‘Dia sempurna seperti keinginanku, tidak ada cacat sama sekali tapi memang ada satu yang mengganjal. Kenapa dia punya tahi lalat disana? Belinda Alexandra Amani, kau cantik secantik namamu dan juga unik! Membuat Dante semakin menyukai gadis itu.“Aaahhhhh…...aku mohon hentikan!”Teriakan demi teriakan Bella tidak lagi didengar oleh Dante yang tak peduli, semakin gadis itu berteriak semakin menambah keinginan untuk merenggut sesuatu yang berharga dari gadis yang ditawannya.“Uuuuggghhhhh…..” rintihan tangis pelan keluar dari bibir Bella. "Tolong lepaskan aku. Jangan sakiti aku Tuan."‘Ternyata kau benar-benar sesuai,' Ucap Dante dalam hati sambil menyunggingkan senyum tapi membuatnya semakin bersemangat untuk membuat gadis itu kembali berteriak.“Aku mohon hentikan. Aku belum pernah melakukan ini sebelumnya, aku selalu menjaga diriku. Aku mohon jangan lakukan itu!”Dante menyeringai buas, ‘Kau memang belum pernah melakukannya tapi kau akan melakukannya denganku untuk pertama kalinya. A
Tatapan pria itu semakin tajam, menunggu penjelasan dari Bella. Dia ingin mengetahui semuanya, apa yang terjadi pada gadis itu. Setelah empat tahun lamanya, kini gadis itu jauh berbeda dari saat pertama kali bertemu.Tangan Dante terjulur kearah Bella tapi dia langsung menghentikannya. Bella hanya diam tak menolak dan pasrah jika pria itu melakukan apapun, dia membiarkan Dante melakukan apapun yang dia mau.“JAWAB!” ujar Dante marah.“I---iya Tuan.” Bella mengganguk dan merasa cemas. “Aku meminumnya hampir setiap jam saat mau tidur dan saat aku bangun aku juga meminum obatnya..Aku tidak bisa hidup tanpa itu, Tuan.” Dia mengungkapkan semuanya tanpa ada sedikitpun yang ditutupi.Dante tidak melihat kebohongan dimata gadis itu, hanya ketakutan dan kebingungan yang terpancar dari mata indah berwarna hijau itu.“Apa ada tambahan lain yang kau minum selain sepuluh butir itu?” Dante masih belum berhenti, dia ingin mendengar penjelasan lebih detail dari Bella. Hatinya panas penuh amarah. Kedu
Dante hanya diam tak menjawab, dia melirik Bella sekejap dan kembali berjalan lurus ke pintu meninggalkan Bella seorang diri didalam kamar. “Kenapa sih pria itu dingin sekali?” decaknya jengkel. “Aduh….ada apa denganku? Kenapa badanku menggigil begini?” tanya Bella bahkan saat kakinya turun menginjak lantai, seluruh tubuhnya bergetar dan lemas. Bahkan kedua tangannya ikut bergetar hebat.“Ayo Bella, kau harus kuat! Kau bisa melakukannya, jangan menyerah atau kau akan bernasib lebih buruk dari sekarang.” Bella berusaha sekuat tenaga memaksakan diri berjalan ke kamar mandi.Setelah selesai mandi dia pun kembali ke ruang ganti dan memakai apapun yang bisa dipakainya. Toh tidak ada satupun pakaian di wardrobe itu pantas dikatakan sebagai pakaian layak. ‘Huh….string romper lagi….ahhhhh pakaian bawahnya juga begini! Aku seperti kerja siang malam saja. Wah….aku suka model yang ini bagus!” Bella memilih pakaian dan segera turun ke bawah menemui Dante.“Tadi malam aku pasti membuat kesalahan
“Apa?”Hanya dengan satu kata itu saja sudah membuat wajah Bella tersenyum bahagia. ‘Ah….syukurlah dia bertanya. Itu artinya dia bersedia kalau aku menitip sesuatu, iyakan.’ ujar hatinya bahagia.“Tunggu sebentar Tuan aku harus mengambil sesuatu dulu dikamar atas. Tunggu ya.” ujar Bella bersemangat lalu pergi ke kamarnya. ‘Baiklah aku sudah mengerti sekarang, kalau kau diam begini artinya kau memberikanku kesempatan untuk melakukan apa yang kuinginkan, bukankah begitu? Atau kau tidak suka dengan apa yang kulakukan? Cuma dalam kasus ini, aku yakin pilihannya yang ertama,’ bisik hatinya yang sudah mulai mengerti bagaimana caranya berkomunikasi dengan Dante Sebastian.Saking gembiranya, saat dia kembali kelantai dasar sambil berjalan menundukkan kepala hanya agar pria itu tidak melihatnya tersenyum, tapi---Bukkkk….“Aduh.” suara ringisan Bella yang terdengar oleh Dante. Karena dia tidak ingin pria itu menunggu terlalu lama sehingga dia berlari menuruni tangga. Niat hati agar cepat malah
“Apa aku salah bicara tadi ya? Aduh….gawat….gawat kalau dia tidak mau menolongku bagaimana nanti nasib adikku menjalani hidupnya tanpa uang sepeserpun? Siapa lagi yang bisa menolongku memberikan uang ini pada Sarah? Uang simpanan yang ada dirumah tidak akan cukup untuk memenuhi semua kebutuhan Sarah sampai lulus sekolah.” kata Bella cemas.“Menyingkir dari hadapanku!” ucap Dante saat pintu lift terbuka.“Aku mohon Tuan! Tolong aku sekali ini saja. Adikku sangat membutuhkan ini, dia tidak akan bisa sekolah dan membiayai dirinya karena selama ini aku yang membiayai semuanya. Aku mohon.” Bella panik dan kebingungan.“Sekali kau menggangguku dengan urusan adikmu itu maka jangan salahkan aku jika aku akan mengambil adikmu dan melakukan hal yang jauh lebih buruk dari yang dilakukan Julian padamu. Mengerti?”Bella bergidik ngeri mendengar ucapan Dante. ‘Aku pikir dia baik tapi ternyata dia juga jahat sama seperti mereka semua yang jahat padaku selama ini.’ gumamnya sambil menyingkir dari had
Seorang gadis berusia tujuh belas tahun mengenakan seragam putih abu-abu baru saja memasuki rumahnya, tampak seorang pria berusia empat puluhan sedang duduk di ruang tamu menunggunya.“Nak, akhirnya kau pulang juga. Kami sudah menunggumu sejak tadi.”“Hah? Ayah, ada apa hari tumben kamu menungguku?” Belinda yang baru saja pulang sekolah dan baru menginjakkan kaki didalam rumah melihat ayahnya dan beberapa orang disekitar ayahnya. Dia mengeryitkan dahinya memandang heran. “Ayah? Siapa orang-orang ini?” tanya Belinda dengan curiga.“Ehem…..Belinda. Kau harus menuruti ayah, saat ini ayah benar-benar membutuhkan bantuanmu. Pergilah dengan mereka dan turuti semua perintah mereka.”“Apa? Tapi kenapa ayah?” Belinda sangat terkejut sampai matanya membelalak tak percaya. “Apa maksud semua ini ayah? Siapa mereka dan kenapa aku harus ikut dengan mereka? Apa ayah ada masalah dengan orang-orang ini?”“Sudahlah Belinda! Jangan banyak tanya dan turuti saja apa yang ayah perintahkan!”“Kami akan memb
“Apa maksudmu?”“Anda hanya akan bisa bebas jika anda menurut!” pelayan itu berkata tegas pada Belinda. “Saya rasa itu bukan hal yang buruk bagi anda.”Apa maksudnya bicara begitu? Kebebasan jika menurut dan melakukan tugas? Apa yang mereka inginkan dariku? Siapa orang-orang ini? Tugas apa yang aku harus kerjakan? Belinda merasa cemas dan takut, pikirannya sudah buntu dan mumet.“Bisakah kau menjelaskan padaku? Maksudmu apa?” tanya Belinda lagi.“Anda akan tahu nanti. Yang penting anda jangan membuat kekacauan seperti tadi. Sekarang anda hanya perlu untuk menyiapkan diri dan melayani!”“Melayani apa? Melayani siapa? Apa maksudmu? Kenapa kau membuatku bingung dengan semuanya? Tolong jelaskan padaku!”“Hufff…...maksudku adalah persiapkan diri anda untuk melayani Tuan kami.” kata pelayan itu. Hati Belinda bergetar setelah mendengar ucapan pelayan itu.‘Apa aku melayani sebagai pemuas nafsu? Oh Tuhan…..tolong aku. Tidak mau ...aku tidak mau melakukan itu!’ gumamnya dalam hati dengan ketak
“Maaf nona. Saya tidak tahu apa-apa.” ujar pelayan itu lalu pergi meninggalkan Belinda. Ruangan itu kembali hening, Belinda merasa pasrah pada nasib, dia ibarat tahanan yang sudah melakukan kejahatan besar sehingga dia dikurung, dirantai dan matanya ditutup.Tak ada yang bisa dia lakukan, yang dia tahu ada pelayan yang datang memberinya makanan, membasuh tubuhnya dan memakaikannya pakaian. Dunianya gelap, dia tidak bisa melihat apapun....****...Kini hari-hari Belinda berada dalam kegelapan. Dia mulai terbiasa dengan gelap meskipun dia sering ketakutan, dia tidak bisa membedakan siang dan malam. Matanya masih ditutup dengan kain, hanya dua hari sekali penutup mata itu dibuka.Tapi dia tidak bisa melihat apapun karena setiap kali penutup matanya dibuka, ruangan tempatnya dikurung gelap gulita, semua lampu dan dimatikan. Seorang pelayan akan membantunya membasuh wajah. Dia tidak pernah bisa melihat ruangan tempatnya dikurung, yang dia tahu ada penjaga yang menjaga diluar pintu ruangann