada Bella.“Aku baru akan menyiapkannya, Tuan. Tapi aku mau jujur pada Tuan kalau aku tidak bisa memasak.”“Aku hanya mau makan, tidak penting kau bisa masak atau tidak.”‘Dasar! Kalau begitu, silahkan saja terima apa yang akan aku buatkan untukmu tuan arogan! Awas saja kalau nanti kau protes ya, gerutu Bella dalam hatinya. Gadis itupun membalikkan badan berjalan menuju dapur karena tak mendapat respon apapun lagi dari Dante yang lebih fokus pada laptopnya.‘Tidak ada pria yang pernah memperlakukanku seperti ini sebelumnya, cuek banget sih jadi orang.’ Bella mengomel pelan sambil membuka kulkas. Hanya ada telur, sosis dan kentang beku. Hmmm….aku buat telur mata sapi saja kalau buat telur dadar tidak ada bahannya.Aku juga bisa goreng
‘Dasar! Apa sih sebenarnya yang ada dalam pikirannya? Sulit banget menembus pikirannya, kenapa aku tak bisa menerka jalan pikiran pria ini sih? Apa sih maunya dia? Kenapa dia mengambil sosis? Oh...tidak…...brengsek! Kenapa dia malah menempelkannya disana? Sssshhh…...” desah Bella keheranan menatap Dante yang mengangkat sosis goreng dari piring lalu menggerakkannya memutar diujung kedua kembarnya.Sosis goreng itu sudah dibelah empat oleh Bella tapi tak terputus sehingga bentuknya seperti kelopak bunga. “Buka mulutmua!” tak peduli dengan pertanyaan Bella sebelumnya, justru ucapan yang keluar dari bibir pria itu.Terkejut dengan ulah pria itu, Bella kembali mengumpat dalam hati. ‘Maksudnya apaan sih ini? Dia dipaksa memakan sosis yang sudah memutar-mutar tadi.“Enak?” tanya Dante.“Ehm...enak maksud anda apa ya Tuan?” tanya Bella pura-pura bodoh. Haduh….apalagi sih ini, menyesal banget aku membuat sosis goreng! Pfffff Sialain! Gumamnya penuh kekesalan karena Dante mengambil sosis dengan
“Yeah….setidaknya aku tidak merasa bosan. Aku bisa nonton film dan ponselku juga bisa di cas.” ucapnya melangkahkankaki menuju kamar. Meskipun dia kesal tapi dia sedikit terhibur dengan barang yang ditinggalkan Dante.Dia duduk di ranjang dan mulai membuka laptop, melakukan apa yang ingin dia lakukan. “Ah…..aku bisa mengisi waktuku juga menelusuri internet. Barangkali ada hal menarik yang bisa kupelajari. Siapa tahu kelak aku bisa hidup bebas dan punya kerjaan normal.”“Jarang-jarang aku bisa bersantai seperti ini dan nonton film sampai pagi buta! Ini mengingatkanku kembali pada jaman sekolah dulu, akhir pekan aku habiskan waktu nonton drama.Aduh senangnya!” ujar Bella kegirangan, dia bahkan tak terpikir untuk mengenakan pakaian. Sepanjang malam dia tak mengenakan apapun. Kini dia berguling-guling diselimut hingga tubuhnya terbungkus seperti kepompong.“Biasanya aku terbangun di malam hari untuk melayani orang, sekarang aku jadi sulit tidur malam hari.” seraya menghela napas. Hingga m
“Tunggu sebentar. Aku akan mengambilkan air minum lagi untukmu. Jangan turun dari ranjang.”Dante bergegas kedapur mengambil air minum lagi dan berlari cepat kembali ke kamar dengan segelas air ditangannya.“Hei apa yang kau lakukan?” Dante segera menaruh gelas diatas nakas dan berlari menghampiri Bella. Mengangkat tubuhnya keatas ranjang dan melepaskan pecahan beling dari tangannya.“Lepaskan aku! Lepas!” teriaknya berontak.“Katakan padaku apa yang ingin kau lakukan? Kau mau bunuh diri, ha?”“Aku takut. Aku takut sekali!” tubuh Bella semakin bergetar sambil menggelengkan kepalanya. “Aku takut gelap! Aku mau cahaya! Aku tidak bisa melihat apapun! Dia….dia menyentuhku! Dia merenggutnya dariku! Aku takut!” ucap Bella terbata-bata dan menunjukkan kengerian akan trauma yang dialaminya.“Gelap?” Dante mengulangi kalimat Bella dengan rasa kurang nyaman dihatinya. “Jelaskan perlahan. Aku tidak mengerti apa maksudmu.” pinta Dante lagi.“Mereka menutup mataku,mereka mengikat tangan dan kakiku
“Sshhhh! Kau membuatku tak sabar.” Dante kembali mendekat dan tangannya hampir menyentuh dua kembar milik Bella. Namun ponselnya berbunyi sehingga dia menghentikan apa yang hendak dilakukannya. ‘Ah….syukurlah! Hampir saja aku kelepasan atau aku akan menyesal seumur hidup.’Dante langsung mengambil ponselnya, dia tak ingin membuat keributan yang akan mengusik tidur Bella. Dai pun berjalan keluar dari kamar.“Halo sayang. Ada apa kau meneleponku?”“Apa kau sedang bersama teman-temanmu?” tanya Tatiana yang menelepon.“Tidak sayang. Aku sedang menunggu seseorang, pemilik club di jakarta. Aku masih ada urusan dengannya.”“Ok.Baiklah kalau begitu selesaikan urusanmu dulu ya sayang. Maaf aku sudah mengganggumu.”“Tidak apa-apa, sayang. Kau tidak pernah menggangguku. Kaatkan apdaku ada apa kau meneleponku?”“Ah bukan hal penting. Sudahlah.”“Maafkan aku meninggalkanmu malam ini.”“Tenanglah, tidak masalah. Aku hanya khawatir padamu, biasanya kau tidak keluar lagi dimalam hari tapi kau keluar
Namun dia tidak berani untuk menanyakan lebih jauh soal Bella. Dia hanya menatap sahabtanya yang menghajar Julian hingga babak belur.“Nick! Bawa orang ini pergi!”“Oh...sudah selesai ya?” tanya Nick. Tapi lirikan tajam mata sahabatnya membuat Nick takut. “Hei jangan kau pandangi aku seperti itu. Baiklah aku bawa dia pergi.”“Aku belum selesai dengannya. Berikan hukuman yang berat padanya. Dia harus menerima konsekuensi atas perbuatannya pada Bella!” teriak Dante penuh amarah, matanya menatap Julian dengan tajam membuat Nick segera menarik Julian kedalam lift dan pergi.Arrrgggggg!Bug!!!!!!!Dante sudah tidak bisa menahan emosinya lagi. Dia mengepalkan tangannya lalu memukul dinding. Melepaskan emosi yang sudah tertahan sejak tadi. Dante berteriak marah, “Apa yang kau lakukan? Aku sudah memberikanmu uang banyak tapi apa yang sudah kau lakukan? Bajingan! Kau menjual putrimu lagi? Aku memberikan kebebasan padanya tapi apa yang kau perbuat bajingan!Bug!!!! Tanganya kembali memukuli din