Tatapan pria itu semakin tajam, menunggu penjelasan dari Bella. Dia ingin mengetahui semuanya, apa yang terjadi pada gadis itu. Setelah empat tahun lamanya, kini gadis itu jauh berbeda dari saat pertama kali bertemu.Tangan Dante terjulur kearah Bella tapi dia langsung menghentikannya. Bella hanya diam tak menolak dan pasrah jika pria itu melakukan apapun, dia membiarkan Dante melakukan apapun yang dia mau.“JAWAB!” ujar Dante marah.“I---iya Tuan.” Bella mengganguk dan merasa cemas. “Aku meminumnya hampir setiap jam saat mau tidur dan saat aku bangun aku juga meminum obatnya..Aku tidak bisa hidup tanpa itu, Tuan.” Dia mengungkapkan semuanya tanpa ada sedikitpun yang ditutupi.Dante tidak melihat kebohongan dimata gadis itu, hanya ketakutan dan kebingungan yang terpancar dari mata indah berwarna hijau itu.“Apa ada tambahan lain yang kau minum selain sepuluh butir itu?” Dante masih belum berhenti, dia ingin mendengar penjelasan lebih detail dari Bella. Hatinya panas penuh amarah. Kedu
Dante hanya diam tak menjawab, dia melirik Bella sekejap dan kembali berjalan lurus ke pintu meninggalkan Bella seorang diri didalam kamar. “Kenapa sih pria itu dingin sekali?” decaknya jengkel. “Aduh….ada apa denganku? Kenapa badanku menggigil begini?” tanya Bella bahkan saat kakinya turun menginjak lantai, seluruh tubuhnya bergetar dan lemas. Bahkan kedua tangannya ikut bergetar hebat.“Ayo Bella, kau harus kuat! Kau bisa melakukannya, jangan menyerah atau kau akan bernasib lebih buruk dari sekarang.” Bella berusaha sekuat tenaga memaksakan diri berjalan ke kamar mandi.Setelah selesai mandi dia pun kembali ke ruang ganti dan memakai apapun yang bisa dipakainya. Toh tidak ada satupun pakaian di wardrobe itu pantas dikatakan sebagai pakaian layak. ‘Huh….string romper lagi….ahhhhh pakaian bawahnya juga begini! Aku seperti kerja siang malam saja. Wah….aku suka model yang ini bagus!” Bella memilih pakaian dan segera turun ke bawah menemui Dante.“Tadi malam aku pasti membuat kesalahan
“Apa?”Hanya dengan satu kata itu saja sudah membuat wajah Bella tersenyum bahagia. ‘Ah….syukurlah dia bertanya. Itu artinya dia bersedia kalau aku menitip sesuatu, iyakan.’ ujar hatinya bahagia.“Tunggu sebentar Tuan aku harus mengambil sesuatu dulu dikamar atas. Tunggu ya.” ujar Bella bersemangat lalu pergi ke kamarnya. ‘Baiklah aku sudah mengerti sekarang, kalau kau diam begini artinya kau memberikanku kesempatan untuk melakukan apa yang kuinginkan, bukankah begitu? Atau kau tidak suka dengan apa yang kulakukan? Cuma dalam kasus ini, aku yakin pilihannya yang ertama,’ bisik hatinya yang sudah mulai mengerti bagaimana caranya berkomunikasi dengan Dante Sebastian.Saking gembiranya, saat dia kembali kelantai dasar sambil berjalan menundukkan kepala hanya agar pria itu tidak melihatnya tersenyum, tapi---Bukkkk….“Aduh.” suara ringisan Bella yang terdengar oleh Dante. Karena dia tidak ingin pria itu menunggu terlalu lama sehingga dia berlari menuruni tangga. Niat hati agar cepat malah
“Apa aku salah bicara tadi ya? Aduh….gawat….gawat kalau dia tidak mau menolongku bagaimana nanti nasib adikku menjalani hidupnya tanpa uang sepeserpun? Siapa lagi yang bisa menolongku memberikan uang ini pada Sarah? Uang simpanan yang ada dirumah tidak akan cukup untuk memenuhi semua kebutuhan Sarah sampai lulus sekolah.” kata Bella cemas.“Menyingkir dari hadapanku!” ucap Dante saat pintu lift terbuka.“Aku mohon Tuan! Tolong aku sekali ini saja. Adikku sangat membutuhkan ini, dia tidak akan bisa sekolah dan membiayai dirinya karena selama ini aku yang membiayai semuanya. Aku mohon.” Bella panik dan kebingungan.“Sekali kau menggangguku dengan urusan adikmu itu maka jangan salahkan aku jika aku akan mengambil adikmu dan melakukan hal yang jauh lebih buruk dari yang dilakukan Julian padamu. Mengerti?”Bella bergidik ngeri mendengar ucapan Dante. ‘Aku pikir dia baik tapi ternyata dia juga jahat sama seperti mereka semua yang jahat padaku selama ini.’ gumamnya sambil menyingkir dari had
Ya ampun apa yang sudah kulakukan pada istriku? Apa yang kuperbuat padanya? Bagaimana bisa aku tidak merasakan apa yang kulakukan tadi bersamanya? Mengapa aku malah menjadikannya pelampiasan dan malah membayangkan sedang bersama Bella? Perasaan tadi itu adalah perasaanku untuk wanita lain bukan untuk istriku. Tatiana maafkan aku!’ ucapnya dalam hati.Dia sama sekali tidak menikmati kebersamaannya bersama Tatiana tapi dia merasakan suatu perasaan lain saat dia membayangkan wajah Bella. Semuanya hanyalah Bella, yang mengisi hati dan pikirannya kembali.Dia bahkan sama sekali tidak mengingat wajah istrinya ketika mereka melakukannya, pikirannya entah berada dimana dan dia hanya mengingat Bella…..Bella dan Bella. Dia menumpahkan semua rasa itu dan ini belum pernah terjadi pada Dante sebelumnya.‘Kau sangat berbeda hari ini sayang,” ujar Tatiana tersenyum puas. Sikapnya makin manja pada Dante dan tidak peduli atas apa yang telah diperbuat oleh suaminya tadi.“Maafkan aku Tatiana! Aku bersik
“Kenapa tidak mau makan masakan koki? Kau juga tidak mau makan masakan mommy.”Alex hanya menggelengkan kepala tapi tak mengucapkan sepatah katapun, dia hanya menatap Dante dengan tatapan matanya yang mengemaskan.“Baiklah, Alex sayang. Ayo kita ke dapur, bagaimana kalau kita masak bersama. Apa kau mau?” dengan senang hati Alex menggangguk dan setuju dengan saran ayahnya.“Tapi ada syaratnya!”“Apa daddy?”“Lain kali kalau daddy sedang bekerja atau tidak dirumah dan tidak bisa membuatkan makanan untukmu, kau harus makan masakan koki, maukan?” bujuk Dante pada putranya. Tampak bocah itu berpikir sejenak sebelum menjawab ayahnya.“Hmmmm…..” akhirnya setelah beberapa detik Alex pun mengganggukkan kepalanya.“Bagus! Itu baru putra daddy! Kau mau makan apa, sayang?” Dante selalu bersikap lembut pada putranya, dia selalu menanyakan terlebih dahulu apa yang diinginkan oleh putranya. Dante berjalan menuruni tangga menuju ke dapur dengan Alex di pelukannya.“Aku mau smash avocado, smash potato,
“Aku mau naik kapal mommy!”“Naik kapal?” Tatiana bertanya pada Alex sambil mengeryitkan dahi lalu melirik kearah Dante.“Hem….” Dante hanya menggangguk. “Nanti siang kita akan pergi berlayar.”“Kau serius, sayang?” Tatiana kembali mengeryitkan dahi dan menatap Dante agak aneh.“Iya. Memangnya kenapa? Ada masalah?” tanya Dante kemudian.“Tidak ada. Tapi kau harus istirahat, sayang.” jawab Tatiana mengingat suaminya belum tidur.“Untuk apa istirahat? Aku sehat dan tidak merasa letih sama sekali.” jawab Dante sambil mengelus rambut istrinya.“Tapi tadi malam kau sudah keluar semalaman dan aku sangat yakin kalau kau belum istirahat sama sekali. Setiap kali kau bekerja dimalam hari, kau tidak pernah tidur dan sekarang kau malah ingin pergi lagi?” Tatiana menggelengkan kepala.“Aku tidak mau kau sampai jatuh sakit.” ujar Tatiana lagi sambil memegang tangan suaminya yang masih ada dipipinya.“Jangan khawatir, aku tidak akan sakit. Aku akan menjaga kalian berdua lagipula hari ini adalah hari
“Tidak! Dalam mimpipun aku tidak berani!” jawab Barack.“Kalau begitu lakukan saja semua yang tadi kuperintahkan!”Klikk…..Dante langsung memutuskan sambungan telepon tanpa menunggu lagi.“Issshhhh!” Barack mendengus lalu merebahkan kembali tubuhnya diatas kasur yang empuk. Dia masih bermalas-malasan tapi dia segera bangun lalu mencuci muka. Melakukan rutinitas paginya sebelum melaksanakan perintah Dante. “Dante…..Dante! Pagi-pagi kau sudah memberiku kerjaan!” ujar Barack lagi melangkah keluar dari kamarnya menuju kamar lain yang tak jauh dari ruangannya.“Selamat pagi, Tuan!” sapa pengawal yang berdiri didepan pintu.“Buka pintunya!” perintah Barack sambil memasukkan ponsel kedalam skau celananya.“Baik, Tuan.” para pengawal itupun membuka pintu.“Kau mau apalagi, ha?” tanya Julian mendelik pada Barack.‘Dia sudah membuatku babak belur, sekarang mau apalagi dia? Belinda kau harus bertanggung jawab atas semua yang mereka lakukan padaku! Akan kubalas kau nanti! Saat aku bebas dari sini